Anda di halaman 1dari 32

MANDIRI SKENARIO 8 (2.

6)

1. SUMBER PEMBELAJARAN : JURNAL


JUDUL

: Removal of failed crown and bridge

PENULIS
Shetty

: Ashu Sharma , G.R. Rahul , Soorya T. Poduval , Karunakar

VOL/EDISI : J Clin Exp Dent. 2012; 4(3): e167-e172


A. TUJUAN PENELITIAN :

Untuk mengklasifikasikan berbagai sistem untuk pembongkaran crown


dan bridge
Menjelaskan berapa banyak sistem yang berhasil
Kapan dan bagaimana sistem pembongkaran tersebut digunakan

B. LATAR BELAKANG :
Crown dan bridges biasanya mempunyai umur yang panjang, tetapi dapat
terjadi beberapa kegagalan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Selam
beberpa tahun, banyak alat yang digunakan untuk pembongkaran crown dan
bridge dari gigi abutment. Walaupun pembongkaran untuk crown dan bridge
sementara cenderung mudah tetapi berbeda halnya dengan pembongkaran
crown dan bridge yang sudah disementasi tetap pada gigi yang lebih
menantang dan sulit untuk dilakukan. Terdapat beberapa mekanisme yang
tersedia untuk pembongkaran crown dan bridge. Maka dari itu dibutuhkan
suatu pengklasifikasian sistem pembongkaran ini menjadi beberapa grup
untuk mempermudah dokter gigi dalam memilih sistem yang tepat
digunakan dalam pembongkaran crown dan bridge.
C. DISKUSI
a. Pertimbangan sebelum pemilihan sistem pembongkaran crown
Sebelum menentukan sistem pembongkaran yang akan digunakan penting
untuk
mengetahi
kondisi
pasien.
Beberapa
hal
yang
harus
dipertimbangkan sebelum pembongkaran crown dan bridge adalah
sebagai berikut:

Kontraindikasi medis
Misalnya penggunaan ultrasonic menjadi kontraindikasi pada pasien
dengan hepatitis-B
Restorability of retainers
Status periodontal
Akses intraoral
Status of underlying core

Semen yang digunakan


Material crown dan bridge

b. Klasifikasi pembongkaran crown dan bridge


Ada beberapa mekanisme untuk pembongkaran crown dan bridge, yang
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa grup untuk memudahkan dokter
gigi memilih mekanisme yang tepat sesuai dengan situasi klinis pasien
yang bersangkutan. Sistem pembongkaran ini dapat dibagi menjadi 3 grup
yaitu:
1. Conservative disassembly
Prosthesis yang tinggal tetap utuh. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan gaya perkusi dan traksi untuk membongkar semen
sehingga prosthesis dapat dibuka dari gigi abutment. Alat-alat yang
dapat digunakan pada teknik ini adalah:

a. Richwill crown and bridge remover

Pembongkaran crown dan bridge yang menggunakan resin


thermoplastic.
Resin dilunakkan didalam air panas kemudian diletakkan pada
crown atau bridge yang akan dibongkar secara interoklusal.
Setelah itu pasien diminta untuk menggigit resin tersebut
hingga 2/3 bagian resin tertekan
Kemudian dinginkan resin dengan air, lalu lakukan gerakan
membuka mulut yang tajam sehingga membuat crown terlepas.
Dalam melakukan metode ini perlu diperhatikan apakah gigi
antagonisnya gigi tiruan atau gigi asli, sehingga tidak
menyebabkan restorasi di rahang yang berlawanan ikut

terlepas.
Gambar 1: Richwill crown and bridge remover

b. Ultrasonics

Penggunaan energi ultasonik dapat membongkar crown dan bridge


dengan menghancurkan semen. Penggunaan energi ultrasonik ini
biasanya berhasil dalam pembongkaran restorasi crown dan bridge

c. Pneumatic(KaVo)CORONAflex
Teknik ini dapat membongkar crown dan bridge dengan
menggunakan brass wire yang diulirkan melalui embrassure space
pada bridge sehingga membentuk suatu loop yang akan
memberikan gaya untuk mengangkat bridge.
Merupakan air-driven device yang terhubung dengan standard
dental handpiece hoses via KaVos MULTIflex coupler. Alat ini
bekerja dengan memberikan kontrol low amplitude pada ujungnya
sepanjang sumbu axis dari gigi abutment. Loop diulirkan dibawah
konektor dan ujung dari crown remover diletakkan pada bar.
Dampaknya dapat diaktifasi dengan memindahkan finger index dari
pipa udara pada handpiece.
Peralatan ini juga dilengkapi dengan clamps yang dapat
dipasangkan pada crown menggunakan autopolymerization resin,
sehingga dapat melepaskan crown.

Gambar 2: Pneumatic(KaVo)CORONAflex
d. Sliding hammer
Prinsip dasar dari penggunaan sliding hammer adalah pemilihan
ujung yang tepat untuk digunakan pada margin crown dan kemudian
tahanannya didorong pada tangkai pendek, ketukan cepat dapat
melonggarkan restorasi . Variasi dari sliding hammer banyak tersedia
dipasaran. Penguunaan sistem ini terkadang bisa menyebabkan
ketidaknyamanan pasien dan penggunaannya terkadang tidak selalu
berhasil. Rusaknya margin porselen juga dapat terjadi karena
penggunaan teknik ini.

Gambar 3:
Sliding hammer

e. Crown
tractors
Crown tractors mencengkram restorasi dengan menggunakan
pegangan rubber yang di desain untuk melepaskan restorasi tanpa
merusaknya. Teknik ini efektif untuk membongkar crown sementara
yang disementasi dengan sementasi sementara, atau untuk crown
yang sulit untuk dilepaskan pada saat proses try in. Pegangan halus
pada teknik ini dapat mengurangi risiko rusaknya margin porselen
f. Matrix bands
Penggunaan Siqveland matrix band pada crown, yang dipasangkan
pada undercut dan kemudian ditarik secara vertikal, dapat menjadi
salah satu teknik yang berhasil untuk pembongkaran crown dan
bridge.

Gambar 4: Siqveland matrix band


2. Semi-conservative disassembly
Kerusakan minor pada prosthesis dapat terjadi tetapi masih ada
kemungkinan untuk restorasi dapat digunakan kembali. Teknik ini
dialkukan membuat celah kecil pada prosthesis, sehingga memungkinkan
gaya untuk diaplikasikan diantara preparasi dan bridge untuk merusak
luting semen.
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa percobaan pembongkaran
tanpa merusak restorasi tidak selalu berhasil dan terkadang juga dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien, oleh karena itu dapat
digunakan teknik semi-conservative, dengan merusak sebagian restorasi
untuk membongkar crown dan bridge. Keuntungan teknik ini adalah

trauma yang dialami pasien lebih sedikit dibandingkan pada teknik


conservative.
Alat-alat yang digunakan untuk pembongkaran crown dan bridge secara
semi-conservative adalah:
a. Wamkeys
Wamkeys merupakan simple-narrow shanked cam yang tersedia dalam
3 ukuran. Ukuran wamkeys yang tepat dimasukkan pada bagian
restorasi yang sudah di buatkan celah menggunakan bur, kemudian
masukkan wamkeys pada celah kecil tersebut. Berikan gaya naik-turun
berlawanan dan searah jalur insersi serta gerakan ke kanan dan kekiri
hingga crown lepas dari gigi abutment. Restorasi tersebut dapat di
sementasi kembali dan celah tadi dapat ditambal dengan plastic filling
material.

