ICS XX.XXXX
Daftar Isi
Prakata
Standar ini bertujuan untuk memberikan pedoman baku dalam perancangan dermaga
roro. Standar ini ditujukan bagi perencana pelabuhan, untuk menjadi acuan yang
seragam dalam perencanaan dermaga roro.
Standar ini mengacu pada beberapa naskah standar yang berlaku secara luas, seperti
British Standard dan OCDI. Standar ini juga mengacu pada naskah akademik yang
relevan dengan perencanaan dermaga roro, sehingga diharapkan muatan yang
terkandung dalam standar ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
iii
Ruang lingkup
Standar ini menetapkan ukuran dan fasilitas dermaga pelayanan kapal Ro/Ro, yakni
yang mencakup segala jenis kapal yang memiliki ramp sebagai moda bongkar muat,
termasuk diantaranya kapal ferry penumpang dan car carrier.
2
Acuan normatif
3.1
deadweight tonnage (DWT)
berat maksimum barang yang dapat dimuat ke atas kapal dalam satuan ton.
3.2
gross tonnage (GT)
ukuran kapasitas isi kapal berdasarkan konvensi Internasional dari IMO Tahun 1969
tentang International Convention on Tonnage Measurement of Ships; untuk kapal-kapal
non-konvensi berdasarkan peraturan negara bendera kapal dan tercantum dalam Surat
Ukur Kapal yang dinyatakan sebagai tonase kotor.
Commented [DA1]:
Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
Sumber: Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 2002, The Overseas Coastal
Area Development Institute of Japan (OCDI).
Commented [DA2]: Sumber: http://www.dephub.go.id/knkt/ntsc_maritime/maritime_glossary.htm
3.3
pasang surut
fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda di
langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi.
3.4
spring tides
kondisi pasang surut yang terjadi dua kali dalam satu bulan dimana rentang rata-rata
dua pasang mencapai nilai tertinggi.
Commented [DA3]:
Sumber:Triatmodjo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset, 2009.
Commented [DA4]: two occasions in a lunar month when the average range of two successive tides is greatest
Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
1 dari 20
3.5
mean high water springs (MHWS)
nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi pasang tertinggi yang dihitung dalam
jangka panjang.
3.6
mean low water springs (MLWS)
nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi surut terendah yang dihitung dalam
jangka panjang.
3.7
mean sea level (MSL)
nilai rata-rata elevasi muka air laut yang dihitung dalam jangka panjang, misalnya dalam
jangka waktu 18,6 tahun, atau nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi tidak
terjadi pasang surut.
3.8
pelabuhan
tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau muat-bongkar barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Commented [DA5]: average, over a long period of time, of the heights of two successive high waters at springs
Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
Commented [DA6]: average, over a long period of time, of the heights of two successive low waters at springs
Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
Commented [DA7]: average level of the sea surface over a long period, preferably 18.6 years (one cycle of the moons nodes), or the
average level that would exist in the absence of tides
Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
Commented [DA8]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 1
3.9
.
pelabuhan laut
pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut dan/atau
angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai.
Commented [DA9]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 7.
3.10
pelabuhan sungai dan danau
pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di
sungai dan danau.
Commented [DA10]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 8.
3.11
dermaga
bangunan tempat menambatkan kapal yang melakukan muat-bongkar barang dan
menaik-turunkan penumpang.
3.1
wharf
dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai
Commented [DA11]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
3.2
pier
dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak lurus dengan garis pantai
(berbentuk jari)
Commented [DA12]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
3.3
jetty
dermaga yang menjorok ke laut sedemikian sehingga sisi depannya berada pada
kedalaman yang cukup untuk merapat kapal
Commented [DA13]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
2 dari 20
3.4
apron
daerah yang terletak antara sisi dermaga dan sisi depan gudang (pada terminal barang
umum) atau container yard (pada terminal peti kemas), di mana terdapat pengalihan
kegiatan angkutan laut (kapal) ke kegiatan angkutan darat
3.12
deck on pile
konstruksi dermaga berupa struktur lantai dermaga yang ditumpu oleh pondasi tiang.
