3.1. PENDAHULUAN
PLTA merupakan pembangkit listrik yang sangat penting bagi kemajuan
di Indonesia. Hal ini didukung oleh kondisi alam di Indonesia yang mana
terdapat sungai , danau, dan air terjun yang dapat digunakan sebagai PLTA.
Dalam pembuatan PLTA sering digunakan Turbin untuk merubah energi
potensial menjadi energi mekanik. Ada bermacam-macam jenis turbin, tetapi
yang paling sering digunakan dalam pembangkit tenaga listrik adalah Turbin
Pelton, Turbin Francis dan Turbin Kaplan. Turbin Francis merupakan jenis
turbin yang paling banyak digunakan diantara turbin-turbin air yang ada, dan
pengembangan turbin francis dalam dekade terakhir ini telah memberikan
dampak yang besar dalam pengembangan aplikasi-aplikasi baru untuk jenis tipe
ini.
Penelitian-penelitian yang dilakukan saat ini membawa dampak yang besar
dalam peningkatan performa turbin, pemilihan material yang cocok, dan desain
dari turbin itu sendiri ditinjau dari sisi kontruksi, tingkat kesukaran yang
ditimbulkan oleh proses manufaktur, dan faktor perawatan pada sisi desain.
( reff : www.google.com/turbin-air )
3.2. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui besarnya efisiensi tertinggi turbin.
2. Mengetahui daya efektif maksimum turbin.
3. Agar praktikan mengetahui cara kerja Turbin Francis.
(reff : Jobsheet Praktikum Prestasi Mesin Teknik Mesin UNDIP)
b. Turbin Impuls
Pada Turbin Impuls kecepatan air ditambah sehingga momentumnya
membesar dan kemudian momentum tersebut menggearkkan turbin. Contoh dari
Turbin impuls adalah Turbin Pelton, Pelton, Turgo, Michell-Banki (disebut juga
Crossflow or Ossberger turbine).
(reff : http.www.viswiki.comenBanki_turbine)
3.3.3 Prinsip Kerja Turbin Francis
Turbin francis termasuk salah satu turbin reaksi, artinya fluida yang
bekerja mengubah tekanan bersamaan dengan gerak dari turbin tersebut, yang
menghasilkan energi. Inletnya berbentuk spiral. Guide Vane membawa air
secara tangensia menuju runner. Aliran radial ini bekerja pada runner vanes,
menyebabkan runner berputar. Guide vane (atau wicket gate) dapat disesuaikan
untuk memberikan operasi turbin yang efisien untuk berbagai kondisi aliran air.
Air pertama kali memasuki volute, dimana sebuah celah yang berbentuk
gelang mengelilingi runner, dan aliran diantara guide vanes, yang memberikan
air pada arah aliran yang optimum. Kemudian memasuki runner, yang secara
total bergabung, merubah momentum dari air, yang menghasilkan reaksi pada
turbin. Air mengalir secara radial menuju pusat. Runner dilengkapi dengan vane
berbentuk kurva yang akan ditabrak oleh air. Guide vane dibuat sedemikian rupa
sehingga sebagian energi dari air diubah menjadi gerakan berputar yang tidak
akan timbul fenomena aliran eddies dan aliran-aliran lain yang tidak diinginkan
yang dapat menyebabkan energi yang hilang. Guide vane dapat disesuaikan
untuk memberikan derajat adaptabilitas untuk bermacam-macam variasi pada
kecepatan aliran air dan beban dari turbin.
( reff : Turbin Pompa dan Kompresor Fritz Dietzel).
3.3.4 Bagian-Bagian Turbin Francis
15 16
5 5
5. Sight Glass
Berfungsi untuk mengukur ketinggian air terhadap weir.
6. Katup Discharge.
Berfungsi untuk mengatur laju aliran yang akan masuk ke turbin.
7. Pompa
Berfungsi untuk merubah tekanan pada air menjadi kecepatan sehingga
menghasilkan aliran air untuk dipindahkan ke atas sehingga menimbulkan
energy potensial sebagai pengganti air terjun pada PLTA.
8. Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanis.
9. Generator
Berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
10. Pengatur bukaan
Berfungsi untuk mengatur besar sudut bukaan pada sudu pengarah.
