Anda di halaman 1dari 26

BAB III

PERENCANAAN KOPLING GESEK


Berdasarkan spesifikasi tugas yang diberikan yaitu rancangan kopling
gesek pada mobil Nissan x-trail yang mempunyai daya sebesar 144 PS dengan
putaran poros 6000 rpm, sehingga dalam hal ini akan dibahas masing-masing dari
bagian kopling tersebut.
3.1 Analisa Perhitungan poros
Sesuai dengan spesifikasi daya 144 PS dan putaran poros (n1) adalah 6000
rpm. Untuk mencari daya yang ditransmisikan (Pd) dapat digunakan persamaan
(2.1 halaman 15)
Dimana : 1 PS = 0,735 kW Sehingga, 144 PS = 144 x 0,735= 105,84 kW
Pd

= fc x P (PS)

Dimana : fc = diambil 1,0 (tabel 2.2 halaman 21)


Pd

= 1,0 x 105,84

Pd

= 105,84 kW

Momen puntir (T) dapat dicari dengan persamaan (pers 2.2 halaman 21)

Pd
= 9,74 x 105 n1

105,84 kW
= 9,74 x 105 6000 rpm

= 17.181,36 kg. mm

Untuk bahan poros diambil baja carbon (JIS G 450 1) S 35 C, dengan kekuatan
tarik b = 52 kg/mm2 (tabel 2.1 halaman 20)
Maka tegangan puntir bahan dicari dengan persamaan (pers 2.3 halaman 21)
a

b
= Sf 1 x Sf 2
Dimana :
sf1

= 6,0 (pers 2.4 halaman 21)

sf2

= 3,0 (pers 2.5 halaman 21)

38

maka:
52 kg/mm2
6,0 x 3,0

= 2,89 kg/mm2

Diameter poros (ds) dapat dihitung dengan persamaan (pers 2.6 halaman 22)

ds

5,1

a k t . C b . T

1/3

Dimana :
Kt

= 2,0 dipilih (pers 2.7 hal 22)

Cb

= 1,5 dipilih (pers 2.8 hal 22)

ds

5,1

2,89 x 2,0 x 1,5 x 17.181,36

Maka :
1/3

= 44,97 mm
Sehingga diameter poros yang diambil adalah ds = 46 mm.
Jika diameter bantalan sebuah poros direncanakan sebesar Db=48 mm. Maka jarijari fillet dihitung dengan persamaan (2.9 halaman 22)

D b - Ds
r

(mm)

maka :
r

48 - 46
2 mm
=

= 1 mm
Maka alur pasak, tinggi pasak dan fillet dapat dihitung dengan persamaan
1. Alur pasak (b)

(pers 2.10 halaman 23)


39

ds
= 4
46
= 4

= 11.5 mm
2. Tinggi pasak (h) dapat dihitung dengan persamaan (2.11 halaman 23)
h

ds
= 8
46
= 8

= 5,75 mm
3. Fillet pasak (c) dapat dihitung dengan persamaan (2.12 halaman 23)
c

h
= b

5,75
= 11.5
= 0,5 mm
Maka faktor konsentrasi tegangan () untuk pembebanan puntir statis dari
suatu poros bulat dengan alur pasak persegi yang diberi fillet (r), dapat dihitung
dengan berpedoman pada gambar diagram (2.16 halaman 24)
r
ds
=

1
46

0,021

Maka faktor konsentrasi tegangan () =2,9

40

Maka faktor konsentrasi tegangan untuk pembebanan puntir statis dari suatu
poros bulat dengan pengecilan diameter yang diberi fillet 1,6

Tegangan geser (g) dihitung dengan persamaan (2.14 halaman 25)

T
g

ds 3

16

5,1 x 17.181,36 kg . mm
46 mm 3

5,1 T
3
= ds

= 0,90 kg/mm2
Perbandingan tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor konsentrasi
tegangan dari poros didapat dari persamaan (pers 2.15 halaman 25)
ta x Sf 2

g x Kt x Cb

2,89 x3,0
2,9

0,90 x 2,0 x 1,5

2,99

a x Sf 2

2,7
x kt x cb, maka pengujian baik.

