Pesawat Penjajak Asing
Pesawat Penjajak Asing
faktor ini ditambah yang lain-lain lagi telah merubah susunan sirkuitsirkuitnya."
"Apakah penjajak itu telah mengungkap hal yang benar
mengenai adanya kehidupan di planet-planet lain, ataukah hanya
kerusakan komunikasi hingga menjadi fantasi? Benarkah di luar sana,
di bintang-bintang, ada bentuk kehidupan yang cerdas? Kau memang
benar, apakah sudah hampir punah dihancurkan oleh bangsa biadab
seperti yang telah diungkapkan oleh penjajak? Apakah penjajak itu
benar-benar dapat memberikan apa seperti yang dijanjikan, yaitu
sebuah mesin stardrive?"
Tom benar-benar bingung.
"Aku, percaya penjajak itu telah mengatakan yang benar
mengenai hal ini!" jawab robot itu perlahan-lahan. "Salah kerja yang
diderita rupanya belum mempengaruhi program dasarnya. Itu masih
terbatas. Belum sampai ke bagian-bagian lain. Sebegitu jauh aku
belum dapat menentukan di mana letak kerusakannya."
Tom menatap tajam pada benda setengah mesin itu.
"Mengapa tidak kaukatakan sebelumnya kepadaku?"
Ia menuju ke meja laboratorium yang besar, lalu duduk pada
salah satu kursi yang tinggi.
"Kalau penjajak itu sangat berbahaya, mengapa engkau
memperbolehkan kami membawanya ke kapal Daniel Boone? Itu kan
membahayakan ratusan jiwa manusia!"
Meskipun tidak dikatakan, namun Tom berpikir-pikir bahwa itu
mungkin karena hubungan dengan 'ingatan' penjajak yang
mempengaruhi sirkuit-sirkuit Aristotle. Tentu saja membiarkan suatu
benda yang sangat berbahaya dan belum banyak diketahui, sementara
melakukan perjalanan jutaan kilometer bersama orang-orang yang
tidak menyadarinya, adalah merupakan suatu perkosaan terhadap
programming Aristotle.
dia dengan Anita dan Ben, kalau mereka kebetulan berada dalam jarak
seratus kilometer. Tiba-tiba suara gemerincing yang tajam dari tanda
bahaya keamanan menggema di seluruh kompleks.
Ada apa?
Tom heran. Tanda bahaya keamanan umum hanya berbunyi
kalau terjadi keadaan darurat paling penting, misalnya kalau ada
gangguan seismik sampai meretakkan dinding kubah raksasa di bawah
air, atau kalau sebuah kapal selam pengangkut mengalami kesulitan di
luar, di perairan Florida yang jernih.
"Tom, ada apa?" tanya Ben melalui komunikator.
Pada saat itu Aristotle memotong pembicaraan.
"Ada sesuatu yang tidak beres pada sirkuit-sirkuit yang menuju
ke laboratorium pak Swift. Ada gangguan statik yang kuat di semua
jalur!"
Tom berpaling kepada si robot yang sedang sibuk dengan
sebuah komputer kecil.
"Coba saja, barangkali engkau dapat mengatasi gangguan itu.
Aku akan mencoba menghubungi bagian Penerangan Umum."
"Tom," suara Anita terdengar sangat mendesak pada
komunikator di pergelangan tangan Tom. "Sersan Garrott dari
Keamanan baru saja menghubungi aku. Entah karena apa mereka
tidak dapat menghubungi engkau. Engkau harus segera ke
laboratorium ayahmu. Keadaan darurat!"
"Terimakasih, Anita," jawab Tom. "Lebih baik engkau dan Ben
menemui aku di sana pula. Aristotle baru saja memberitahukan
sesuatu yang menguatirkan tentang pesawat penjajak itu. Aku kuatir,
kita akan menghadapi suatu kesulitan besar!"
Tom dan Aristotle berlari keluar laboratorium. Mereka ada di
lantai teratas dari kubah geodesik raksasa, di geladak tempat tinggal.
Sedangkan laboratorium pribadi pak Swift berada di sebelah sisi yang
yang tidak terpengaruh oleh bunyi tanda bahaya? Apakah di bagian ini
tanda bahaya itu tidak berbunyi?
Keduanya, mereka mengitari sebuah kios yang menjual kalung
gigi hiu yang dibuat di pabrik plastik di Miami, lalu berlari ke lorong
khusus untuk para petugas dinas perawatan. Kemudian mereka
mendorong, membuka sebuah pintu yang bertuliskan KHUSUS
UNTUK PETUGAS, dan mendapatkan lift dinas yang baru saja
datang.
Dengan terengah-engah Tom menutup pintu dan menekan
tombol ke lantai bawah. Ia menengok ke arah Aristotle dan bertanya.
"Mengapa orang hanya mengganggu frekuensi yang masuk ke
laboratorium saja? Tidak mengganggu sinyal-sinyal yang ke laut? Aku
tidak mengalami kesulitan menghubungi Ben dan Anita?"
"Mungkin mereka kepergok sebelum selesai melakukan
gangguan," jawab si robot.