11. Saklar Motor
Berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan arus dan tegangan.
12. Pengatur Kecepatan Motor
Berfungsi untuk mengatur Head masukan turbin.
13. Turbin Inlet
Berfungsi untuk menunjukkan besarnya Head masukan turbin.
14. V-notch
V-notch/ Weir digunakan untuk mengontrol laju aliran air, sehingga debit air
yang melaluinya dapat diatur.
15. Indikator Gaya
Berfungsi untuk mengetahui besarnya gaya yang dihasilkan turbin.
16. Pulsemeter
Sensor yang digunakan untuk mengukur kecepatan yang dipasang pada
kabel keluaran pada poros turbin.
(reff : Laboratorium Thermofluid Teknik Mesin UNDIP)
m
A
rotor
L
indeks massa
No Bukaan H n h V I Jumlah F
mH2O rpm mm volt ampere Lampu N
1 1285 58 0,32 1,89 5 0,06
2 1300 58 0,4 1,85 4 0,055
3 1310 57 0,48 1,74 3 0,05
3
4 1322 57 0,8 1,59 2 0,045
5 1360 56 1,75 1,11 1 0,035
6 1365 55 4,72 0 0 0
7 1596 59 0,45 2,4 5 0,065
8 1600 59 0,54 2,4 4 0,065
9 1610 59 0,76 2,29 3 0,055
100% 4
10 1625 59 1,37 1,97 2 0,055
11 1650 58 2,46 1,29 1 0,04
12 1655 58 5,56 0 0 0,01
13 1850 60 0,54 2,71 5 0,065
14 1850 60 0,66 2,67 4 0,065
15 1820 65 1,17 2,7 3 0,07
5
16 1850 62 1,88 2,22 2 0,065
17 1860 61 3,2 1,47 1 0,055
18 1915 60 6,77 0 0 0,015
Bukaan
75%
H=3 H=4 H=5
N ralat keseksam N ralat keseksam N ralat keseksam
n n n n n n
o nisbi aan o nisbi aan o nisbi aan
rp
rpm m % % rpm rpm % % rpm rpm % %
1 1220 0,5 0,04% 99,96% 1 1580 0,5 0,03% 99,97% 1 1845 0,5 0,03% 99,97%
2 1240 0,5 0,04% 99,96% 2 1570 0,5 0,03% 99,97% 2 1828 0,5 0,03% 99,97%
3 1270 0,5 0,04% 99,96% 3 1590 0,5 0,03% 99,97% 3 1835 0,5 0,03% 99,97%
4 1290 0,5 0,04% 99,96% 4 1609 0,5 0,03% 99,97% 4 1847 0,5 0,03% 99,97%
5 1280 0,5 0,04% 99,96% 5 1588 0,5 0,03% 99,97% 5 1869 0,5 0,03% 99,97%
6 1317 0,5 0,04% 99,96% 6 1611 0,5 0,03% 99,97% 6 1878 0,5 0,03% 99,97%
Bukaan 50%
H=3 H=4 H=5
N ralat keseksama N ralat keseksam N ralat keseksam
n n n n n n
o nisbi an o nisbi aan o nisbi aan
rpm rpm % % rpm rpm % % rpm rpm % %
1 920 0,5 0,05% 99,95% 1 1340 0,5 0,04% 99,96% 1 1460 0,5 0,03% 99,97%
2 980 0,5 0,05% 99,95% 2 1350 0,5 0,04% 99,96% 2 1630 0,5 0,03% 99,97%
3 1006 0,5 0,05% 99,95% 3 1358 0,5 0,04% 99,96% 3 1646 0,5 0,03% 99,97%
4 1042 0,5 0,05% 99,95% 4 1360 0,5 0,04% 99,96% 4 1650 0,5 0,03% 99,97%
5 1100 0,5 0,05% 99,95% 5 1405 0,5 0,04% 99,96% 5 1654 0,5 0,03% 99,97%