Maka perbandingan di atas dinyatakan baik karena pengaruh konsentrasi tegangan


cukup besar.
3.2 Analisa Perhitungan Plat Gesek
Momen puntir yang diteruskan ( T ) dapat dihitung dengan persamaan
(pers 2.16 halaman 25)
9,74 x10 5
T=

fcP
n1

41

1,0 x 105,84 kW
6000rpm
T = 9,74 x 105

T= 17.181,36 kg. mm
Besar tekanan pada permukaan bidang gesek ( f ) dihitung dengan persamaan
(pers 2.17 halaman 25)

f = ( D22 - D12 )Pa


Perbandingan diameter D1 : D2 adalah 0,6-0,8 diambil 0,8 (pers 2.17 hal 25)
Dipilih bahan besi cor dan asbes dengan ,besar tekanan rata-rata (Pa) suatu bahan
0,007 - 0,07 kg/mm2 dengan 0,35-0,65 (tabel 2.3 hal 26)
diambil 0,02 kg/mm2

F = 4 (D22 0,8 D22) x 0,02 kg/mm2

= 4 (1 0,64) D22 x 0,02 kg/mm2


= 0,00314 D22
Maka, jari-jari rata-rata (rm) dapat dihitung dengan persamaan (2.19 halaman 26)

D1 D 2
rm

0,8 1 D 2
4

= 0,45 D2
Diameter luar (D2) dihitung dengan persamaan ( 2.20 halaman 26)
T

= . F . rm

17.181,36 = 0,5 x 0,00314 D22 x 0,45 D2


17.181,36 = 0,0007 D23
3

D2

17.181,36
0,0007

= 290,7 mm

42

Diameter dalam (D1) dihitung dengan persamaan ( 2.22 halaman 26 )


D1

= 0,8 . D2
= 0,8 x 290,7 mm
= 232,56 mm

Luas plat gesek (A) dihitung dengan persamaan ( 2.18 halaman 26)

= 4 (D22 D12)

3,14
= 4 ( (290,7)2 (232,56)2
= 23.881,53 mm2
Besar tekanan pada permukaan plat gesek (F) dihitung dengan persamaan
(2.17 halaman 25)
F

= A . Pa
= 23.881,53 mm2 x 0,02 kg/ mm2
= 477,63 kg

3.3 Perhitungan Umur Kopling


a

Momen Puntir
Momen puntir ( T ) dari daya penggerak mula dihitung dengan persamaan

(pers 2.23 halaman 27)

Fc. P
= 974 n1 (kg.m)
=

974

1,0 x105,84
6000 (kg.m)

= 17.18 kg.m
Momen beban saat start dihitung dengan persamaan (2.28 halaman 22)
Tl1 T

T12

Dimana :
43

T12

merupakan momen maksimum pada saat kecepatan penuh. Efek total roda
gaya terhadap poros kopling adalah GD2 = 3 kg m2 (pers 2.26 hal 27)
Kecepatan relatif (putaran penuh) pada poros kopling (nr) dihitung

dengan persamaan (pers 2.24 halaman 27)


nr = n1 n2
Bila n1 = Putaran poros kopling = 6000 rpm
n2 = Putaran beban (diasumsikan) = 5000 rpm
fc x P
Tl1 = 974 n 2
=

974

1,0 x105.84
5000

= 20,61 kg.m
Maka :
nr = n1 n2
= 6000 5000
=1000 rpm
Bila jangka waktu penghubung (dari saat kopling dihubungkan hingga
kedua poros mencapai putaran yang sama) adalah te = 0,1 5 (s) diambil 0,7
(waktu penghubung rencana).
Faktor untuk keamanan kopling tetap diambil f = 1
Maka momen percepatan yang diperlukan mencapai jangka waktu penghubung
yang direncanakan adalah (Ta) dihitumg dengan persamaan (pers 2.25
halaman 21)
Maka :
GD 2 .n1
Ta = 375t e + Tl1 (kg.m)
Sehingga :
GD 2 .n r
Ta = 375t e + Tl1

44

3 x 6000
23,42
= 375 x 0,7
= 89,18 kg.m
Untuk momen berat yang digunakan dari permulaan maka dipilih kopling dengan
kapasitas momen gesek dinamis (Tdo) dalam daerah berikut :
T do > Ta . f

(pers 2.27 hal 28)