3.13
Ro/Ro (roll-on/roll-off)
metode bongkar muat dimana proses bongkar muat kapal dilakukan dengan
menurunkan ramp pada kapal ke dermaga sehingga forklift dan kendaran beroda lainnya
dapat masuk dari dermaga ke kapal dan sebaliknya
4
4.1
Ketentuan umum
Sistem satuan
Sistem satuan yang digunakan dalam standar ini adalah Sistem Internasional (SI).
Konversi satuan antar berbagai sistem disajikan dalam Lampiran A.
4.2
Karakteristik Kapal
Panjang Kapal (LoA)
Lebar Kapal (B)
Draft (D)
Displacement ()
Ukuran dan bentuk lambung kapal dan
konfigurasi struktur atas kapal
Kapasitas Penumpang
Jenis dan Kapasitas Kargo
5
Aspek Perencanaan
Panjang dan denah dermaga
Lebar kolam pelabuhan dan alur
pelayaran
Lebar jangkauan alat bongkar muat
Kedalaman kolam pelabuhan dan alur
pelayaran
Energi tumbukan kapal dan sistem fender
Sistem fender dan bollard
Penempatan perlengkapan dermaga
Area tunggu, jalan masuk dan fasilitas
untuk penumpang
Kebutuhan lapangan penumpukan /
gudang dan alat bongkar muat.
Commented [DA14]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
LOA
LWL
LBP
freeboard
draft
Under keel clearance (UKC)
beam/breadth
freeboard
depth
draft
Under keel clearance (UKC)
DWT
DT
LOA
LPP
(t)
(t)
(m)
(m)
1,000
2,000
3,000
5,000
7,000
10,000
15,000
20,000
30,000
2,190
4,150
6,030
9,670
13,200
18,300
26,700
34,800
50,600
73
94
109
131
148
169
196
218
252
66
86
99
120
136
155
180
201
233
(m)
6.2
8.4
10.0
12.5
14.5
17.0
20.3
23.1
27.6
(m)
3.5
4.5
5.3
6.4
7.2
8.2
9.6
10.7
12.4
Commented [DA15]:
Sumber: Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 2002, The Overseas Coastal
Area Development Institute of Japan (OCDI).
Dalam hal ukuran kapal dinyatakan dalam satuan GT, nilai DWT kapal dapat ditentukan
berdasarkan korelasi antara GT dan DWT sebagai berikut:
DWT
6
GT/0,808
Jenis dermaga
Jenis dermaga dibedakan menurut orientasinya terhadap garis pantai dan menurut jenis
strukturnya. Menurut orientasinya, dermaga dibedakan menjadi tipe wharf, pier dan jetty.
4 dari 20
Commented [DA16]:
Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
Wharf
Pier
Jetty
Struktur Tertutup
Dinding Gravitasi
Blok Beton
Struktur Terbuka
Dinding Turap
Kaison
Tiang Pancang
Dinding Penahan
Tanah
Jetty
Pier
Quay/Wharf
Wilayah daratan
kondisi hidrooseanografi (gelombang dan pasang surut). Tipe dermaga dipilih yang
paling sesuai sehingga biaya pembangunannya seekonomis mungkin (Triatmodjo, 2009).
Gambar 4 menunjukkan pertimbangan dalam menentukan tipe dermaga.
Wharf
Kapal
Pengerukan
Turap
Dasar pelabuhan
Jetty
Kapal
Tiang pancang
Ukuran dermaga
Sketsa definisi ukuran dermaga
Sketsa definisi ukuran dermaga yang dihitung berdasarkan ukuran kapal rencana
ditunjukkan pada Gambar 5.