Pikiran Tom kembali berpindah ke hadiah yang dijanjikan oleh
pesawat penjajak sebagai imbalan membantu bangsa Skree. Meskipun
penemuan Tom, yaitu mesin pendorong peleburan inti telah
memungkinkan orang untuk melakukan perjalanan yang lebih cepat
daripada sebelumnya, namun ia pun mengetahui bahwa mesin untuk
perjalanan ke bintang-bintang masih harus menunggu hingga beberapa
tahun lagi. Gagasan bahwa manusia dapat bepergian dengan
kecepatan cahaya adalah harapan yang menggairahkan, bahkan
mungkin akan merupakan penemuan terbesar semenjak penemuan api.
Manusia tidak hanya akan terbatas pada tata suryanya sendiri.
Tom harus tersenyum sendiri ketika beberapa minggu yang lalu
mulai menyadari bahwa tata surya itu nampaknya demikian luas
hingga hampir tidak dapat dibuat perbandingan. Sekarang seluruh
pandangannya telah berubah. Bintang-bintang pun akan dapat dicapai
orang!
Chapter 2
Chapter 3
mampu menarik dua atau tiga buah kapal-kapal gandengan yang tidak
berawak untuk mengarungi samudera dengan membawa muatan yang
sarat ke pelabuhan-pelabuhan dagang.
Tetapi Tom dan teman-temannya turun memasuki sebuah kapal
selam cepat. Untuk dapat memasuki pintu katup ke dalam kapal
merupakan suatu pekerjaan yang berat bagi Aristotle. Pada saat semua
pintu katup itu ditutup rapat dan dikunci, Tom sudah duduk di tempat
kemudi, lalu meminta agar jalur keluar dibebaskan.
"Carilah ke mana mereka pergi," serunya kepada Anita ketika
gadis itu duduk di tempat kopilot.
Kemudian Tom kembali memusatkan perhatiannya untuk dapat
mengeluarkan kapal yang ramping serta anggun itu dari kandangnya
dan memasuki ruang yang berpintu air. Pada saat mereka keluar dari
ruang berpintu air, sonar dari kantor pelabuhan melaporkan bahwa
Espinoza mengambil arah Ultra Timurlaut dengan kecepatan penuh.
Ben mengernyit memandangi lewat pundak Tom ke sebuah peta
yang terpampang di layar komputer.
"Nes Foundland?"
"Foster dapat ber-zigzag berkeliling dan lalu menuju ke
Greenland atau Iceland!" kata Anita yang juga mempelajari peta.
"Atau arah ke timur, ke Inggris dan bahkan terus ke Rusia.."
Suaranya menghilang. "Lautan begitu banyak terbuka!"
"Lagi pula banyak sekali aliran yang bercampur," Tom
menimpali. "Ia mungkin membuat jejak palsu. Sekali lepas dari
jangkauan sonar ia dapat membelok ke selatan, arah ke Afrika."
"Tom, terlalu banyak berteori," Ben menyanggah. "Dengan
demikian kita mudah kehilangan jejaknya!"
"Aristotle!" Tom memanggil. "Engkau ada pikiran?"
"Aku sedang membayangkan wajah Foster, Tom. "Kukira, yang
paling baik ialah melacak menurut jalan pikirannya daripada melalui
jalur samudera."
Ben tertawa.
"Waahh, hebat! Aku sendiri orang Indian Cherokee asli. Tetapi
aku sendiri tidak dapat melihat jejak-jejak kaki dalam pikiran!"
"Namun Aristotle benar!" Tom menanggapi. "Foster barangkali
membuat jejak palsu. Ia menuju ke laut bebas di mana ia mendapatkan
ruang yang luas hingga tidak terjangkau oleh sonar Swift Enterprises."
"Tetapi masih banyak yang lain-lain," Anita mengingatkan
Tom. Ia mengulurkan tangannya dan menunjuk-nunjuk pada layar
komputer di depan mereka. "Mereka semua akan mengetahui. Setiap
kapal pesiar, kapal selam pengangkut, kapal-kapal militer, kapal-kapal
di permukaan, kapal orang-orang berlibur, kapal para penggali dasar
laut, anjungan minyak . . mereka semua dapat mengetahui."
"Laut ini juga dipenuhi kapal-kapal," kata Ben dengan riang.
"Berbagai jalur-jalur laut melalui daerah Ataltin ini, baik yang di
permukaan maupun yang di bawah permukaan laut."
"Tetapi Foster pun tahu tentang hal itu," Tom tetap ngotot.
"Aristotle, berapa daya jangkauan Espinoza ini?"
"Kira-kira 3.000 km, dengan bahan bakar nuklir pada saat ini!"
"Apa engkau telah mengeceknya pada perusahaan penyewaan?"
tanya Ben.
"Benar! Daya menyelam maksimum 6.000 meter dengan
kedalaman keselamatan yang dianjurkan adalah 4.500 meter. Talam
atau lembah laut di Caribia dalamnya adalah 4.500 meter. Kalau
Espinoza hendak kembali ke daerah itu. Kedalaman rata-rata Samudra
Atlantik adalah 4.000 meter. Tetapi palung Sanwich Selatan
mempunyai kedalaman hingga 10.000 meter. Itu tentu saja yang di
Atlantik Selatan."