> 89,18 x 1 kg. m


89,18 kg.m
Maka harga Tdo untuk kopling gesek plat tunggal kering adalah :
-

Nomor tipe kopling 100

T do = 90 kg . m > 89,18 kg . m
b

Kerja Penghubung
Kerja penghubung (E) dapat dihitung dengan (pers 2.29 hal 28)
E

GD 2 . nr 2
Tdo
= 7160 . T do - T ( kg . m/hb )
90
3 x 1000 2
= 7160 x 90 20,61
= 543,43 kg.m/hb

Bila jumlah penghubung tiap menit N = 4 hb/menit dan kerja penghubung yang
diizinkan adalah Ea ( kg.m/hb ).
Maka :
E < Ea

(pers 2.30 halaman 28)

E < 600 kg.m/hb


c

Waktu Pelayanan dan Penghubungan (Waktu Kerja)

Waktu penghubung sesungguhnya dihitung dengan persamaan (pers 2.31 halaman


28)
GD 2 . nr
tae= 375 (Tdo - T) (s)

45

3 x 1000
= 375(90 20,61)
tae= 0,11 s
tae < te (pers 2.32 hal 22)
d

Perhitungan Panas
Pada saat terjadi penghubungan, maka poros pada kopling akan panas akibat

gesekan, sehingga temperatur permukaan plat gesek biasanya naik sampai 200 0C
dalam sesaat. Namun untuk seluruh kopling umumnya dijaga agar suhunya tidak
lebih dari 800C.
Jika harga penghubung untuk satu kali pelayanan direncanakan lebih kecil dari
pada penghubung yang diizinkan, maka pada dasarnya pemeriksaan temperatur
tidak diperlukan lagi
e

Umur Plat Gesek


Umur plat gesek dalam jumlah penghubungan (Nml )dihitung dengan

persamaan(pers 2.33 halaman 28)


L3
Nml = E .w
Dimana :
L = Volume keausan yang diizinkan dari plat gesek untuk nomor
Kopling 100 = 210 cm3 (tabel 2.5 hal 30)
w = laju keausan permukaan bidang gesek
(5-10) x10-7 cm3/kg.m(tabel 2.4 hal 29) diambil 8,5 x10-7 cm3/kg.m
Maka :

Nml

L3
= E .w
210
7
= 543,43 x8,5 x 10
= 454.643,86 hb

46

Bila jumlah penghubung tiap menit N = 1 hb/menit dan kerja kendaraan 6


jam/menit.
Maka :
N1 = 1 hb x 6 jam/menit x 60 menit x 365 hari/tahun
= 131400 hb/tahun
Sehingga umur kopling dapat dihitung dengan persamaan (2.34 halaman 29)

N ml
Nmd = N 1
454.643,86
= 131.400
= 3,45 tahun = 3.5 tahun
4

Analisa Perhitungan Pegas


a. Pegas Kejut

Bahan pegas yang dipakai SUP4 (tabel 2.6 halaman 34)

Tegangan maksimum pegas = 6000 kg/cm2

Jumlah pegas (n1) = 6 buah (diasumsikan)

Jumlah lilitan (n2) = 6 buah (diasumsikan)

Jumlah lilitan aktif (n3) = 4 buah (diasumsikan)

Jarak sumbu pegas ke titik pusat porosnya (r) = 7 cm (diasumsikan)

Gambar 3.3 pegas kejut

47

Gaya tekan pada pegas (F) dihitung dengan persamaan (pers 2.36 halaman 31)
F = (D22 D12) Pa
= (290,7 mm)2 (232,56 mm)2) x 0,02 kg/mm2
= 477,63 kg
Maka gaya tekan (W1) untuk masing-masing pegas adalah
W1

F
= n1

W1

477,6
6
=

= 79,6 kg

Tegangan geser (g) dapat dihitung dengan persamaan (pers 2.39 halaman 32)
g = 0,8 x a
= 0,8 x 6000 kg/cm2
= 4800 kg/cm2
Faktor tegangan dari Wahl (K) dihitung dengan persamaan (pers 2.40 halaman 33)
4 . C -1
0,615
K = 4.C 4 + C
Harga C diambil 4
4 . 4 -1
0,615
= 4.4 4 + 4
= 1,404
Diameter kawat pegas (d) dihitung dengan persamaan (pers 2.42 halaman 33)
8 D WL
2
g = K . d . d

