OLEH:
NI KADEK SUSANTI
(P07120014014)
TINGKAT III.1
D III KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
2. Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
Derajat I
Panas 2 7 hari , gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan
gusi telinga dan sebagainya.
Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah
menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Berdasarkan fase terpajannya, gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase
yaitu :
1) Pada fase febris
Biasanya demam mendadak tinggi 2 7 hari, disertai muka kemerahan,
eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada
beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva,
anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda
perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula
terjadi perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.
2) Fase kritis
Terjadi pada hari 3 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh
disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang
biasanya berlangsung selama 24 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului
oleh lekopeniprogresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat
terjadi syok.
3) Fase pemulihan
Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler
ke intravaskuler secara perlahan pada 48 72 jam setelahnya. Keadaan umum
penderita membaik, nafsu makan pulih kembali , hemodinamik stabil dan
diuresis membaik.
Dengue Berat
Dengue berat harus dicurigai bila pada penderita dengue ditemukan :
a) Bukti kebocoran plasma seperti hematokrit yang tinggi atau meningkat
secara progresif, adanya efusi pleura atau asites, gangguan sirkulasi atau
syok (takhikardi, ekstremitas yang dingin, waktu pengisian kapiler
(capillary refill time) > 3 detik, nadi lemah atau tidak terdeteksi, tekanan
nadi yang menyempit atau pada syok lanjut tidak terukurnya tekanan
darah)
b) Adanya perdarahan yang signifikan
c) Gangguan kesadaran
d) Gangguan gastrointestinal berat (muntah berkelanjutan, nyeri abdomen
yang hebat atau bertambah, ikterik)
e) Gangguan
organ
berat
(gagal
hati
akut,
gagal
ginjal
akut,
3. Etiologi
Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel sel Arthropoda
misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
e) Temuan laboratorium
i.
ii.
5. Patofisiologi
Virus Dengue adalah anggota dari group B Arbovirus yang termasuk dalam
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Dikenal ada 4 jenis serotipe virus Dengue
yaitu virus Dengue tipe 1 (DEN-1), virus Dengue tipe 2 (DEN-2), virus Dengue
tipe 3 (DEN-3), dan virus Dengue tipe 4 (DEN-4) ditularkan ke manusia melalui
vektor nyamuk jenis Aedes Egypty dan Aedes Albopictus. Virus yang masuk ke
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus Dengue
selanjutnya akan beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul
gejala demam dengan masa inkubasi 4 6 hari (minimal 3 hari sampai maksimal
10 hari) setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus Dengue.
Pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di
tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.
DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat
infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu
reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen
antibodi (kompleks virus antibodi) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan
pembentukan aktivasi sistem komplemen, agregasi trombosit dan aktivasi
meningginya
permeabilitas
dinding
pembuluh
darah
dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat
berperan dalam terjadinya renjatan timbulnya agregasi trombosit menyebabkan
pelepasan trombosit oleh sistem retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia
hebat sehingga terjadi koagulapati atau gangguan fungsi trombosit yang
menimbulkan renjatan/syok.
Renjatan
menyebabkan diseminated
6. Pathway DHF
Arbovirus (Aedes aegypti)
Hepatomegali
Nyeri
Hypothalamus
Hipertermi
Reabsorbsi Na+ +H2O
Resiko syok hipovolemik
Kebocoran plasma
Ke ekstravaskuler
Abdomen: asites
Mual,muntah,anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Permeabilitas kapiler
Resiko perdarahan
Trombositopenia
Perdarahan
Hb dalam darah
suplai O2
Gangguan perfusi jaringan
Kurang pengetahuan
7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Darah
Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji
tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan
masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada
analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta
hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum dan pH darah mungkin meningkat,
sedangkan reserve alkali merendah.
2) Pemeriksaan Hemoglobin
Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan terjadi
kebocoran /perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya akan
keluar dan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Kenaikan kadar
hemoglobin >14 gr/100 ml.
3) Pemeriksaan Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinyahemokonsentrasi,yang
merupakan indikator terjadinya perembesanplasma.Nilai peningkatan ini lebih
dari 20%.
