Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR BENZENE-TOLUEN-XYLENE


DI UDARA
DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS
Dan
UJI TCLP LOGAM Pb dan Cd

Tyas Marina
P0502140471

SEKOLAH PASCA SARJANA


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara
menurut Akhmad (2000) diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan atau komposisi
udara dari keadaan normalnya. Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai
macam zat kimia, baik berdampak langsung maupun tidak langsung yang
semakin lama akan semakin mengganggu kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan. Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber
pencemar yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lainlain.
Masing-masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis,
dan pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat
ditentukan oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta
pengawasan yang dilakukan. . Menurut UU RI No.23 tahun 1997, pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sebagian
besar pencemaran lingkungan disebabkan oleh adanya limbah yang dibuang ke
lingkungan hingga daya dukungnya terlampaui.
Logam berat merupakan pencemar lingkungan yang utama dan sebagian
besar bersifat toksik meskipun dalam konsentrasi yang rendah. Pencemaran
logam berat berlangsung sangat cepat sejak dimulainya revolusi industri
(Nriagu, 1979). Sumber utama pencemaran oleh logam berat disebabkan oleh
pembakaran bahan bakar fossil, pertambangan dan peleburan bijih logam,
limbah domestik, pupuk, pestisida dan lain-lain. Umumnya, logam berat yang
menyebabkan pencemaran adalah Cd, Cr, Cu, Hg, Pb dan Zn.
Di antara logam berat toksik yang mencemari tanah, Pb merupakan
pencemar utama karena memiliki distribusi/penyebaran yang luas dan penyebab
utama pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Cunningham and

Berti,1993). Menurut Alloway and Ayres (1997), Pb merupakan pencemar di


semua lingkungan (multimedia pollutant) dan sumber utama pencemaran tanah
(U.S. EPA, 1993). Logam berat kadmium (Cd) mempunyai toksisitas yang
tinggi setelah Hg namun Cd memiliki mobilitas yang tinggi dalam sistem
tanahtumbuhan (soil-plant system) dibandingkan logam berat lain pada
umumnya sehingga lebih mudah masuk dan terakumulasi ke dalam rantai
makanan.
Udara merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki peran
penting bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun seiring
dengan semakin meningkatnya aktivitas manusia, udara semakin tercemar
terutama akibat terjadinya peningkatan emisi kendaraan bermotor. Di Indonesia,
polusi udara yang disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor
mencapai 70-80 % (Maryanto, dkk., 2009).
GC (Gas Chromatography) yang biasa disebut juga Kromatografi gas
(KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun
1950-an. GC merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi
senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas
anorganik dalam suatu campuran Perkembangan teknologi yang signifikan
dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas
deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat
melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.
Terkait dengan upaya penentuan tingkat pencemaran udara, telah banyak
dikembangkan penelitian-penelitian untuk menetapkan kadar komponen
pencemar udara dengan berbagai metode. Metode yang digunakan mulai dari
metode titrasi hingga metode kromatografi gas yang canggih.

1.2 Tujuan praktikum


1. Mengetahui kadar kandungan dari benzene,toloence,xylene di udara
menggunakan metode kromatografi gas
2. Mengetahui kadar timbal (pb) dan cadium (cd) pada sample tanah

3. Membandingkan kadar timbal dan cadium pada sample tanah dengan


baku mutu yang berlaku

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromatografi Gas
Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif
dan analisa kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang
dapat digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organic. Kita telah
mengetahui bahwa ada dua jenis kromatografi gas, yatiu kromatografi gas padat
(KGP), dan kromatografi gas cair (KGC). Dalam kedua hal ini sebagai fasa
bergerak adalah gas (hingga keduanya disebut kromatografi gas), tetapi fasa
diamnya berbeda. Meskipun kedua cara tersebut mempunyai banya
persamaan.perbedaan antara keduanya adalah cara kerjanya
Pada kromatografi gas padat (KGP) terdapat adsorbsi dan pada
kromatografi gas cair (KGC) terdapat partisi (larutan). Kromatografi ga padat
(KGP) digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Metode ini
awalnya kurang berkembang. Penemuan jenis-jenis padatan baru sebagi hasil
riset memperluas penggunaan metode ini. Kelemahan metode ini mirip dengan
kromatografi cair padat. Sedangkan kromatografi gas cair sering disebut oleh
para pakar kimia organic sebagai kromatografi fasa uap. Pertama kali
dikenalkan oleh James dan Martin pada tahun 1952. metode ini paling banyak
digunakan karena efisien, serba guna, cepat dan peka. Cuplikan dengan ukuran
beberapa microgram sampel dengan ukuran 10 gram masih dapat dideteksi.
Sayangnya komponen cuplikan harus mempunyai tekanan beberapa torr pada
suhu kolom.

