Kelompok 4
Aisyah Rahmania
04121004034
Ahdiat Sukmawan
04121004030
Fadilla Ash-Shiddieqi NS
04121004032
Afif R. Thabrani
04121004044
Yelli Sidabutar
04101004023
Dosen Pembimbing
drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi, M.Kes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
2. Xerostomia
Gejala berupa mulut kering akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang.
Hal ini terajadi karena gangguan sel asinar akibat radiasi. Sehingga terjadi
perubahan komposisi faal elektrolit ludah. Manifestasi klinis dari xerostomia
adalah keluhan mulut terasa terbakar, sulit menelan, pengecapan dan proses
bica terganggu. Sehingga diperlukan hidrasi, obat kumur (klorheksidin),
menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok.
3. Moniliasis / Kandidiasis
Kandidisasis adalah infeksi spesies Candida
Paling sering Candida albicans. Hal ini terjadi akibat pentalaksanaan bedah
yang tidak steril serta pengaruh radiasi dan kemoterapi. Kandidiasis memiliki
varian klinis. Kandidiasis pseudomembranosa memiliki ciri khas yaitu bercak
putih seperti krim, sedikit menonjol, dapat diseset.
Kandidiasis nodular
memiliki ciri khas yaitu plak putih yang keras dan menonjol. Kandidiasis
mukokutan adalah sindrom klinik yang heterogen dan jarang terjadi, memiliki
cirri khas berupa lesi kronis dikulit, kuku, dan mukosa, dan biasanya
berhubungan dengan ganggaun imunologis. Gambaran klinis lesi oral tampak
plak putih, multiple, tidak dapat diseset. Perawatan kandidiasis
adalah
4. Gingivitis
Gingivitis yaitu peradangan gingival disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
dan gangguan mekanis seperti tidak fit nya protesa pada gigi. Hal ini terjadi
akibat pentalaksanaan bedah yang tidak steril. Manifestasi klinis dari
gingivitis adalah gingiva berwarna merah, stippling hilang, konsistensi
menjadi
fibrotik,
ukuran
membesar,
terdapat
tendensi
pendarahan.
6. Abses
Adalah suatu penimbunan pus/nanah didalam jaringan didalam tubuh. Abses
disebabkan oleh infeksi bakteri. Manifestasi klinis dari abses adalah
pembengkakan saat palpasi, nyeri tekan, kemerahan. Penatalaksanaan abses
yaitu pemberian Antibiotik (penisilin) dan aspirasi untuk mempercepat proses
penyembuhan.
7. Limpadenopati
Limpadenopati adalah pembengkakan pada kelenjar limfe. Kelenjar limfe
berfungsi sebagai penyaring cairan limfe yang beredar diseluruh tubuh. Cairan
limfe berfungsi sebagai pengangkut lemak dan sumber leukosit. Kelenjar
limfe berhubungan dengan timus, tonsil, adenoid, Peyer patch.
9. Mukokel
Mukokel adalah fenomena atau lesi yang sering terjadi pada mukosa
mulut, berasal dari kelenjar saliva minor dan duktusnya. Hal ini disebabkan
trauma minor lokal dan rupture pada duktus atau obstruksi duktus akibat
sumbatan pada mukosa. Manifestasi klinis mukel adalah pembengkakan yang
tidak nyeri, berbentuk kubah, soliter, berwarna kebiruan, atau translusen,
disertai fluktuasi, ukurannya bervariasi dengan skala diameter millimeter
hingga centimeter. Maka dari itu diperlukan perawatan eksisi.
10. Rekurensi
Pada perawatan kuretase/nukleasi dimana pembuangan jaringan hanya
dilakukan pada jaringan yang terinfeksi sel tumor saja, sehingga bila tidak
dilakukan pembersihan dengan benar, maka tingkat rekurensi atau penyakit
muncul kembali akan semakin tinggi.
11. Perdarahan
Perdarahan ringan biasanya terjadi pada 12-24 jam pertama pasca
pembedahan. Jika terjadi perdarahan yang cukup banyak, yaitu lebih dari 1
katong (450mL) pada orang dewasa, maka harus segera dilakukan
penanganan untuk mengontrol pendarahan tersebut dengan menenangkan
pasien dan mengecek vital sign, serta dilakukan monitoring hingga
perdarahan berhenti.
12. Hematom
Terjadi perdarahan yang membeku dan membentuk massa yang padat.
Hematom terlihat sebagai pembengkakan rongga mulut/fasial atau keduanya
yang sering berwarna merah. Seiring dengan berjalannya waktu akan berubah
menjadi noda memar berwana biru dan hitam. Hal diatas dapat dicegah
dengan hemostasis yang memadai pada saat operasi, pemasangan drain atau
suction pasca bedah penggunaan pembalut tekanan fasial atau oral. Cara
mengatasinya adalah dengan memberikan penjelasan kepada pasien dan
menunggu proses penyembuhan yang memerlukan waktu beberapa hari.