6 dari 20
Panjang dermaga
0,1 LOAmax
0,1 LOAmax
LOAmax
Apron
beam/breadth
Apron
freeboard
draft
Muka
dermaga
UKC
Dasar kolam dermaga
Apabila kapal rencana tidak diketahui, maka ukuran tipikal dermaga dapat mengacu
pada Tabel 3. Panjang dermaga dibulatkan ke atas dengan ketelitian 5 meter.
Kedalaman kolam dermaga dibulatkan ke atas dengan ketelitian 0,5 meter, dan dihitung
terhadap elevasi LLWL.
Perhitungan yang lebih teliti dengan mengacu pada ukuran kapal rencana disajikan pada
sub bab berikutnya.
Tabel 3
DWT
Panjang dermaga
(t)
(m)
1,000
2,000
3,000
5,000
7,000
10,000
15,000
20,000
30,000
7.3
90
115
135
160
180
205
240
265
305
Kedalaman kolam
Lebar apron
dermaga
(m)
(m)
4.0
5.0
6.0
7.5
8.0
9.5
11.0
12.0
14.0
10
15
15
20
20
20
20
20
20
bebas di bawah lunas, nilai 10% dari draft maksimum digunakan sebagai standar.
Secara matematis, dinyatakan dalam persamaan berikut:
d =
=
=
draftmax + UKC
draftmax + 10% x draftmax
1,1 draftmax
Keterangan
d
adalah kedalaman kolam dermaga, dihitung terhadap elevasi muka air terendah
(Lowest Low Water Level, LLWL)
draftmax adalah draf kapal terbesar dalam kondisi sarat (fully loaded)
adalah under keel clearance, ruang bebas di bawah lunas, besarnya 10% draftmax
UKC
Untuk dermaga yang digunakan oleh kapal dalam kondisi cuaca buruk (badai), margin
untuk gerakan kapal oleh angin dan gelombang harus ditambahkan ke ruang bebas
lunas.
7.4
Panjang dermaga
Commented [DA17]:
Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
Keterangan:
A
adalah tali haluan (bow line)
B
adalah tali buritan (stern line)
C
adalah tali pengikat (spring lines)
D
adalah tali penahan (breast lines)
Commented [DA18]:
Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
Lp = 1,2 Loa
Keterangan
Lp
adalah panjang dermaga
Loa
adalah panjang kapal terbesar yang dilayani.
8 dari 20
Commented [DA19]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Apabila dermaga digunakan oleh lebih dari satu tambatan kapal, di antara dua kapal
yang berjajar diberi jarak sebesar 10% kali panjang kapal terbesar yang menggunakan
pelabuhan. Secara matematis, panjang dermaga untuk beberapa tambatan dinyatakan
dalam persamaan berikut:
Lp = n Loa + (n + 1) 10% Loa
Keterangan
Lp
adalah panjang dermaga
n
adalah jumlah tambatan
Loa
adalah panjang kapal terbesar yang dilayani
7.5
Elevasi dermaga
7.6
+0,5~1,5
+1,0~2,0
+0,3~1,0
+0,5~1,5
Commented [DA20]:
Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
Lebar apron
Apron dengan luas yang memadai harus disediakan antara garis muka dermaga dan
gudang atau lapangan penumpukan untuk memastikan keselamatan dan kelancaran
kegiatan bongkar muat barang, naik turun penumpang dan lalu lintas kendaraan.
Lebar apron harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan ukuran dan penggunaan
dermaga, dan struktur gudang di belakang dermaga dan penggunaannya.
Lebar standar apron ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5
Perlengkapan dermaga
Fender (bantalan sandar)
Fender pada prinsipnya adalah medium yang memisahkan antara kapal dengan
dermaga. Medium ini berfungsi untuk menyerap sebagian energi kinetik dari kapal
sehingga mengurangi risiko rusaknya badan kapal dan badan dermaga (PIANC, 2002).
9 dari 20
Commented [DA21]:
Sumber: MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the design of fender systems. Brussel: PIANC.