Gambar . Skema alat Kromatografi gas.


2.2 Senyawa Benzena
Benzena, juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, PhH, dan benzol,
adalahsenyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah
terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena terdiri dari 6 atom karbon
yang membentuk cincin, dengan 1 atom hidrogen berikatan pada setiap 1 atom
karbon. Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik
dengan ikatan pi yang tetap. Benzena adalah salah satu komponen dalam
minyak bumi, dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar
serta pelarut yang penting dalam dunia industri. Karena memiliki bilangan
oktan yang tinggi, maka benzena juga salah satu campuran penting pada bensin.
Benzena juga bahan dasar dalam produksi obat-obatan ,plastik, bensin
obatankaret buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami
dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang
terdapat

dalam minyak

bumi.

Karena

bersifat

karsinogenik,

maka

pemakaiannya selain bidang non-industri menjadi sangat terbatas Benzena


bersifat non polar. Benzene tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik seperti dietil eter, karbon tetraklorida atau heksana (ATSD, 2000)

Benzene merupakan bahan kimia yang berbahaya dan bersifat


karsinogenik bagi manusia. Benzene dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui tiga jalur yaitu inhalasi, ingesti dan absorbs kulit. Jalur pajanan utama
benzene ke dalam tubuh adalah melalui inhalasi dalam bentuk uap lalu
diabsorbsi melalui paru-paru. Pajanan benzene pada konsentrasi tinggi melalui
jalur inhalasi atau pernapasan akan mengakibatkan depresi pada susunan syaraf
dan dapat mengakibatkan kematian. Pajanan benzene melalui jalur absorbsi
kulit menyebabkan iritasi dan mengganggu kerja hati, darah dan sistem
metabolisme apabila diabsorbsi secara utuh. Pajanan benzene melalui jalur
ingesti akan mengakibatkan beberapa dampak seperti iritasi pencernaan
(muntah), sistem syaraf pusat (kejang, tremor, iritasi, depresi, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, sakit kepala), saluran pernapasan (kesulitan
bernapas dan kontraksi, sakit kepala), saluran pernapasan (kesulitan bernapas
dan kontraksi dada), sistem kardiovaskuler, dan gangguan sistem darah.
2.3 Senyawa Toluena
Toluena dikenal sebagai methyl toluena, methyl benzol, phenyl
methane, dan toluol dan merupakan cairan bening tak berwarna yang tak larut
dalam

air

dengan

aroma

seperti pengencer

cat dan

berbau

harum

seperti benzena. Toluena adalah suatu senyawa tidak berwarna cairan berbau
aromatic yang khas dimanatidak setajam benzena. Asal kata toluena diambil
darisebuah resin alami, kata tolu, merupakan sebuah namadari sebuah kota kecil
di Colombia, Amerika Selatan.Toluena ditemukan antara produk degradasi
dengan cara pemanasan resin tersebut. Toluena dikenal juga sebagai metil
benzena ataupun fenilmetana yaitu cairan bening tak berwarna yang tidak larut
dalam air dengan aroma seperti pengencer cat dan berbau harum
seperti benzena.
Toluena adalah hidrokarbon aromatik yangdigunakan secara luas dalam
stok umpan industri dan juga sebagai bahan pelarut bagi industri lainnya.Seperti
pelarut-pelarut lainnya, toluena jugadigunakan sebagai obat inhalan oleh karena
sifatnyayang memabukkan. Toluena juga mudah sekaliterbakar. (Wikipedia,