Gambar 5: WAMKey
b. Metalift system
Sistem ini menggunakan prinsip jack-screw.Protesa metal-ceramic
dapat di bongkar menggunakan sistem ini, walaupun harus dilakukan
dengan hati-hati untuk melepaskan ceramic dari area dimana terdapat
celah yang dibuat pada..

A. Gigi abutment I1 mandibula longgar, sedangkan gigi abutment


posteriornya, yakni premolar, telah disementasi
B. Pembuatan akses ke coping logam dengan menembus porselen
menggunakan diamond bur
C. Pada restorasi metal dibentuk lubang kecil pada setiap gigi
abutment sebagai panduan pengangkatan gigi tiruan tersebut
D. Lubang tersebut dibentuk menggunakan bur khusus
E. Lubang tersebut harus berpenetrasi ke bagian metal, biasanya
ditandai dengan terlihatnya semen
F. Dengan instrumen Metalift yang diulirkan masuk ke gigi tiruan cekat
tersebut, maka akan merusak perlekatan semen
G. Sehingga GTJ tersebut dapat diangkat
H. Periksa kondisi gigi abutment. Jika kondisi gigi abutment baik, maka
dapat dilakukan sementasi ulang.
3. Destructive disassembly
Destructive disassembly berarti melakukan pemotongan pada crown
menggunakan bur tungsten carbide diamond . Tahapannya adalah sebagai
berikut:

A. Gigi tiruan jembatan jenis cantilevered partial ini ingin digantikan


dengan gigi tiruan jembatan yang baru karena alasan estetis dan
periodontal.
B. Restorasi tersebut dibelah dengan hati-hati hingga memotong bagian
porselen, yaitu lebih mudah dilakukan pada sisi fasial dan insisal
C. Pemotongan ini dilakukan hingga mencapai bagian metal hingga semen,
sehingga ujung bur pemotong diposisikan dekat margin gingiva
D. Bagian gingiva dilepaskan menggunakan suatu instrument
E. Seluruh bagian gigi tiruan dipotong hingga ke margin gingiva
F. Gunakan instrument seperti semen spattle untuk ditempatkan pada
bagian yang telah terpotong dan dirotasi untuk mendorong bagian gigi
tiruan agar terlepas dari gigi abutment
G. Setelah terlepas, periksa gigi abutment lalu pertimbangkan apakah perlu
dilakukan perbaikan terhadap gigi abutment dan jaringan periodontal.
H. Protesa yang telah dipotong

2.

SUMBER PEMBELAJARAN : NARASUMBER


Narasumber:
1. Prof. DR.drg Linda S . Kushdhany ,Sp.Pros (K)
2. Drg Farisza Gita, Sp.Pros (K)

A. HASIL DISKUSI
Rasa sakit pada GTP disebabkan oleh
Basis terlalu menekan pakai PIP (dalam keadaan tidak oklusi) yang
tertekan PIP akan terhapus Grinding
Basis terlalu panjang sehingga menimbulkan rasa mual (pada RA:
postdam terlalu panjang sampai ke palatum mole. Dan pada RB: bagian
distolingual terlalu panjang)
Oklusi dan artikulasi yang tidak baik
Kurangnya retensi dan stabilitas sehingga GT mudah lepas saat
dipakai mengunyah
Pencetakan mukofungsional kurang baik sehingga GT mudah lepas
pada saat berbicara
Masalah pada GTC:
Ngilu pada gigi penyangga pas awal pemasangan sudah ngilu salah
preparasi bagian yang dipreparasi terlalu banyak. Juga bisa
disebabkan karena adanya karies yang belum bersih dan traumatik
oklusi
Ada akumulasi makanan karena GTJ open sehingga semen larut
akumulasi makanan karies
Gigi goyang karena kesalahanan desain, tidak sesuai hukum Ante,
beban pada gigi penyangga besar, dan adanya traumatik oklusi
Gingiva dibawah pontik iritasi karena pontik terlalu menekan
kesalahan desain
Facing pecah karena kurang preparasi, traumatik oklusi dan
kesalahan prosedur Laboratorium
3.

SUMBER PEMBELAJARAN : TEXTBOOK


A. JUDUL : Contemporary Fixed Prosthodontics 4th Ed
PENULIS
: Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J

PENATALAKSANAAN MASALAH PASCA INSERSI GIGI TIRUAN CEKAT


Pada tahap pasca insersi gigi tiruan cekat sebaiknya pasien diedukasi mengenai
cara merawat gigi tiruan. Selain itu perlu diberitahu untuk memperhatikan
perubahan tertentu yang terjadi pada kesehatan rongga mulutnya terkait
dengan adanya gigi tiruan cekat tersebut, serta segera menginformasikan ke
dokter giginya. Bila tertunda, maka proses perbaikan gigi tiruan akan semakin
kompleks yaitu membuat kembali gigi tiruannya. Masalah pasca insersi yang
sering timbul antara lain:
1. Rasa sakit
- Rasa sakit yang timbul pada gigi tiruan cekat perlu dideteksi lokasinya,
karakteristiknya, keparahannya, waktu terjadinya dan onsetnya. Selain itu
perlu juga diketahui faktor apa yang memperberat, meringankan dan
merubah rasa sakit. Setelah itu ditangani dengan terapi inisial.

Sering kali rasa sakit berasal dari pulpa, namun pada kali ini perlu dilakukan
investigasi secara mendetail agar dapat mendeteksi sumber yang
menyebabkan rasa sakit
Jika pasien memiliki gigi yang telah dirawat endodontik, yaitu dengan dowel
crown maka perlu dipertimbangkan apakah terjadi fraktur pada akar akibat
post yang ukurannya terlalu besar.

