Anda di halaman 1dari 3

Komplikasi Oral Setelah Perawatan Tumor Jinak

Perawatan Bedah
1. Rekurensi
Pada perawatan kuretase/nukleasi dimana pembuangan jaringan
hanya dilakukan pada jaringan yang terinfeksi sel tumor saja,
sehingga bila tidak dilakukan pembersihan dengan benar, maka
tingkat rekurensi atau penyakit muncul kembali akan semakin
tinggi.
2. Pedarahan
Perdarahan ringan biasanya terjadi pada 12-24 jam pertama pasca
pembedahan. Jika terjadi perdarahan yang cukup banyak, yaitu
lebih dari 1 katong (450mL) pada orang dewasa, maka harus
segera dilakukan penanganan untuk mengontrol pendarahan
tersebut dengan menenangkan pasien dan mengecek vital sign,
serta dilakukan monitoring hingga perdarahan berhenti.
3. Hematom
Terjadi perdarahan yang membeku dan membentuk massa yang
padat.

Hematom

terlihat

sebagai

pembengkakan

rongga

mulut/fasial atau keduanya yang sering berwarna merah. Seiring


dengan berjalannya waktu akan berubah menjadi noda memar
berwana biru dan hitam. Hal diatas dapat dicegah dengan
hemostasis yang memadai pada saat operasi, pemasangan drain
atau suction pasca bedah penggunaan pembalut tekanan fasial atau
oral.
Cara mengatasinya adalah dengan memberikan penjelasan kepada
pasien dan menunggu proses penyembuhan yang memerlukan
waktu beberapa hari. Antibiotik juga diperlukan karena hematom
dapat dengan mudah menjadi sumber infeksi.
4. Rasa Sakit

Rasa sakit pasca pembedahan sangat mengganggu, sehingga


diberikan obat analgesik (pengontrol rasa sakit). Obat diberikan 8
jam pasca pembedahan dengan dosis yang tepat.
5. Edema
Edema merupakan kelanjutan normal dari pasca pembedahan dan
merupakan reaksi normal dari jaringan pasca cedera. Edema adalah
reaksi individual, sehingga besar-kecilnya edema tergantung dari
masing-masing individu. Pengontrolan edema dapat dilakukan
dengan termal (dingin), fisik (penekanan), dan obat-obatan.
6. Cedera Jaringan Lunak
Cedera jaringan lunak yang paling umum adalah lecet (luka sobek)
dan luka bakar/abrasi.
Lecet sering diakibatkan oleh retraksi berlebihan dari flap yang
kurang besar. Sobeknya mukosa sering terjadi pada tempat yang
tidak diinginkan yaitu pada tepi tulang, atau pada tempat
penyambungan tepi-tepi flat. Hal ini dapat dihindari dengan
retraksi yang lebih ringan dan membuat flap yang lebih besar.
Lecet juga dapat diakibatkan instrumen seperti scalpel, elevator,
dan instrumen putar. Hal tersebut dapat dihindari dengan perhatian
yang cermat dari opertor dan asistennya.
Luka bakar/abrasi bisa terjadi akibat tertekannya bibir yang telah
dianastesi oleh pegangan henpis lurus. Hal ini dapat dihindari
dengan perhatian yang cermat dan kerjasama dari opertator da
asisten. Penanggulangannya, yaitu dengan obat antibiotik atau
steroid topikal/oles, seperti bacitracia atau bethamethasone
(valisone).

7. Cedera Syaraf
Neuropaksia; berkurangnya fungsi-fungsi serabut saraf perifer
dalam waktu singkat akibat penekanan, obat, atau rangsangan
dingin yang menyebabkan paralisis sementara pada serabut
motorik atau sensorik.

Aksonotmesis; kerusakan cukup berat atau cedera regangan yang


menyebabkan putusnya kontinuitas akson tetapi jaringan ikat
pendukungnya tetap utuh.
Neurotmesis; suatu cedera yang parah, yaitu putusnya cabang
syaraf.
Penatalaknsanaanya, yaitu dirujuk setelah dideteksi adanya cedera
pada syaraf. Perawatan harus segara dilakukan bila telah terbukti
bahwa ada syaraf yang terpotong. Apabila sifat dan perluasan
cedera tidak bisa ditentukan, maka perawatan ditunda 3-6 bulan.
Perawatannya terdiri dari dekompresi, anastomosis, eksisi, atau
graft/cangkok.
8. Fraktur
Frakur, yaitu patahnya gigi, restorasi, prosesus alveolaris, maksila,
atau mandibula akibat tekanan yang tidak terkontrol atau
berlebihan pada saat pembedahan. Hal diatas dapat dihindari
dengan tekanan yang terkontrol dan pemeriksaan radiografi
sebelum dilakukan pembedahan. Perawatan yang dapat dilakukan,
yaitu rekontruksi, fiksasi, ataupun cangkok tulang.
Gordon W. Pederson. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1996 : 83-100.

Anda mungkin juga menyukai