Anda di halaman 1dari 12

1

LAPORAN BENCHMARKING

H AM K A
P1802215007
ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

DAFTAR ISI
Halaman Sampul ..

Daftar Isi ...

BAB I PENDAHULUN ...................................................................

A. Latar belakang
B. Tujuan .....................................................................................
C. Manfaat

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN ...........................................


A. Waktu dan tempat ...
B. Peserta .
C. Jadwal kunjungan resmi .......
BAB III HASIL PELAKSANAAN BENCHMARKING ................
A. Kunjugan di kantor pusat BPJS Jakarta ....................................
B. Kunjungan di Komisi IX DPR RI ............................................
C. Kunjugan di Health Policy and Management Fakultas Kedokteran UGM

BAB IV KESIMPULAN ...................................................................

5
5
6
6
6
6
8
8
10

.
11
13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut sejarah orang Jepanglah yang pertama kali mengangkat
pentingnya peranan benchmarking dan membuka mata dunia untuk hal ini,
terutama pada periode sesudah Perang Dunia II. Beberapa orang berpendapat
bahwa jepang memang ahli dalam meniru segala sesuatu dari barat, bahkan
ada yang menyebutkan sebagai keahlian dalam imitative innovation. Tetapi,
sebetulnya ini kurang tepat karena sebetulnya yang dilakukan Jepang adalah
benchmarking, sebagai suatu jalan pintas untuk meningkatkan kinerja
perusahaannya.
David Kearns (CEO Xerox) mendefinisikan Benchmarking sebagai
suatu proses pengukuran terus menerus atas produk, jasa dan tata cara
perusahaan terhadap pesaing yang terkuat. Benchmarking juga merupakan
suatu proses yang membandingkan dan mengukur kinerja suatu perusahaan
dengan perusahaan lain guna mendapatkan keuntungan informasi yang akan
digunakan untuk perbaikan secara kontinyu (Tatterson, 1996).
Secara

umum

benchmarking

digunakan

untuk

mengatur

dan

meningkatkan kualitas pendidikan dan standar akademik. Benchmarking


dapat merupakan perbandingan antara proses dan system yang dirancang
tersebut

dengan fungsi pendidikan tinggi yang harus dilaksanakan oleh

semua perguruan tinggi.


Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas

Kesehatan

Masyarakat,

Universitas

Hasanuddin

dalam

pengembangan kapasitas dan mutu lulusan telah melaksanakan berbagai


program pendidikan kemahasiswaan, salah satunya melalui kegiatan
benchmarking. Kegiatan benchmarking merupakan salah satu sarana
pendalaman materi secara teoritis dan aplikatif bagi mahasiswa AKK sebagai
calon tenaga fungsional perencana. Saat ini pemerintah tengah menggalakan
program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bagi masyarakat Indonesia.
Banyak masalah dan kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program
tersebut. BPJS sebagai badan penyelenggara program ini menjadi salah satu
tujuan kunjungan Benchmarking untuk mencari tahu dengan lebih mendalam

masalah dan kendala apa yang sebenarnya terjadi dalam pelaksanaan Sistem
Jaminan Sosial NasionaI (SJSN) ini.
Dalam penyelenggaraannya, BPJS tidak lepas dari pengawasan
pemerintah dan DPR. Olehkarena untuk memperoleh sinkronisasi data dan
fakta utamanya mengenai peraturan perundang-undangan yang menjamin
terlaksananya program ini, maka kunjungan yang kedua adalah kunjungan ke
Komisi IX DPR Rl. Pembahasan pada kunjungan ini terkait masalah alokasi
anggaran dan penyempurnaan khususnya dalam penyelenggaraan Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Mahasiswa Program Studi Magister
Adminrstrasi

dan

Kebijakan

Kesehatan

nantinya

diharapkan

dapat

mempraktikkan ilmu yang telah didapatkannya.