Wl
8
d2 = K . c . g (pers 2.43 hal 33)
Maka :
K
d

8 W1
c
g

1,404 x
=

8
79,6 kg
x4x

4800 kg/cm 2

48

= 0,48 cm
= 4.8 mm
Diameter lingkaran pegas (D) dihitung dengan persamaan (pers 2.44 halaman 33)
D=8xd
= 8 x 0,48cm
= 3,8 cm
= 38 mm
Lendutan pegas () dihitung dengan persamaan (pers 2.45 halaman 34)

8 n 3 D 3 W1
d4 G
=
Dimana G adalah modulus geser

= 8 x 103 kg/mm2.........(tabel 2.7 hal 35)

Maka :
8 x 4 x (38) 3 x 79,6kg
4
3
2
= (4,8) x 8 .10 kg/mm
= 32,9 mm
Konstanta pegas (k) dihitung dengan persamaan (pers 2.46 halaman 34)
G . d4
3
K = 8 . n3 . D
Maka :
8.10 3 kg/mm 2 x 4,8mm
8 x 4 x (38 3
K=
= 2,41 kg/mm
Panjang lilitan pegas (H) dihitung dengan persamaan (pers 2.47 halaman 34)
4

Untuk pemakaian umum H/D tidak boleh lebih dari 4


Maka :
H/D

<4
Diambil

H/D

<2D
< 2 x 38 mm

49

< 76 mm

b. Perhitungan Pegas Tekan


Bahan pegas dari SUP4 (tabel 2.6 halaman 29)
-

Jumlah pegas (n1) = 4 buah (diasumsikan)

Jumlah lilitan (n2) = 4 buah (diasumsikan)

Jumlah lilitan aktif (n3) =2 buah (diasumsikan)

Tegangan maksimum pegas = 6000 kg/cm2

Gaya tekan pada pegas (F) dihitung dengan persamaan (pers 2.36 halaman 31)

F = 4 (D22 D12) Pa

= 4 (290,7 mm)2 (232,56 mm)2) x 0,02 kg/mm2


= 477,63 kg
Bila jumlah pegas (n1) adalah 6 buah maka didapat gaya tekan untuk
masing-masing pegas dihitung dengan persamaan (pers 2.37 halaman 31)
F
Wl = n 1
477,63 kg
4
=
= 119,40 kg
Tegangan geser ( g ) dihitung dengan persamaan (pers 2.39 halaman 32)
g = 0,8 x a
= 0,8 x 6000 kg/cm2
= 4800 kg/cm2
Faktor tegangan dari Wahl ( K ) dihitung dengan persaman (pers2.40 halaman 33)
0,615
4 . C -1
K = 4.C 4 + C

Dimana : C = D/d (pers 2.41 hal 33)


Harga C diambil 4

50

4 . 4 -1
0,615
= 4.4 4 + 4

= 1,4

Diameter kawat pegas (d) dihitung dengan persamaan (pers 2.42 halaman 33)
8 D W1
2
g = K . d . d

Wl
8
d2 = K . c . g (pers 2.43 hal 33)
Maka :
K
d=

8 W1
c
g

1,4 x
=

8
119,40 kg
x4x

4800 kg/cm 2

= 0,58 cm
= 5,8 mm
Diameter lingkaran pegas (D) dihitung dengan persamaan (per 2.44 halaman 33)
D=8xd
= 8 x 0,58 cm
= 4,6 cm
= 46 mm
Lendutan pegas () dihitung dengan persamaan (pers 2.45 halaman 34)

8 n 3 D 3 W1
d4 G
=
Dimana G adalah modulus geser

= 8 x 103 kg/mm2 ( tabel 2.7 hal 35)

8 x 4 x (46) 3 x 119,40 kg
4
3
Maka : = (5,8) x 8 . 10 kg/mm
51

= 41,1 mm
Konstanta pegas (K) dihiutng dengan persamaan (pers 2.46 halaman 34)
G . d4
3
K = 8 . n3 . D
8.10 3 kg/mm 2 x 5,8 mm
8 x 2 (46 mm 3
K=

= 5,8 kg/cm
Panjang lilitan pegas (H) dihitung dengan persamaan (pers 2.47 halaman 34)
Untuk pemakaian umum H/D tidak boleh lebih dari 4
Maka :
H/D