Gambar. Fraktur akar pada gigi abutment sehingga menyebabkan


kerusakan jaringan periodontal.
2. Retainer gigi abutment yang longgar
Longgarnya retainer ini sulit dideteksi oleh pasien itu sendiri. Sering kali
pasien lebih mengetahui adanya rasa atau bau tidak enak.
- Longgarnya retainer ini dapat disebabkan karena preparasi gigi yang tidak
adekuat, sementasi yang buruk dan terdapat karies.
- Terdapat berbagai penanggulangan diantaranya:
o Bila preparasi gigi tidak adekuat melakukan preparasi ulang dan
pembuatan protesa baru.
o Mengeluarkan retainer secara utuh untuk dilakukan sementasi ulang,
namun hal ini dinilai cukup sulit
o Melepas protesa dengan cara membelah/membongkat gigi tiruan cekat
-

Gambar. Retainer yang longgar dapat diobservasi dengan cara ditekan


kearah oklusal, dan ketika diberikan air pada area GTC maka akan
muncul bubble saat diberikan tekanan ke gigi tersebut.

3. Fraktur pada Konektor


- Terjadinya fraktur pada gigi tiruan dapat disebabkan karena beban
fungsional yang berat, kesalahan desain dan lokasi penempatan gigi tiruan
cekat
- Terjadinya fraktur pada konektor ini akan menimbulkan berbagai macam
rasa sakit

Apabila gigi abutment memiliki dukungan tulang yang baik dan mobilitas
minimal maka patahnya konektor ini akan sulit terdeteksi, sehingga
memerlukan wedges untuk memastikan apakah posisi antar komponen gigi
tiruan terpisah/ patah.
4. Fraktur pada Veneer Porcelain
Kegagalan mekanis pada restorasi metal-porselen sering terjadi. Hal ini
terjadi akibat kegagalan saat mendesain kerangkanya, prosedur
laboratorium yang buruk, fungsi oklusal yang berlebih, ataupun trauma.
Ketika fraktur terjadi pada pasien yang telah puas dengan protesanya maka
lebih baik dilakukan perbaikan (repair), daripada pembuatan ulang protesa
(remake). Perbaikan ini akan memudahkan pasien karena dapat
mengefisiensikan waktu dan biaya.
Ketika bagian gigi tiruan yang patah masih ada dan tidak terdapat beban
oklusal yang besar pada area fraktur tersebut, maka dapat dipasang
kembali ke tempatnya (porcelain repair system).
Sementasi bagian GTC yang patah tersebut dapat dilakukan menggunakan
silane coupling agent/ 4-META untuk mendukung ikatan antara akrilik atau
resin komposit. Namun cara ini kurang efektif karena ikatan tersebut akan
berubah ketika terjadi perubahan suhu tertentu.
Pada kondisi lain, area fraktur dapat diperbaiki dengan sementasi resin
komposit yang ditahan oleh undercut mekanis pada kerangka metal.
Cara lain yang lebih disukai adalah membongkar GTC dan membuat ulang.

Gambar. A. Mahkota metal-porselen yang patah. B. Mahkota metal-porselen


setelah dilakukan perbaikan yaitu dengan melakukan etsa pada permukaan
porselen lalu menggunakan resin

B. JUDUL : McCrackens Removable partial Prosthodontics 11th Ed


PENULIS
: Carr, AB. Brown, DT
MASALAH PASCA INSERSI GTSL
Setelah pasien menerima gigi tiruan sebagian atau lengkap harus dilihat dalam
waktu 24 jam pasca insersi . Jika potensi masalah yang terdeteksi & dikoreksi

10

pada tahap awal mereka, pasien mungkin tidak akan pernah tunduk pada rasa
sakit dan ketidaknyamanan yang mungkin terjadi. Jika ada masalah pasien harus
meyakinkan bahwa sebagian besar masalah dapat diselesaikan dengan cepat
dan sederhana.
Hal-hal yang biasa dikeluhkan pasien saat kontrol periodik pasca insersi GTSL:
1. Nyeri atau ketidaknyamanan yang timbul dari jaringan keras & lunak dari
edentulous ridge
Banyak pasien gigi tiruan sebagian lepas membutuhkan beberapa pengkondisian
jaringan pendukung di daerah edentulous sebelum tahap terakhir dari
pengobatan dimulai. Pasien yang memerlukan pengobatan pengkondisian sering
menunjukkan gejala berikut:
a) Eritema/Redness
(kemerahan):
Peradangan dan iritasi mukosa meliputi
denture-bearing
areas.
Umumnya
disebabkan oleh kekasaran basisgigi
tiruan, dan dengan gerakan menggosok
sedikit dasar gigi tiruan terhadap jaringan
lunak, kemerahan juga bisa disebabkan
oleh diskrepansi oklusal atau kontak
prematur

2. Nyeri dari satu atau lebih gigi


Salah satu penyebab paling umum dari ketidaknyamanan untuk pasien RPD
yakni gangguan oklusal antara gigi asli dalam satu lengkungan dan logam dari
prostesis dari lengkungan antagonisnya
3. Rasa Tersedak/Mual
Tersedak sering disebabkan oleh adaptasi buruk dari gigi tiruan sebagian lepasan
rahang ke jaringan palatum durum . Dalam kebanyakan kasus, ini dapat
ditelusuri karena teknik impression yang salah. Kegagalan untuk memodifikasi
custom tray sebelum membuat cetakan rahang yang memungkinkan bahan
impression mundur ke belakang sebelum set terakhir terjadi. Ini menghasilkan
cast tidak akurat dan hasil di konektor utama yang berdiri jauh dari palatum
durum. Air liur dapat terakumulasi dalam ruang ini dan menyebabkan pasien
muntah. Jika bagian posterior prostesis dibangun dari resin akrilik, masalah ini
dapat diatasi dengan pelapisan ulang.
4. Sensasi terbakar di daerah sisa ridge, lidah, dan pipi dan bibir
Bila ada keadaan masalah kekurangan nutrisi, ketidakseimbangan endokrin,
masalah kesehatan yang parah (diabetes atau diskrasia darah), dan bruxism
harus dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial. Jika penggunaan gigi tiruan

11

sebagian baru dilepas atau pelapisan ulang dari gigi tiruan ini dicoba tanpa
terlebih dahulu memperbaiki kondisi ini, kemungkinan untuk pengobatan yang
berhasil akan dikompromikan karena masalah lama yang sama tidak kunjung
membaik. Pasien harus dibuat untuk menyadari bahwa pembuatan protesa baru
harus ditunda sampai jaringan rongga mulut dapat dikembalikan ke keadaan
sehat. Jika ada masalah sistemik yang belum terselesaikan, RPD biasanya akan
mengakibatkan kegagalan atau keberhasilan yang terbatas.
5. Ketidakstabilan prosthesis (longgar,mudah lepas):
Masalah ini disebabkan oleh kesalahan penanganan dari clasp, yakni kegagalan
retensi dari clasp,
6. Lidah dan pipi tergigit:
Terdapat laserasi dan ulserasi pada mukosa, Laserasi atau ulserasi pada jaringan
lunak yang mengelilingi dasar gigi tiruan umumnya diproduksi oleh basis
gigitiruan berlebihan.