"Bagaimana kalau ke barat laut?" tanya Anita.
"Aku percaya Espinoza dapat menyelam ke pedalaman yang
mana pun," jawab Aristotle.
semesta? Mungkin dapat berupa kekekalan atau pun tidak ada waktu
sama sekali.
Stardrive!
Mesin pendorong pesawat untuk dapat mencapai bintangbintang! Hampir semua apa saja yang berharga untuk
mendapatkannya. Tidaklah mustahil, bahwa seseorang yang benarbenar liar dan kejam akan tergoda untuk mendapatkannya hingga
berani melawan hukum.
"Sersan Garrott memanggil dari Triton!" Anita menyela Tom
dari lamunannya. "Biar kusambungkan saja pada pengeras suara!"
"Halo, Tom! Kami telah dapat mengetahui apa yang terjadi di
laboratorium ayahmu, setelah memutar kembali kamera-kamera
kontrol yang bekerja secara otomatis, ketika Foster memaksa masuk
pada waktu ayahmu sedang pergi."
''Foster langsung menuju ke komputer dan menekan-nekan
tombol untuk membuat program yang rupa-rupanya telah tertulis pada
secarik kertas yang dibawanya. Kamera tidak berhasil mendapatkan
gambar yang jelas pada kertas itu, hingga kami jadi tidak merasa
yakin akan hal itu. Tetapi Foster selalu berpegang pada kertas
tersebut. Sekarang baru kita ketahui bahwa ia telah mengganggu
banyak dari peralatan kita."
Petugas itu melihat ke dalam buku catatan di depannya, lalu
melanjutkan penuturannya.
"Ia tentu sudah mengetahui bahwa ayahmu hendak membawa
pesawat penjajak itu ke laboratorium pribadinya. Oleh karena itu ia
menyembunyikan diri setelah menyelesaikan membuat program pada
komputer."
Ben menggerutu. Sedang Anita menyadari bahwa informasi itu
membuat Tom menjadi bingung dan sangat kacau.
"Ketika ayahmu masuk," orang itu melanjutkan lagi, "Foster
segera menyergapnya. Mereka bergulat untuk beberapa lama. Ayahmu
Chapter 4
arus dengan peta kasar dari dasar laut hanya seperti sebuah foto jarak
jauh disertai beberapa catatan dari yang paling penting saja.
Kemudian dengan tidak disangka-sangka, kapal Foster
menghilang dari bayangan sonar.
"Eh.tunggu sebentar!" seru Ben.
Sekali lagi ia memeriksa daerah di sekitar, mengecilkan fokus.
Namun mereka tidak melihat apa-apa di layar mereka, kecuali dasar
laut. Mereka memandangi dasar laut yang hijau bergelombang, dan
beting-beting karang yang menjulang ke atas. Kapal mereka
mendekati daerah yang terakhir dapat mereka catat, namun mereka
tidak melihat kapal selam yang telah menghilang begitu saja.
"He, apa itu?" seru Anita sambil menunjuk dari balik jendela ke
air yang kelam dan nyaris meniadakan bentuk kehidupan pada
kedalaman itu. Sebuah bentuk runcing muncul di depan, tampak
samar-samar hampir tidak kelihatan. Tom memusatkan gelombang
sonar dan sebuah bayangan menyerupai bentuk bulan sabit kelihatan
menjadi lebih nyata.
"Sebuah kapal!" seru Ben. Jari telunjuknya menjamah layar.
"Lihat, buritannya tinggi seperti kapal galleon.galleon Spanyol!"
"Kapal yang telah tenggelam!" sambung Anita.
"Jangan hiraukan itu!" tukas Tom. "Di mana Foster?"
Bangkai kapal itu terbaring miring pada satu sisi pada sebuah
gorong karang. Sebuah batu karang setinggi dua kali tiang kapal itu
menjulang di atasnya.
Mereka melewati bangkai kapal itu pada jarak agak jauh hingga
dapat melihatnya lebih jelas. Nampaknya masih dalam keadaan yang
cukup baik.
"Mengapa kapal itu tidak hancur dan tertutup tumbuhan laut?"
tanya Anita heran.
Dengan awak tiga orang ditambah satu robot sudah sangat sesak.
Persediaan bahan makanan dan persediaan udara pun hanya terbatas.
Maka kesimpulan mereka tidak dapat lama menunggu.
"Aku akan masuk!" Tom mengusulkan.
Chapter 5
"Ya, tidak seperti di angkasa luar. Apa yang harus kita lakukan
hanyalah timbul ke permukaan. Di sana kita dapat bernapas bebas
menghirup udara Laut Caribia."
"Tom, dapat juga seperti di angkasa luar," kata Ben. "Yaitu
kalau kita tidak dapat timbul ke permukaan. Kita juga tidak akan dapat
menghirup udara segar itu!"