<4
Diambil

H/D

<2D
< 2 x 4,6 cm
< 9,2 cm

< 92 mm

3.5 Perhitungan Paku Keling


Bahan paku keling dari bahan st 37 yang mempunyai kekuatan tarik 37 kg/mm2
Faktor keamanan

sf1 = 6,0 (pers 2.4 halaman 21)


sf2 = 3,0 (pers 2.5 halaman 21)

Gambar 3.4 paku keling

52

Tegangan tarik izin (t) dihitung dengan persamaan (2.48 halaman 36)

Maka : t

b
sf 1 sf 2

3700kg / cm 2
6 3,0
=
= 205,5 kg/cm2
Tegangan geser izin (g) dihitung dengan persamaan (2.49 halaman 36)
g = 0,18 x t
= 0,18 x 205,5 kg/cm2
= 37 kg/cm2

Jarak dan banyaknya paku kelling yang direncanakan adalah sebagai berikut :
TABEL. 2.8 Perencanaan Paku Keling
Baris
I

Jumlah paku
16

R (cm)
10

II

16

III

16

IV

Jadi besar gaya yang dialami oleh setiap baris paku kelling adalah :
a

Baris Pertama (I)


Npk

= 16 buah

= 10 cm

Gaya tekan paku keling dihitung dengan persamaan (2.50 halaman 37)
T

=Pxr

Maka :

53

T
= r ( pers 2.51 hal 31)

1718,13 kg.cm
10 cm
=
= 171,81 kg
P tiap paku keling dihitung dengan persamaan (2.52 halaman 37)

P1

p
n pk

171,81
= 16 kg
= 10,73 kg
Maka diameter paku pada baris pertama ( D1 ) dihitung dengan persamaan (pers
2.53 halaman 37)

D1

P x4
x g

10,73 kg x 4
x37 kg / cm 2

= 0,60 cm
= 6 mm
b

Baris Kedua (II)


Npk

= 16 buah

= 9 cm

Gaya tekan paku keling dihitung dengan persamaan (2.50 halaman 37)
T

=Pxr

T
= r (pers 2.51 hal 31)

1718,13 kg.cm
9 cm
=
= 190,90 kg

54

P tiap paku keling dihitung dengan persamaan (2.52 halaman 37)

P2

p
n pk

190,90
= 16 kg
= 11,93 kg
Diameter paku keling pada baris kedua ( D2 ) dihitung dengan persamaan (pers
2.53 halaman 37)

D2

Px4
t x g

11,93 x 4
x 37

= 0,64 cm
= 6,4 mm

Baris Ketiga (III)


Npk

= 16 buah

= 8 cm

Gaya tekan paku keling dihitung dengan persamaan (pers 2.50 halaman 37)
T

=Pxr

Maka :
P

T
= r (pers 2.51 hal 31)

1718,13 kg.cm
8 cm
=

= 214,76 kg
P tiap paku keling dihitung dengan persamaan (2.52 halaman 31)

55

P3

p
n pk

214,76
= 16 kg
= 13,42 kg
Maka diameter paku keling pada baris ketiga ( D3 ) dihitung dengan
persamaan (2.53 halaman 31)

D3

Px4
t x g

13,42 x 4
x 37

= 0,67 cm
= 6,7 mm
d

Baris Keempat (IV)


Npk

= 6 buah

= 6 cm

Gaya tekan paku keling (P) dihitung dengan persamaan (2.50 halaman 31)
T

=Pxr

Maka :
T
P = r (pers 2.51 hal 31)

1718,13 kg.cm
6 cm
=

= 286,35 kg
P tiap paku keling dihitung dengan persamaan (2.52 halaman 31)

56

P4

p
n pk

286,35
6
=
kg
= 47,72 kg
Maka diameter paku keling pada baris keempat dihitung dengan persamaan
(2.53 halaman 31)

