Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah
yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan hamba, maka ia adalah
Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang diberi kewajiban? (AlFutuhat Al-Makkiyyah dinukil dari Firaq Al-Muashirah, hal. 601)
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. (Asy-Syura: 11)
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
(Adz-Dzariyat: 56)
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Allah
Yang Maha Pemurah dalam keadaan sebagai hamba. (Maryam: 93)
Jalaluddin Ar-Rumi, seorang tokoh sufi yang sangat kondang, berkata: Aku
seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti.
Bagiku, tempat ibadah adalah sama masjid, gereja, atau tempat berhalaberhala.5
Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang merugi. (Ali Imran: 85)
5.
Ibnu Arabi berkata: Kadangkala suatu hadits shahih yang diriwayatkan oleh
para perawinya, tampak hakikat keadaannya oleh seseorang mukasyif (Sufi yang
mengetahui ilmu ghaib dan batin). Ia bertanya kepada Nabi r secara langsung:
Apakah engkau mengatakannya? Maka beliau r mengingkari seraya berkata:
Aku belum pernah mengatakannya dan belum pernah menghukuminya dengan
shahih. Maka diketahui dari sini lemahnya hadits tersebut dan tidak bisa
diamalkan sebagaimana keterangan dari Rabbnya walaupun para ulama
mengamalkan berdasarkan isnadnya yang shahih. (Al-Futuhat Al-Makkiyah).6
Mereka berdalil dengan firman Allah I dalam Al Quran Surat Al-Hijr ayat 99:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Tidak diragukan lagi oleh
ahlul ilmi dan iman, bahwa perkataan tersebut termasuk sebesar-besar kekafiran
dan yang paling berat. Ia lebih jahat dari perkataan Yahudi dan Nashrani karena
Yahudi dan Nashrani beriman dengan sebagian isi Al Kitab dan mengkufuri
sebagian lainnya. Sedangkan mereka adalah orang-orang kafir yang
sesungguhnya (karena mereka berkeyakinan dengan sampainya kepada
martabat hakikat tidak lagi terkait dengan kewajiban dan larangan dalam agama
ini, pen). (Majmu Fatawa, 11/401)
Beliau juga berkata: Adapun pendalilan mereka dengan ayat tersebut, maka
justru merupakan bumerang bagi mereka. Al-Hasan Al-Bashri t berkata:
Sesungguhnya Allah I tidak menjadikan batas akhir beramal bagi orang-orang
beriman selain kematian, kemudian beliau membaca Al Quran Surat Al-Hijr ayat
99, yang artinya: Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang kepadamu
kematian.
Beliau melanjutkan: Dan bahwasanya Al-Yaqin di sini bermakna kematian dan
setelahnya, dengan kesepakatan ulama kaum muslimin. (Majmu Fatawa,
11/418)
IBNU ARABI : Muhiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn
Ahmad ibn Abdullah Hatimi at-Tai (28 Juli 1165-16 November 1240) atau lebih
dikenal sebagai Ibnu Arabi adalah seorang sufi sesat terkenal dalam
perkembangan tasawuf di dunia Islam. Ibnu Arabi dilahirkan pada tanggal 28
Juli 1165 di Al-Andalus, Spanyol. Pada usianya yang ke 8, bersama keluarganya,
ia pindah ke Sevilla. Pada tahun 1198, ia pergi ke Fez,Maroko. Ibnu Arabi
menghasilkan banyak karya, sejumlah 300 buku. Di antara buku-buku itu, yang
dikenal adalah Fushush al-Hikam dan Futuhat al-Makkiyyah juga Tarjuman alAsywaq.futuhat adalah karyasesat yg menyingkap ilmu gaibul gaib uluhiyat &
rububiyyat.
JALALUDIN RUMI : Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi alBakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah
seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6
Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi.
Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya
berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang
saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di
Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka
keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa
pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan alhi matematika Omar
Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah
pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.
AL-HALLAJ : Abu Al-Mugis Al-Husain ibnu Mansur al-Baidlawi atau biasa disebut
dengan Al-Hallaj adalah salah seorang dedengkot sufi yang dilahirkan di kota
Thur yang bercorak Arab di kawasan Baidhah, Iran Tenggara, pada tanggal 26
Maret 866M. Ia merupakan seorang keturuna Persia. Kakeknya adalah seorang
penganut Zoroaster dan ayahnya memeluk islam. Al-Hallaj merupakan
dedengkot sufi abad ke-9 dan ke-10 yang paling terkenal. Ia terkenal karena
berkata: Akulah Kebenaran, ucapan yang membuatnya dieksekusi.
Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara
lain Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang
dianggap sebagai sufi di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti
asal-usulnya. Di masyarakat, terdapat banyak variasi cerita mengenai asal-usul
Syekh Siti Jenar. Ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti.
7. Keyakinan bahwa ibadah kepada Allah Taala itu bukan karena takut dari adzab
Allah Taala (an-naar/ neraka) dan bukan pula mengharap jannah Allah Taala.
Padahal Allah Taala berfirman:
Dan peliharalah diri kalian dari an-naar (api neraka) yang disediakan untuk
orang-orang yang kafir. (Ali Imran: 131)
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada jannah
(surga) yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertaqwa. (Ali Imran: 133)
Sebaik-baik dzikir adalah Laa ilaha illallah. (HR. At-Tirmidzi, dari shahabat Jabir
bin Abdullah z, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami, no.
1104).7
Katakanlah tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui halhal yang ghaib kecuali Allah. (An-Naml: 65)
11. Keyakinan bahwa AllahTaala menciptakan dunia ini karena Nabi Muhammad
Shallallaahu alaihi wasallam.
Padahal Allah Taala berfirman:
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
(Adz-Dzariyat: 56)
Demikianlah beberapa dari sekian banyak ajaran Tasawuf, yang dari ini saja,
nampak jelas kesesatannya. Semoga Allah I menjauhkan kita dari kesesatankesesatan tersebut.