6 1170 0,5 0,04% 99,96% 6 1445 0,5 0,03% 99,97% 6 1730 0,5 0,03% 99,97%
Gaya : F = 0,0005
Bukaan
100%
H=3 H=4 H=5
N ralat keseksam ralat keseksam N ralat keseksam
F F No F F F F
o nisbi aan nisbi aan o nisbi aan
newto newto newto
Newton n % % Newton n % % Newton n % %
0,000 0,77 0,000 0,77
1 0,06 5 0,83% 99,17% 1 0,065 0,0005 % 99,23% 1 0,065 5 % 99,23%
0,000 0,77 0,000 0,77
2 0,055 5 0,91% 99,09% 2 0,065 0,0005 % 99,23% 2 0,065 5 % 99,23%
0,000 0,91 0,000 0,71
3 0,05 5 1,00% 99,00% 3 0,055 0,0005 % 99,09% 3 0,07 5 % 99,29%
0,000 0,91 0,000 0,77
4 0,045 5 1,11% 98,89% 4 0,055 0,0005 % 99,09% 4 0,065 5 % 99,23%
0,000 1,25 0,000 0,91
5 0,035 5 1,43% 98,57% 5 0,04 0,0005 % 98,75% 5 0,055 5 % 99,09%
0,000 5,00 0,000 3,33
6 0 5 0% 100,00% 6 0,01 0,0005 % 95,00% 6 0,015 5 % 96,67%
Bukaan
75%
H=3 H=4 H=5
N ralat keseksam N ralat keseksam N ralat keseksam
F F F F F F
o nisbi aan o nisbi aan o nisbi aan
newto newto newto
Newton n % % Newton n % % Newton n % %
0,000 0,055 0,000 0,06 0,000
1 0,065 5 0,77% 99,23% 1 5 0,91% 99,09% 1 5 0,83% 99,17%
0,000 0,055 0,000 0,06 0,000
2 0,07 5 0,71% 99,29% 2 5 0,91% 99,09% 2 5 0,83% 99,17%
0,065 0,000 0,000 0,000
3 5 0,77% 99,23% 3 0,05 5 1,00% 99,00% 3 0,06 5 0,83% 99,17%
0,065 0,000 0,000 0,000
4 5 0,77% 99,23% 4 0,045 5 1,11% 98,89% 4 0,055 5 0,91% 99,09%
0,000 0,000 0,000
5 0,045 5 1,11% 98,89% 5 0,03 5 1,67% 98,33% 5 0,045 5 1,11% 98,89%
0,000 0,000 0,000
6 0,02 5 2,50% 97,50% 6 0 5 0% 100,00% 6 0,015 5 3,33% 96,67%
Bukaan
50%
H=3 H=4 H=5
N ralat keseksam N ralat keseksam N ralat keseksam
F F F F F F
o nisbi aan o nisbi aan o nisbi aan
newto newto newto
Newton n % % Newton n % % Newton n % %
0,000 0,000 0,000
1 0,06 5 0,83% 99,17% 1 0,05 5 1,00% 99,00% 1 0,054 5 0,93% 99,07%
0,000 0,000 0,06 0,000
2 0,05 5 1,00% 99,00% 2 0,055 5 0,91% 99,09% 2 5 0,83% 99,17%
0,000 0,000 0,06 0,000
3 0,045 5 1,11% 98,89% 3 0,06 5 0,83% 99,17% 3 5 0,83% 99,17%
0,000 0,000 0,000
4 0,045 5 1,11% 98,89% 4 0,05 5 1,00% 99,00% 4 0,055 5 0,91% 99,09%
0,000 0,000 0,000
5 0,05 5 1,00% 99,00% 5 0,045 5 1,11% 98,89% 5 0,045 5 1,11% 98,89%
0,000 0,000 0,000
6 0,015 5 3,33% 96,67% 6 0,02 5 2,50% 97,50% 6 0,015 5 3,33% 96,67%
Ketinggian : h = 0,
Bukaan
100 %
H=3 H=4 H=5
N ralat keseksam N ralat keseksam N ralat keseksam
h h h h h h
