Anda di halaman 1dari 2

3.

2 Fisiografi Lahan
Fisiografi adalah deskripsi bentuk lahan atau medan yang mencakup aspek
fisik (abiotik) dari lahan (Van Zuidam, 1979). Fisiografi lahan sangat berkaitan
erat dengan pengkajian lebih lanjut mengenai aspek kemampuan lahan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan padaminipit pertama dengan titik
koordinat 0677025 dan 913312 UTM, pada minipit kedua dengan titik koordinat
0677066 dan 9133099 UTM, dan pada minipit ketiga dengan titik koordinat
0677105 dan 9133016 UTM.
Fisiografi dan bentuk lahan pada desa Ngenep, kecamatan Karangploso,
kabupaten Malang, provinsi Jawa Timur, adalah grup vulkanik berkembang dari
bahan volkanik hasil dari gunung berapi yaitu gunung arjuno. Lereng yang
ditemui pada daerah survei untuk diamati hanya terdapat lereng tunggal saja.
Kelerengan terendah pada daerah survey adalah sebesar 10% dan lereng termiring
sebesar 15%. Potensi erosi pada bentukan lahan survei adalah cukup terjadi
adanya erosi. Aliran permukaan yang terjadi ialah sedang hingga sangat lambat,
kemudian keadaaan drainase alami pada lahan tersebut ialah baik, serta keadaan
permeabilitasnya ialah sedang. Terjadinya banjir/genangan pada lahan tersebut
yaitu tidak pernah terjadi/ tanpa dan dalam pengelolaan air yang digunakan adalah
dengan sistem drainase.
Pengamatan dilakukan sebanyak 3 titik pengamatan dengan penggunaan
lahan berupa tegalan dan hutan produksi serta sumber airnya diperoleh dari air
hujan. Keadaan umum fisiografi titik pengamatan memiliki relief makro
bergelombang, vegetasi berupa tanaman tahunan, rumput/semak belukar dan
tanaman semusim serta bentukan lahan pada lahan survei merupakan daerah
pegunungan/bukit yang terdiri dari lahan hutan produksi dan lahan pertanian
warga serta semak belukar.
Pada pengamatan minipit pada titik 1 elevasinya 1015 mdpl dengan titik
koordinat 0677025 dan 913312 UTM, umumnya lahan ini mempunyai vegetasi
alami yang sudah ada di lahan tersebut yaitu tanaman pinus dan spesifik yang
diolah oleh petani yaitu komoditas kopi dan penggunaan lahan tersebut
merupakan lahan hutan produksi dengan sistem penanaman tumpang sari. Lahan
ini memiliki relief makro bergelombang, relief mikro teras dengan kemiringan
lereng 10%. Aliran permukaannya sedang sehingga memiliki Drainase baik dan
permeabilitas sedang. Pada lahan pengamatan tidak ada genangan air karena tidak

pernah terjadi, sehingga bahaya erosinya tidak ada/tanpa dan merupakan erosi
permukaan.
Pada pengamatan minipit pada titik 2 elevasinya 1010 mdpl dengan titik
koordinat 0677066 dan 9133099 UTM, umumnya lahan ini mempunyai vegetasi
alami yang sudah ada di lahan tersebut yaitu tanaman jati dan spesifik yang diolah
oleh petani yaitu tanaman kubis dan penggunaan lahan tersebut merupakan lahan
tegalan dengan sistem penanaman monokultur, disebut demikian karena menanam
tanaman perteras yang berbeda-beda. Lahan ini memiliki relief makro
bergelombang, relief mikro teras dengan kemiringan lereng 10%. Aliran
permukaannya sedang sehingga memiliki Drainase dan permeabilitas yang baik
dan sedang. Pada lahan pengamatan tidak ada genangan air karena tidak pernah
terjadi, sehingga bahaya erosinya tidak ada/tanpa dan merupakan erosi
permukaan.
Pada pengamatan minipit pada titik 3 elevasinya 1012 mdpl dengan titik
koordinat 0677105 dan 9133016 UTM, umumnya lahan ini mempunyai vegetasi
alami dominan yaitu bambu dan spesifik yaitu tanaman komoditas jagung,
penggunaan lahan tersebut merupakan lahan tegalan dengan sistem penanaman
monokultur. Lahan ini memiliki relief makro bergelombang, relief mikro teras
dengan kemiringan lereng 15%. Aliran permukaannya sedang sehingga memiliki
Drainase dan permeabilitas yang baik dan sedang. Pada lahan pengamatan tidak
ada genangan air karena tidak pernah terjadi, sehingga bahaya erosinya tidak
ada/tanpa dan merupakan erosi permukaan.

Anda mungkin juga menyukai