Cheek biting disebabkan oleh tidak cukup tumpang tindih horizontal maksila
terhadap gigi posterior mandibula.

Faktor lain adalah tidak adanya gigi posterior jangka panjang. Dalam situasi ini,
otot bukinator mengarah ke ruang yang diciptakan oleh gigi yang hilang. Postur
medial ini businator dapat menyebabkan pipi menggigit. Dalam kebanyakan
kasus, otot akan kembali nada normal setelah insersi prosthesis dan cheek biting
akan berhenti.
7. Kesulitan berbicara:
Masalah yang timbul biasanya berhubungan dengan penempatan yang tidak
tepat gigi anterior rahang atas prostetik atau perubahan kontur langit-langit

12

anterior. Posisi buatan gigi premolar rahang atas dan bawah juga dapat
membuat masalah dengan fonetik

Jika premolar diposisikan terlalu lingual, pergerakan lidah mungkin akan


terhambat dan fonetik akan terpengaruh. Jika gigi ini terletak terlalu fasial ,
udara dapat melarikan diri antara lidah dan gigi dan bersiul atau slurring dapat
terjadi.
8. Kesulitan Makan;
Kebanyakan pasien yang mengalami kesulitan mengunyah dengan gigi palsu
parsial removable telah gigi yang hilang selama beberapa tahun. Pasien ini telah
kehilangan keterampilan neuromuskuler yang diperlukan untuk menoreh dan
menggiling makanan. Pasien tersebut harus diberitahu bahwa itu akan
mengambil beberapa waktu untuk mempelajari kembali proses ini. Lamanya
waktu akan tergantung sampai batas tertentu pada koordinasi neuromuskular
bawaan pasien dan tekad, serta lamanya waktu bahwa pasien tanpa gigi. Hal ini
juga bias disebabkan karena permukaan elemen gigi resin akrilik dapat menjadi
pipih dan tidak efisien karena teknik polishing buruk dll
Kegagalan Retentif dari clasp
Alasan Kegagalan retentive dari clasp RPD Ini adalah sebagai berikut:
- Diagnosis dan pengobatan perencanaan
1. Diagnosis yang tidak adekuat (memadai)
2. Kegagalan untuk menggunakan surveyor dengan benar selama rencana
perawatan
- Prosedur persiapan Mulut
1. Kegagalan untuk urutan prosedur persiapan mulut
2. Persiapan mulut yang tidak memadai, biasanya dihasilkan dari perencanaan
yang tidak memadai dari desain gigi tiruan atau kegagalan untuk menentukan
bahwa persiapan mulut telah dicapai dengan baik

13

3. Kegagalan untuk mengembalikan jaringan pendukung untuk kesehatan yang


optimal sebelum teknik impression dilakukan
4. Impression yang tidak memadai dari jaringan keras dan lunak
- Desain framework
1. Kegagalan untuk menggunakan benar terletak dan sisanya berukuran
2. Fleksibel atau salah terletak konektor mayor dan minor
3. Penggunaan yang tidak benar dari desain clasp
4. Penggunaan clasp memiliki fleksibilitas terlalu sedikit, terlalu luas dalam
cakupan gigi, dan memiliki terlalu sedikit pertimbangan untuk estetika
- Prosedur laboratorium
1. Masalah dalam persiapan casting maupun flasking
a. Impression yang tidak akurat
b. bentuk cor yang kurang/ tidak memadai
c. Tidak kompatibel dengan material impression dan gipsum
2. Kegagalan untuk menyediakan teknisi dengan desain khusus dan informasi
yang diperlukan untuk memungkinkan teknisi untuk menjalankan desain
3. Kegagalan teknisi untuk mengikuti desain dan instruksi tertulis
-Dukungan untuk basis gigitiruan
1. cakupan tidak memadai jaringan rest mukosa
2. kegagalan untuk merekam jaringan rest mukosa sebagai supporting untuk
basis gigi tiruan
-Oklusi
1. Kegagalan untuk mengembangkan oklusi yang harmonis
2. Kegagalan untuk menggunakan bahan yang kompatibel untuk menentang
permukaan oklusal
- Hubungan pasien-dokter gigi
1. Kegagalan dokter gigi untuk memberikan informasi kesehatan gigi yang
memadai, termasuk rincian tentang perawatan dan penggunaan prostesis
2. Kegagalan dokter gigi untuk memberikan kesempatan recall secara periodik
3. Kegagalan pasien untuk latihan merawat kesehatan gigi

14

Untuk penyesuaian akhir dalam mulut untuk menyempurnakan fit restorasi ke


jaringan oral. Termasuk dalam langkah terakhir ini dalam urutan panjang
menyelesaikan prosedur yang diperlukan untuk menghasilkan restorasi prostetik
biologis dapat diterima adalah sebagai berikut:
(1) Penyesuaian permukaan bantalan dari basis gigi tiruan menjadi selaras
dengan jaringan lunak yang mendukung;
(2) Penyesuaian oklusi untuk mengakomodasi oklusal dan bagian logam lain gigi
tiruan; dan
(3) Penyesuaian akhir dari oklusi pada gigi buatan untuk menyelaraskan dengan
oklusi alami pasien di semua posisi mandibula.
C. JUDUL : Textbook of Complete Dentures (2009).
PENULIS
: Rahn, A., Ivanhoe, J. and Plummer, K.
MASALAH PASCAINSERSI GTP
1. Kompatibilitas
Gigi tiruan harus kompatibel ketika gigi tiruan tersebut diterima oleh lingkungan
oral. Resin akrilik dari gigi tiruan harus inert. Gigi tiruan harus ditempatkan pada
posisi yang tidak menimbulkan trauma ketika gigi tiruan tersebut berfungsi dan
gigi tiruan tesebut dapat seimbang dengan variasi grup otot wajah. Gaya oklusi
harus diarahkan langsung mengarah ke sebagian besar jaringan pendukung
yang dapat diterima. Gigi tiruan harus disusun sedemikian rupa, sehingga ketika
mereka berkontak, terjadi keselarasan antara posisi mandibula dan pergerakan
mandibula. Gigi tiruan harus disusun untuk memberikan dukungan terhadap
bibir, pipi dan harus kompatibe dengan pergerakan lidah juga. Basis gigi tiruan
harus kompatibel dan menutupi basal seat area untuk mendapatkan efek
snowshoe.
2. Masalah dengan Mastikasi
Sifat gigi tiruan tidak akan berfungsi seefisien mungkin seperti fungsi gigi asli
yang seharusnya. pasien tidak akan mampu untuk melakukan fungsi tertentu,
seperti mengunyah yang terlalu keras, atau memakan makanan yang lengket.
Pasien akan membutuhkan pemahaman terhadap keterbatasan dan akan di
bantu melalui training atau latihan periodik untuk menjadi lebih nyaman dengan
keterbatasan gigi tiruan mereka.
3. Pertimbangan Jaringan Lunak
a. Stress-Bearing Mukosa
Lesi traumatik dari stress-bearing mukosa pada palatum, puncak dan slope
aveolar ridge biasanya merupakan hasil dari ketidaksempurnaan di dalam
atau pada permukaan sisi jaringan dari basis gigi tiruan. Area pressure dari
sisi jaringan basis gigi tiruan dapat berkembang dari ketidaksempurnaan