"Coba lagi, kapal dimajukan," kata Anita, "kalau ke belakang
kita terhalang"
Tom mengangguk dan menghidupkan mesin. Baling-baling
yang kuat itu mendorong kapal beberapa meter ke depan dengan
disertai suara menggeriut. Lebih banyak lagi lumpur yang
menghambur ke atas. Kemudian terdengar suara berdebam yang keras
ketika sepasang balok iga-iga kapal sebesar tubuh manusia tergelincir
dan jatuh di depan jendela kapal bagian depan dan menghimpit
dengan kuat. Tom memundurkan kapalnya kembali agar sepasang
balok itu dapat jatuh di depan mereka. Tetapi kapal mereka malahan
terhimpit lebih erat. Kemudian mereka mendengar suara riuh.
Sungguh mengerikan suara itu. Setengah suara jeritan manusia,
hampir menyerupai suara mengerang. Suara semakin bertambah riuh
dan mereka merasakan dua kali benturan pada tubuh kapal. Kapal
mereka mulai miring .
"Awas!" teriak Anita. "Kita akan terbalik!"
"Bangkai kapal itu tergelincir turun dari batu karang!" seru Ben.
Jari-jari Tom menekan pada alat kemudi secara elektronik untuk
memberikan seluruh tenaga kepada kedua baling-baling. Mereka
belum siap menghadapi kapalnya yang akan terjungkir. Hanya Tom
yang masih terikat erat pada sabuk pengaman. Anita telah
mengendorkan sedikit sabuknya agar dapat menjulurkan tubuhnya ke
jendela untuk melihat ke luar. Aristotle merentangkan kedua
lengannya dan menekankannya kepada dinding kapal. Tetapi Ben
yang paling menderita. Terjebak di antara kursi pengemudi dan tubuh
Chapter 6
Chapter 7
menyerahkan kedua orang ini kepada mereka. Kita sendiri lalu dapat
ngebut ke Pangkalan Sahara!"
"Aristotle benar," kata Ben sambil bangkit dan membersihkan
pakaiannya. "Kita tidak punya waktu untuk menyerahkan mereka ke
rumahsakit. Apalagi ke polisi."
"Oke," kata Tom.
Ia melihat ke bus yang sedang mendatangi dari balik tanjakan.
Ia melangkah minggir dari jalan, lalu melambaikan tangannya.
****************************
Pangkalan Sahara merupakan lapangan yang luas dengan
banyak gedung-gedung. Sebagian besar landasannya terbuat dari
semen. Hitam terbakar oleh banyaknya pesawat yang tinggal landas.
Sebagian lain berupa lekukan-lekukan pasir yang telah berubah
menjadi kaca hitam akibat api roket yang melumerkan pasir.
Di sepanjang pinggiran sebelah barat berdiri sederetan gedunggedung setinggi limapuluh lantai, yaitu bangunan-bangunan tempat
para penumpang dan muatan bagi roket-roket raksasa yang akan
menuju ke orbit. Di sepanjang tepi timur terdapat terminal-terminal
bagi penumpang, kantor-kantor perusahaan ruang angkasa, gudanggudang, pabrik-pabrik kecil yang melayani kompleks tersebut, serta
rumah-rumah tinggal bagi ribuan karyawan lapangan.
Menjulang jauh di atas terminal-terminal yang tinggi adalah
lambang dari perusahaan Luna Corporation, yaitu sebuah bentuk
bulan sabit dari lampu neon. Lambang itu dipantulkan secara
menyeramkan oleh bendera-bendera hijau putih dari negeri Aljazair.
"Nah, sekarang bagaimana?" tanya Ben.
"Bung sopir, berhenti di dekat tempat telepon!" perintah Tom.
Taksi diberhentikan di pinggir tempat parkir, yang sebagian
besar berisi bus-bus wisatawan. Tom melompat turun untuk
menelepon Pengawas Pemberangkatan. Ia kembali ke taksi dengan
wajah murung.
dekat ialah sebuah roda pendarat pesawat jet. Dan itu masih tigaratus
meter lagi jauhnya.
Sebuah sinar laser berkelebat dan meledakkan salah sebuah ban
depan. Wang hampir saja kehilangan keseimbangan kendaraannya
ketika kereta itu memutar. Akhirnya ia berhasil menghentikan
kendaraan itu.
"Semua turun pada sisi ini!" Teriak Tom sambil melompat
turun ke tanah.
Dengan lindungan kereta listrik mereka berlari ke arah pesawat
jet. Landasan beton berakhir. Mereka berlari di dalam cekungan
dangkal di antara dua jalur landasan beton. Pada waktu hujan
cekungan itu menjadi saluran pengontrol banjir. Untunglah hal itu
tidak pernah terjadi.
Parit cekungan itu hanya memberi sedikit lindungan. Maka
mereka bertiarap rapat ke tanah. Mereka hanya berharap agar musuhmusuh jangan mendekat.
"Tom, apa sih yang terjadi?" tanya Anita.
Hembusan napasnya menghamburkan debu pasir di tempat ia
bertiarap rapat ke tanah pasir yang padat.
"Siapa yang menembaki kita?" ia bertanya lagi.
"Siapa lagi?" gerutu Ben.
Ia sedikit menjulurkan kepalanya dan memandang ke arah asal
tembakan. Ia segera menundukkan kepalanya lagi sebelum Anita
sempat berseru agar berhati-hati.
