Pembongkaran
Pembongkaran
6)
PENULIS
Shetty
B. LATAR BELAKANG :
Crown dan bridges biasanya mempunyai umur yang panjang, tetapi dapat
terjadi beberapa kegagalan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Selam
beberpa tahun, banyak alat yang digunakan untuk pembongkaran crown dan
bridge dari gigi abutment. Walaupun pembongkaran untuk crown dan bridge
sementara cenderung mudah tetapi berbeda halnya dengan pembongkaran
crown dan bridge yang sudah disementasi tetap pada gigi yang lebih
menantang dan sulit untuk dilakukan. Terdapat beberapa mekanisme yang
tersedia untuk pembongkaran crown dan bridge. Maka dari itu dibutuhkan
suatu pengklasifikasian sistem pembongkaran ini menjadi beberapa grup
untuk mempermudah dokter gigi dalam memilih sistem yang tepat
digunakan dalam pembongkaran crown dan bridge.
C. DISKUSI
a. Pertimbangan sebelum pemilihan sistem pembongkaran crown
Sebelum menentukan sistem pembongkaran yang akan digunakan penting
untuk
mengetahi
kondisi
pasien.
Beberapa
hal
yang
harus
dipertimbangkan sebelum pembongkaran crown dan bridge adalah
sebagai berikut:
Kontraindikasi medis
Misalnya penggunaan ultrasonic menjadi kontraindikasi pada pasien
dengan hepatitis-B
Restorability of retainers
Status periodontal
Akses intraoral
Status of underlying core
terlepas.
Gambar 1: Richwill crown and bridge remover
b. Ultrasonics
c. Pneumatic(KaVo)CORONAflex
Teknik ini dapat membongkar crown dan bridge dengan
menggunakan brass wire yang diulirkan melalui embrassure space
pada bridge sehingga membentuk suatu loop yang akan
memberikan gaya untuk mengangkat bridge.
Merupakan air-driven device yang terhubung dengan standard
dental handpiece hoses via KaVos MULTIflex coupler. Alat ini
bekerja dengan memberikan kontrol low amplitude pada ujungnya
sepanjang sumbu axis dari gigi abutment. Loop diulirkan dibawah
konektor dan ujung dari crown remover diletakkan pada bar.
Dampaknya dapat diaktifasi dengan memindahkan finger index dari
pipa udara pada handpiece.
Peralatan ini juga dilengkapi dengan clamps yang dapat
dipasangkan pada crown menggunakan autopolymerization resin,
sehingga dapat melepaskan crown.
Gambar 2: Pneumatic(KaVo)CORONAflex
d. Sliding hammer
Prinsip dasar dari penggunaan sliding hammer adalah pemilihan
ujung yang tepat untuk digunakan pada margin crown dan kemudian
tahanannya didorong pada tangkai pendek, ketukan cepat dapat
melonggarkan restorasi . Variasi dari sliding hammer banyak tersedia
dipasaran. Penguunaan sistem ini terkadang bisa menyebabkan
ketidaknyamanan pasien dan penggunaannya terkadang tidak selalu
berhasil. Rusaknya margin porselen juga dapat terjadi karena
penggunaan teknik ini.
Gambar 3:
Sliding hammer
e. Crown
tractors
Crown tractors mencengkram restorasi dengan menggunakan
pegangan rubber yang di desain untuk melepaskan restorasi tanpa
merusaknya. Teknik ini efektif untuk membongkar crown sementara
yang disementasi dengan sementasi sementara, atau untuk crown
yang sulit untuk dilepaskan pada saat proses try in. Pegangan halus
pada teknik ini dapat mengurangi risiko rusaknya margin porselen
f. Matrix bands
Penggunaan Siqveland matrix band pada crown, yang dipasangkan
pada undercut dan kemudian ditarik secara vertikal, dapat menjadi
salah satu teknik yang berhasil untuk pembongkaran crown dan
bridge.
Gambar 5: WAMKey
b. Metalift system
Sistem ini menggunakan prinsip jack-screw.Protesa metal-ceramic
dapat di bongkar menggunakan sistem ini, walaupun harus dilakukan
dengan hati-hati untuk melepaskan ceramic dari area dimana terdapat
celah yang dibuat pada..
