1. DEFINISI ALKALOID
Senyawa yang bersifat basa,berasal dari tumbuhan dan hewan, umumnya memiliki
cicncin heterosiklik (tidak semua anggota cincicn memiliki nitrogen) dan sering memiliki
aktifitas biologis pada manusia. Tidak semua senyawa bernitrogen diklasifikasan sebagai
alkaloid contohnya piridin. Alkaloid berbeda dalam sifat kbasaannya, beberapa sifat amfore
cntohnya cephalin dan psychotrin atau bahkan asam contoh recini. Sebagian besar dtemukan di
tumbuhan, meskipun demikian sekarang telah tercatat di temukan pula di jamur (ergot alkaloid),
di hewan musk deer (muscopyridin),di bakteri p.aeruginosa dan beberapa produk sintesis.
Alkaloid adalah metabolit sekunder yang berasal dari asam amino (metabolit
primer) seperti arnitin, lisisn, fenilalanin, triptofan, asama aspartan, dan histidin.
Biosintesisnya dimulai dari asam amino atau produk terdekarboksilasinya seperti
triptamine (bentuk terdekarboksilasi dari triptopan) membentuk kelas alkaloid indol.
2. SUMBER ALKALOID
a) sumber utama :
sumber utama di tumbuhan angiosperms dan gimnosperms.
famili terpenting penghiasil alkaloid
adalah:Liliaceae,Amarylidaceae,Asteraceae,Papaveraceae,Leguminosae,Rutaceae,Sol
anaceae dan Rubiaceae.
b) Hewan
Hewan muskopiridin dari musk deer.Insekta ,hewan laut.
c) Tumbuhan rendah
4. STRUKTUR ALKALOID
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang
bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino
yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang
menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol.
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich
antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol
atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis
alkaloid.
Struktur kimia efedrin, suatu alkaloid phenethylamine
Madagaskar periwinkle
5. DISTRIBUSI ALKALOID
Secara umum alkaloid terdapat dalam bentuk garam dengan asam inorganic
atau asam spesifik lainnya. Contoh Opium alakaloid terdapat bersama asam
mekonat dan alkaloid sinkona dengan asam sinkonnat
Beberapa terdapat dalam kombinasi dengan gula sebagai glikosida contoh
solanin
Produk akhir
Produk buangan
Sumber energy
Penyimpanan nitrogen
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal
dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial)
7. PENAMAAN
Aktivitas Biologi
Nikotin
Morfin
Analgesik
Kodein
Atropin
Skopolamin
Kokain
Analgesik
Piperin
Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin
Obat malaria
Vinkristin
Obat kanker
Ergotamin
Reserpin
Mitraginin
Vinblastin
Saponin
Antibakteri
Terdapat dalam bentuk garam organic di tumbuhan contoh: asam meconat, asam
aconitat, asam quinat
Aktivitas biologis yang luas, Atropin dan morfin
b. Protoalkaloid
Amina sederhana atau amina biologis
c. Pseudo alkaloid
Bukan turunan asam amino
9. DETEKSI ALKALOID
1. Presipitas Alkaloid
Kebanyakan alkaloid diendapkan dari larutan netral atau asam oleh sejumlah reagen yang
mengandung logam berat seperti merkuri (Hg) platina (Pt), bismuth (Bi) dan emas (Au), dengan
membentuk ikatan garam dengan mereka
Contoh reagen pengendap alkaloid
a. Mayers reagent (kalium merkuri iodida)
Memberikan presipitasi berwarna krem terhadap sebagian besa alkaloid
Kafein dan efredin hanya pada konsentrasi tinggi.
Ricinin tidak memberikan presipitasi
b. Wagners reagent (I/KI)
Daun kecubung (Datura stramonium L)i inilah yang berguna sebagai obat asma.
Tumbuhan
ini
hiosiamina,
nikotina.
mengandung
alkaloid
norhiosiamina,
Alkaloid-alkaloid
kejang
(spasmolitikum).
asma,
karena
menyempit
sehingga
norskopolamina,
tersebut
Dengan
dapat
skopolamina,
kuskohigrina,
berkhasiat
demikian
memperlebar
memperlancar
sebagai
dapat
kembali
meteloidina,
obat
meringankan
saluran
pernapasan
yang
dan
pereda
penderitaan
pernapasan
yang
terganggu
akibat
serangan asma.