"Kulihat ada dua orang di dekat bengkel perbaikan," kata Ben.
Tom merogoh ke dalam sakunya mengluarkan sebuah pesawat
radio yang hanya beberapa senti saja panjangnya.
"Aristotle, silakan masuk!" perintahnya.
"Ya, Tom?"
"Engkau sudah kirim berita radio kepada polisi ruang angkasa?"
Chapter 8
"Itu bukan kesulitan! Itu berita baik!" seru Ben. "Horee! Foster
tidak akan bisa berangkat, dan kita akan dapat menangkap dia
bersama Aracta di sana!"
"Bukan begitu, Ben," sambung Aristotle. "Perintah itu
dikeluarkan setelah keberangkatan pesawat Luna Corporation, yaitu
kapal pribadi David Luna, Giannini!"
"Jadi? Foster tentunya ikut Luna?" tanya Tom.
"Kini jelaslah bahwa direktur yang baru itu pun begundal Luna
pula," kata Anita dengan marah. "Sekarang, bagaimana kita akan
dapat menangkap Foster?"
Tom menggelengkan kepalanya.
"Kita tidak perlu begitu mudah berputusasa," katanya tegas.
"Terlalu besar taruhannya!"
Ia kembali melayani alat-alat kemudi kapal. "Aristotle,
dapatkah kauketahui arah mana yang diambil Giannini?"
Robot itu diam beberapa saat sebelum menjawab.
"Tujuannya suatu tempat di Sabuk Asteroid!"
Anita menghela napas. LWS.OGOT.M
"Tom, aku tidak ingin menjadi seperti seekor angsa yang dungu.
Dan kita harus bersikap realistis! Sekali Foster berhasil melarikan
Aracta sampai sekian jauh, kita akan kalah. Aku menyesal. Tetapi
sebegitu jauh masuk ke ruang angkasa akan timbul masalah hukum
bagaimana mendapatkan pesawat penjajak itu kembali. Kita harus
menunggu beberapa puluh tahun sebelum Mahkamah Dunia dapat
memutuskan siapa yang memiliki hak hukum di sana, siapa yang
harus mengatur dinas kepolisian guna menegakkan hukum. Sementara
itu orang-orang yang berkuasa tidak dapat menghalang-halangi Luna
untuk melenyapkan kita dengan berbuat seolah-olah tidak bersalah.
Lalu siapa yang akan dapat menghentikan dia?"
"Kita harus hati-hati," kata Tom. "Memang, dan jika kamu dan
Ben tidak ingin ikut ke Asteroid, aku akan bersenang-senang sendiri
terbang mengelilingi Sunflower, sesudah menurunkan kalian lebih
dulu. Kemudian sekembalinya dari Sunflower, aku jemput kalian. Aku
tidak akan memaksa kalian untuk tidak ikut."
Tom menyebut sebuah koloni ruang angkasa lain yang sudah
hampir selesai pembangunannya.
"Jangan bergurau!" Ben meledak. "Harus lepaskan ini? Tak
usah, ya?"
"Ee, Tom!"
Kemudian ia baru melihat wajah menggoda dari Tom.
"Engkau kan tahu bahwa kita selalu ikut?"
"Aku sudah mengira begitu. Tetapi aku tidak mau menariknarik kalian!"
"Dalam hal begitu, aku tak punya suara!" kata Aristotle dari
tempat duduknya di belakang mereka. "Tetapi walau bagaimana pun,
aku ingin terus ikut secara sukarela!"
Tom jadi tertawa.
"Si Empat Ksatria, the Three Musketeers!" katanya.
"Atau setidak-tidaknya si Tiga Ksatria dengan si Ahli Elektro,"
kata Ben menimpali.
"Nah, kita sekarang harus yakin bahwa kapal ini cukup
persediaan bahan bakar dan bahan makanannya," sambung Tom.
"Jangan lupa agar perusahaan yang menyewakannya mau
memperpanjang kontraknya," Anita melanjutkan.
"Apakah sebuah Jupiter Nine cukup mampu untuk perjalanan
sejauh itu?" tanya Ben dengan nada kuatir.
"Tentu!" jawab si ahli penemuan muda itu. "Pesawat itu
memang biasa digunakan untuk jarak yang lebih pendek. Tetapi kudakuda beban dirancang untuk kerja keras!"
Chapter 9
"Kalau engkau mau tahu," kata Ben seenak, "ini pun berlaku
bagi manusia."
"Menurutku, itu berarti pujian, Aristotle," Anita segera
menyambung.
"Sekali lagi, kuucapkan terimakasih, Anita. Sebagai mesin yang
dapat berbuat salah, hal ini memang memberikan rasa hangat pada
sirkuit-sirkuitku, kalau dinilai ada harganya."
Tom tertawa. Lalu ia berkata kepada Aristotle.
"Aristotle, ambil alih kembali ini sebentar!"
"Baik, Tom!"
"Mari kita menyiapkan makan," Tom mengajukan usulnya.
"Biar aku yang memasak."
"Eggs Benedict," kata Ben cepat-cepat. Melihat pandangan
mata Anita, ia lalu melanjutkan: "Saus paling enak yang aku dapat
menikmati kalau memasaknya betul."
