Anda di halaman 1dari 3

2.

2 Pengaruh Serotonin Terhadap Gangguan Autisme


Serotonin (5-hydroxytryptamine, 5HT) telah terbukti memiliki peran penting dalam
mengatur perkembangan otak melalui perkembangan serotonin dan maturasi dari daerah target
(Whitaker-Azmitia, 2001).
Gangguan autisme dapat menyerang otak kecil yang memproduksi hormon, hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan dari neurotransmitter,termasuk serotonin. Akibatnya transmisi
pesan dari satu neuron ke neuron lain terhambat. Indra persepsi penyandang autis berfungsi
dengan baik namun rangsangan yang ditangkap tidak dapat diproses dengan baik, hal ini
menyebabkan anak autis hidup di dunianya sendiri. (Lenawaty, 2010)
Pada anak dengan gangguan autistik dapat ditemukan adanya abnormalitas pada
serotonin baik dalam darah tepi maupun otak. Pada darah tepi ditemukan adanya platelet
hyperserotonemia sebanyak 50-70% pada anak gangguan autistik dibandingkan dengan anak
normal, sedangkan pada otak ditemukan gangguan sintesis serotonin otak baik secara
keseluruhan maupun fokal. Ganguan tersebut dapat berupa penurunan sintesis serotonin, atau
serotonin berlebihan yang akhirnya akan mengurangi jumlah terminal serotonergik melalui
mekanisme negative-feedback. Belum diketahui dengan pasti apakah platelet hyperserotonemia
setelah lahir sampai anak berumur 2 tahun menyebabkan penurunan serotonin otak, atau
gangguan serotonin otak terjadi sangat dini sebelum terlihatnya platelet hiperserotonemia.
Ada penelitian yang beranggapan bahwa serotonin yang terikat pada trombosit tidak
dapat melalui sawar darah-otak, sehingga dilakukan penelitian terhadap serotonin plasma atau
free-serotonin. Kadar free-serotonin adalah 1/100 dari kadar platelet serotonin. Ternyata, kadar
free-serotonin anak yang mengalami gangguan autistik tidak berbeda dengan saudara sekandung

dan ayah. Hasil penelitian ini menimbulkan dugaan bahwa peningkatan serotonin pada anak
dengan gangguan autistik disebabkan platelet serotonin, bukan free serotonin (Pusponegoro,
2007).
Terdapat bukti bahwa jalur serotonin menjadi abnormal pada autisme, dimana serotonin
memiliki peran yang penting dalam regulasi perkembangan otak, mempengaruhi neurogenesis,
diffensiasi neuron, myelinisasi akson, pembentukan sinaps, hipokampus dan formasi dendrit
kortikal. Pada gangguan autisme masa prepubertas terlihat adanya peningkatan signifikan dari
serotonin di dalam darah jika dibandingkan dengan sampel kontrol, tetapi berbeda halnya pada
kelompok autis masa postpubertas. Peningkatan kadar serotonin ini juga lebih terlihat bermakna
pada anak-anak Latin atau berkulit hitam dibandingkan denga anak berkulit putih. Apabila
dibandingkan dengan usia dan jenis kelamin, terdapat 51% peningkatan serotonin dalam darah
pada ibu, 45% ayah dan 87% saudara kembar. Peneliti juga menemukan bahwa kadar serotonin
dalam darah cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia, namun pada penderita
autisme tidak terpaut pada umur.
Sawar darah otak baru menjadi sempurna saat anak berumur 1-2 tahun. Akibatnya,
serotonin dalam darah atau trombosit yang tinggi dapat masuk ke dalam otak sebelum anak
berumur 1-2 tahun. Suatu hipotesis menyatakan bahwa hiperserotonemia menyebabkan umpan
balik negatif di otak, dan menyebabkan hilangnya terminal serotonergik. Berbagai data penelitian
mendukung hal ini, seperti 1) perbaikan gejala gangguan autistik setelah anak mendapat obat
yang meningkatkan serotonin, 2) peningkatan insidens gangguan autistik bila ibu menggunakan
kokain atau alkohol, 3) penelitian PET scan yang menunjukkan bahwa salah satu bagian otak
menunjukkan peningkatan serotonin sedangkan bagian lain menunjukkan penurunan serotonin,
4) penelitian terhadap tikus yang memperlihatkan bahwa tikus yang dibuat menjadi

hiperserotonemia akan mengalami hilangnya terminal serotonergik di hipokampus dan


menunjukkan gejala-gejala autisme.
Penelitian lainnya membuktikan bahwa obat-obat yang menurunkan neurotransmitter
serotonin dapat memperburuk gejala pada autisme dan pemberian SSRI (selective serotonin
reuptake inhibitor) yang meningkatkan kadar neurotransmitter serotonin dapat memperbaiki
gejala gangguan autisme. Beberapa penelitian lain menguatkan bahwa perubahan system
neurotransmitter serotonin dapat menjadi salah satu penyakit substrat biologis. Manipulasi
farmakologi membuktikan bahwa transmisi serotonin mempengaruhi beberapa gejala autistik
seperti SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) yang dapat mengurangi perilaku berulang,
kompulsif dan gangguan interaksi sosial pada remaja dan dewasa yang mengalami kelainan
autistik, sedangkan deplesi precursor serotonin triptofan dapat meningkatkan gejala autistik
(McDougle,1996).
Kadar tripofan juga menurun signifikan pada gangguan autistik. Tetapi memang belum
terdapat penelitian yang pasti dari penurunan signifikan ini, karena rasio triptofan untuk
menyaingi asam amino tidak menurun dan free triptofan tidak diukur (kedua hal ini penting
untuk menentukan seberapa banyak triptofan yang dapat menembus sawar darah otak). Tandatanda lain dari fungsi 5-HT yaitu dari kadar serotonin darah lengkap dan ekskresi urin 24 jam
dari asam 5-hidroksi-indoleasetic tidak memiliki perbedaan yang signifikan (Hotchkiss & Karl,
2003).

Anda mungkin juga menyukai