15

selama tahap pencetakan atau sebagai hasil dari kerusakan pada master
castnya. Ketidaksesuaian oklusi dalam posisi rahang sentrik ata esentrik juga
dapat menimbulkan lesi traumatik pada jaringan lunak. lesi yang terjadi di
dalam mukosa yang menutupi palatum dan puncak residual ridge biasanya
kecil, terbatas dan keras. adanya keratin yang berlebih kadang
menyebabkan area tampak putih.
Lesi yang hiperemia dan sakit
terhadap tekanan selama fungsinya
biasanya
merupakan
hasil
dari
tekanan yang langsung mengarah ke
area eksostosis, tulang atau tubuh
asing. Area-area ini mungkin tidak
menghasilkan rasa nyeri pada saat
kunjungan
insersi
karena
penyalahgunaan jaringan terjadi dari
waktu ke waktu dan dihubungkan
dengan fungsi gigi tiruan.
Hiperemi, sakit dan area yang
terpisah
pada
epitelium
yang
terbentuk pada slope residual ridge biasanya merupakan hasil dari
ketidakharmonisan oklusi ketika gigi geligi melakukan kontak yang tidak
seimbang dalam posisi rahang esentrik.
b. Basal-Seat Mukosa
Dua masalah yang berhubungan
dengan basal-seat mukosa adalah
hipertropy dan inflamasi. Reaksi
inflamasi yang terjadi pada mukosa
yang menutupi basal seat biasanya
merupakan hasil dari pasien tidak
melepaskan gigi tiruannya untuk
membiarkan
jaringan
istirahat.
tekanan konstan dari gigi tiruan
menghambat suplay darah normal,
yang mengoksigenasi jaringan dan
membuang produk yang harus
dibuang. ini adalah inflamasi umum
dan biasanya tidak terbatas pada satu area namun menutupi semua mukosa.
Rasa sakit yang terjadi pada puncak dan slope residual ridge dan bersamaan
dengan sakit pada otot yang berlekatan pada mandibula mungkin
merupakan hasil dari jarak interoklusal yang tidak memadai.Tekanan konstan
dari basis gigi tiruan, karena gigi geligi selalu berkontak menghasilkan
hiperemia pada mukosa. Otot-otot mastikasi mungkin menjadi sakit karena
mereka tidak dapat mencapai posisi relaksasi, dan selalu overstretched.

16

Hipertropi, peningkatan abdnormal dalam ukuran mukosa oral, tidak biasa


terjadi pada stress-bearing mukosa. namun, pada area sutura midpalatal
hipertropi mukosa dapat terjadi. Nodul-nodul kecil yang dinamakan sebagai
papilloma-like hypertrophy terbentuk pada area ini. Protesa dengan fit atau
kesesuaian yang buruk dengan retensi yang buruk biasanya menyebabkan
hipertropi jaringan.

c. Submukosa Transisional
Hipertropi juga dapat terjadi pada area submukosa transisional, seperti
border extension. Lesi yang terjadi pada area border extension biasanya
seperti fisure. Fisure bervariasi dalam panjang dan kedalaman, menimbulkan
rasa sakit dan kadang menjadi ulcer. Lesi ini dihasilkan dari overextensi
border tetapi dapat juga dihasilkan dari border yang tajam atau tidak dipoles.
lesi ini dapat terjadi pada area batas, namun lesi tersebut sering terjadi pada
perlekatan frenum, ruang retromilohyoid, retromolar pad, groove masseter,
hamular notch, dasar mulut dan palatum molae.

d. Lining Mukosa
Abrasi yang terjadi pada mukosa pipi dan bibir kadang merupakan hasil dari
cheek biting, margin yang kasar pada gigi, dan basis gigi tiruan yang tidak
dipoles. Cheek biting mungkin berhubungan dengan kurangnya overlap
horizontal pada gigi posterior atau transisi dari normal ke cross bite. Kadangkadang tongue biting dapat terjadi jika overlap horizontal tidak baik pada
area cusp lingual.

17

D. JUDUL : McCrackens Removable partial Prosthodontics 11th Ed


PENULIS
: Carr, AB. Brown, DT
RELINE, REPAIR, DAN REBASE
1. Reline
Relining adalah :
resurfacing jaringan dari sebuah basis gigi tiruan dengan material baru
untuk memperbaiki fit agar lebih akurat dengan jaringan dibawahnya
menambah bahan baru pada permukaan basis gigi tiruan yang lama
untuk memperbaiki kehilangan kontak basis dengan jaringan mukosa yang
disebabkan oleh resorbsi residual ridge
Sedangkan rebasing adalah penggantian seluruh basis gigi tiruan
dengan material baru.
Teknik reline ada 2 macam : Closed mouth dan open mouth
Berdasarkan bahan : Direct dengan self curing acrylic
Indirect dengan heat curing acrylic
Pertimbangan memilih menggunakan teknik yang open mouth atau closed
mouth adalah :
1. Pada protesa yang tooth-supported, metode pencetakan tidak terlalu
penting
2. Resiliensi mukosa yang menutup residual ridge
a. Resiliensi yang rendah dapat mengakomodasi closed mouth
functional impression technique atau open mouth selective
pressure technique
b. Resiliensi yang tinggi lebih dianjurkan menggunakan open
mouth selective pressure impression technique
Indikasi dilakukan relining atau rebasing :

18

Adanya kondisi yang tidak higienis dan terjebaknya debris antara


basis gigi tiruan dengan residual ridge
o Adanya kondisi yang tidak baik yang diakibatkan oleh ruang yang
terbentuk
o Ketidaknyamanan pasien karena tidak adanya kontak jaringan yang
diakibatkan oleh terbukanya kontak antara basis dengan jaringan
Kontraindikasi :
o Resorpsi yang besar, misalnya dv oklusal sudah rendah
o Kelainan pada sendi rahang
o Bila banyak undercut pada tulang alveolar
Untuk menentukan apakah GTS diperlukan relining, maka diperlukan
evaluasi ruang yang ada. Cara yang paling mudah adalah meletakkan
selapis tipis alginate pada bagian basis, pasang gigi tiruan di dalam mulut,
dan tetap sampai alginatnya setting.
1 scoop bubuk alginate dengan 2 takar air panas akan membuat
campuran yang tipis untuk tidak mengubah jaringan lunak dan cepat
mengeras. Alginat mudah untuk dibersihkan dari gigi tiruan setelah
evaluasi selesai.
Apabila ketebalan alginate minimal 2 mm, maka dapat dipertimbangkan
dilakukannya relining atau rebasing.
o

Prosedur Direct reline :


1. Relieve bagian jaringan pada basis gigi tiruan dan bordernya Agar ada
ruang untuk material baru dan mengeliminasi adanya potensi kontaminasi
dan memastikan permukaan tersebut baik untuk bonding.