o nisbi aan o nisbi aan o nisbi aan
N
mm mm % % mm mm % % o mm mm % %
1 58 0,5 0,86% 99,14% 1 59 0,5 0,85% 99,15% 1 60 0,5 0,83% 99,17%
2 58 0,5 0,86% 99,14% 2 59 0,5 0,85% 99,15% 2 60 0,5 0,83% 99,17%
3 57 0,5 0,88% 99,12% 3 59 0,5 0,85% 99,15% 3 65 0,5 0,77% 99,23%
4 57 0,5 0,88% 99,12% 4 59 0,5 0,85% 99,15% 4 62 0,5 0,81% 99,19%
5 56 0,5 0,89% 99,11% 5 58 0,5 0,86% 99,14% 5 61 0,5 0,82% 99,18%
6 55 0,5 0,91% 99,09% 6 58 0,5 0,86% 99,14% 6 60 0,5 0,83% 99,17%
Bukaan
75%
H=3 H=4 H=5
N ralat keseksam N ralat keseksam N ralat keseksam
h h h h h h
o nisbi aan o nisbi aan o nisbi aan
mm mm % % mm mm % % mm mm % %
1 58 0,5 0,86% 99,14% 1 59 0,5 0,85% 99,15% 1 60 0,5 0,83% 99,17%
2 58 0,5 0,86% 99,14% 2 59 0,5 0,85% 99,15% 2 60 0,5 0,83% 99,17%
3 57 0,5 0,88% 99,12% 3 59 0,5 0,85% 99,15% 3 60 0,5 0,83% 99,17%
4 57 0,5 0,88% 99,12% 4 59 0,5 0,85% 99,15% 4 60 0,5 0,83% 99,17%
5 56 0,5 0,89% 99,11% 5 58 0,5 0,86% 99,14% 5 59 0,5 0,85% 99,15%
6 55 0,5 0,91% 99,09% 6 57 0,5 0,88% 99,12% 6 59 0,5 0,85% 99,15%
Bukaan 50%
H=3 H=4 H=5
N ralat keseksam N ralat keseksam N ralat keseksam
h h h h h h
o nisbi aan o nisbi aan o nisbi aan
mm mm % % mm mm % % mm mm % %
1 55 0,5 0,91% 99,09% 1 52 0,5 0,96% 99,04% 1 54 0,5 0,93% 99,07%
2 50 0,5 1,00% 99,00% 2 52 0,5 0,96% 99,04% 2 54 0,5 0,93% 99,07%
3 50 0,5 1,00% 99,00% 3 51 0,5 0,98% 99,02% 3 53 0,5 0,94% 99,06%
4 49 0,5 1,02% 98,98% 4 51 0,5 0,98% 99,02% 4 53 0,5 0,94% 99,06%
5 49 0,5 1,02% 98,98% 5 50 0,5 1,00% 99,00% 5 52 0,5 0,96% 99,04%
6 48 0,5 1,04% 98,96% 6 50 0,5 1,00% 99,00% 6 52 0,5 0,96% 99,04%
3.8.3. Tabel Perhitungan
a. Tabel Perhitungan untuk bukaan 100 %
Bukaa
No H n h V I Jumlah F Torsi Q Pel BHP WHP T e G
n
mH2O rpm mm volt ampere Lampu N Nm m3/s Watt W W Turbin Total Generator
100% 0,06 0,0011 2,62 34,60 7,58 1,75 23,06
1 1285 58 0,32 1,89 5
0 0,020 76 0,6048 3 0 % % %
0,05 0,0011 2,43 34,60 7,03 2,14 30,43
2 1300 58 0,4 1,85 4
5 0,018 76 0,7400 2 0 % % %
0,05 0,0011 2,22 33,26 6,70 2,51 37,48
3 1310 57 0,48 1,74 3
0 0,016 3 0,8352 8 0 % % %
3
0,04 0,0011 2,02 33,26 6,08 3,82 62,86
4 1322 57 0,8 1,59 2
5 0,015 3 1,2720 4 0 % % %
0,03 0,0010 1,61 31,95 5,07 6,08 119,97
5 1360 56 1,75 1,11 1
5 0,011 86 1,9425 9 0 % % %
0,0010 30,67
6 1365 55 4,72 0 0
0 0 42 0 0 0 0% 0% 0%
4 0,06 0,0012 3,52 47,95 7,36 2,25 30,60