2.
A. HASIL DISKUSI
Rasa sakit pada GTP disebabkan oleh
Basis terlalu menekan pakai PIP (dalam keadaan tidak oklusi) yang
tertekan PIP akan terhapus Grinding
Basis terlalu panjang sehingga menimbulkan rasa mual (pada RA:
postdam terlalu panjang sampai ke palatum mole. Dan pada RB: bagian
distolingual terlalu panjang)
Oklusi dan artikulasi yang tidak baik
Kurangnya retensi dan stabilitas sehingga GT mudah lepas saat
dipakai mengunyah
Pencetakan mukofungsional kurang baik sehingga GT mudah lepas
pada saat berbicara
Masalah pada GTC:
Ngilu pada gigi penyangga pas awal pemasangan sudah ngilu salah
preparasi bagian yang dipreparasi terlalu banyak. Juga bisa
disebabkan karena adanya karies yang belum bersih dan traumatik
oklusi
Ada akumulasi makanan karena GTJ open sehingga semen larut
akumulasi makanan karies
Gigi goyang karena kesalahanan desain, tidak sesuai hukum Ante,
beban pada gigi penyangga besar, dan adanya traumatik oklusi
Gingiva dibawah pontik iritasi karena pontik terlalu menekan
kesalahan desain
Facing pecah karena kurang preparasi, traumatik oklusi dan
kesalahan prosedur Laboratorium
3.
Sering kali rasa sakit berasal dari pulpa, namun pada kali ini perlu dilakukan
investigasi secara mendetail agar dapat mendeteksi sumber yang
menyebabkan rasa sakit
Jika pasien memiliki gigi yang telah dirawat endodontik, yaitu dengan dowel
crown maka perlu dipertimbangkan apakah terjadi fraktur pada akar akibat
post yang ukurannya terlalu besar.
Apabila gigi abutment memiliki dukungan tulang yang baik dan mobilitas
minimal maka patahnya konektor ini akan sulit terdeteksi, sehingga
memerlukan wedges untuk memastikan apakah posisi antar komponen gigi
tiruan terpisah/ patah.
4. Fraktur pada Veneer Porcelain
Kegagalan mekanis pada restorasi metal-porselen sering terjadi. Hal ini
terjadi akibat kegagalan saat mendesain kerangkanya, prosedur
laboratorium yang buruk, fungsi oklusal yang berlebih, ataupun trauma.
Ketika fraktur terjadi pada pasien yang telah puas dengan protesanya maka
lebih baik dilakukan perbaikan (repair), daripada pembuatan ulang protesa
(remake). Perbaikan ini akan memudahkan pasien karena dapat
mengefisiensikan waktu dan biaya.
Ketika bagian gigi tiruan yang patah masih ada dan tidak terdapat beban
oklusal yang besar pada area fraktur tersebut, maka dapat dipasang
kembali ke tempatnya (porcelain repair system).
Sementasi bagian GTC yang patah tersebut dapat dilakukan menggunakan
silane coupling agent/ 4-META untuk mendukung ikatan antara akrilik atau
resin komposit. Namun cara ini kurang efektif karena ikatan tersebut akan
berubah ketika terjadi perubahan suhu tertentu.
Pada kondisi lain, area fraktur dapat diperbaiki dengan sementasi resin
komposit yang ditahan oleh undercut mekanis pada kerangka metal.
Cara lain yang lebih disukai adalah membongkar GTC dan membuat ulang.
10
pada tahap awal mereka, pasien mungkin tidak akan pernah tunduk pada rasa
sakit dan ketidaknyamanan yang mungkin terjadi. Jika ada masalah pasien harus
meyakinkan bahwa sebagian besar masalah dapat diselesaikan dengan cepat
dan sederhana.
Hal-hal yang biasa dikeluhkan pasien saat kontrol periodik pasca insersi GTSL:
1. Nyeri atau ketidaknyamanan yang timbul dari jaringan keras & lunak dari
edentulous ridge
Banyak pasien gigi tiruan sebagian lepas membutuhkan beberapa pengkondisian
jaringan pendukung di daerah edentulous sebelum tahap terakhir dari
pengobatan dimulai. Pasien yang memerlukan pengobatan pengkondisian sering
menunjukkan gejala berikut:
a) Eritema/Redness
(kemerahan):
Peradangan dan iritasi mukosa meliputi
denture-bearing
areas.
