Monitoring Evaluasi
Meski ada beberapa kesamaan dan keterkaitan antara monitoring dan evaluasi,
sebaiknya secara konsepsional hal itu dipahami, dirancang, serta dilaksanakan
secara terpisah. Dengan demikian, sebaiknya penggunaan istilah monev dihindari
karena merancukan antara dua hal yang berbeda. Penggunaan istilah monitoring
(atau pemantauan) dan evaluasi secara terpisah akan membantu menekankan
perbedaan proses, tujuan, dan kegunaan masing- masing fungsi atau proses itu.
Kerangka Montoring dan Evaluasi Monitoring berfokus pada penelusuran dan
pelaporan mengenai masukan, kegiatan, dan terutama keluaran. Evaluasi lebih
berfokus pada keluaran serta terutama hasil/manfaat dan juga dampak (impacts).
2. Rencana Monitoring
Tentukan pihak mana yang akan melakukan monitoring, dan kapan.
Sebaiknya pihak yang melakukan monitoring yang dimaksud di sini bukan
pihak pengelola program langsung, untuk menjaga independensi. Dengan
menganut asas partisipatif, wakil-wakil penerima manfaat program/kegiatan
sedapat mungkin bersama-sama melakukan monitoring. Mengenai frekuensi,
hal ini sebaiknya dilakukan paling tidak setiap enam bulan sekali untuk sebuah
program jangka menengah atau jangka panjang.
3. Rencana Monitoring
Tentukan siapa saja yang akan menerima laporan hasil monitoring.
Sebaiknya laporan hasil monitoring disebarkan tidak hanya pada pihak-pihak
pemerintah (eksekutif dan legislatif), tetapi juga pada pihak pelaksana
(misalnya: rumah sakit, kontraktor), instansi pemerintah pusat serta wakilwakil kelompok penerima manfaat, dan juga OMS untuk meminta umpan
balik. Buatlah pertemuan berkala untuk meninjau kembali tingkat kemajuan
serta memutuskan apakah rencana implementasi perlu disesuaikan.
dilaksanakan akan diketahui lebih lanjut tentang masalah dan mungkin perlu
memikirkan kembali tujuan dari proyek. Evaluasi diperlukan untuk mengkaji
informasi yang dapat dipergunakan untuk mengambil keputusan dalam melakukan
perbaikan. Evaluasi diperlukan untuk memberikan masukan bagi pelaksanaan
proyek, yang terlibat dalam implementasi proyek informasi tentang bagaimana
proyekberlangsung menjadi sumber penting sebagai motivasi dari kepuasan pihakpihak yang terlibat.
7.2.2 Jenis Evaluasi
Dalam kedua jenis evaluasi itu, perlu dibuat penilaian kembali berdasarkan
asumsi dasar dan rancangan program (suatu hal yang relatif tidak sering
dilakukan). Faktanya adalah bahwa banyak program/kegiatan (dan kebijakan) gagal
mencapai hasil yang diinginkan karena asumsi-asumsi dasar dan rancangan
program itu sendiri tidak benar.
7.2.3 Langkah-langkah Melakukan Evaluasi
Langkah 1: Melalui penyusunan rencana kerja, sepakatilah (a) apa yang akan
dievaluasi (didasarkan pada hasil/manfaat yang telah ditentukan dalam rencana
program dan dengan menggunakan sejumlah kecil indikator dan target kunci);
(b)basis data yang akan digunakan; (c)kapan evaluasi akan dilaksanakan (biasanya
setelah program berjalan 2-3 tahun);
Langkah 2: Pilihlah pihak pelaksana evaluasi yang independen dan objektif (yang
tidak dekat dengan pihak pengelola program). Misal: bila evaluasi akan dilakukan
salah satu instansi pemerintah, sebaiknya pilihlah lembaga pemerintah di luar SKPD
yang melaksanakan program. Pilihan lain adalah lembaga independen (seperti
perguruan tinggi atau OMS) yang memiliki kapasitas. Sepakatilah metodologi yang
akan digunakan (yang tidak terlalu kompleks). Temuilah wakil-wakil kelompok
penerima manfaat serta beberapa OMS untuk bersama-sama merancang serta
melaksanakan evaluasi.
Langkah 3: Bahaslah laporan hasil evaluasi dengan pihak pelaksana evaluasi. Bila
laporan sudah memenuhi syarat dan dianggap final, sebar luaskan untuk
memperoleh umpan balik, kemudian atur pertemuan dengan pihak-pihak pelaksana
program dan pemangku kepentingan lain untuk membahas hasil evaluasi serta
menentukan langkah-langkah penyempurnaan program yang mungkin diperlukan.