Sebagai alumni kesehatan masyarakat khususnya Administrasi dan
Kelljakan Kesehatan nantinya, diharapkan untuk dapat membangun sistem
kerjasarna yang berbasis teknologi. Berbagai informasi dan diskusi dapat
dilakukan melalui jejaring nirkabel dengan luIusan AKK lainnya diseluruh
Indonesra. Kunjungan ke UGM bagian Health Policy and Management,
memfasilitasi sistem kerjasama ini melalui halaman website yang
dikelolanya. Dengan mendaftarkan diri pada laman website ini, diharapkan
kerjasama dan diskusi antara masyarakat dibidang Kesehatan Masyarakat
utamanya pada sektor admrnistrasi dan kebijakan kesehatan dapat terus
terpelihara

utamanya

dalam menghadapi

tantangan

masalah-masalah

kesehatan di Indonesia. Kunjungan ke bagian Health Policy and Management


UGM

membahas

mengenai

perencanaan

puskesmas.

B. Tujuan
Tujuan kegiatan benchmarking ini adalah:

budgeting

utamanya

pada

1. Memperoleh informasi mengenai masalah dan tantangan penyelenggaran


SJSN oleh BPJS
2. Memperoleh gambaran tentang alokasi anggaran dan penyempurnaan
regulasi terkait pelaksanaan SJSN
3. Memperoleh informasi mengenai perencanaan budgeting di tingkat
puskesmas
C. Manfaat
Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat
Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin mengenai penyelenggaran
SJSN dan sekaligus menjadi masukan dan panduan bagi mahasiswa Magister
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dalam menyusun tugas akhir.

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan Benchmarking dilaksanakan selama 10 hari yaitu pada
tanggal 3 s.d 12 Oktober 2016 dengan objek kunjungan resmi ke kantor
Pusat BPJS Jakarta, Komisi IX DPR RI di Jakarta dan bagian Health
Policy and Management Fakultas Kedokteran Universitas Gadjahmada
Yogyakarta.
B. Peserta
Peserta yang terlibat dalam Benchmarking seluruhnya berjumlah
33 orang yang terdiri dari 25 orang mahasiswa Program Studi Magister
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin dan 8 orang yang berasal dari perwakilan dosen
dan staf Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
C. Jadwal Kunjungan Resmi
1. Jakarta, Senin 3 Oktober 2016
Kuliah Umum Oleh Ikbal, M.Kes
Tema
: Implementasi kebijakan BPJS Kesehatan dalam
mewujudkan Universal Health Coverage.
Pukul
: 10.00 12.30 WIB
Tempat : Kantor Pusat BPJS Jakarta
2. Jakarta, Selasa 4 Oktober 2016
Aundensi Komisi IX DPR-RI Oleh DR. Syamsul Bahri, M.Sc
Tema
: Tersedianya dana yang cukup seimbang antara Program
Kesehatan yang bersifat Preventif dengan Kuratif
Pukul
: 10.00 12.30 WIB
Tempat : Gedung DPR-RI Jakarta
3. Jogyakarta, Sabtu, 8 Oktober 2016
Kuliah Umum Oleh Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D
Tema
: Perencanaan dan Penganggaran dari Program Kesehatan
Terintegrasi di Tingkat Puskesmas
Pukul
: 13.00 15.00 WIB
Tempat : Health Policy and Management Fak. Kedokteran UGM

BAB III
HASIL PELAKSANAAN BENCHMARKING
A. Kunjugan di kantor pusat BPJS Jakarta
Tema : Implementasi kebijakan BPJS Kesehatan dalam mewujudkan
Universal Health Coverage.
Cakupan universal universal health coverage untuk seluruh penduduk
Indonesia 100% akan menjadi kenyataan paling lambat 1 Januari 2019.
Sebuah proyek mega yang membutuhkan perjuangan dan kerja keras dari
semua komponen bangsa, mewujudkan Health for All Indonesians by the
Year 2019. Akan sangat membanggakan ketika sebuah cita-cita ambisius
terwujud. Pada Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
serta Peluncuran Program JKN di Istana Bogor, 31 Desember 2013,
Presiden menyampaikan bahwa seluruh jajaran pemerintahan terkait perlu
bekerja keras agar sasaran pencapaian universal health coverage pada
tahun 2019 mendatang dapat diwujudkan.
Perkembangan cakupan kepesertaan hingga 31 Juli 2016 adalah
sebanyak 167,7 juta jiwa yang terdiri dari 91,1 juta jiwa PBI, 58,9 juta jiwa
Non PBI tanpa PBPU dan 17,7 juta jiwa PBPU dengan jumlah FKTP

sebanyak 20.304 dan jumlah FKRTL sebanyak 1.923 Rumah Sakit yang
terdiri dari 1.923 Rumah Sakit Swasta dan 865 Rumah Sakit Pemerintah.
Pemantapan layanan Kesehatan :
-

Penambahan Jumlah Faskes (perluasan akses)


Penguatan dan pembinaan layanan faskes
Memperkuat system IT
Perkuat implementasi COB
Pemantauan distribusi KIS sampai ke end user
Peningkatan sosialisasi program kepada peserta
Critical issue yaitu terbitnya perpres 19 tahun 2016 dan penungkatan
kualitas pelayanan JKN.