Umumnya
disebabkan oleh kekasaran basisgigi
tiruan, dan dengan gerakan menggosok
sedikit dasar gigi tiruan terhadap jaringan
lunak, kemerahan juga bisa disebabkan
oleh diskrepansi oklusal atau kontak
prematur
11
sebagian baru dilepas atau pelapisan ulang dari gigi tiruan ini dicoba tanpa
terlebih dahulu memperbaiki kondisi ini, kemungkinan untuk pengobatan yang
berhasil akan dikompromikan karena masalah lama yang sama tidak kunjung
membaik. Pasien harus dibuat untuk menyadari bahwa pembuatan protesa baru
harus ditunda sampai jaringan rongga mulut dapat dikembalikan ke keadaan
sehat. Jika ada masalah sistemik yang belum terselesaikan, RPD biasanya akan
mengakibatkan kegagalan atau keberhasilan yang terbatas.
5. Ketidakstabilan prosthesis (longgar,mudah lepas):
Masalah ini disebabkan oleh kesalahan penanganan dari clasp, yakni kegagalan
retensi dari clasp,
6. Lidah dan pipi tergigit:
Terdapat laserasi dan ulserasi pada mukosa, Laserasi atau ulserasi pada jaringan
lunak yang mengelilingi dasar gigi tiruan umumnya diproduksi oleh basis
gigitiruan berlebihan.
Cheek biting disebabkan oleh tidak cukup tumpang tindih horizontal maksila
terhadap gigi posterior mandibula.
Faktor lain adalah tidak adanya gigi posterior jangka panjang. Dalam situasi ini,
otot bukinator mengarah ke ruang yang diciptakan oleh gigi yang hilang. Postur
medial ini businator dapat menyebabkan pipi menggigit. Dalam kebanyakan
kasus, otot akan kembali nada normal setelah insersi prosthesis dan cheek biting
akan berhenti.
7. Kesulitan berbicara:
Masalah yang timbul biasanya berhubungan dengan penempatan yang tidak
tepat gigi anterior rahang atas prostetik atau perubahan kontur langit-langit
12
anterior. Posisi buatan gigi premolar rahang atas dan bawah juga dapat
membuat masalah dengan fonetik
13
14
15
selama tahap pencetakan atau sebagai hasil dari kerusakan pada master
castnya. Ketidaksesuaian oklusi dalam posisi rahang sentrik ata esentrik juga
dapat menimbulkan lesi traumatik pada jaringan lunak. lesi yang terjadi di
dalam mukosa yang menutupi palatum dan puncak residual ridge biasanya
kecil, terbatas dan keras. adanya keratin yang berlebih kadang
menyebabkan area tampak putih.
Lesi yang hiperemia dan sakit
terhadap tekanan selama fungsinya
biasanya
merupakan
hasil
dari
tekanan yang langsung mengarah ke
area eksostosis, tulang atau tubuh
asing. Area-area ini mungkin tidak
menghasilkan rasa nyeri pada saat
kunjungan
insersi
karena
penyalahgunaan jaringan terjadi dari
waktu ke waktu dan dihubungkan
dengan fungsi gigi tiruan.
Hiperemi, sakit dan area yang
terpisah
pada
epitelium
yang
terbentuk pada slope residual ridge biasanya merupakan hasil dari
ketidakharmonisan oklusi ketika gigi geligi melakukan kontak yang tidak
seimbang dalam posisi rahang esentrik.
b. Basal-Seat Mukosa
Dua masalah yang berhubungan
dengan basal-seat mukosa adalah
hipertropy dan inflamasi. Reaksi
inflamasi yang terjadi pada mukosa
yang menutupi basal seat biasanya
merupakan hasil dari pasien tidak
melepaskan gigi tiruannya untuk
membiarkan
jaringan
istirahat.
tekanan konstan dari gigi tiruan
menghambat suplay darah normal,
yang mengoksigenasi jaringan dan
membuang produk yang harus
dibuang. ini adalah inflamasi umum
dan biasanya tidak terbatas pada satu area namun menutupi semua mukosa.
