Pendahuluan Penelitian
Penelitian berjudul Pharmacologic Treatment For The Behavioral Symptoms Associated
With Autism Spectrum Disorders Across The Lifespan berlandaskan keinginan untuk
mengetahui beberapa hal penting yang dapat berpengaruh bagi masyarakat dan kalangan
medis. Penelitian ini menjelaskan mengenai pengobatan farmakologi yang dapat diberikan
untuk mengurangi kelainan perilaku pada gangguan spektrum autisme, baik pada anak
remaja maupun dewasa. Gangguan perilaku yang termasuk dalam penelitian ini yaitu
perilaku streotipik, repetitif, irritabilitas, agresifitas, hiperaktivitas, gangguan pusat perhatian
serta gangguan dalam bidang sosial. Pengobatan yang akan diberikan yaitu SSRI,
antipsikotik atypical maupun typical dan obat psikostimulan dengan beberapa metode yang
berbeda.
Diagnosis gangguan autistik ditegakkan berdasarkan kriteria Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders atau DSM-IV.
Etiologi gangguan autistik yang tepat belum diketahui dan mungkin bersifat multifaktorial.
Beberapa faktor yang banyak diteliti adalah faktor genetik, neuroanatomi, dan neurotransmiter.
Di antara beberapa neurotransmiter, serotonin atau 5-hydroxytryptamine (5HT) merupakan
neurotransmiter yang paling sering diteliti, karena berbagai penelitian secara konsisten
menunjukkan adanya hiperserotonemia pada sebagian besar anak dengan gangguan autistik.
Pada anak gangguan autisme mengalami kelainan neurobiologis pada susunan saraf pusat.
Kelainan ini berupa pertumbuhan sel otak yang tidak sempurna pada beberapa bagian otak.
Ditemukan adanya kerusakan yang khas di dalam otak pada daerah system limbic yang berfungsi
sebagai pusat emosi. Maka, pada umumnya anak autis tidak dapat mengendalikan emosinya,
sering agresif terhadap orang lain dan diri sendiri, atau sangat pasif seolah- olah tidak
mempunyai emosi. Selain itu muncul pula perilaku yang berulang-ulang (stereotipik) dan
hiperaktivitas. Autisme tidak dapat disembuhkan (not curable) namun dapat di terapi (treatable).
A. Penanganan
Penanganan pada anak autisme ditujukan terutama untuk mengurangi atau menghilangkan
masalah gangguan tingkah laku, meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya
terutama dalam penguasaan bahasa dan keterampilan menolong diri.
Supaya tujuan tercapai dengan baik diperlukan suatu program penanganan menyeluruh dan
terpadu dalam suatu tim yang terdiri dari; tenaga medis antara lain dokter saraf dan dokter anak,
tenaga pendidik, tenaga terapis seperti ahli terapi wicara dan ahli terapi okupasi.
Beberapa penanganan yang telah dikembangan untuk membantu anak autisme antara lain;
1. Terapi Tingkah laku
Berbagai jenis terapi tingkah laku telah dikembangkan untuk mendidik penyandang autisme,
mengurangi tingkahlaku yang tidak lazim dan menggantinya dengan tingkahlaku yang bisa
diterima dalam masyarakat. Terapi ini sangat penting untuk membantu penyandang autisme
untuk lebih bias menyesuaikan diri dalam masyarakat.
2. Terapi wicara
Terapi wicara seringkali masih tetap dibutuhkan untuk memperlancar bahasa anak. Menerapkan
terapi wicara pasda anak autisme berbeda daripada anak lain. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan yang cukup mendalam tentang gangguan bicara pada anak autisme
3. Pendidikan kebutuhan khusus
Pendidikan pada tahap awal diterapkan satu guru untuk satu anak. Cara ini paling efektif karena
anak sulit memusatkan perhatiannya dalam suatu kelas yang besar. Secara bertahap anak
dimasukan dalam kelompok kelas untuk dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal.
Penggunaan guru pendamping sebaiknya tidak terlalu dominan, yang diharapkan adalah anak
dengan gangguan autisme dapat secara terus menerus belajar dengan anak-anak lainnya dalam
satu pembelajaran bersama. Pola pendidikan yang terstruktur baik di sekolah maupun di rumah
sangat diperlukan bagi anak ini. Mereka harus dilatih untuk mandiri, terutama soal bantu diri.
Maka seluruh keluarga di rumah harus memakai pola yang sama agar tidak membingungkan
anak.