Pengembangan sistem MCS (monitoring, controlling and surveillance) dalam
pengendalian dan pengawasan, termasuk pemberdayaan masyarakat dalam sistem
pengawasan;
Pembuatan batas blok dan petak/PAK tahun 2012 terealisasi seluas 1.841
Ha. Pelaksanaan ITSP meliputi sensus pohon (100%) dan pengukuran untuk
pemetaan topografi skala 1 : 1000 atau 5.000, dimana perusahaan telah
menerapkan pembalakan ramah lingkungan (RIL). Survey PWH meliputi
perencanaan "Lay Out RIL" di atas peta kontur dan pohon, kemudian dilaksanakan
pengukuran dan penetapan jalan utama, jalan cabang serta jalan ranting dan jalan
sarad di lapangan.
7.3.2 Produksi & Pemasaran Kayu Bulat
Pada tahun 2012 produksi kayu bulat PT Roda Mas Timber Kalimantan
mencapai 42.607 M3 atau 95% dari target. Pemasaran kayu bulat diprioritaskan
untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku industri terkait, yaitu PT. Tirta Mahakam
Resources, Tbk di Samarinda. Penjualan kayu bulat pada tahun 2012 berasal dari
sisa stock akhir tahun 2011 sebanyak 16.852 m3 dan hasil produksi reguler dari
Blok RKT tahun 2012, dengan realisasi sebanyak 48.449,75 m3 atau tercapai 103%
dari target sebanyak 47.000 m3.
7.3.3 Pemanenan
PT Roda Mas Timber Kalimantan dalam kegiatan pemanenan kayu telah
menerapkan RIL (Reduced Impact Logging), sebagai upaya untuk menuju
pengelolaan hutan produksi lestari.
Semenjak tahun 2000 ujicoba dan studi RIL telah dilakukan perusahaan, dari hasil
evaluasi terhadap pelaksanaan RIL diperoleh gambaran bahwa penerapan sistem
RIL berpeluang memberikan beberapa manfaat, baik secara langsung maupun tidak
langsung diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
Dengan komitmen untuk mengelola hutan secara lestari dan bertekad untuk
mendapatkan sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) skema Forest
Stewardship Council (FSC), perusahaan selalu berupaya melakukan perencanaan
yang jelas dan rinci dalam melaksanakan kegiatannya. Perencanaan hutan tersebut
merupakan landasan dan pengarahan rasional bagi pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan-kegiatan tersebut pun dilaksanakan dengan menerapkan teknik
pengelolaan hutan yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat
sekitar.
Selain agar pengelolaan hutan dapat terarah dan terkendali sehingga tujuan
yang perusahaan tetapkan dapat tercapai, tujuan lain dalam penyusunan
perencanaan adalah agar dapat dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Pada hakekatnya evaluasi ini diharapkan berperan
penting dalam upaya meningkatkan kualitas operasional dan berkontribusi dalam
memandu pembuat kebijakan di seluruh level unit manajemen.
Berikut ini merupakan ringkasan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi selama
tahun 2011 yang dilakukan oleh semua bagian yang ada Unit Manajemen PT. Roda
Mas Timber Kalimantan.
7.3.8 Perencanaan Hutan
a. Pemeliharan Tata Batas
Pada tahun 2011 telah dilakukan pemeliharaan tata batas areal IUPHHK-HA
sepanjang 15.068 meter. Pemeliharaan tata batas diprioritaskan untuk lokasi yang
bersinggungan dengan operasional RKT ke depan dan/atau lokasi-lokasi strategis
lainnya seperti batas persekutuan dengan areal IUPHHK-HA lain.