Rasa sakit yang terjadi pada puncak dan slope residual ridge dan bersamaan
dengan sakit pada otot yang berlekatan pada mandibula mungkin
merupakan hasil dari jarak interoklusal yang tidak memadai.Tekanan konstan
dari basis gigi tiruan, karena gigi geligi selalu berkontak menghasilkan
hiperemia pada mukosa. Otot-otot mastikasi mungkin menjadi sakit karena
mereka tidak dapat mencapai posisi relaksasi, dan selalu overstretched.
16
c. Submukosa Transisional
Hipertropi juga dapat terjadi pada area submukosa transisional, seperti
border extension. Lesi yang terjadi pada area border extension biasanya
seperti fisure. Fisure bervariasi dalam panjang dan kedalaman, menimbulkan
rasa sakit dan kadang menjadi ulcer. Lesi ini dihasilkan dari overextensi
border tetapi dapat juga dihasilkan dari border yang tajam atau tidak dipoles.
lesi ini dapat terjadi pada area batas, namun lesi tersebut sering terjadi pada
perlekatan frenum, ruang retromilohyoid, retromolar pad, groove masseter,
hamular notch, dasar mulut dan palatum molae.
d. Lining Mukosa
Abrasi yang terjadi pada mukosa pipi dan bibir kadang merupakan hasil dari
cheek biting, margin yang kasar pada gigi, dan basis gigi tiruan yang tidak
dipoles. Cheek biting mungkin berhubungan dengan kurangnya overlap
horizontal pada gigi posterior atau transisi dari normal ke cross bite. Kadangkadang tongue biting dapat terjadi jika overlap horizontal tidak baik pada
area cusp lingual.
17
18
19
Pastikan tidak ada material yang masuk ke permukaan oklusal agar tidak
merubah dimensi vertical. Untuk rahang atas, pijat pipi pasien agar
membentuk border moulding dan pada rahang bawah instruksikan pasien
untuk menggerakan lidah ke kedua pipi dan gigi anterior. (Lakukan dengan
mulut terbuka) Pada saat border moulding, pastikan direct retainers
bekerja dengan baik, jika tidak, basis harus ditekan dengan jari saat
border moulding pada permukaan oklusal.
7. Lepaskan gigi tiruan dari dalam mulut, dan menggunakan fine curved iris
scissors, potong kelebihan material dan material yang mengalir ke
permukaan proksimal gigi dan komponen lain dari kerangka GTS.Saat
melakukan ini, minta pasien untuk berkumur dengan air dingin lagi.
Letakan GTS di posisi terminal dalam mulut, dan ulangi border movements
tadi dengan mulut pasien terbuka. Pada saat ini atau setelah ini,
materialnya sudah cukup keras.
8. Lepaskan gigi tiruan, segera bilas dengan air, dan keringkan dengan ar
syringe. Aplikasikan selapis glycerin dengan cotton pellet untuk mencegah
pembekuan permukaan karena penguapan monomer.
9. Biasanya dibutuhkan waktu 20-30 menit sebelum trimming dan polishing,
tetapi setelah keras juga boleh.
Prosedur Indirect Reline
1. Relieve bagian jaringan pada basis gigi tiruan dan bordernya Agar ada
ruang untuk material baru dan mengeliminasi adanya potensi kontaminasi
dan memastikan permukaan tersebut baik untuk bonding.
2. Material yang digunakan bergantung pada jaringan yang akan dicetak.
Jaringan yang mobile pada puncak ridge baik menggakan yang freeflowing seperti ZOE impression material. Sedangkan untuk jaringan yang
padat, dapat digunakan polysulfide, polyether, polyvinylsiloxane, dan
mouth-temperature waxes.
3. Dokter gigi harus menahan kerangka pada abutment sampai material
cetaknya mengeras dan siap untuk dikeluarkan dari mulut. Bila
menggunakan ZOE, maka kelebihan bahan cetaknya dibuang
menggunakan sonde tanpa menganggu posisi gigi tiruan.