"Itu ada di kapal ini?" tanya Anita.
Ben mengangguk.
"Mungkin engkau tidak percaya. Semuanya serba dibekukan.
Makanan asli, bukan tiruan. Ingat, ini kapal komersial, bukan kapal
riset ilmiah yang dipadati hingga penuh sesak yang selalu kita
gunakan. Ruangan tidak berharga di sini. Malahan terdapat lemari es
penuh keju. Hanya keju!"
Masakan Eggs Benedict ternyata memang sangat lezat. Setelah
itu mereka duduk-duduk di ruang duduk berkursi empuk. Mereka
membiarkan Aristotle yang menangani penerbangan.
"Para penjahat itu sedang berbuat apa ya sekarang?" tanya Tom.
"Apa Foster berhasil memperoleh rahasia-rahasia dari Aracta?
Ataukah, kedua orang sinting itu justru sedang saling tolak-menolak?"
Ben menguap.
Chapter 10
di jagat raya. Asteroid pada dasarnya adalah inti dari logam suatu
planet keseluruhan."
"Dengan ditunjang oleh energi matahari yang murah..waaa!"
sambung Ben. "Orang dapat menjadi kaya raya di ruang angkasa ini!
Bukan hanya Luna, tetapi semua orang!"
Tingkap bagian dalam berputar terbuka, sebelum mereka dapat
bercakap-cakap lebih lanjut. Seorang yang jangkung tegap telah
menunggu kedatangan mereka. Orang itu mengenakan pakaian
jumpsuit model kuno berwarna hitam. Wajahnya nampak garang
berbekas luka, sedang suaranya kasar.
"Tuan Swift? Aku Anvil, Jonathan Anvil. Silakan anda dan
teman-teman anda mengikuti aku. Tuan Luna sudah menunggu
kalian."
Di belakang punggung orang itu Anita memberi isyarat kepada
Ben. Anita berpura-pura gemetaran. Anvil mengantarkan mereka
melalui lorong-lorong serambi warna abu-abu dengan melewati ruangruang penyimpanan, alat-alat pompa serta ruang peleburan yang
panas.
Mereka melihat ke bawah melintasi jalur-jalur masuk meskipun
katup-katup udara bagian dalam menghalangi pandangan mereka.
Mereka melewati sebuah kubah yang lain, yaitu sebuah rumah kaca
untuk bertanam sayuran yang menyediakan bahan makanan serta
oksigen segar. Mereka lalu mengitari sepanjang daerah rekreasi di
mana para pekerja sedang minum-minum dan mengobrol. Setelah
melalui sebuah pintu katup bertuliskan 'PRIBADI' mereka tiba di
dalam lorong yang sunyi dengan dinding-dindingnya yang terbuat dari
bongkahan batu Ceres yang telah dipotong-potong dengan sinar laser.
"Ke sini!" kata Anvil.
Ia membuka seperangkat pintu-pintu buatan ahli pahat logam
dan membawa mereka ke dalam ruangan yang luas dan nyaman.
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Suara yang tak beremosi dari pesawat itu datang dari sebuah
lubang kecil, tetapi terdengar sangat nyata.
"Bahasamu kurang mampu bagiku untuk menyatakan betapa
kuatnya perasaanku mengenai masalah ini. Bangsaku kalau terpilih
akan sangat dihargai atas pengorbanan seperti juga bangsa-bangsa
lain demi kelangsungan hidup bangsa Skree.
Aristotle menggelinding masuk. Maka terjadilah saling bertukar
suara bercuit-cuitan yang memekakkan, hingga Ben dan Tom nampak
tercengang dan Anita terlompat.
"Apa-apaan itu?" tanya Anita.
"Pancaran sinar ultra yang sangat cepat," jawab Tom. Ia
berpaling kepada Aristotle. "Apa yang kauketahui?"
"Aracta membenarkan analisaku mengenai maksud-maksud
David Luna. Ia meminta kepadamu untuk membawa dia pergi dari sini
dengan segera."
"Lalu bagaimana dengan mesin stardrive itu?" tanya Ben. "Kita
akan memperolehnya atau tidak?"
"Masalah yang pertama harus dilakukan!" kata Tom. "Kalau
kita tidak dapat membebaskan diri, semuanya akan harus dilakukan
secara teori. Aristotle, engkau menggendong Aracta."
Terdengar lagi pertukaran suara cuit-cuit. Aristotle mengangkat
penjajak asing yang berbentuk telur itu dan melepaskan semua kabelkabel sambungan. Kemudian ia masukkan tiga kabel dari penjajak itu
ke dalam penghubung sambungan pada sisi luar tubuhnya sendiri, lalu
melepaskan kabel-kabel yang tidak digunakan dan berjalan keluar.
"Ke mana?" tanya Anita.
"Aristotle, tunjukkan jalan ke tempat pakaian ruang angkasa
dan terus ke permukaan!" perintah Tom.
"Ya, Tom!"