4) Pemeriksaan Trombosit
Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien
didiagnosa sebagai pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu dilakukan
pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebutnormal atau
menurun. Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /l atau kurangdari 1-2
trombosit/ lapang pandang dengan rata-rata pemeriksaan 10 lapang pandang
pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1) Tirah baring atau istirahat baring.
2) Diet makan lunak.
3) Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa: susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DHF.
4) Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan dilakukan bila
pasien terus menerus muntah sehingga tidak mungkin diberikan makanan per
oral atau didapatkan nilai hematokrit yang bartendensi terus meningkat (>40
vol %). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan
kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan Nacl
0,9%. Larutan ringer laktat (RL) atau dektrose 5% dalam larutan RL
(D5/RL), larutan Ringer Asetat (RA) atau dektrose 5% dalam larutan asetat
(D5/RA), larutan garam faali (D5/GF).
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tandatanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan
pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan
plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20
30 ml/kg
pasien
muntah
terus-menerus
maka
lakukan
kolaborasi
10ml/kgBB.
h) Jika sudah ada perbaikan, maka lanjutkan tindakan dari pengurangan
tetesan 5ml/kgBB/jam dan seterusnya. Jika tidak ada perbaikan yang
ditunjukkan dengan tanda-tanda: gelisah, distres pernapasan, frekwensi
nadi meningkat, tekanan nadi < 20 mmHg, diuresis kurang/ tidak ada.
tetesan
5ml/kgBB/jam
kemudian
lanjutkan
tetesan
Identitas Klien.
a. Nama
b. Umur : DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering
menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 ).
c. Jenis kelamin : secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada
penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak
perempuan daripada anak laki-laki.
d. Alamat : penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar
saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia,
bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan
dalam waktu relatif singkat.
e. Pendidikan
f. Pekerjaan.
2)
Keluhan Utama.
Panas atau demam.
3)
Riwayat Kesehatan.
a) Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dengan kesadaran kompos mentis. Panas tinggi (Demam) 2 7 hari,
nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, ruam, malaise, mual, muntah,
sakit kapala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati dan
penurunan nafsu makan (anoreksia), perdarahan spontan. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
b) Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF. Tidak ada hubungannya antara penyakit yang
pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF yang dialami sekarang,
tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang.
c) Riwayat Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal
didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
4)
Nutrisi
Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
Aktivitas
Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala, ulu hati, pegal-pegal
pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-hari.
Istirahat, tidur
Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
Eliminasi
Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
Personal hygiene
Meningkatnya ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
5)
Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat trjadi DSS. Sistem neurosensorik: Berdasarkan tingkat
grade Dengue Haemorragic Fever (DHF) I,II: kesadaran kompos mentis,
Dengue Haemorragic Fever (DHF) III :kesedaran apatis, samnolen,
Dengue Haemorragic Fever (DHF) IV :kesadaran koma
Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada
grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat
positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang
dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
1)
2)
3)
Kram abdomen.
b.
Nyeri abdomen.
c.
d.
Menghindari makanan.
e.
f.
Kerapuhan kapiler.
g.
Diare.
h.
i.
j.
Kurang makanan.
k.
Kurang informasi.
l.
4)
n.
Kesalahan konsepsi.
o.
Kesalahan informasi.
jaringan
pada
ekstremitas
seperti
dingin,
nyeri,
pembengkakan kaki.
5)
3. Perencanaan/Intervensi
Nanda (2015-2017), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang
dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
1)
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Hipertermia
Berhubungan dengan :
penyakit/ trauma
peningkatan
metabolisme
aktivitas yang
berlebih
dehidrasi
DO/DS:
kenaikan suhu tubuh
diatas rentang
normal
serangan atau
konvulsi (kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
Kulit teraba panas/
hangat
2)
NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama..pasien
menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria
hasil:
Suhu 36 37C
Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing, merasa
nyaman
Intervensi
NIC :
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan
RR
Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik:
Kelola
Antibiotik:
..