20
6. Basis resin akrilik yang menghadap mukosa diolesi vaselin dan ditanam ke
kuvet, dimana permukaan yang menghadap mukosa menghadap ke atas.
7. Kuvet atas diletakkan diatas kuvet bawah dengan baik lalu dicor dengan
gips putih sampai batas atas tutup kuvet
8. Setelah gips putih mengeras kuvet dibuka, [ermukaan vaselin disiram air
panas sebentar, lalu bahan cetak yang melekat pada basis tersebut
dibuang dan dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
9. Packing dengan heat curing acrylic.
10.Gigi tiruan dihaluskan dan dipoles
2. Repair
Gigi tiruan biasanya terbuat dari resin akrilik, atau porselen dan dengan
digabungkan komponen metal. Gigi tiruan dengan bahan resin akrilik dan
porselen dapat mengalami fraktur, sedangkan kombinasi akrilik-metal atau
porselen-metal memiliki kekuatan yang lebih tinggi, tetapi dapat juga mengalami
kehilangan ikatannya. Proses perbaikan komponen gigi tiruan (baik basis
maupun gigi tiruan) ini disebut repair.
Indikasi
Denture base repair
Faktur ini merupakan kerusakan yang paling sering terjadi dan biasanya
disebabkan oleh benturan, fabrication errors, desain yang tidak sesuai,
kelebihan beban (excessive loading), resorpsi alveolar, dan gigi aus.
Benturan pada gigi tiruan biasanya disebabkan gigi tiruan terjatuh ke
lantai atau wastafel saat mencuci gigi tiruan. Pada manula, biasanya
mengalami penurunan ketangkasan sehingga sering menjatuhkan gigi
21
-Tuangkan dental stone pada basis gigi tiruan yang menghadap jaringan
untuk mempertahankan hubungannya. Saat setting, gigi tiruan dilepaskan
dan sticky wax dibersihkan
-Gigi tiruan dipisahkan sepanjang garis fraktur
-Margin fraktur dibentuk dovetailed untuk menyediakan retensi mekanik.
22
-area ridge lap dibebaskan 2 mm untuk repair resin mengikat gigi tiruan ke
basis.
-gigi tiruan direkatkan dengan sticky wax, kemudian tambahkan resin
autopolimerisasi menggunakan kuas
23
-Tanam dalam kuvet bawah, pasang kuvet atas, wax elimination (jangan
lupa lapisi permukaan gips dengan vaselin)
-Packing dengan heat curing acrylic, rebus, buka dengan hati-hati.
-Haluskan dan poles
24
-Kawat baru dipasang pada gigi penyangga dan bagian retensinya difiksasi
dengan wax merah, kemudian perbaiki bentuk basis dan haluskan
-Tanam dalam kuvet bawah dan atas (lengan cengkeram ditutupi adonan
gips keras), beri vaselin dan dipres
-Wax elimination, packing dengan heat curng acrylic
-Haluskan dan poles
Tahapan repair cengkeram logam :
-buat repair cast, dengan mencetak rahang atas dan bawah bersama
dengan GTSL menggunakan alginat. Pastikan GTSL tidak terlepas dari
cetakan alginat.
-basis akrilik diolesi vaseline terlebih dahulu
abutment.
-buat area pada basis untuk menyediakan retensi cengkeram
-wrought wire atau 18 gauge platinum-glod-palladium dibentuk/dikontur
pada gigi abutment, kemudian rekatkan dengan sticky wax. Buat
rentention loop pada distal end untuk menyediakan ikatan/bonding
mekanik dengan basis akrilik.
25
26
-cetak rahang atas dan bawah, kemudian dicor dibuat model kerja.
-tempatkan kerangka gigi tiruan, kemudian adaptasikan high heat
platinum foil 0.001 inchi pada area major connector menggunakan flouride
flux
27
Basis gigi tiruan yang terbuat dari resin akrilik tidak dapat diterima secara
estetis atau dari segi fungsional, contoh: diskolorasi atau frakturnya basis
gigi tiruan.