Perencanaan fender, baik dari tipe dan sistem pemasangannya, harus dilakukan secara
berkesinambungan dengan perencanaan struktur dermaga. Fender harus dirancang
sedemikian sehingga:
1. Penyandaran kapal ke dermaga dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan baik
terhadap dermaga maupun kapal itu sendiri;
2. Kapal dan dermaga (termasuk fender) tidak mengalami kerusakan pada saat
kapal bertambat;
3. Periode operasi dan tingkat keselamatan terjaga secara berkelanjutan.
Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga harus dapat
melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk
berbagai elevasi muka air laut. Gambar 7 menunjukkan posisi penempatan fender
terhadap beberapa ukuran kapal.
Pada gambar Gambar 7(a) fender dapat melindungi dermaga benturan kapal besar,
tetapi untuk ukuran kapal yang lebih kecil fender tersebut tidak berfungsi dengan baik.
Untuk dapat melindungi dermaga terhadap benturan kapal dari berbagai ukuran maka
digunakan fender yang lebih panjang dengan penempatan seperti terlihat dalam gambar
Gambar 7(b) dan (c).
Fender
Kapal terbesar
Commented [DA22]:
Sumber: MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the design of fender systems. Brussel: PIANC.
Kapal
terkecil
Kapal
terkecil
Kapal terbesar
Fender
Kapal
terkecil
Kapal terbesar
Fender
Commented [DA23]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Kapal
Fender
Commented [DA24]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan jarak maksimum antara fender:
L 2 r 2 (r h) 2
Keterangan:
L
adalah jarak maksimum antar fender (m)
r
adalah jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h
adalah tinggi fender
Commented [DA25]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Commented [DA26]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman air
seperti diberikan dalam tabel berikut ini:
Commented [DA27]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Tabel 6
Beberapa literatur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan fender
adalah sebagai berikut:
1. British Standard BS 6349-4, Maritime structures Part 4: Code of practice for
design of fendering and mooring systems.
2. MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the Design fo Fender Systems. Brussel:
PIANC.
8.2
Alat penambat
Tiang penambat yang digunakan dalam cuaca buruk (badai) harus dipasang pada kedua
ujung dermaga sejauh mungkin di belakang garis depan dermaga. Bollard harus
dipasang di dekat garis depan dermaga, agar dapat digunakan untuk menambatkan
kapal pada kondisi cuaca biasa dan untuk menyandarkan kapal. Untuk menentukan
jarak dan jumlah minimum bollard per tambatan, tabel di bawah ini dapat digunakan
sebagai acuan:
Tabel 7
Commented [DA28]: Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan. Tokyo:
OCDI.
Beban yang bekerja pada struktur dermaga merupakan kombinasi dari beban struktur itu
sendiri, peralatan mekanikal dan beban operasional yang berada di atas struktur, dan
beban lingkungan. Beban-beban bekerja yang disebutkan di atas bekerja pada arah
lateral dan vertikal pada struktur.
12 dari 20
Commented [DA29]: BS 6349-4, Maritime structures Part 4: Code of practice for design of fendering and mooring systems.
9.1
Pelat;
Balok;
Kepala tiang;
Tiang pancang;
Bollard (titik tambat);
Fender (bantalan sandar);
Kerb (curb, pembatas pergerakan kendaraan di dermaga);
Bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga, misalnya pipa air,
pipa bahan bakar, fasilitas penerangan, tangga akses, dan lain-lain).
9.2
Beban operasi
Beban operasional merupakan beban hidup yang besarnya tergantung pada pemakaian
dermaga, yang meliputi:
1.
Beban yang bekerja pada lantai dermaga:
a. aktivitas pejalan kaki,
b. kendaraan,
c. alat berat untuk muat-bongkar.
2.
Beban dari operasi kapal
a. Sandar,
b. Tambat.
9.3
Beban lingkungan
1.
13 dari 20
2.
Untuk dermaga baja dan beton, perhitungan kekuatan makro struktur harus
dilaksanakan menggunakan perangkat lunak yang diakui luas dalam praktek jasa
konstruksi.