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Haus
DO:
3)
Penurunan turgor
kulit/lidah
Membran
mukosa/kulit kering
Peningkatan denyut
nadi, penurunan
tekanan darah,
penurunan
volume/tekanan nadi
Pengisian vena
menurun
Perubahan status
mental
Konsentrasi urine
meningkat
Temperatur tubuh
meningkat
Kehilangan berat
badan secara tibatiba
Penurunan urine
output
HMT meningkat
Kelemahan
Intervensi
NOC:
NIC :
Fluid balance
Pertahankan
catatan
Hydration
intake dan output yang
Nutritional Status : Food and
akurat
Fluid Intake
Monitor status hidrasi (
Setelah
dilakukan
tindakan
kelembaban membran
keperawatan selama.. defisit
mukosa, nadi adekuat,
volume cairan teratasi dengan
tekanan darah ortostatik
kriteria hasil:
), jika diperlukan
Mempertahankan
urine Monitor hasil lab yang
output sesuai dengan usia
sesuai dengan retensi
dan BB, BJ urine normal,
cairan (BUN , Hmt ,
Tekanan darah, nadi, suhu
osmolalitas
urin,
tubuh dalam batas normal
albumin, total protein )
Tidak
ada tanda tanda Monitor vital sign setiap
dehidrasi, Elastisitas turgor
15menit 1 jam
kulit baik, membran mukosa Kolaborasi pemberian
lembab, tidak ada rasa haus
cairan IV
yang berlebihan
Monitor status nutrisi
Orientasi terhadap waktu dan
Berikan cairan oral
tempat baik
Berikan
penggantian
Jumlah dan irama pernapasan
nasogatrik sesuai output
dalam batas normal
(50 100cc/jam)
Elektrolit, Hb, Hmt dalam
Dorong keluarga untuk
batas normal
membantu
pasien
pH urin dalam batas normal
makan
Intake oral dan intravena
Kolaborasi dokter jika
adekuat
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Atur
kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang
kateter jika
perlu
Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau mencerna
nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
DS:
Nyeri abdomen
Muntah
Kejang perut
Rasa penuh tiba-tiba setelah
makan
DO:
Diare
Rontok rambut yang
berlebih
Kurang nafsu makan
Bising usus berlebih
Konjungtiva pucat
Denyut nadi lemah
NOC:
a. Nutritional status:
Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status : food
and Fluid Intake
c. Weight Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.nutrisi
kurang teratasi dengan
indikator:
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding capacity
Jumlah limfosit
Intervensi
4)
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
jaringan
perifer adekuat.
Berhubungan dengan
:
Perdarahan
NOC:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.perfusi
jaringan perifer adekuat .
DS :.
Pasien mengatakan
ekstremitasnya dingin
DO:
Kematian jaringan
pada ekstremitas
seperti dingin, nyeri,
pembengkakan kaki
5)
Intervensi
NIC :
Kaji dan catat tanda-tanda
vital.
Nilai
kemungkinan
terjadinya kematian jaringan
pada ekstremitas seperti
dingin, nyeri, pembengkakan
kaki.
Kurang Pengetahuan
Berhubungan dengan : keterbatasan
kognitif, interpretasi terhadap
informasi yang salah, kurangnya
keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.
DS: Menyatakan secara verbal
adanya masalah
DO: ketidakakuratan mengikuti
instruksi, perilaku tidak sesuai
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
Kowlwdge : disease
process
Kowledge : health
Behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses
penyakit dengan kriteria
hasil:
Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
NIC :
Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga
Jelaskan
patofisiologi
dari
penyakit
dan
bagaimana
hal
ini
berhubungan
dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan
cara yang tepat
Gambarkan
proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
4. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesui intervensi yang telah dibuat. Implementasi,
yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry &
Potter, 2005).
a) Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang
tenang, mengompres hangat saat klien demam.
b) Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama
yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.
5. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi
terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada
hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Perry Potter, 2005).
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau
perubahan yang terjadi pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam
berdarah dengue sebagai berikut;
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi.
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan
tanda vital dalam batas normal.
g. Infeksi tidak terjadi.
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
i. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat
tentang proses penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E, dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC
Johnson, Marion.2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). United states ofAmerika :
Elsevier
Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2000. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : Media
Aescullapius.
M. Bulechek, Gloria. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). United States of
Amerika : Elsevier
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nursalam. 2001. Pendekatan praktis metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. Info Medika
Perry, potter. 2009. Fundamental of nursing, Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba
medika.
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : FKUI