Anda di halaman 1dari 10

Profesi Polisi Dalam Perspektif Hukum Islam

PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Kepolisian
Pada zaman Hindia Belanda, Kepolisian modern Hindia Belanda dibentuk antara
tahun 1897-1920 yang merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik
Indonesia saat ini. Pada masa itu kedudukan, tugas, fungsi, organisasi, hubungan dan tata cara
kerja kepolisian pada zaman Hindia Belanda tentu diabdikan untuk kepentingan pemerintah
kolonial. Pada kepolisian juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan
pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara),
inspekteur van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi
diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.
Sampai jatuhnya Hindia Belanda, kepolisian tidak pernah sepenuhnya di bawah
Departemen Dalam Negeri. Di Departemen Dalam Negeri memang berkantor "Hoofd van de
Dienst der Algemene Politie" yang hanya bertugas di bidang administrasi/pembinaan.
Kemudian, pada masa Jepang kepolisian membagi wilayah Indonesia menjadi dua
lingkungan kekuasaan, yaitu :
1. Sumatera, Jawa, dan Madura dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang.
2. Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai Angkatan Laut Jepang...
Pasca proklamasi, Indonesia masih diberlakukan peraturan perundangan-undnagan
Hindia Belanda termsuk juga tentang Kepolisian. Berdasarkan ketetapan Presiden No.
11/SD/1946 tanggal 1 juli 1946 terbentuklah Dawatan Kepolisian Negara yang bertanggung
jawab langsung kepada perdana menteri. Yang kemudian diperingati sebagai Hari
Bhayangkara.

Dalam Keputusan Presiden RIS No. 22 tahun 1950 menyatakan bahwa awatan
Kepolisian RIS berada dibawah menteri dan dipertanggungjawabkan kepada Menteri dalam
Negeri
Tanggal 21 Agustus 1945, Pasukan Polisi berganti nama menjadi Pasukan Polisi
Republik Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh Inspektur Kelas I Polisi Mochammad
Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan
pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat
moral dan patriotisme seluruh rakyat maupun persatuan bersenjata lain yang patah semangat
akibat kekalahan perang yang panjang.
Dalam Hukum Islam, Polisi atau disebut dengan Syurthah. Pada masa Nabi Yusuf,
sudah dikenal adanya syurtah atau seseorang yang mengadili suatu tindakan. Hal ini dapat
dilihat pada Q.S Yusuf : 76. Dimana dalam surat itu dijelaskan tentang bagaimana sikap
aparat negara yang dipimpin oleh Yusuf terkait kejadian pencuri barang Negara.
Syurthah memiliki tugas untuk menjaga keamanan didalam suatu negara. Dimana
Kedudukan Syurthah dibawah Departemen Keamanan Dalam Negeri (DKDN). Dalam
Departemen inidipimpin oleh syahib as-syurthah atau kepala polisi di setiap cabang di
wilayah tersebut.
Dalam Negara Islam, syurthah ada 2 macam yaitu polisi militer dan polisi yag
dibawah otoritas Khalifah. Yang diperbolehkan menjadi seorang polisi adalah pria dan wanita
yang sudah baligh, dan warga Negara Khilafah. Dalam menjalankan tugasnya, seorang polisi
mempunyai identitas khusus serta seragam sendiri untuk menjaga stabilitas keamanan dan
ketentraman negaranya.
Pada masa Rosululloh s.a.w, kepolisian sudah dikenal oleh masyarakat yaitu pada saat
Rosululloh berada di madinah. Hal ini dapat terlihat dari hadits riwayat Imam Al-Bukhori
dari Anas bin Malik, yaitu :

"Seseungguhnya Qais bin Saad disisi Nabi Sallahu 'alaihi wa sallam memiliki
kedudukan sebagai kepala polisi dan ia termasuk diantara para amir."
Kemudian, Al Uss atau disebut patroli untuk menjaga keamanan dikenalkan pertama
kali pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Khalifah umar membentuk Al Uss untuk menjaga
keamanan dan mengungkap kejahatan di negaranya. Sering kali, Khalifah Umar juga
melakukan patroli sendiri mengelilingi kota Madinah.
Pada masa Khilafah Umayyah, sudah ditetapkan standar karakter yang harus dimiliki
oleh seorang polisi. Hal ini karena peran dan fungsi vital polisi dalam menjaga stabilitas
keamanan negara. Seperti yang diungkapakn Zaid bin Abih :
"Kepala kepolisian hendaklah memiliki kecakapan dan kuat, tidak mudah lupa dan
pengawal pribadi hendaklah yang sudah berumurm serta dapat menjaga kesucian diri dan
tidak memiliki catatan kriminal." (Tarikh al Ya'qub)
4.2 Fungsi, Tugas dan Wewenang Polisi
4.2.1 Dalam Perspektif Hukum Konvensional
Fungsi Kepolisian adalah pertama, menyelenggarakan keamanan dan ketertiban
masyarakat di negaranya. Kedua, melakukan penegakan hukum yang berlaku di negara.
Ketiga, melakukan perlindungan, pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat untuk
memelihara stabilitas keamanan dalam negeri. Dalam melakukan fungsi nya, berkaitan erat
dengan penerapan good governance yaitu sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat serta pemerintahan hukum. (Republik Indonesia, 2002)
Tugas seorang polisi itu dibagi menjadi dua golongan yaitu tugas represif
(menjalankan peraturan) dan tugas preventif (menjaga dan mengawasi peraturan hukum).
Tugas Utama seorang polisi sudah disebutkan Undang-Undang Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 2 tahun 2002, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, tugas
polisi juga tercantum pada pasal 14 adalah :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan


masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundangundangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Mengenai
ketentuan-ketentuan penyelidikan dan penyidikan ini, lebih jelasnya telah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) yang diantaranya menguraikan pengertian
penyidikan, penyelidikan, penyidik dan penyelidik serta tugas dan wewenangnya.
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam


lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundangundangan.
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam hukum konvensional yang berlaku, wewenang polisi juga dijelaskan pada
pasal 15 UU Kepolisian RI No.2 Tahun 2002, yaitu
a) menerima laporan dan/atau pengaduan;
b) membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum;
c) mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d) mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa;
e) mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian;
f) melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan;
g) melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h) mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i) mencari keterangan dan barang bukti;
j) menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k) mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
l) memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
m) menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Dalam menjalankan fungi, tugas dan wewenangnya seorang polisi dituntut bersikap
tegas, adil dan sesuai dengan etika yang berlaku agar bisa berjalan dengan bersih dan baik,
yang akan menciptakan good police sebagai syarat good governance.
4.2.2 Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam, perilaku polisi dalam menjalankan fungsi, tugas dan
wewenangnya sudah diatur dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Sehingga, dalam melakukan
penegakan hukum harus sesuai dengan aturan yang berlaku dalm hal ini Al-Quran dan AlHadits.
Dalam perspektif Islam, Tugas Utama seorang polisi adalah menjaga keamanan di
dalam negeri. Kenyamanan dan keamanan yang dapat terjaga dengan baik akan
meningkatkan stabilitas negaranya. Dalam Q.S Yusuf : 75-76. Dimana dalam surat tersebut
diceritakan tentang perilaku aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya terkait
menjaga keamanan seseorang atau barang dari tindakan pencurian.
Selain itu, tugas seorang polisi adalah menjaga sistem yang sudah berlaku,
mensupervisi keamanan di dalam negeri dan melaksanakan seluruh aspek teknis/ eksekusi
hukum syariah berdasarkan perintah Khalifah. Misalnya, menghukum orang yang dicuragai
bekerja sama dengan Harbi Fi'lan (musuh umat islam). Dalam melakukan tugas serta
fungsinya polisi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Seperti yang dijelaskan pada
Q.S Al-Maidah : 47
Artinya : 47. dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah didalamnya[419]. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik[420].
Selain itu dalam menerapkan hukum yang berlaku seorang polisi juga harus bersifat
konsisten agar hukum dapat berjalan dengan efektif. Allah mengutus hambanya untuk
menerpkan hukum syariah secara konsisten, ini terdapat pada Q.S Al- Maidah : 49

Artinya : 49. dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang
telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
Seorang polisi atau syurthah juga dituntut berperilaku adil dalam melakukan segala
tugas dan wewenangnya. Jika suatu keadilan tidak diterapkan maka akan dapat menimbulkan
kesenjangan dalam hukum itu sendiri, selain itu perilaku adil menunjukan sikap amanah dan
profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Perilaku Adil ini tercantum dalam Q.S AnNisa : 58

Artnya : 58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
4.3 Tantangan dan Isu yang dihadapi Polisi
Profesionalisme polisi dalam menjalankan segala tugas-tugasnya terkadang tidak
sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Mekanisme penegakan hukum yang tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku dapat memunculkan keluhan - keluhan dari masyarakat.
Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi polisi untuk dapat mengubah persepsi masyarakat
tentang pribadi polisi dan organisasi polisi itu sendiri.
Dengan semakin berkembangnya segala aspek kehidupan mulai dari teknologi,
pendidikan, ekonomi, dan hukum yang berlaku, polisi masih dihadapkan dengan beberapa isu
yang masih berkembang di masyarakat. Misalnya, terkait tindakan polisi lalu lintas yang
sering terlambat hadir dijalan raya yang macet, dan masih sering teradi pungutan uang pada
saat seorang pengendara melanggar aturan lalu lintas. Dimana, denda yang dibayarkan tidak
sesuai dengan aturan, terlalu besar atau terkadang masuk dalam kantong polisi itu sendiri,
yang hal ini dapat mengacu pada transaksi suap-menyuap.
Kasus seperti itu, jika dikaitkan dengan kode etik kepolisian tidak sesuai dengan kode
etik yang berupa Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas;serta Bersikap
mencari-cari kesalahan masyarakat;. Padahal Allah juga menegaskan tentang adil dalam
berujar, dimana sebagai seorang polisi ketika mendapati masyarakat yang melakukan
pelanggaran lalu lintas, harus diberikan hukuman sesuai dengan aturan dan tidak melakukan
tidak suap-menyuap. Berlaku adil dalam berujar atau berkata-kata ini diatur dalam Q.S AlBaqarah ; 188
Artinya :188. dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada

hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.
Selain itu dalam menegakan hukum, polisi dilarang melakukan praktik mafia
peradilan untuk memperoleh keuntungan secara materiil. Seperti yang tercantum pada Q.S
AL-An'am : 152

Artinya : 152. dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan
adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.
dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah
kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat.
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Taufik Adnan dan Syamsu Rizal Panggabean. 2004. Politik Syariat
Islam: dari Indonesia hingga Nigeria. Tangerang: Pustaka Alvabet
Bloembergen, Marieke. 2011. Polisi Zaman Hindia Belanda. Jakarta:
Kompas
Hitti, Phillip Khuri. 2005. History of the Arabs : Rujukan induk dan paling
otoritatif tentang sejarah peradaban Islam. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta
Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002

Anda mungkin juga menyukai