7 1596 59 0,45 2,4 5
5 0,021 22 1,0800 9 8 % % %
0,06 0,0012 3,53 47,95 7,38 2,70 36,63
8 1600 59 0,54 2,4 4
5 0,021 22 1,2960 8 8 % % %
0,05 0,0012 3,01 47,95 6,28 3,63 57,78
9 1610 59 0,76 2,29 3
5 0,018 22 1,7404 2 8 % % %
10 1625 59 1,37 1,97 2 0,05 0,018 0,0012 2,6989 3,04 47,95 6,34 5,63 88,77
5 22 0 8 % % %
0,04 0,0011 2,24 46,13 4,87 6,88 141,35
11 1650 58 2,46 1,29 1
0 0,013 76 3,1734 5 3 % % %
0,01 0,0011 0,56 46,13 1,22
12 1655 58 5,56 0 0
0 0,003 76 0 3 3 % 0% 0%
0,06 0,0012 4,09 62,27 6,57 2,35 35,78
13 1850 60 0,54 2,71 5
5 0,021 7 1,4634 1 9 % % %
0,06 0,0012 4,09 62,27 6,57 2,83 43,08
14 1850 60 0,66 2,67 4
5 0,021 7 1,7622 1 9 % % %
0,07 0,0015 4,33 74,69 5,80 4,23 72,89
15 1820 65 1,17 2,7 3
0 0,023 23 3,1590 4 0 % % %
5
0,06 0,0013 4,09 67,09 6,10 6,22 102,03
16 1850 62 1,88 2,22 2
5 0,021 68 4,1736 1 2 % % %
0,05 0,0013 3,48 64,66 5,38 7,27 135,18
17 1860 61 3,2 1,47 1
5 0,018 18 4,7040 0 1 % % %
0,01 0,0012 0,97 62,27 1,57
18 1915 60 6,77 0 0
5 0,005 7 0 7 9 % 0% 0%
b. Tabel Perhitungan untuk bukaan 75 %
Bukaa
No H n h V Arus Jumlah F Torsi Q Pel BHP WHP T e G
n
mH2O rpm mm volt ampere lampu N Nm m3/s Watt W W Turbin Total Generator
75% 0,06 0,0011 2,69 34,6 7,80 2,14 27,43
1 1220 58 0,4 1,85 5
5 0,021 76 0,7400 8 00 % % %
0,07 0,0011 2,95 34,6 8,53 2,41 28,20
2 1240 58 0,45 1,85 4
0 0,023 76 0,8325 3 00 % % %
0,06 0,0011 2,80 33,2 8,44 2,87 33,97
3 1270 57 0,53 1,8 3
5 0,021 3 0,9540 8 60 % % %
3
0,06 0,0011 2,85 33,2 8,58 4,29 49,98
4 1290 57 0,88 1,62 2
5 0,021 3 1,4256 2 60 % % %
0,04 0,0010 1,95 31,9 6,13 5,34 87,09
5 1280 56 1,58 1,08 1
5 0,015 86 1,7064 9 50 % % %
0,02 0,0010 0,89 30,6 2,92
6 1317 55 4,53 0 0
0 0,007 42 0 6 70 % 0% 0%
0,05 0,0012 2,95 47,9 6,16 2,06 33,49
7 1580 59 0,45 2,2 5
5 0,018 22 0,9900 6 58 % % %
0,05 0,0012 2,93 47,9 6,12 2,28 37,28
8 1570 59 0,5 2,19 4
5 0,018 22 1,0950 7 58 % % %
0,05 0,0012 2,70 47,9 5,64 2,98 52,77
9 1590 59 0,67 2,13 3
0 0,016 22 1,4271 4 58 % % %
4
0,04 0,0012 2,46 47,9 5,14 4,26 83,04
10 1609 59 1,13 1,81 2
5 0,015 22 2,0453 3 58 % % %
0,03 0,0011 1,62 46,1 3,51 5,29 150,53
11 1588 58 2,05 1,19 1
0 0,010 76 2,4395 1 33 % % %
0,0011 44,3
12 1611 57 5,3 0 0
0 0 3 0 0 47 0% 0% 0%
13 5 1845 60 0,5 2,47 5 0,06 0,020 0,0012 1,2350 3,76 62,2 6,05 1,98 32,80
0 7 6 79 % % %
