KUALITAS
AGAMA
DAN
TINGKAT
PENDIDIKAN
MASYARAKAT TERHADAP KEPUTUSAN UNTUK MENGGUNAKAN BANK
SYARIAH DI KABUPATEN KARAWANG ( STUDI DI LAKUKAN DI BANK
BNI SYARIAH DI KABUPATEN KARAWANG )
Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan
Mata Kuliah Research Methodology
Dosen : Novi Permata Indah, S.Si.,M.Si
Oleh :
Nama : Arif Aryadi
Npm : 1341173402252
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
sehingga tidak diharamkan oleh ajaran lslam. Sistem bagi hasil mempunyai keuntungan
sebab tidak akan menimbulkan negatif spread, pertumbuhan modal negatif, dalam
permodalan Bank sebagaimana yang biasa terjadi dalam perbankan konvensional yang
menggunakan sistem bunga.
Hal itu terjadi, di satu pihak disebabkan karena adanya tingkat suku bunga
deposito yang tinggi, dan dilain pihak bunga kredit dibebani tingkat bunga yang rendah
untuk menarik para investor menanamkan modalnya. Penentuan bunga dibuat waktu
akad berlangsung dengan asumsi harus selalu untung, tidak ada asumsi kerugian.
Pembayaran
bunga
tetap
dilakukan
misalnya
dalam
suatu
proyek,
tanpa
membutuhkan dana. Saat ini ada dua lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan Bank
dan lembaga keuangan bukan Bank. Lembaga keuangan Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat melalui penjualan surat-surat berharga. Bentuk
dari lembaga bukan Bank ini antara lain: modal venture, piutang, dana pensiun dan
pegadaian.
Dalam Statisitk Perbankan Syariah, Jaringan kantor perbankan syariah
baru mencapai 1.867 jumlah kantor pada Maret 2011. Dari total
seluruh perbankan nasional, pertumbuhan jaringan bank syariah baru
sekitar 13 persen dari total keseluruhan jumlah kantor perbankan
yang ada di Tanah Air. Dari data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan
didominasi bank umum syariah (BUS). BI mencatat kini terdapat 1.268
jaringan kantor BUS dengan komposisi 11 kantor pusat, 323 kantor
pusat operasional, 716 kantor cabang pembantu dan 215 kantor kas.
Dominasi terbesar masih dikuasai Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan
404 jaringan kantor. Sedangkan, urutan di bawahnya terdapat Bank
Mega Syariah dengan 369 jaringan kantor dan Bank Muamalat
Indonesia dengan 274 jaringan kantor. Untuk unit usaha syariah
(UUS), BI mencatat terdapat 307 jaringan kantor. Jumlah itu terdiri dari
23 kantor pusat, 105 kantor pusat operasional, 132 kantor cabang
pembantu dan 45 kantor kas. Bank Tabungan Pensiunan mendominasi
dengan 51 jaringan kantor UUS. Sedangkan, urutan berikutnya Bank
Internasional Indonesia dengan 38 jaringan kantor dan Bank Jatim
dengan 32 jaringan kantor. Untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS), BI mencatat terdapat 292 jaringan kantor dengan rincian 152
kantor pusat, 27 kantor pusat operasional dan 113 kantor kas.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui apa
yang terjadi saat ini. Untuk menyelesaikannya akan dibahas pada bab selanjutnya, maka
perlu diidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Menjadi Nasabah Bank Syariah dan Non Syariah, Berdasarkan uraian di atas,
menghasilkan perumusan masalah yaitu:
1