2011)Sebelum perang dunia pertama, sumber utama dari toluena adalah


pemanasan batu arang. Padawaktu itu, trinitrotoluena (TNT) menghasilkan
dayaledak yang tinggi dan produksi toluena dalam jumlah besar diperlukan
untuk

pembuatan

bersamadengan

TNT

benzene,

tersebut.Toluena
xylene,

dan

secara

senyawa

umum

diproduksi

aromatik

C9dengan

pembentukan katalitik dari nafta. Hasil pembentukan kasar ini diekstraksi,


kebanyakan terjadidengan sulfolane atau tetraetilena glikol dan zatterlarut, ke
dalam sumur campuran dari benzene,toluena, xylena dan senyawa C9-aromatik
dimanadipisahkan dengan cara fraksinasi. (Othmer & Kirk,1989) Struktur
toluena seperti pada gambar 2.2 berikut ini merupakan senyawa turunan
benzena dengan gugul metana berada pada cincin benzena.

Toluena memiliki rumus molekul C6H5CH3 atau C7H8 dengan rumus


bangun sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Molekul Toluena


Sifat fisika dan kimia senyawa toluene adalah cairan tidak berwarna,
berbau manis, pedas seperti benzene; berat molekul 92, 14; titik didih 231,1F
(110,6C ); titik lebur -139F (-95C ); tekanan uap 28,4 mmHg pada 25C;
kerapatan uap 3,1 (udara = 1); kekentalan 0,59 cps pada 20C; berat jenis 0,866
(air = 1). Kelarutan: larut dalam dietil eter, etanol, benzene, kloroform, asam
asetat glasial, karbon disulfida dan aseton; praktis tidak larut dalam air dingin;
kelarutan dalam air: 0,561 g/L pada suhu 25oC.

2.4 Senyawa Xylene


Xylene merupakan cairan yang tidak berwarna, bersifat mudah terbakar,
mudah menguap dan beraroma manis. Xylene dan campurannya tersusun atas
tiga isomer, meta, ortho dan para-xylene dengan komposisi meta-xylene yang
paling dominan, yakni 44-70% dari keseluruhan campuran. Namun demikian,
komposisi isomer-isomer xylene sesungguhnya tergantung pada sumbernya.
Umumnya senyawa xylene mengandung ethylbenzene, hal ini didukung
kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa produk-produk xylene yang
dihasilkan secara teknis ternyata mengandung lebih kurang 40% m-xylene dan
o-xylene, p-xylene serta ethylbenzene yang masing-masing besarnya 20%. (US
EPA, 2003). Selain ethylbenzene, toluene dan fraksi aromatik C9 turut menjadi
kontaminan senyawa xylene.

Xylene secara alami ditemukan dalam minyak tanah, batubara dan


proses kebakaran hutan atau melalui proses aromatisasi hidrokarbon petroleum.
Dalam skala industri, xylene dihasilkan melalui proses pemanasan senyawaan
organik dan proses katalisis produk-produk minyak tanah. Secara komersial,
xylene menghasilkan campuran yang terdiri dari 10-20% isomer ortho, 40-70%
isomer meta dan 10-25% isomer para. Kontaminan xylene, antara lain adalah
ethylbenzene, benzene, toluene, phenol, thiophene dan pyridine (Clayton &
Clayton, 1994).
Secara komersial, xylene dimanfaatkan sebagai pengencer cat, pelarut
tinta, karet, getah, pernis, lem, resin dan bahan penyekat, juga digunakan
sebagai pembersih cat dalam industri pelapis kertas. Selain itu xylene juga
dimanfaatkan sebagai pelarut dan pengemulsi produk-produk pertanian,
kemudian digunakan pula sebagai komponen bahan bakar dan sebagai senyawa
antara dalam industri bahan kimia. Xylene digunakan secara luas sebagai
pelarut menggantikan benzene. Isomer o-xylene banyak digunakan sebagai