7.3.9 Pemanenan
PT Roda Mas Timber Kalimantan dalam kegiatan pemanenan kayu telah
menerapkan RIL (Reduced Impact Logging), sebagai upaya untuk menuju
pengelolaan hutan produksi lestari. Semenjak tahun 2000 ujicoba dan studi RIL
telah dilakukan perusahaan, dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RIL diperoleh
gambaran bahwa penerapan sistem RIL berpeluang memberikan beberapa manfaat,
baik secara langsung maupun tidak langsung diantaranya:
1. Meningkatkan produktivitas produksi
2. Memperkecil tingkat kerusakan alat-alat berat
3. Meningkatkan profesionalisme dan prestasi kerja
4. Meningkatkan fungsi pengawasan dan evaluasi yang efektif.
5. Memperkecil tingkat kerusakan terhadap tanah, permudaan dan tegakan tinggal.
Penanaman Kanan Kiri Jalan dilaksanakan pada kanan kiri jalan angkutan,
penanaman ini dilaksanakan untuk mengembalikan produktivitas tegakan dan
Terdapat bibit asal cabutan alami, stek pucuk dan biji yang terdapat di
persemaian dengan jenis-jenis antara lain meranti, durian, lai, sungkai, kapur,
agathis, tengkawang, jabon dan nyawai. Dari hasil pengamatan dan perhitungan,
persentasi hidup bibit asal cabutan alami dan stek pucuk tergolong tinggi dengan
persentase hidup sekitar 98%.
7.3.12 Kelola Sosial
Realisasi kegiatan kelola sosial pada tahun 2011 diprioritaskan bagi
masyarakat di dalam/sekitar hutan dimana perusahaan melakukan operasional.
Sasaran program adalah sesuai aspirasi masyarakat dan lebih diutamakan guna
penyediaan sarana dan prasarana umum/sosial seperti pengadaan BBM untuk
penerangan/listrik desa, pelayanan/peningkatan kesehatan masyarakat khususnya
balita melalui Posyandu bekerja sama dengan Puskesmas setempat, menyukseskan
program wajib belajar melalui pemberian beasiswa dan/atau bantuan pendidikan
berupa buku-buku sekolah di sekitar areal IUPHHK, penyediaan bibit tanaman
karet, kakao dan/atau tanaman kehidupan (buah-buahan), serta bantuan untuk
kelancaran
Pengamatan tinggi muka air dilakukan di Sungai Mahakam. Manfaat kegiatan ini
adalah sebagai dasar acuan untuk kegiatan merakit kayu, pedoman status siaga
banjir dan sebagai acuan kelayakan perjalanan menggunakan longboat. Hasil
pengamatan sepanjang tahun 2011 adalah sebagai berikut:
BAB 8
Analisis Pengelolaan Sumber Daya Alam dan AMDAL
Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat kaya akan sumber daya
alamnya. Perlu pemahaman yang kuat bagi warga agara warga Negara Indonesia
mampu megendalikan keinginan untuk mengeruk sebagian harta yang sangat
berlimpah agar tidak merugikan nantinya terutama bagi generasi kedepannya.
Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih makmur dan sejahtera
yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di
mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain
sebagainya. Manusia dapat mengelola sumber daya alam dengan catatan
pengelolaan harus dengan baik dan tidak merusak ekosistem di sekitarnya.
8.1 Analisis Pengelolaan Sumber Daya Alam
Pengelolaan adalah proses memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Pengelolaan meliputi
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan kebijakan yang dilakukan
dalam kawasan hutan
8.1.1 Cara Pengelolaan Sumber Daya Alam
Pemanfaatan sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan
pelestarian. Alam mempunyai sifat yang beraneka ragam namun serasi dan
seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus terus
dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu. Oleh karena
itu, agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi
sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan
kegiatan
dan
alam di atas permukaan bumi yang mengandung benda-benda hidup dan mampu
mendukung pertumbuhan tanaman terdiri atas fase padat, cair dan gas yang
bersifat dinamik dan merupakan suatu sistem. Air tak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Kehidupan memerlukan kontinyuitas
ketersediaan air baik kuantitatif maupun kualitatif. Kebutuhan air terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kegiatan pertanian, industri dan
lainnya. Ketersediaan air mengalami penurunan karena kemampuan lahan atau
daerah tangkapan untuk menyerap, menampung dan menyimpan air menjadi
berkurang. Sumberdaya Hutan merupakan kumpulan atau asosiasi pohon-pohon
yang cukup rapat pada areal yang cukup luas sehingga mampu menciptakan
kondisi iklim dan kondisi ekologi yang khas dan berbeda dengan areal diluarnya.
8.2.1Manfaat Sumberdaya Hutan
1.
2.
Manfaat Ekonomi
Manfaat lahan/kawasan hutan untuk pemukiman, pertanian,
perkebunan,Industri, dll
Manfaat produksi kayu : kayu perkakas dan bangunan, kayu bakar,
pulp dan kertas dan industri lain, non kayu : buah, bunga, getah,
damar, resin, tanin, bahan ekstraktif, bambu, rotan, satwa liar, dll.