Kesinambungan Keuangan

Optimalisasi rekrutmen PPU :


Kerjasama dengan pemda untuk pelayanan satu pintu
Peningkatan pengawasan kepatuhan
Rekrutment PPnPN
Peningkatan Kolektabilitas iuran :
Penyesuaian kontribusi/iuran (perpres 19/2016)
Perluasan channel pembayaran iuran
Law enfarcement
Uji coba kader JKN
Pengendalian biaya pelayanan kesehatan :
Pencegaha fraud dan Abuse
Peningkatan kompetensi dan kapabilitas tenaga verifikator
Mitigasi risiko terhadap factor yang berpengaruh terhadap sustainabilitas
keuangan :
Pertimbangan penyesuaian terif pelayana kesehatan
Faktor eksternal seperti perlambatan ekonomi, pergeseran pola
penyakit dan perkembangan teknologi kesehatam.

Tantangan implementasi asuransi kesehatan social di Negara berkembang :

Banyaknya penduduk miskin


Rendahnya kemampuan membayar iuran
Tingginyan jumlah pekerja sector informal
Rendahnya rasa solidaritas (gotong royong)
Masyarakat sehat menganggap iuran terlalu mahal
Kesiapan fasilitas kesehatan menghadapi permintaan yang meningkat
Kemampuan pemangku kepentingan untuk mengelola, merancang dan

menjalankan skema asuransi kesehatan social.


Dukungan politik
Struktur administrasi
Kepatuhan asuransi wajib
Memastikan kesinambungan keuangan

Intergrasi skema asuransi kesehatan lainnya.


Beban biaya penyakit katastropik yaitu sebanyak 13,6 Triliun atau

23,9% biaya pelayanan kesehatan dihabiskan untuk membiayai penyakit


katastropik yang terdiri dari penyakit jantung 13%, gagal ginjal kronik 7%,
kanker 5%, stroke 2%, thalassemia 1%, hemophilia 0,2%, dan leukemia
0,3%. Biaya pelayana katastropik ini terjadi kenaikan jumlah kasus seiring
bertambahnya jumlah peserta.

B. Kunjungan di Komisi IX DPR RI


Tema : Tersedianya dana yang cukup seimbang antara Program Kesehatan
yang bersifat Preventif dengan Kuratif
Permasalahan Pembangunan kesehatan di Indonesia terjadi karena
Beban

ganda

Penyakit,

rendahnya

kondisi

kesejatan

lingkungan,

terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata, disparitas status


kesehatan, rendahnya kualitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan. Pada kasus orang jatuh sakit, menunjukkan kalau penanganan
kesehatan yang dilakukan menekankan pada aspek kuratif. Maka
paradigma kesehatan yang dipakai adalah paradiqma Sakit artinya
pelayanan kesehatan diutamakan jika orang menderita sakit. diIndonesia
saat ini dituntut paradiqma Sehat artinya usaha pelayanan kesehatan di
geser dari yang semula diuamakan aspek kuratif dan rehabilitaf, diganti
dengan aspek promotif dan preventif. Sehat dllihat dari konsep ekologi,
terdapat aspek Agent, host, environment. Pada paradiqma sehat, yang
dilakukan jika melihat dengan konsep ekologis adalah memperkuat host,
mengeser kondisi environment , hal ini dilakukan agar selalu tetap seimbang.
Pembiyaan kesehatan berdasarkan paradigma sehat harus
dilaksanakan seimbang dengan paradigma sakit sesuai amanah UU No.36
Tahun 2009 Pasal 171 Memperkuat proritas anggaran kesehatan Promotif
dan Preventif yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Biaya tersebut dilakukan secara efektif dan efisien dengan
mengutamakan pelayana promotif dan preventif dengan besarnya sekurang
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari APBN dan APBD (penjelasan pasal 171
ayat 3).