Robot itu melangkah melewati puing-puing yang ditinggalkan
di lorong dan mereka berjalan cepat melewati jaringan lorong-lorong
Chapter 14
pengawal sebagai alat bela diri tambahan. Tom dan Ben meniru
tindakan si robot.
Dalam beberapa menit mereka sudah siap di dalam ruang pintu
katup udara. Udara dalam ruang itu membeku seperti salju ketika
kedinginan angkasa luar memasukinya. Tom menyuruh Aristotle
membuat macet peralatan pintu katup, sehingga musuh tidak dapat
mengejar keluar. Kemudian mereka berlari di permukaan batu yang
kasar dan berlekuk-lekuk mengelilingi kubah-kubah Ceres.
Selang satu jam kemudian mereka baru dapat melihat kapal
mereka Mime, yang tenang-tenang bertengger pada ketiga kakikakinya, jauh di lapangan pendaratan bersemen beton.
"Penjaga!" Tiba-tiba Ben memperingatkan sambil
menyentuhkan topi helmnya ke topi helm Tom. Mereka tidak berani
menggunakan radio, takut kalau diketahui musuh di mana mereka
berada. Tom menunjuk dan Anita mengangguk. Anita juga telah
melihat sepuluh orang penjaga yang menyebar di sekeliling kapal
mereka.
Ben menunjuk ke Aristotle, lalu memberi isyarat bahwa robot
itu boleh mulai beraksi terhadap musuh. Ia sendiri lalu tersenyum
malu. Tentu saja Aristotle sudah tidak mempunyai persediaan gas.
Dan seandainya masih mempunyainya, gas itu tidak akan cukup untuk
menguasai musuh itu, karena gas itu tidak dapat mempengaruhi orang
yang mengenakan pakaian ruang angkasa.
Mereka tidak ingin menembak musuh-musuh itu dengan senjata
laser, dan Aristotle tidak mungkin melanggar larangan
programmingnya untuk tidak mencederai manusia. Tom mendekatkan
topi helmnya kepada topi helm Anita, dan memberi isyarat kepada
Ben agar mendekat.
"Kalau Nabi Muhammad SAW tidak dapat pergi ke gunung,
maka gununglah yang harus datang kepada beliau."
Anita mengernyit.
Chapter 15
"Lihat!"
"Kalau mereka telah lenyap dari pemandangan..kita
berangkat!"
Tom memberi isyarat kepada Aristotle yang sedang mengintip
dari tepi kawah.
"Anita! Engkau yang pertama-tama. Kemudian Ben. Aku akan
menyusul bersama Aristotle. Dengan cara itu tidak akan saling
menghambat ketika menuju ke tempat duduk masing-masing."
Dengan diam-diam mereka mengawasi para penjaga yang
berbaris pergi atas perintah melalui radio yang mereka tidak
mendengarnya. Rasanya lama sekali orang-orang itu melintas daerah
yang berlekuk-lekuk kembali ke ruang pintu katup. Tom melirik ke
jam digital yang dipasang pada lengan baju ruang angkasanya.
Ia harus memberi mereka cukup waktu hingga telah masuk ke
pintu katup dan terkunci, hingga mereka sudah mulai melepaskan
pakaian ruang angkasa mereka. Dengan demikian para penjaga itu
tidak dapat dengan cepat keluar lagi.
Akhirnya Tom berpaling kepada Aristotle dan memberinya
isyarat. Si robot melangkah naik ke pinggir kawah, memegangi
senjata laser yang diambilnya dari salah seorang pengawal di pintu
katup ketika pingsan tadi.
Tom menepuk-nepuk punggung Ben dan Anita. Mereka mulai
berjalan setengah melayang dalam keadaan gravitasi rendah. Mereka
lebih banyak melompat daripada berlari. Lama benar rasanya
melayang turun ke tanah. Tom merasakan sangat lemah
kedudukannya dan tanpa adanya lindungan di lapangan terbuka.
Dari sudut matanya ia melihat secercah garis tipis berwarna
merah yang melesat sekilas dari mulut sebuah senjata laser Aristotle
dan ditujukan ke antena radar yang terdekat. Tiang itu meledak dalam
percikan bunga api dan perlahan-lahan tumbang.
Chapter 16
Chapter 17
"Ya, Tom."
Tom mengangguk, sedikit bingung. Kalau Aristotle mengatakan
bahwa ia tahu, maka ia benar-benar tahu.
"Kaukira tak ada maksud lain, ah."
"Tak ada sama sekali, Tom. Aku ingin memberikan kehormatan
baginya dengan pemakaman yang baik."
"Orang-orang mungkin akan tertarik kalau melihat Aracta."
"Aku telah mengumpulkan sejumlah 1.072 bayangan-bayangan
holografi, dimulai sejak kita mengeluarkan dia dari pesawat
pembawanya."
Tom masih ragu-ragu. Nampaknya kurang benar
menyembunyikan sesuatu yang unik dan berharga seperti Aracta,
sebuah utusan elektronik dari bangsa asing yang mereka ketahui untuk
pertama kali.
"Pemakaman macam apa yang telah kaupikirkan?"
"Aku dapat membuat sebuah pesawat jet yang dikemudikan
dengan radio dari salah satu tabung oksigen yang sudah kosong. Aku
ingin meletakkan Aracta ke dalam suatu orbit yang akan membawa
dia ke asalnya."