Diperlukan border extention, contohnya saat basis tidak menutupi jaringan
yang harus dibatasi
Elemen gigi juga perlu diganti pada proses refitting gigi tiruan lepasan
Kontraindikasi
-
Tahapan Rebasing
1. Tissue Conditioning (Preprostetik)
Beberapa pasien GTL sering mengalami masalah pasca pemasangan
seperti iritasi, kemerahan, rasa sakit atau terbakar pada residual ridge,
mucosa, lidah, pipi, dan bibir. Pasien tersebut memerlukan terapi tissue
conditioning untuk mengembalikan kesehatan jaringan pendukung. Jika
pembuatan gigi tiruan baru atau reline/rebase dilakukan tanpa mengoreksi
keadaan tersebut, maka kemungkinan besar perawatan GTL akan gagal atau
keberhasilannya sangat terbatas.
Prosedur perawatan awal berupa Good Home Care Program. Program ini
dilakukan sendiri oleh pasien, yaitu:
- Berkumur 3 kali sehari dengan salin (larutan garam) sebagai antiseptik
- Memijat area residual ridge, palatum, dan lidah degan sikat gigi yang
halus
- Mencopot protesa pada malam hari
- Menggunakan terapi vitamin yang diresepkan oleh dokter gigi
Selain cara di atas, dapat pula digunakan material tissue conditioner
seperti elastopolymer yang sedikit lunak sehingga memungkinkan jaringan
yang terdistorsi untuk kembali ke bentuk normalnya. Material ini juga
memiliki massaging effect dan pain relief pada mukosa yang teriritasi,
sebagai efek bantalan, serta dapat mendistribusikan tekanan oklusal secara
lebih baik.
2. Persiapan Gigi Tiruan
- Menghilangkan tissue conditioner
- Menghilangkan undercut pada permukaan basis untuk mempermudah
pelepasan gigi tiruan dari model kerja saat proses lab.
- Mengurangi ketebalan basis sebesar 1-1,5 mm pada permukaan intaglio
basis (yang menghadap jaringan) untuk menciptakan ruang bagi
material cetak sehingga material cetak tidak menekan jaringan lunak di
bawahnya.
28
3. Pencetakan
Gigi tiruan yang lama digunakan sebagai sendok cetak serta prosedur
pencetakan dilakukan dengan menjaga DVO dan posisi CR yang tepat.
a. Pembuatan border molding
29
b. Teknik Pencetakan
Teknik mencetak statis
Pemilihan bahan pencetakan disesuaikan dengan karakteristik
jaringan yang akan dicetak. Jika pada puncak ridge jaringannya
flabby, gunakan bahan cetak zinc-oxide eugenol karena memiliki flow
yang baik. Jika mucosa/residual ridgenya padat, pencetakan dapat
dilakukan dengan polysulfide rubber bases, polyether, PVS/silicon
adisi, dan mouth-temperature waxes.
Tahapan mencetak:
- Material cetak diaduk sesuai ketentuan pabrik dan diletakkan
secara merata pada permukaan intaglio basis gigi tiruan.
- Gigi tiruan dipasangkan ke dalam rongga mulut.
- Instruksikan pasien untuk menutup mulutnya dan beroklusi
sentrik sampai material setting. Pastikan oklusi gigi tiruan tepat
dan DVOnya sesuai.
30
4. Penanaman
-Hasil cetakan dan gigi tiruan dibawa ke lab untuk prosedur penanaman.
-Gigi tiruan ditanam di dalam kuvet bawah dengan permukaan intaglio
menghadap atas. Bagian gigi tiruan yang dipoles, elemen gigi, dan
permukaan gips pada kuvet bawah diolesi vaselin.
-Kuvet atas diletakkan di atas kuvet bawah dan dicor dengan gips putih
(dental plaster) sampai batas atas tutup kuvet.
-Setelah gips mengeras, kuvet dibuka. Permukaan vaselin disiram air panas
sebentar.
-Bahan cetak dan seluruh basis gigi tiruan dibuang tanpa mengubah posisi
gigi dan cengkram.
5. Packing proses memasukkan resin akrilik
6. Polishing
7. Insersi periksa oklusi, artikulasi, letak cengkram, dan adaptasi basis
dengan jaringan.
4.
31
32