2. Aplikasikan pelumas pada border tadi sampai permukaan oklusal gigi


Mencegah resin yang baru menempel pada basis yang tidak di reline dan
gigi
3. Campur powder dan liquid sesuai pabrik
4. Setelah konsistensi hampir sesuai konsistensi untuk mulai reline, minta
pasien untuk berkumur dengan air dingin, pada saat yang bersamaan,
oleskan monomer resin reline pada permukaan basis gigi tiruan dengan
cotton pellet Memfasilitasi proses bonding dan memastikan bahwa
permukaannya bebas kontaminasi
5. Saat material mulai agak mengeras, aplikasikan resin pada sisi jaringan
pada basis gigi tiruan dan melewati border.
6. Langsung tempatkan GTS dalam mulut dan minta pasien untuk beroklusi
pelan-pelan.

19

Pastikan tidak ada material yang masuk ke permukaan oklusal agar tidak
merubah dimensi vertical. Untuk rahang atas, pijat pipi pasien agar
membentuk border moulding dan pada rahang bawah instruksikan pasien
untuk menggerakan lidah ke kedua pipi dan gigi anterior. (Lakukan dengan
mulut terbuka) Pada saat border moulding, pastikan direct retainers
bekerja dengan baik, jika tidak, basis harus ditekan dengan jari saat
border moulding pada permukaan oklusal.
7. Lepaskan gigi tiruan dari dalam mulut, dan menggunakan fine curved iris
scissors, potong kelebihan material dan material yang mengalir ke
permukaan proksimal gigi dan komponen lain dari kerangka GTS.Saat
melakukan ini, minta pasien untuk berkumur dengan air dingin lagi.
Letakan GTS di posisi terminal dalam mulut, dan ulangi border movements
tadi dengan mulut pasien terbuka. Pada saat ini atau setelah ini,
materialnya sudah cukup keras.
8. Lepaskan gigi tiruan, segera bilas dengan air, dan keringkan dengan ar
syringe. Aplikasikan selapis glycerin dengan cotton pellet untuk mencegah
pembekuan permukaan karena penguapan monomer.
9. Biasanya dibutuhkan waktu 20-30 menit sebelum trimming dan polishing,
tetapi setelah keras juga boleh.
Prosedur Indirect Reline
1. Relieve bagian jaringan pada basis gigi tiruan dan bordernya Agar ada
ruang untuk material baru dan mengeliminasi adanya potensi kontaminasi
dan memastikan permukaan tersebut baik untuk bonding.
2. Material yang digunakan bergantung pada jaringan yang akan dicetak.
Jaringan yang mobile pada puncak ridge baik menggakan yang freeflowing seperti ZOE impression material. Sedangkan untuk jaringan yang
padat, dapat digunakan polysulfide, polyether, polyvinylsiloxane, dan
mouth-temperature waxes.
3. Dokter gigi harus menahan kerangka pada abutment sampai material
cetaknya mengeras dan siap untuk dikeluarkan dari mulut. Bila
menggunakan ZOE, maka kelebihan bahan cetaknya dibuang
menggunakan sonde tanpa menganggu posisi gigi tiruan.

4. Kemudian cetakan tersebut dibawa ke lab untuk di proses


5. Gigi tiruan dicuci dibawah air mengalir sampai bersih lalu dikeringkan

20

6. Basis resin akrilik yang menghadap mukosa diolesi vaselin dan ditanam ke
kuvet, dimana permukaan yang menghadap mukosa menghadap ke atas.

Bagian protesa yang akan direline


harus dilokasikan pada satu bagian
kuvet, dan replica edentulous ridge
nya pada bagian kuvet satunya

7. Kuvet atas diletakkan diatas kuvet bawah dengan baik lalu dicor dengan
gips putih sampai batas atas tutup kuvet
8. Setelah gips putih mengeras kuvet dibuka, [ermukaan vaselin disiram air
panas sebentar, lalu bahan cetak yang melekat pada basis tersebut
dibuang dan dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
9. Packing dengan heat curing acrylic.
10.Gigi tiruan dihaluskan dan dipoles
2. Repair
Gigi tiruan biasanya terbuat dari resin akrilik, atau porselen dan dengan
digabungkan komponen metal. Gigi tiruan dengan bahan resin akrilik dan
porselen dapat mengalami fraktur, sedangkan kombinasi akrilik-metal atau
porselen-metal memiliki kekuatan yang lebih tinggi, tetapi dapat juga mengalami
kehilangan ikatannya. Proses perbaikan komponen gigi tiruan (baik basis
maupun gigi tiruan) ini disebut repair.
Indikasi
Denture base repair
Faktur ini merupakan kerusakan yang paling sering terjadi dan biasanya
disebabkan oleh benturan, fabrication errors, desain yang tidak sesuai,
kelebihan beban (excessive loading), resorpsi alveolar, dan gigi aus.
Benturan pada gigi tiruan biasanya disebabkan gigi tiruan terjatuh ke
lantai atau wastafel saat mencuci gigi tiruan. Pada manula, biasanya
mengalami penurunan ketangkasan sehingga sering menjatuhkan gigi

21

tiruan. Sedangkan fabrication errors disebabkan pembuatan yang tidak


sesuai seperti bagian palatal gigi tiruan yang terlalu tipis yang dapat
memicu terjadi keretakan saat terkenan beban berlebih. Beban yang
berlebih pada gigi tiruan juga dapat dipicu karena gigi antagonis yang
merupakan gigi asli.
Tahapan :
-Jika segmen/bagian yang rusak/fraktur masih ada dan dapat direposisi,
maka dilakukan reposisi dengan direkatkan menggunakan sticky wax
sepanjang garis fraktur.

-Tuangkan dental stone pada basis gigi tiruan yang menghadap jaringan
untuk mempertahankan hubungannya. Saat setting, gigi tiruan dilepaskan
dan sticky wax dibersihkan
-Gigi tiruan dipisahkan sepanjang garis fraktur
-Margin fraktur dibentuk dovetailed untuk menyediakan retensi mekanik.

-Separating medium diaplikasikan pada cast


-Bagian-bagian dari gigi tiruan diposisikan pada posisinya
-Resin auto polimerisasi ditambahkan sepanjang garis fraktur

-Tempatkan pada heated pressure pot untuk menyempurnakan siklus


polimerisasi. Tekanan 30 psi, pada suhu 120 F dalam waktu 30 menit.
-Kelebihan resin dibuang. Lalu basis gigi tiruan dilakukan finishing dan
dipoles.