14 dari 20
11.8 Kerb
Kerb dengan tinggi minimum 200 mm harus disediakan di sekeliling dermaga, untuk
mencegah kendaraan terjatuh ke laut.
12 Ramp kendaraan
12.1 Konfigurasi ramp
Selain ramp yang terdapat pada kapal, dermaga yang akan melayani kapal Ro/Ro yang
memiliki ramp dibagian belakang atau depan kapal sebaiknya memiliki ramp pantai
(shore ramp) yang menghubungkan dermaga dengan ramp kapal, sedangkan untuk
kapal Ro/Ro dengan ramp samping atau quarter ramp, pada umumnya tidak
membutuhkan ramp pantai, kecuali jika pasang surut sangat tinggi. Denah ramp pada
beberapa jenis dermaga dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Commented [DA37]: Sumber: BS 6349-2: 1988, Maritime structures - Part 2: Design of quay walls, jetties and dolphins.
Gambar 10 Ramp untuk kapal yang ditambatkan pada pelampung atau jangkar
15 dari 20
Gambar 12 Ramp untuk kapal yang ditambatkan sepanjang dolphin atau ponton
12.2 Jenis ramp
Jenis jenis ramp pantai yang dapat digunakan untuk dermaga Ro/Ro antara lain:
1. Fixed shore ramp, ramp pantai merupakan satu kesatuan dengan struktur dermaga
dan elevasi ramp tetap, tidak dapat dinaik - turunkan.
16 dari 20
Commented [DA38]: Sumber: BS 6349-2: 1988, Maritime structures - Part 2: Design of quay walls, jetties and dolphins.
Commented [DA39]: Sumber: BS 6349-2: 1988, Maritime structures - Part 2: Design of quay walls, jetties and dolphins.
3. Floating bridge ramp, ramp terapung yang dapat dinaik turunkan kemiringannya
sehingga elevasi ramp pantai dapat disesuaikan dengan ship ramp dan dermaga.
Selain itu floating bridge ramp dapat dipindahkan dari satu sisi dermaga ke sisi
lainnya.
Commented [DA40]: Sumber: BS 6349-2: 1988, Maritime structures - Part 2: Design of quay walls, jetties and dolphins.
Beban kendaraan
Beban kendaraan yang didapat diterima oleh ramp pantai harus disesuaikan
dengan kendaraan yang akan melalui ramp tersebut. Sebaiknya ramp pantai
minimal dapat menahan beban kendaraan jalan raya. Beban-beban lain yang
mungkin terjadi seperti beban terpusat dari craneoutrigger juga harus
17 dari 20
18 dari 20
Lampiran A
(informatif)
Besaran
Satuan non-SI
Panjang
Massa
1 kgfs2/m
Percepatan
1 Gal
Gaya
1 kgf
1 dyn
Momen gaya
1 kgfm
Satuan SI
1 m
9,0665 kg
0.01 m/s2
9.80665 N
10 N
9,80665 Nm
9,80655 x 104 Pa
Tekanan
1 kgf/cm2
1 mHg
133,322 kPa
9,80655 x 104 Pa
Tegangan
1 kgf/cm2
Usaha (Energi)
Daya
1 kgfm
9,80665 J
1 erg
100 nJ
1 PS
735,499 W
1 HP
746,101 W
4,18605 J
Panas
1 cal
Konduktivitas termal
1 cal/(hmC)
1 cal/(hm2C)
1 cal/(kgC)
Intensitas bunyi
1 phon
19 dari 20
4,18605 Ws
4,18605 J/(kgC)
1 dB
Bibliografi
Standard Design Criteria for Ports in Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Departemen Perhubungan, 1984.
Thoresen, Carl A. Port Design Guidelines and Recommendations. Trondheim: Tapir
Publishers, 1988.
Thoresen, C. A., 2003. Port Designer's Handbook: Recommendations and Guidelines.
London: Thomas Telford.
20 dari 20