Daun the (Camellia sinensis). Daun teh ini mengandung kafeina, adenina,
teobromina,
teofilina,
Kandungan
kaefina,
memperlebar
xantina,
zat
teobromina,
pembuluh
darah
penyamak,
dan
dan
dan
teofilinanya
saluran
minyak
memiliki
pernapasan
atsiri.
khasiat
(vasodilator).
Selain
itu
kandungan
kafeinanya
juga
membantu
menyegarkan
tubuh.
Putri malu (Mimosa pudica L.) juga bisa digunakan untuk mengobati
mengandung
alkaloid
dimetil
krosetin,
penyamak,
zat
norepinefrina,
asam
linolenat,
stearat.
Asam
palmitat,
Dari
banyak
glikosida
senyawa
tadi
mimosina,
saponin,
asam
glikosida
damar,
linoleat,
flavonoid,
fenol,
norepinefrina
krosetin,
glikosida
asam
dan
ester
mimosida,
oleat,
asam
asam
amino.
berkhasiat
sebagai
diameter
cm.
Senyawa
yang
terkandung
dalam
tanaman
ini
di
antaranya
antihistaminika
yang
menghilangkan
kerentanan
tubuh,
alkaloid
bersifat
sehingga
Isolat berwarna kuning terang Rf 0,22 dengan gugus OH, ikatan C=C aromatik, CN, dan C-O. Isolat diduga sebagai turunan berberin.
Isolasi
Ekstraksi dilakukan secara refluks sebanyak delapan kali dengan etanol dan
dipekatkan dengan penguap putar vakum. Ekstrak dipantau secara KLT dengan
fase diam silika gel GF254 dan pengembang n-propanol-asam format-air (90:1:9).
Fraksinasi secara ekstraksi cair-cair menggunakan metode asam basa. Ekstrak
diasamkan, diekstraksi dengan klorofom. Fraksi air dibasakan, diekstraksi dengan
kloroform diperoleh fraksi kloroform 2 dan fraksi air. Setiap fraksi dipantau
dengan KLT dengan pengembang n-propanol-asam format-air (90:1:9), terlihat
senyawa yang diduga sebagai berberin pada fraksi kloroform 1 dan 2.
Keduanya disatukan, dipekatkan, dan difraksinasi lebih lanjut menggunakan
kromatografi kolom menghasilkan 62 fraksi. Tiap fraksi dipantau degan KLT.
Fraksi dengan pola sama digabung menghasilkan 4 fraksi gabungan dan dipantau
dengan KLT, hasilnya terdapat senyawa yang diduga berberin pada semua fraksi
dengan konsentrasi berbeda, dengan konsentrasi terbesar pada fraksi gabungan 2.
Fraksi gabungan 2 diisolasi menggunakan KLT preparatif dengan pengembang npropanol-asam format-air (90:9:1) menghasilkan dua pita dengan Rf 0,13 dan
0,23. Pita dengan Rf 0,23 dikerok, dilarutkan dalam metanol, disaring, diuji
kemurnian dengan KLT dua dimensi pengembang arah pertama n-propanol-asam
format-air (90:9:1) dan pengembang arah kedua kloroform-benzen-metanol
(7:1:2), menghasilkan satu bercak. Isolat diidentifikasi dengan spektrofotometri
ultraviolet dan inframerah. Isolat berwarna kuning terang Rf 0,22 dengan gugus
OH, ikatan C=C aromatik, C-N, dan C-O. Isolat diduga sebagai turunan berberin.
Judul Penelitian
Isolasi Alkaloid dari Biji Alpukat (Persea americana Mill.)
Isolasi
Simplisia biji alpukat setelah diekstraksi sinambung dengan pelarut n-heksana
dan etanol menggunakan alat Soxhlet, diekstraksi cair-cair berdasarkan perbedaan
keasaman dan kebasaan. Isolat dari fraksi dimurnikan dengan kromatografi lapis tipis
(KLT) preparatif kemudian direkristalisasi Kromatogram KLT dua dimensi isolat
menunjukkan satu bercak yang bereaksi dengan penampak bercak Dragendorff. Isolat
yang merupakan alkaloid ini menunjukkan serapan maksimum pada panjang
gelombang 203, 219 dan 225 nm. Spektrum inframerahnya menunjukkan adanya
gugus N-H, C-N, CH2 dan CH3 dan memiliki jarak lebur 64,1 65,9oC.