Fraktur elemen gigi tiruan (penggantian elemen gigi tiruan)

22

Biasanya disebabkan benturan dan dibutuhkan pelepasan serta


penggantian dengan elemen gigi tiruan yang baru. Benturan ini juga dapat
menyebabkan elemen gigi lepas dari gigi tiruan akibat bonding yang
inadekuat antara elemen gigi dan basis gigi tiruan.

-dibutuhkan model antagonis dan catatan gigit


-Cetak rahang atas dan bawah bersama GTSL
-Pada rahang yang terdapat GTSL, basis akrilik dioles vaselin terlebih
dahulu, kemudian cor kedua cetakan rahang dengan adonan gips keras
-Setelah didapat model kerja, oklusikan dan pasang di artikulator
-pilih elemen gigi tiruan yang sama dengan sebelumnya baik dari segi
warna dan ukuran
-Daerah gigi yang lepas diasah/diambil sedikit dengan bur trimmer, akses
didapatkan melalui opening pada permukaan lingual

-area ridge lap dibebaskan 2 mm untuk repair resin mengikat gigi tiruan ke
basis.
-gigi tiruan direkatkan dengan sticky wax, kemudian tambahkan resin
autopolimerisasi menggunakan kuas

23

-Tanam dalam kuvet bawah, pasang kuvet atas, wax elimination (jangan
lupa lapisi permukaan gips dengan vaselin)
-Packing dengan heat curing acrylic, rebus, buka dengan hati-hati.
-Haluskan dan poles

Menambahkan gigi tiruan akibat kehilangan gigi asli


Tahapan penambahan beberapa gigi tiruan :
-basis gigi tiruan dibentuk ulang menggunakan modelling plastic pada
area yang kehilangan gigi

-cetak rahang atas dan bawah bersama dengan GTSL menggunakan


alginat, kemudian dicor
-artikulasikan dengan rahang antagonisnya, catat oklusi sentrisnya
-aplikasikan resin akrilik di basis gigi tiruan hingga menutupi major
connector dekat gigi yang hilang.

-cengkeram retentive dibuat dari wrought wire dan direkatkan dengan


resin atau electro soldered pada kerangka yang berdekatan dengan gigi
tiruan yang akan ditambahkan.

Cengkeram lepas atau patah


Tahapan repair kawat cengkeram :
-Cetak rahang atas dan bawah bersama GTSLnya
-Daerah GTSL yang menghadap mukosa diolesi vaselin, kemudian cor
kedua cetakan dengan gips keras
-Setelah di dapat model kerja, oklusikan dan pasang di artikulator
-Kawat cengkeram yang patah dibuang sampai ke daerah retensinya,
daerah sekitar kawat diasah/diambil + 1 cm dengan bentuk landai

24

-Kawat baru dipasang pada gigi penyangga dan bagian retensinya difiksasi
dengan wax merah, kemudian perbaiki bentuk basis dan haluskan
-Tanam dalam kuvet bawah dan atas (lengan cengkeram ditutupi adonan
gips keras), beri vaselin dan dipres
-Wax elimination, packing dengan heat curng acrylic
-Haluskan dan poles
Tahapan repair cengkeram logam :
-buat repair cast, dengan mencetak rahang atas dan bawah bersama
dengan GTSL menggunakan alginat. Pastikan GTSL tidak terlepas dari
cetakan alginat.
-basis akrilik diolesi vaseline terlebih dahulu

-hasil cetakan dituangkan stone segera untuk membuat working model.


-kemudian gambar desian penempatan kembali cengkeram pada gigi

abutment.
-buat area pada basis untuk menyediakan retensi cengkeram
-wrought wire atau 18 gauge platinum-glod-palladium dibentuk/dikontur
pada gigi abutment, kemudian rekatkan dengan sticky wax. Buat
rentention loop pada distal end untuk menyediakan ikatan/bonding
mekanik dengan basis akrilik.

25

-aplikasikan resin autopolimerisasi untuk menghasilkan retensi wire


dengan basis gigi tiruan. Lakukan curing pada suhu 120 F, 30 psi, selama
30 menit

-atau cengkeram dapat juga ditanam dengan menggunakan resin pada


basis gigi tiruan atau dengan electro soldering.

Repair major connector

26

-apabila major connector mengalami distorsi dan sudah tidak dapat


beradaptasi dengan baik, maka belah kerangka gigi tiruan dengan
menggunakan carborundum disc.

-cetak rahang atas dan bawah, kemudian dicor dibuat model kerja.
-tempatkan kerangka gigi tiruan, kemudian adaptasikan high heat
platinum foil 0.001 inchi pada area major connector menggunakan flouride
flux

- precious metal solder atau industrial brazing alloy diaplikasikan


menggunakan mesin electro soldering
Kontraindikasi :
Compleks repair, dimana desain gigi tiruan inadekuat dan mendapatkan
stress/tekanan pada kerangka GTSL yang terlalu besar. Hal ini dindikasikan untuk
pembuatan desain dan GTSL yang baru.
3. Rebase
Rebasing merupakan proses mencekatkan kembali gigi tiruan yang longgar
dengan mengganti basis yang lama dengan yang baru tanpa mengubah relasi
oklusal gigi-geligi. Teknik rebase digunakan untuk menggantikan sebagian besar
atau seluruh basis gigi tiruan lepasan. Digunakan material basis baru untuk
merestorasi permukaan yang berkontak dengan jaringan, permukaan berkontur
dan memperbaiki retensi mekanis gigi tiruan. Teknik ini dilakukan secara indirect
(ekstraoral). Teknik rebasing sering dilakukan pada gigi tiruan yang retak,
berubah warna, dan resorpsi prosesus alveolaris besar sehingga sangat longgar.
Indikasi

27

Basis gigi tiruan yang terbuat dari resin akrilik tidak dapat diterima secara
estetis atau dari segi fungsional, contoh: diskolorasi atau frakturnya basis
gigi tiruan.
Diperlukan border extention, contohnya saat basis tidak menutupi jaringan
yang harus dibatasi
Elemen gigi juga perlu diganti pada proses refitting gigi tiruan lepasan

Kontraindikasi
-

Pasien ingin ganti gigi tiruan


Gigi tiruan menyebabkan gangguan
Masih bisa di lakukan relining
Kerusakan yang menyebabkan oklusi tidak stabil lagi
Terdapat undercut tulang yang tidak relatif
Resorbsi tulang alveolar yang berlebih