DPR

RI

sebagai

fungsi

pengawasan

senantiasa

melakukan

pengawasan terhadap jalannya pelaksanaan jaminan kesehatan nasional yang

10

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dengan melakukan pemanggilan


terhadap Menteri Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rapat dengar
pendapat di DPR RI serta melakukan penyerapan aspirasi dari masyarakat
dan stakeholder terkait tentang pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.
C. Kunjugan di Health Policy and Management Fakultas Kedokteran UGM
Tema : Perencanaan dan Penganggaran Program Kesehatan Terintegrasi di

Tingkat Puskesmas
Konsep Microplanning

terintegrasi

adalah

suatu

pendekatan

perencanaan dan penganggaran dari program kesehatan terintegrasi di tingkat


puskesmas yang memaksimalkan penggunaan semua sumber daya, baik
tenaga, waktu, fasilitas dan biaya yang ada untuk memastikan bahwa semua
masyarakat seluruh kampung terlayani secara rutin dan berkesinambungan.
Konsep Microplanning terintegrasi ini mengacu pada konsep REV (Reaching
Every Village / menjangkau setiap kampung) yang diperkenalkan oleh WHO.
REV terdiri dari 5 komponen yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Penguatan pelayanan diluar gedung


Supervisi suportif
Peran serta masyarakat
Monitor data untuk tindakan selanjutnya
Perencanaan dan manajemen sumber daya

Langkah-langkah Microplanning :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Peta operasional
Analisa data dan stratifikasi
Rencana kegiatan integrasi
Rencana pertemuan dengan masyarakat
Rencana kegiatan pertriwulan
Mengelola logistik
Diagram monitoring/PWS

Tahapan perencanaan puskesmas


1. Pengumpulan dan analisa data puskesmas
- Data esensial di puskesmas
- Metode pengumpulan data
- Sumber data
- Analisa data
2. Target program puskesmas
- Metode penentuan target dinas kesehatan

11

- Sesuai sumber daya puskesmas


- Perkiraan matematis
- Prestasi terbaik puskesmas
3. Penyusunan rencana usulan kegiatan
- Identifikasi masalah
- Prioritas masalah
- Perumusan masalah
- Akar penyebab masalah
- Cara pemecahan masalah
4. Pengusulan rencana usulan (RUK)
- Upaya kesehatan wajib
- Upaya kesehatan pengembangan
- Upaya kesehatan penunjang
5. Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK)
- Pelaksanaan upaya kesehatan wajib, pengembangan, penunjang,
inovasi secara terpadu/terintegrasi.
Budgeting Philosophy : People at operations are in the best position to decide
on the most effective and efficient use of resources to obtain the best value for
money.

Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan non inflasi


Mendorong pertumbuhan di sektor swasta
Hidup dalam apa yang kita inginkan
Investasu di masa depan
Mengamankan cadangan/simpanan.

BAB IV
KESIMPULAN
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. (SKN)
Pokok-pokok persoalan :

12

1. Belum semua penduduk tercakup jadi peserta dan kurang terintegrasinya


2.
3.
4.
5.
6.

kepesertaan.
Pengelolaan Jaminan Kesehatan belum optimal.
Belum semua Jaminan Kesehatan memenuhi kebutuhan medis.
Belum konsisten Visi-Misi dan struktur kelembagaan.
Tingginya beban biaya penyakit katastropik
Lemahnya koordinasi dan monitoring.
Anggaran kesehatan masih harus ditambah tetapi ini diperlukan jika

inovasi baru dan penambahan strategi, tetapi harus diingat tetang perlunya
perhatian lebih dalam masalah masalah berikut ;
a Masalah control anggaran
b Masalah kapasitas SDM
c Masalah hukim dan regulasi
d Masalah efisiensi perencanaan anggaran sampai monitoring dan evaluasi.
DPR RI sebagai fungsi pengawasan senantiasa melakukan pengawasan
terhadap jalannya pelaksanaan jaminan kesehatan nasional yang diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan dengan melakukan pemanggilan terhadap Menteri
Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rapat dengar pendapat di DPR RI serta
melakukan penyerapan aspirasi dari masyarakat dan stakeholder terkait tentang
pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.

Anda mungkin juga menyukai