Judul Penelitian
Isolasi Alkaloid Dari Bunga Dadap Hias (Erythrina crista-galli L.)
Kandungan Kimia
Hasil: Isolat berupa kristal berwarna coklat dengan titik leleh 196,0-198,50C, diduga
11 -metoksieritralin N-oksida
Isolasi
Penelitian meliputi penyiapan bahan, identifikasi, karakterisasi simplisia,
penapisan fitokimia, pembuatan ekstrak, pemisahan, pemurnian, dan karakterisasi
isolat.
Ekstraksi untuk menarik alkaloid, (1) alkaloid ditarik dalam bentuk garamnya
dengan alkohol dalam suasana asam, dan dipisahkan dalam bentuk basanya, (2)
garam alkaloid diubah dalam bentuk basanya kemudian ditarik dengan pelarut
organik, namun alkaloid kuartener tidak bisa dipindahkan dengan cara ini.
Pengembangan metode ekstraksi dilakukan berdasarkan sifat alkaloid yang terdapat
dalam bentuk basa dan garamnya.
Simplisia diekstrasi secara refluks. Ekstrak difraksinasi dengan perbedaan
kelarutan alkaloid dalam pH tertentu. Pemeriksaan ekstrak dan fraksi dilakukan
secara KLT. Fraksi yang dipilih diisolasi secara KLT preparatif. Isolat diuji
kemurniannya secara KLT dua dimensi. Isolat murni dikarakterisasi secara
spektrofotometri ultraviolet dan inframerah.
Hasil determinasi menunjukkan Erythrina crista-galli L.Hasil pemeriksaan
karakterisasi yaitu kadar abu total 7,02%; kadar abu larut air 3,65%; kadar abu tidak
larut asam 1,08%, kadar sari larut air 4,20%; kadar sari larut etanol 21,25%; kadar air
8,00%, susut pengeringan 8,25%.Hasil penetapan fitokimia menunjukkan adanya
alkaloid, flavonoid, dan steroid/triterpenoid. Isolat berupa kristal berwarna coklat
dengan titik leleh 196,0-198,50C. Spektra ultraviolet-sinar tampak dan inframerah
menunjukkan bahwa isolat mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi, gugus C-O,
C=C, C-N, dan N-oksida. Berdasarkan pustaka alkaloid erythrina isolat diduga 11 metoksieritralin N-oksida.
13. TANTANGAN DALAM PENELITIAN
Tantangan dalam penelitian di bidang alkaloid, semakin lama semakin menarik dan
dengan tingkat kesukaran yang rumit. Hal ini didasarkan pada fenomena bahwa jumlah alkaloid
dalam tumbuhan berada dalam kadar yang sangat sedikit (kurang dari 1%) tetapi kadar alkaloid
diatas 1% juga seringkali dijumpai seperti pada kulit kina yang mengandung 10-15% alkaloid
dan pada Senecio riddelii dengan kadar alkaloid hingga 18%. Selain kadar yang kecil, alkaloid
juga harus diisolasi dari campuran senyawa yang rumit. Proses isolasi, pemurnian, karakterisasi,
dan penentuan struktur ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang tentunya
memerlukan waktu yang lama untuk mendalaminya.
Tantangan berikutnya dalam penelitian setelah ditemukan senyawa alkaloid murni dan
diketahui strukturnya, adalah dengan melakukan uji aktivitas biologi terutama untuk aplikasi
farmakologi dan bioinsektisida. Setelah diketahui aktivitas biologinya, kemudian dilanjutkan
dengan mempelajari studi molekular (uji klinis) lebih lanjut senyawa tersebut bagi organisme
(terutama manusia). Seandainya alkaloid yang diteliti, memiliki kelayakan sebagai obat, maka
tantangan lain bagi para peneliti adalah mensintesis senyawa tersebut, terutama untuk mencari
jalur sintesis yang sederhana dan murah, sehingga dengan sintesis dapat menyediakan pasokan
alternatif obat semacam itu yang sering sukar diperoleh dari sumber alam.
Tantangan dalam bidang pengembangan ilmu alkaloid tidak berhenti sampai disini saja,
adanya resistensi atau adanya efek ketagihan terhadap obat, menyebabkan para peneliti kembali
disibukkan untuk mencari obat lain, yang salah satunya adalah dengan meneliti turunan-turunan
senyawa yang berkhasiat tersebut.
14. DAFTAR PUSTAKA
www.google.com