Manfaat Ekologi
1. Menjaga stabilitas daur air di suatu kawasan
2. Menjaga kualitas udara, carbon sink
3. Konservasi sumberdaya genetik, dll.
Over Eksploitasi
Pembalakan yang berlebihan dan tidak terkendali (logging and
illegal logging): lahan menjadi tidak produktif, potensi tegakan untuk
panen yad menurun, potensi sumberdaya genetik juga menurun.
Kebakaran
Pada saat musim kemarau panjang bencana kebakaran hutan
merupakan problema kehutanan yang masih sangat sulit untuk
dikendalikan dan diatasi diatasi.
4. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ternyata instansi yang
bertanggung jawab mengeluarkan keputusan penolakan karena dinilai belum
memenuhi
pedoman
teknis
AMDAL,
maka
kepada
pemrakarsa
diberi
ditanggulangi
penanggulangan
berdasarkan
dampak
negatif
ilmu
dan
lebih
besar
teknologi,
atau
dibandingkan
biaya
dampak
positifnya.
yang
tersedia
untuk
rencana
kegiatannya
kepada
masyarakat
sebelum
dengan
rencana
kegiatan.
Tujuan
pelingkupan
adalah
untuk
penyusun
untuk
memperbaiki/menyempurnakan
kembali
dokumennya.
5. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada
KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah
selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal
penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan diterbitkan oleh:
a. Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat;
b. Gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi provinsi; dan
c. Bupati/walikota, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai
kabupaten/kota.
Penerbitan keputusan wajib mencantumkan:
a. Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan; dan
b. Pertimbangan terhadap saran, pendapat dan tanggapan yang
diajukan oleh warga masyarakat.
Pada dasarnya dokumen AMDAL berlaku sepanjang umur usaha atau
kegiatan. Namun demikian, dokumen AMDAL dinyatakan kadaluarsa apabila
kagiatan fisik utama suatu rencana usaha atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam
jangka
waktu
(tiga)
tahun
sejak
diterbitkannya
keputusan
kelayakan
lingkungannya.
Dalam hal dokumen AMDAL dinyatakan kadaluarsa, maka Pemrakarsa dapat
mengajukan dokumen AMDALnya kepada instansi lingkungan yang bertanggung
jawab untuk dikaji kembali, apakah harus menysun AMDAL baru atau dapat
mempergunakan
kembali
untuk
rencana
kegiatannya.Keputusan
kelayakan
mengajukan
permohonan
perubahan
izin
lingkungan.
Penetapan
keputusan
dan/atau
perlindungan
kegiatan
dan
yang
pengelolaan
wajib
AMDAL
lingkungan
atau
hidup
UKL-UPL
sebagai
dalam
prasyarat
rangka
untuk
8.4
Praktek-paktek ini terkait erat dengan kegiatan pertanian gilir balik yang
merupakan tulang punggung dan bahkan merupakan satu dari arakteristik
masyarakat asli di lingkungan hutan tropis lembab pada umumnya dan
Menurut data hasil analisis menunjukkan bahwa para anggota DPRD tidak
pernah atau belum pernah mengunjungi daerah/desa-desa tersebut. Masyarakat
memperoleh informasi baik mengenai peraturan daerah dan kebijakan- kebijakan
pemerintah daerah dari kepala desa atau camat. Informasi yang didapatkan
biasanya secara lisan serta tidak merata kepada seluruh penduduk/masyarakat.
Keadaan ini menunjukkan bahwa aspirasi masyarakat belum bisa tertampung
dalam setiap pembuatan kebijakan/peraturan daerah dan sosialisasinya biasanya
juga terbatas pada struktur pemerintahan daerah dan tidak tersebar kepada
seluruh masyarakat.
Kebijakan Hutan kemasyarakatan yang ada saat ini belum sepenuhnya
dilaksanakan masyarakat, karena dianggap masih konseptual, sulit, sementara
mereka memiliki sistem pengelolaan tradisional yang sesuai dengan budaya dan
adat istiadat setempat. Pelibatan masyarakat dalam penyusunan kebijakan daerah
belum nampak sehingga perlu penguatan kelembagaan daerah dengan melibatkan
lebih banyak pihak. Dari hasil analisis SWOT, rekomendasi penyusunan kebijakan,
harus berorientasi pada pamberdayaan dan memberi kesempatan yang lebih besar
kepada masyarakat desa/setempat