0,06 0,0012 3,73 62,2 5,99 2,31 38,60
14 1828 60 0,6 2,4 4
0 0,020 7 1,4400 1 79 % % %
0,06 0,0012 3,74 62,2 6,01 3,21 53,33
15 1835 60 0,85 2,35 3
0 0,020 7 1,9975 5 79 % % %
0,05 0,0012 3,45 62,2 5,55 5,04 90,77
16 1847 60 1,53 2,05 2
5 0,018 7 3,1365 6 79 % % %
0,04 0,0012 2,86 59,9 4,77 4,99 104,58
17 1869 59 2,2 1,36 1
5 0,015 22 2,9920 1 48 % % %
0,01 0,0012 0,95 59,9 1,60
18 1878 59 6,29 0 0
5 0,005 22 0 8 48 % 0% 0%
c. Tabel Perhitungan untuk bukaan 50 %
Bukaa
No H n h V Arus Jumlah F Torsi Q Pel BHP WHP T e G
n
mH2O rpm mm volt ampere lampu N Nm m3/s Watt W W Turbin Total Generator
50% 0,06 0,0010 1,87 30,67 6,12 1,31 21,42
1 920 55 0,27 1,49 5
0 0,020 4 0,4023 8 0 % % %
0,05 0,0008 1,66 24,70 6,75 1,80 26,64
2 980 50 0,3 1,48 4
0 0,016 4 0,4440 7 2 % % %
0,04 0,0008 1,54 24,70 6,23 2,11 33,90
3 1006 50 0,36 1,45 3
5 0,015 4 0,5220 0 2 % % %
3
0,04 0,0008 1,59 23,59 6,76 3,00 44,35
4 1042 49 0,54 1,31 2
5 0,015 0 0,7074 5 5 % % %
0,05 0,0008 1,87 23,59 7,93 5,07 63,90
5 1100 49 1,22 0,98 1
0 0,016 0 1,1956 1 5 % % %
0,01 0,0007 0,59 22,51 2,65
6 1170 48 4,01 0 0
5 0,005 7 0 7 6 % 0% 0%
0,05 0,0009 2,27 36,00 6,33 2,67 42,22
7 1340 52 0,34 2,83 5
0 0,016 18 0,9622 9 4 % % %
0,05 0,0009 2,52 36,00 7,02 2,98 42,46
8 1350 52 0,39 2,75 4
5 0,018 18 1,0725 6 4 % % %
0,06 0,0008 2,77 34,45 8,05 3,93 48,89
9 1358 51 0,5 2,71 3
0 0,020 78 1,3550 2 1 % % %
4
0,05 0,0008 2,31 34,45 6,71 5,68 84,63
10 1360 51 0,87 2,25 2
0 0,016 78 1,9575 3 1 % % %
0,04 0,0008 2,15 32,93 6,53 7,70 117,98
11 1405 50 1,75 1,45 1
5 0,015 39 2,5375 1 7 % % %
0,02 0,0008 0,98 32,93 2,98
12 1445 50 4,79 0 0
0 0,007 39 0 3 7 % 0% 0%
13 5 1460 54 0,42 2,57 5 0,05 0,018 0,0010 1,0794 2,68 49,03 5,47 2,20 40,25
4 0 2 0 % % %
0,06 0,0010 3,32 49,03 6,79 2,31 34,05
14 1630 54 0,48 2,36 4
0 0,020 0 1,1328 7 0 % % %
0,06 0,0009 3,35 46,99 7,15 3,29 46,05
15 1646 53 0,7 2,21 3
0 0,020 6 1,5470 9 3 % % %
0,05 0,0009 3,08 46,99 6,57 4,60 70,04
16 1650 53 1,15 1,88 2
5 0,018 6 2,1620 7 3 % % %
0,04 0,0009 2,53 45,00 5,63 6,55 116,37
17 1654 52 2,32 1,27 1
5 0,015 2 2,9464 2 5 % % %
0,01 0,0009 0,88 45,00 1,96
18 1730 52 5,6 0 0
5 0,005 2 0 3 5 % 0% 0%
3.8.4 Analisa Perhitungan
Data diambil dari data no 7, dimana data no. 7, percobaan pada bukaan
100%, H = 3 mH2O, jumlah lampu = 5.