Antibiotik juga diperlukan karena hematom dapat dengan mudah menjadi
sumber infeksi.
yang
cermat
dan
kerjasama
dari
opertator
da
asisten.
B. Komplikasi Sistemik:
1. Sinkop
Kedaruratan ini paling sering terjadi pada pasien yang duduk di kursi
unit baik pada awal maupun akhir perawatan. Kolaps dapat terjadi tiba-tiba
dan dapat disertai atau tidak disertai dengan hilangnya kesadaran. Pada
sebagian besar kasus yang mendadak dan menimbulkan hipoksia serebral dan
umumnya akan pulih secara spontan. Pasien sering mengeluh pusing, lemas
dan nausea dengan kulit yang pucat, dingin serta mudah berkeringat. Sinkop
karena serangan bradikardia yang nyata sehingga adanya denyut nadi yang
lambat dan lemah dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnose
banding.
Pertolongan pertama harus segera diberikan dan pasien jangan
ditinggalkan
sendirian.
Prioritas
pertama
adalah
memulihkan
dan
menghubungi dokter yang merawat pasien untuk memastikan detail obatobatan yang digunakan pasien tersebut, sebelum melakukan perawatan. Pada
saat bersamaan dokter gigi juga harus menentukan keparahan penyakit
sistemis yang diderita pasien dan hubungannya terhadap perawatan gigi yang
akan dilakukannya.
3. Hepatitis serum
Agen penyebab dari penyakit yang sangat serius ini adalah antigen
yang berhubungan dengan hepatitis B (GBsAg) yang juga disebut sebagai
"virus B' dari "antigen Australia". Pada praktek kedokteran gigi, resiko
penyebaran infeksi sangatlah besar terutama bila digunakan syringe dan
jarum yang kurang steril.
4. Reaksi sensitivitas
Reaksi ini mempunyai derajat yang bervariasi dari pembengkakan
oedematus local atau urtikaria pada daerah suntikan sampai reaksi anaphilatik
yang berbahaya dan parah yang terbukti fatal bila tidak cepat ditanggulangi.
Untunglah sebagian besar reaksi bersifat ringan dan sementara sehingga tidak
memerlukan perawatan dan bahkan sering tidak mendapat perhatian.
Reaksi toksis karena dosis berlebih dapat terlihat bila kadar lignokain
dalam plasm lebih besar daripada 5 ug/ml. konsentrasi sebesar ini dapat
dicapai bila dilakukan penyuntikan intravascular secara kurang tepat atau bila
dilakukan pendepositan sejumlah besar larutan anestesi local secara cepat.
Tanda pertama dari respon system saraf sentral biasanya berupa eksitasi
seperti pusing, gelisah, nausea atau sakit kepala ringan diikuti dengan tremor
dan denyut muscular terutama pada wajah, tangan dan kaki. Baru kemudian
terjadi konvulsi.
5. Dermatitis okupansional
Bila digunakan prokain sebagai larutan anestesi local tidak jarang
akan menemukan reaksi sensitivitas terhadap larutan ini berupa timbulnya
11
dermatitis "Novocain" yang ditandai dengan retak-retak yang sakit dan fisurfisur pada kulit yang terlihat sangatlah jelas di sekitar kuku dan di antara jari.
Kondisi ini resisten terhadap perawatan dan individu yang terserang
sebaiknya diminya untuk menggunakan sarung tangan karet selama bekerja
dalam usaha untuk menghindari kontak dengan prokain.
6. Gangguan kardio respirasi
Kemungkinan terjadinya gagal respirasi atau gagal jantung yang
disebabkan oleh penyuntikan larutan anestesi lokal umumnya bersifat
sementara. Walaupun demikian, setiap dokter gigi harus mampu menangani
kedaruratan yang terjadi karena sebab apapun. Perlu juga disadari bahwa
kedua kondisi ini saling berhubungan karena bila keduanya tidak terdeteksi
dan tidak dirawat, akan berkembang makin cepat. Karena itu, bila pasien
berhenti napas, dokter gigi harus memeriksa denyut carotid dan pupil mata.
Tidak adanya denyutan dan dilatasi pupil adalah tanda yang menunjukkan
adanya gagal jantung yang munkin disebabkan oleh gagal respirasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gordon W. Pederson. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1996 : 83-100.
Laskaris G. Atlas Saku Penyakit Mulut. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2006.
Sonis ST, Sonis AL, Lieberman A. Oral Complications in patients receiving
treatment for malignancies other than of the head and neck. JADA.
1978;97:468-472.
Abeloff, Martin D., James O. Armitage, Allen S. Lichter, and John E.
Niederhuber. Cancer Management. Clinical Oncology. Philadelphia, PA:
Churchill Livingstone, Inc., 2000.
Mark H. Beers, MD, Robert Berkow, MD. Principles of Cancer Therapy: Surgery.
Whitehouse Station, NJ: Merck Research Laboratories, 1999.
12
13