Tahapan Rebasing
1. Tissue Conditioning (Preprostetik)
Beberapa pasien GTL sering mengalami masalah pasca pemasangan
seperti iritasi, kemerahan, rasa sakit atau terbakar pada residual ridge,
mucosa, lidah, pipi, dan bibir. Pasien tersebut memerlukan terapi tissue
conditioning untuk mengembalikan kesehatan jaringan pendukung. Jika
pembuatan gigi tiruan baru atau reline/rebase dilakukan tanpa mengoreksi
keadaan tersebut, maka kemungkinan besar perawatan GTL akan gagal atau
keberhasilannya sangat terbatas.
Prosedur perawatan awal berupa Good Home Care Program. Program ini
dilakukan sendiri oleh pasien, yaitu:
- Berkumur 3 kali sehari dengan salin (larutan garam) sebagai antiseptik
- Memijat area residual ridge, palatum, dan lidah degan sikat gigi yang
halus
- Mencopot protesa pada malam hari
- Menggunakan terapi vitamin yang diresepkan oleh dokter gigi
Selain cara di atas, dapat pula digunakan material tissue conditioner
seperti elastopolymer yang sedikit lunak sehingga memungkinkan jaringan
yang terdistorsi untuk kembali ke bentuk normalnya. Material ini juga
memiliki massaging effect dan pain relief pada mukosa yang teriritasi,
sebagai efek bantalan, serta dapat mendistribusikan tekanan oklusal secara
lebih baik.
2. Persiapan Gigi Tiruan
- Menghilangkan tissue conditioner
- Menghilangkan undercut pada permukaan basis untuk mempermudah
pelepasan gigi tiruan dari model kerja saat proses lab.
- Mengurangi ketebalan basis sebesar 1-1,5 mm pada permukaan intaglio
basis (yang menghadap jaringan) untuk menciptakan ruang bagi
material cetak sehingga material cetak tidak menekan jaringan lunak di
bawahnya.

28

Semakin besar pergerakan jaringan (flabby) dalam denture base area,


semakin besar pula space yang dibutuhkan untuk bahan cetak.
Mengurangi tepi basis sebesar 2-3 mm menyediakan space antara
sayap dan dasar vestibulum untuk border molding.

Membuat beberapa lubang pada permukaan basis yang menghadap


palatum untuk meminimalisasi tekanan/mencegah air bubble pada saat
pencetakan.
Mempertahankan relasi oklusal dan DVO gigi tiruan
o Setelah basis dikurangi untuk kebutuhan ruang bagi pencetakan,
dimensi vertical oklusal juga mengalami penurunan sebesar 1,5 mm.
Hal tersebut dapat diatasi dengan menambahkan tissue stops. Tissue
stops berbentuk bulatan berdiameter 3 mm yang terbuat dari heavy
bodied PVS. Tissue stops yang telah diolesi bahan adhesive diletakkan
pada area caninus dan molar 2. Tissue stops ini berfungsi untuk
menjaga gigi tiruan tetap berada pada posisi CR dan DVO yang sesuai
selama prosedur pencetakan.

3. Pencetakan
Gigi tiruan yang lama digunakan sebagai sendok cetak serta prosedur
pencetakan dilakukan dengan menjaga DVO dan posisi CR yang tepat.
a. Pembuatan border molding

29

Border molding dibuat menggunakan material yang lunak dan


viskositasnya cukup untuk mendukung detail dari tepi cetakan, contoh:
stick compound atau polyether. Tujuannya untuk mencetak daerah
vestibulum perluasan basis dan meningkatkan retensi.

b. Teknik Pencetakan
Teknik mencetak statis
Pemilihan bahan pencetakan disesuaikan dengan karakteristik
jaringan yang akan dicetak. Jika pada puncak ridge jaringannya
flabby, gunakan bahan cetak zinc-oxide eugenol karena memiliki flow
yang baik. Jika mucosa/residual ridgenya padat, pencetakan dapat
dilakukan dengan polysulfide rubber bases, polyether, PVS/silicon
adisi, dan mouth-temperature waxes.
Tahapan mencetak:
- Material cetak diaduk sesuai ketentuan pabrik dan diletakkan
secara merata pada permukaan intaglio basis gigi tiruan.
- Gigi tiruan dipasangkan ke dalam rongga mulut.
- Instruksikan pasien untuk menutup mulutnya dan beroklusi
sentrik sampai material setting. Pastikan oklusi gigi tiruan tepat
dan DVOnya sesuai.

Setelah setting, gigi tiruan dikeluarkan dari mulut dan cuci di


bawah air mengalir.
Kelebihan bahan cetak di luar border harus dibuang.

30

Remounting & occlusal adjustment dilakukan untuk mengatur


bidang oklusal dan kontak oklusi yang benar.

4. Penanaman
-Hasil cetakan dan gigi tiruan dibawa ke lab untuk prosedur penanaman.
-Gigi tiruan ditanam di dalam kuvet bawah dengan permukaan intaglio
menghadap atas. Bagian gigi tiruan yang dipoles, elemen gigi, dan
permukaan gips pada kuvet bawah diolesi vaselin.

-Kuvet atas diletakkan di atas kuvet bawah dan dicor dengan gips putih
(dental plaster) sampai batas atas tutup kuvet.
-Setelah gips mengeras, kuvet dibuka. Permukaan vaselin disiram air panas
sebentar.
-Bahan cetak dan seluruh basis gigi tiruan dibuang tanpa mengubah posisi
gigi dan cengkram.
5. Packing proses memasukkan resin akrilik
6. Polishing
7. Insersi periksa oklusi, artikulasi, letak cengkram, dan adaptasi basis
dengan jaringan.
4.

SUMBER PEMBELAJARAN : INTERNET


A. Website: https://www.scribd.com/doc/216893511/Penyebab-Kegagalan-GigiTiruan-Cekat
B. Judul
: Penyebab kegagalan gigi tiruan cekat
Catatan

31

1. Pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjang, kurang panjang atau


tidak lengkap serta terbuka.
2. Terjadi kerusakan pada material mahkota retainer yang lepas, embrasure
yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota
sementara yang merusak atau, mendorong gingiva terlalu lama
3. Inadekuat gigi abutment
4. OH buruk
5. Bidang
oklusi
yang
terlalu
luas
dan
atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer,
tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shock
termis oleh karena pasien belum terbiasa.
6. Retainer atau bridge lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu bridge
yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab
dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak
semua
retainer
lepas
maka
bridge dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali bridge
yang baru, jika kondisi memungkinkan
7. Bridge kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena bridge,
luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi p
enyangga,trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.
8. Kesalahan cara preparasi, preparasi yang tidak dilindungi dengan mahkota
sementara,karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta
terjadinya perforasi.
9. Bridge patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu
yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.
10.Kehilangan lapisan estetik
11.Trauma oklusal
12.Beban kunyak yang berlebihan
13.Tekanan yang berlebihan pada jaringan lunak

32

Anda mungkin juga menyukai