"Kremasi," pikir Tom. Langsung ke matahari. Dengan
mendadak ia mendapat suatu keputusan.
"Ya, tentu, Aristotle. Lakukanlah. Engkau ingin aku
mengatakan sesuatu?"
"Itu akan sesuai dengan upacara bagi manusia maupun bangsa
Skree, Tom. Tak perlu panjang-panjang. Ia tentu menyenangi
pemakaman yang sederhana, kukira."
"Oke," kata Tom sambil menepuk lengan Aristotle. "Panggil
saja aku kalau engkau sudah siap."
"Terimakasih, Tom." Aristotle tak bergerak untuk beberapa
saat, seperti sedang memikirkan hendak berbicara lebih lanjut,
Chapter 18
Chapter 19
ruang belum terwujud. Perluasan jagat raya atau semacam itu. Di luar
kehampaan itu seperti pada bidang yang lain ada jagat raya yang
bergetar pada frekuensi yang lain: yaitu hyperspace. Hyperspace ada
di sini di sekeliling kita ada di mana-mana, tetapi kita tak
menyadarinya."
"Ah, kalian belum mendapatkan rahasia mesin stardrive!" Anita
menyela.
"Tunggu dulu," kata Tom sambil mengangkat tangannya. "Kita
merasa, bahwa harus ada hyperspace, atau ruang nol, atau entah apa
orang menyebutnya. Yang jelas, Aracta datang sampai kemari, bukan?
Jadi, karena tahu telah pernah dilakukan, kita lalu mencarinya."
"Jadi, kalian telah menemukannya!"
Tom lagi-lagi mengangkat tangannya. "Sabarlah. Karena tahu
ada sesuatu yang telah dilakukan meskipun baru sekali adalah
lain sama sekali daripada hanya meniru."
"Ruang nol itu semacam lintasan pendek," kata Ben dengan
mata tertutup. "Orang masuk ke dalam ruang nol semacam ini, dan ini
merupakan jarak yang paling pendek ke mana pun."
"Jadi kalian telah benar-benar menemukannya!" seru Anita.
"Nah, siapa yang akan menceritakannya?" Tom tersenyum.
"Kita baru mendapatkan potongan-potongan dari sebuah teka-teki,
belum seluruh potongan-potongan. Sedikit perhitungan, suatu jaringan
diagram yang belum dapat kita perhitungkan, beberapa ungkapan
yang belum dapat kita terjemahkan, suatu kritik yang berkembang
penuh mengapa orang tak mungkin mengarungi ruang nol! Masih
banyak lagi bermacam-macam teori sepotong-sepotong."
"Berantakan semua," Ben menggerutu. "Kita harus mempelajari
lagi apa yang pernah kita pelajari."
Anita nampak marah. "Oke, oke. Jadi memang rumit. Nah,
sekarang yang jujur saja: Kalian sudah mendapatkannya atau belum?"
Tom meringis memandang Anita. "Sudah!"
Chapter 20
"Aristotle!"
"Ya, Tom?"
"Cerita bangsa Skree itu?"
"Eh, iya. Sungguh hampir putus asa karena hanya memiliki
tidak lebih dari beberapa sketsa sejarah. Aku memperoleh sepotongsepotong yang belum dapat disambung-sambungkan; kata-kata,
konsep-konsep dan statistik. Siapa atau apa yang disebut Pargin?
Necrotomb? Pahlawan-pahlawan Malam? Musibah di Kailalla
rupanya sangat genting, tetapi aku tak tahu dari sudut mana. Ada
bangsa-bangsa yang telah dihubungi oleh bangsa Skree, tetapi belum
ada petunjuk-petunjuk apakah mereka ini cerdas atau tidak: bangsa
Kiff, bangsa Champorla, bangsa Makhluk-makhluk hitam dan
seterusnya. Ratu Lulana, Ahli Sihir Kegelapan, Raja Matahari, Badik
Merah, bangsa Cirrak dari Li Thorn semuanya sangat misterius dan
penuh teka-teki. Aku tidak mempunyai cara untuk mencatat namanama dan kenyataan-kenyataan ini kecuali dalam berkas campurcampur mengenai bangsa Skree. Ah, sangat membuat putus asa!"
Tom menghela napas dan memandangi Anita. "Yahhh, kalau
kita dapat membuat mesin stardrive itu menjadi kenyataan, kita dapat
mengetahuinya." Tiba-tiba ia tertawa hi-hi-hi. "Semuanya serba
menggairahkan. Rasanya tak bisa aku menunggu lagi."
Anita memandang ke Benyamin Franklin Walking Eagle, lalu
berkata: "Mengertikah engkau? Bergaul dengan kalian tidak terlalu
menjemukan!"
Ben mengucap. "Dan segala kegembiraan itu sedang mulai!"
Mereka tak menyadari sepenuhnya, apa yang akan terjadi dalam
peristiwa-peristiwa selanjutnya.
Tom memandangi keduanya, matanya bersinar. "Tepat sekali
engkau, Ben. Ini hanya baru permulaan!"