4. Terapi okupasi
Sebagian individu dengan gangguan autisme mempunyai perkembangan motorik terutama
motorik halus yang kurang baik. Terapi okupasi diberikan untuk membantu menguatkan,
memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot halus seperti tangan. Otot jari tangan penting
dilatih terutama untuk persiapan menulis dan melakukan segala pekerjaan yang membutuhkan
keterampilan motorik halus.
5. Terapi medikamentosa (obat)
Pada keadaan tertentu individu dengan gangguan autisme mempunyai beberapa gejala yang
menyertai gangguan autisme, seperti perilaku agresif atau hiperaktivitas. Pada individu dengan
keadaan demikian dianjurkan untuk menggunakan pemberian obat-obatan secara tepat.
Penggunaaan obat-obat yang digunkan biasanya dilakukan dengan cermat agar memperoleh
pengaruh positif terhadap perkembangan anak.
A. Clomipramine
Termasuk golongan anti depresan trisiklik yang mempunyai mekanisme kerja
B. Fluvoxamine
Termasuk golongan SSRI yang mekanisme kerja nya untuk memblok reuptake dari
serotonin.
Obat ini memiliki efektifitas yang minimal dan kurang toleransi terhadap anak dan
remaja dengan gangguan spektrum autisme
Penelitian Sugie, 2005
Penelitian McDougle,1996
C. Fluoxetine
Pada percobaan double-blind, placebo controlled pengobatan fluoxetine lebih efektif
dalam mengurangi perilaku repetitif pada remaja dan dewasa, tetapi tidak efektif pada
anak autisme
D. Sertraline
Obat ini lebih efektif dalam mengontrol gangguan perilaku autisme pada dewasa
dibandingkan anak autisme dan juga memiliki banyak efek samping pada anak. Obat ini
memerlukan perhatian lanjut pada pasien gangguan hati, kehamilan dan menyusui
E. Citalopram
Memiliki efek yang terbatas dalam mengontrol gangguan perilaku pada anak dan dewasa
dengan gangguan spectrum autisme. Juga memiliki beberapa efek samping
F. Mirtazapine
Termasuk obat anti depresan atipikal dengan mekanisme kerja menghambat reseptor
serotonin dan -2 adrenergik
Dalam percobaan dengan open-label ditemukan respon dalam megurangi gangguan
perilaku dan memiliki efek samping yang minimal
A. Haloperidol
Termasuk dalam antipsikotik typical yang memiliki efektifitas pada pengobatan autisme
jangka pendek maupun jangka panjang pada anak maupun dewasa.
B. Pimozide
Termasuk antipsikotik typical yang efektif dalam mengobati ganguan ekskresi dan
gangguan tidur pada anak autisme
Pada penelitian double blind pimozide memiliki efektifitas yang sama bila
dibandingkan dengan haloperidol dalam mengobati gangguan perilaku
C. Clozapine
Termasuk antipsikotik typical yang terbukti efektif dan toleransi baik pada
penelitian retrospective terhadap agresifitas dan irritabilitas autisme pada anak,
remaja maupun dewasa
D. Risperidone
Termasuk antipsikotik atypical yang terbukti efektif pada penelitian double blind
placebo controlled dalam mengobati irritabilitas pada anak dan remaja dan juga
memiliki beberapa efek samping
E. Olanzapine
Termasuk antipsikotik atypical yang terbukti efektif pada anak autism dan memiliki
beberapa efek samping
Pada penelitian open label ditemukan perubahan yang signifikan pada hiperaktivitas,
streotipik, reaksi afektual, respon sensorik pada anak dan dewasa tetapi tidak ada
perubahan pada perilaku repetitive
Pada penelitian double blind tidak terdapat perubahan signifikan terhadap perilaku
repetitive maupun agresi.
Aripiprazole
Efektif pada pengobatan iritabilitas pada anak dan remaja dengan autism yang dibuktikan
dengan metode double blind placebo controlled
A. Methylphenidate
Pada penelitian double blind methylphenidate memiliki efektifitas pada hiperaktivitas
walaupun juga terdapat efek samping
B. Atomoxetine
Mekanisme kerja untuk menghambat pengambilan selektif norepinefrin sehingga dapat
mengurangi hiperaktivitas dan gangguan perhatian pada anak dan remaja
Kesimpulan
Pada penelitian ini ditemukan bahwa SSRI lebih efektif dalam pengobatan perilaku
Hiperaktivitas dan gangguan pusat perhatian dapat diberikan dengan obat psikostimulan,
dapat bermanfaat tetapi kurang efektif dan juga menimbulkan efek samping lebih