Torsi (T)
T = F .s
Dimana F = 0,065 N
s = 32,5 cm = 0,325 m
maka T = 0,065 x 0,325 = 0,021 Nm
Efisiensi Generator
Pel
G = X 100 %
BHP
1,08
= 3,529 x 100 %
= 30,60 %
Efisiensi Turbin
T = daya mekanik / daya air .100%
BHP
= x 100 %
WHP
3,529
= 47 ,958 x 100%
= 7,36 %
Efisiensi total
Pel
e = x 100 %
WHP
1,08
= 47 ,958 x 100 %
= 2,25 %
Gambar 3.11 Grafik Hubungan n-Q pada H=3 mH2O dengan variasi bukaan vane
Pada grafik digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan
sudu 75% dengan warna merah dan bukaan sudu 50% dengan warna hijau.
Dengan mengetahui nilai n (rpm) dan debit (Q) maka akan diketahui titik dan
korelasinya. Titik pada grafik menunjukkan beban lampu, titik pertama beban 5
lampu, titik kedua beban 4 lampu, titik ketiga beban 3 lampu, titik keempat
beban 2 lampu, titik kelima beban 1 lampu, dan titik keenam tidak ada beban
lampu.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada masing-masing bukaan
terdapat kecenderungan menurun. Misal pada bukaan 100%, jika nilai rpm
turbin naik maka nilai debit dari inlet masuk turbin akan turun. Pada bukaan
yang lainnya pun juga memiliki kecenderungan seperti itu. Hubungan ini bisa
didapat dari skema sistem seperti:
Gambar 3.12 Skema sistem pengujian turbin francis
WHP turbin = .g.Q.H WHP pompa = .g.Q.H
Dalam sistem pengujian turbin francis ditentukan bahwa daya listrik dari
generator yang tersalurkan pada lampu adalah tetap. Ketika beban lampu ada 5
buah, maka semua daya akan tersalurkan pada lampu tersebut. Tapi ketika beban
lampu hanya 4 lampu, maka sisa daya dari generator akan dikonversikan ke
poros turbin sehingga putaran (rpm) turbin akan meningkat. Padahal selain daya
juga tetap, head pada pompa juga dijaga tetap. Karena itulah debit pada inlet
masuk turbin akan menurun nilainya.
Pada bukaan sudu 100% dan 75% terdapat anomali yaitu pada titik 4
lampu dan titik 2 lampu nilai debit (m3/s) dari inlet turbin tetap, hal ini
disebabkan oleh adanya parameter-parameter yang kadang tidak konstan seperti
torsi. Sedangkan pada bukaan sudu 50% terdapat anomali yaitu pada titik 3
lampu yang mengalami peningkatan nilai debit (m3/s), hal ini disebabkan oleh
adanya parameter-parameter yang kadang tidak konstan seperti putaran (rpm).
Gambar 3.13 Grafik Hubungan n-T pada H=3 mH2O dengan variasi bukaan vane
Pada grafik digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan
sudu 75% dengan warna merah dan bukaan sudu 50% dengan warna hijau.
Dengan mengetahui nilai putaran (rpm) dari turbin dan torsi (N.m) dari inlet
turbin maka akan diketahui korelasinya. Titik pada grafik menunjukkan beban
lampu, titik pertama beban 5 lampu, titik kedua beban 4 lampu, titik ketiga
beban 3 lampu, titik keempat beban 2 lampu, titik kelima beban 1 lampu, dan
titik keenam tidak ada beban lampu.
Semakin banyak nyala lampu pembebanan, maka gaya semakin besar
sehingga torsi juga besar. Sedangkan putarannya semakin kecil. Pada bukaan
yang lainnya pun juga memiliki kecenderungan serupa dikarenakan torsi dan
nilai putaran (rpm) memiliki hubungan berbanding terbalik sesuai dengan
rumus:
2..n.T
BHP turbin = =
60
Pada grafik diatas terdapat anomali pada bukaan 50% dititik lampu ke 3,
titik lampu ke 2 dan titik lampu ke1 nilai torsi meningkat . pada bukaan 75%
juga terdapat anomali dimana pada titik lampu ke 2 nilai Torsinya (N.m) tetap.
Hal ini disebabkan oleh adanya parameter-parameter yang tidak konstan seperti
nilai putaran (rpm).