D4

Px4
t x g

47,72 x 4
x 37

= 0,80 cm
= 8 mm

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan perencanaan didapat daya-daya dan spesifikasi
dari kopling gesek. Untuk kendaraan jenis NISSAN X-TRAIL

dengan daya

sebesar 144 PS (105,84 kW) dan putaran 6000 rpm adalah sebagai berikut:
1

Momen puntir yang terjadi pada kopling

: 17.181,36 kg.mm

Diameter poros penggerak

: 46 mm

Diameter poros yang digerakkan

: 48 mm

57

Diameter dalam plat kopling

: 232,56 mm

Diameter luar plat kopling

: 290,7 mm

Luas plat gesek

: 23.881,53 mm

Batas pemakaian (umur kopling)

: + 3.5 Tahun

Pegas kejut

Jumlah pegas

: 6 buah

Jumlah lilitan pegas

: 6 buah

Jumlah lilitan aktif

: 4 buah

Diameter kawat pegas

: 4,8 mm

Diameter lingkaran pegas

: 38 mm

Lendutan

: 32,9 mm

Panjang lilitan pegas

: 76 mm

Pegas tekan
a

Jumlah pegas

: 4 buah

Jumlah lilitan pegas

: 4 buah

Jumlah lilitan aktif

: 2 buah

Diameter kawat pegas

: 5,8 mm

Diameter lingkaran pegas

: 46 mm

Lendutan

: 41,1 mm

g.

Panjang lilitan pegas:

: 92 mm

10 Paku keling
a

Pada baris pertama


-

Jumlah paku

: 16 buah

r1

: 100 mm

Diameter paku

: 6 mm

P tiap paku keling

: 10,73 kg

Pada baris Kedua


-

Jumlah paku

: 16 buah

r2

: 90 mm

Diameter paku

: 6,4 mm

58

P tiap paku keling

: 11,93 kg

Pada baris ketiga


-

Jumlah paku

: 16 buah

r3

: 80 mm

Diameter paku

: 6,7 mm

P tiap paku keling

: 13,42 kg

Pada baris ke empat


-

Jumlah paku

: 6 buah

r4

: 60 mm

Diameter paku

: 8 mm

P tiap paku keling

: 47,72 kg

Dalam perencanaan kopling jenis kendaraan NISSAN X-TRAIL dengan daya


sebesar 144 PS (105,84 kW) dan putaran 6000 rpm, dari perhitungan dan
sfesifikasi telah didapat dan disimpulkan bahwa kopling yang terdapat pada jenis
ini merupakan kopling yang efisien, dari segi umur kopling juga cukup ekonomis.

4.2 Saran
Untuk lebih menyempurnakan isi dari tugas perencanaan ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta tanggapan dari
kalangan Mahasiswa Teknik Mesin umum nya dan semua pihak yang akan
menggunakan tugas ini khusus nya.
Adapun saran yang dapat dikemukakan dalam perencanaan kopling gesek
ini adalah sebagai berikut :
1.

Dalam perhitungan perencanaan kopling gesek ini, penggunaan


faktor

keamanan menjadi salah satu faktor yang penting untuk

59

mencegah terjadinya kelelahan material akibat proses pembebanan


terutama pembebanan berat dan sifatnya berulang.
2.

Dalam perencanaan kopling gesek , bahan analisa yang digunakan


dalam analisa perhitungan poros harus mempunyai kekuatan tarik yang
besar karena hal ini sangat menentukan ukuran diameter poros kopling.

3.

Untuk perencanaan kopling gesek pada kendaraan angkutan dengan


daya yang besar dan mengalami pembebanan yang berat maka
diusahakan menggunakan kopling dengan nomor kopling yang lebih
besar yang mempunyai harga momen gesekan dinamis dan momen
gesekan statis yang besar.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada rekan rekan Mahasiswa


yang akan menyelesaikan tugas perencanaan kopling agar lebih teliti dalam
membuat rancangannya, karena apabila terjadi kesalahan maka akan berakibat
fatal.
Akhir nya penulis menucapkan ribuan terimakasih kepada Dosen
Pembimbing dan Rekan rekan sejawat sehingga terselesai nya tugas ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso, Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen


Mesin, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2004, Cet. Ke-12
2. J. Stolck, C. Kros, Elemen Mesin, Erlangga, Edisi 20
3. G. Niemann, Elemen Mesin, Erlangga, 1999, Edisi ke-2

60

4. J.P. Holman,Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, Jakarta,1993.


Catatan sari Mata Kuliah Elemen Mesin I, II, dan III.

61

62

63

Anda mungkin juga menyukai