Gambar 3.14 Grafik Hubungan n-WHP pada H=3 mH2O dengan variasi bukaan vane
Pada grafik hubungan antara putaran dengan daya hidrolisis air (WHP)
digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan sudu 75% dengan
warna merah dan bukaan sudu 50% dengan warna hijau. Seperti halnya pada
grafik n-Q, besarnya WHP dipengaruhi oleh debit (Q), semakin besar debit
maka akan semakin besar nilai WHP. Pada bukaan 100% akan lebih besar nilai
WHP dibanding dengan bukaan 75% dan 50%. Berdasarkan grafik di atas
bahwa semakin kecil putaran turbin maka semakin besar nilai WHP-nya.
Pada bukaan sudu 100% dan 75% terdapat anomali yaitu pada titik 4
lampu dan titik 2 lampu nilai WHP (watt) dari inlet turbin tetap, hal ini
disebabkan oleh adanya parameter-parameter yang kadang tidak konstan seperti
torsi. Sedangkan pada bukaan sudu 50% terdapat anomali yaitu pada titik 3
lampu nilai WHP (watt) dari turbin mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
oleh adanya parameter-parameter yang tidak konstan seperti nilai debit (m3/s).
Gambar 3.15 Grafik Hubungan H-t pada Lampu 5 dengan variasi bukaan vane
Pada grafik digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan
sudu 75% dengan warna merah dan bukaan sudu 50% dengan warna hijau.
Dengan mengetahui nilai head pompa (m) dan t (%) dari turbin maka akan
diketahui korelasinya.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada masing-masing bukaan
terdapat kecenderungan menurun. Misal pada bukaan 100%, jika nilai head
pompa (m) naik dan t (%) dari turbin naik. Hal ini dikarenakan nilai putaran
(rpm) yang berubah sangat drastis, dari nilai 1285 rpm head 3, lalu 1596 rpm
head 4, dan 1850 rpm head 5. Pada bukaan yang lainnya pun juga memiliki
kecenderungan serupa.
Pada grafik diatas terdapat anomali pada bukaan 50%, dimana Efisiensi
turbin (t) pada titik head 4 mH2O mengalami peningkatan dibanding pada titik
head 3 mH2O. Hal ini disebabkan oleh perubahan nilai n (rpm) yang tidak tajam.
Gambar 3.16 Grafik Hubungan H-t pada Lampu 1 dengan variasi bukaan vane
Pada grafik digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan
sudu 75% dengan warna merah dan bukaan sudu 50% dengan warna hijau.
Dengan mengetahui nilai head pompa (m) dan t (%) dari turbin maka akan
diketahui korelasinya.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada masing-masing bukaan
terdapat kecenderungan menurun . Misal pada bukaan 50%, jika nilai head
pompa (m) naik dan t (%) dari turbin naik. Hal ini dikarenakan nilai putaran
(rpm) yang berubah sangat drastis, dari nilai 1280 rpm head 3, lalu 1588 rpm
head 4, dan 1869 rpm head 5. Pada bukaan yang lainnya pun juga memiliki
kecenderungan serupa.
Pada bukaan sudu 100% terdapat anomali yaitu pada head 5, nilai t (%)
turbin meningkat. Sedangkan pada bukaan sudu 75% yaitu pada head 5, nilai t
(%) turbin meningkat, daripada head 4. Hal ini disebabkan oleh perubahan nilai
n yang tidak tajam.
f. Grafik Isoefisiensi
3.9.2 Saran
1. Agar mesin tetap stabil sebaiknya di tambah stabilizer
2. Kurangnya kalibrasi pada alat ukur dan mesinnya, karna pada suatu
pengukuran kesalahan dengan selisih 0,01 akan berpengaruh besar pada
pengukuran torsi dan effisiensi
3. Karena percobaan manual maka praktikan harus benar benar teliti, agar
kesalahan dalam perhitungan dapat dihindari.
4. Praktikan harus lebih berhati hati dalam melakukan pembacaan gaya
(F) dan head (H) sehingga didapatkan hasil pengamatan yang benar.
5. Setelah melaksanakan praktikum hendak membersihkan peralatan dan
perlengkapan dengan tertib.