bahan mentah dalam produksi bahan-bahan plastik, alkyd resin dan bahan gelas
yang terbuat dari polyester, isomer p-xylene dimanfaatkan dalam pembuatan
serat polyester dan film sedangkan isomer m-xylene digunakan untuk membuat
asam isoftalat, polyester dan resin alkyd. Dalam jumlah kecil, xylene ditemukan
dalam bahan bakar pesawat terbang, minyak tanah dan asap rokok.
Pajanan xylene dapat terjadi melalui jalur inhalasi, ingesti (tertelan),
kontak mata dan dalam beberapa kasus yang jarang terjadi xylene juga diserap
dalam jumlah kecil di kulit. Pada waktu terhirup, xylene akan diserap dengan
sangat cepat. Konsentrasi xylene di bawah 200 ppm akan mengiritasi mata dan
selaput lendir, sedangkan pada konsentrasi yang tinggi xylene menimbulkan
efek narkotik. Pajanan terhadap konsentrasi tinggi uap xylene yang berlangsung
akut dapat menyebabkan gangguan fungsi dan pembengkakan paru serta
pendarahan. Pajanan xylene yang berlangsung terus menerus dapat menekan
sistem syaraf pusat, anemia, pendarahan jaringan, pembesaran hati, kematian
jaringan hati dan neprosis. Kontak berulang kali antara kulit dan xylene
menyebabkan kulit kering dan dermatitis.
2.5 Pencemaran Udara
Udara merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang
fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara
terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh
klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet.
Pencemaran udara diartikan hadirnya satu atau beberapa kontaminan di
dalam udara atmosfer di luar, antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau
bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak, dengan berbagai sifat
maupun lama berlangsungnya di udara tersebut, hingga menimbulkan gangguan
terhadap kehidupan manusia, tumbuhtumbuhan atau binatang maupun benda,
atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian organisme
maupun benda. Pencemaran udara juga adalah bertambahnya bahan atau
substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai

sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung
dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan
material
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999, pencemaran udara
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya.
2.5.1

Sumber Pencemaran Udara


Sumber bahan pencemar dapat menjadi dua golongan besar, yaitu:

1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam bisa menyebabkan pencemaran udara seperti
kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, petir, kegiatan mikroorganisme dan
lainlain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya asap, debu, grit dan gas
gas ( CO dan NO).
2. Sumber buatan manusia
Ada beberapa polutan/bahan pencemar yang dapat menyebabkan
pencemaran udara, antara lain:
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen dioksida (NO2)
3. Sulfur dioksida (SO2)
4. Partikulat (asap atau jelaga)
5. Hidrokarbon (HC)
6. Chlorofluorocarbon (CFC)
7. Timbal (Pb)
8. Karbon dioksida (CO2)
Efek atau dampak negatif umum pencemaran udara terhadap kehidupan
manusia, antara lain:

a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora dan


fauna.
b. Memengaruhi kuantitas dan kualitas matahari yang sampai ke
permukaan bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.
c. Memengaruhi dan merngubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar
CO di udara, kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di
lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house
lingkungan alam, antara lain: hujan asam, penipisan lapisan ozon dan
pemanasan global. effect).
d. Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif
terhadap benda yang terbuat dari logam.
e. Menyebabkan warna kain dan pakaian menjadi cepat buram dan
bernoda
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
2.2.6 Logam Berat
Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan termasuk
bahan penyusun lapisan tanah bumi. Logam berat tidak dapat diurai atau d
imusnahkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh mahluk hidup melalui
makanan, air minum, dan udara. Logam berat berbahaya karena cenderung
terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Laju akumulasi logam-logam berat
ini di dalam tubuh pada banyak kasus lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk
membuangnya. Akibatnya keberadaannya di dalam tubuh semakin tinggi, dan
dari waktu ke waktu memberikan dampak yang makin merusak.
2.2.6.1 Timbal (Pb)
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak
dikenal oleh masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang
digunakan di industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan
pada makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat
kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan.

Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang


sering disebut galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di
seluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering
menyebabkan keracunan.
Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalambebatuan sekitar 13
mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batufosfat dan terdapat didalam batu
pasir ( sand stone) kadarnya lebihbesar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di
tanah berkadar sekitar 5 -25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water)
berkisar antara 1- 60g/liter.Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan.
Kadar Pbpada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 g/liter. Dalam
airlaut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yangdikatakan
terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07g/liter. Kandungan Pb
dalam air danau dan sungai di USA berkisarantara 1-10 g/liter.Secara alami Pb
juga ditemukan di udara yang kadarnyaberkisar antara 0,0001 0,001 g/m3.
Tumbuh-tumbuhan termasuksayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung
Pb, penelitian yangdilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 g/kg
berat kering.Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah
menjadiPbS

(golena),

PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan

ternyatagolena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.Logam


berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampurdengan Zn (seng)
dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murnisekitar 20% dan sisanya 10%
terdiri dari campuran seng dan tembaga.

III METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Kadar Benzene-Toluen-Xilene di Udara dengan Metode


Kromatografi Gas
3.1.1 Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan antara lain: penjerap arang aktif yang


dipacking dalam tabung gelas yang tertutup kedua ujungnya dengan panjang 7
cm, diameter dalam 4 mm, dan diameter luar 6 mm, misalnya produk SKC atau
yang setara (untuk aktive sampler), penjerap arang aktif produk 3M (misalnya
3M 3500/3520 organic vapor monitors) atau yang setara (diffusive sampler),
pompa sampling udara, kromatografi gas dengan detector FID, pipet, flow
meter terkalibrasi. Bahan yang digunakan adalah: standar BTX, CS2, gas
nitrogen, hydrogen, dan udara tekan.
3.1.2 Prosedur Analisis
3.1.2.1 Pengambilan Sample
a. Aktive Sampler

Tabung penjerap dibuka kedua ujungnya dan dihubungkan dengan

pompa vakum
Tabung penjerap diletakkan dalam kondisi vertikal selama sampling
Flow, waktu dan atau volume udara diukur secara akurat. Sample
diambil dengan flow rate 1 L/menit atau kurang. Volume sample yang
diambil sebaiknya dilakukan sesuai dengan threshold limit value.

b. Diffusive Sampler

Penjerap ditempatkan sesuai dengan maksud dan tujuan monitoring


(apakah worker exposure level, evaluasi high exposure periode selama
hari kerja, evaluasi control measure seperti ventilasi, screening

kelompok kerja dalam mengidentifikasi kelompok resiko tinggi


Sampling dilakukan pada saat shift kerja maksimal
Lama dan kecepatan sampling disesuaikan dengan kapasitas penjerap
yang digunakan dan parameter yang dianalisis. Misalnya jika
menggunakan produk 3M 3500/3510 atau 3520/3530 dapat mengacu ke
Technical Data Buletin Organic Vapor Monitor Sampling & Analysis

3.1.2.2 Pengambilan Sample

a. Desorpsi Sample (Active Sampler)

Tabung penjerap yang telah berisi sample dipindahkan ke dalam botol

kecil dan ditambahkan 1 mL CS2


Waktu desorpsi jangan melebihi 3 jam
Aliquot disimpan dalam wadah tertutup dan secepatnya diinjeksikan kea
lat kromatografi gas

b. Desorpsi Sample (Diffusive Sampler)

Penjerap (monitor) yang telah berisi sample dibuka dan ditambahkan 1

mL CS2 melalui center port


Monitor port segera ditutup, dikocok kuat selama 30 menit, dan eluen

didekantasi pada vial yang tertutup


Eluen siap diinjeksikan ke alat kromatografi gas

c. Injeksi ke Alat Kromatografi Gas

Alat kromatografi gas dinyalakan dan diatur kondisi analisis seperti


berikut:
Kolom

: Fused Silica Capilary Column, 007 methyl


5% phenyl silicone
Dimensi kolom : L= 60 M, dalam 0.25 mm, ID 0.25 m,
film thickness
Suhu kolom
: - awal 60oC selama 5 menit
- akhir 100oC selama 3 menit
- kenaikan suhu 5oC/menit
Suhu detektor
: 200oC
Suhu injektor
: 170oC
Gas pembawa : Nitrogen
Rasio split
: 1/80
Volume injeksi : 1 L
Linier velocity : 20
Detektor
: FID

2.3
Uji TCLP Logam Pb dan Cd
3.2.1 Preparasi Sample

Dalam uji TCLP, preparasi sample merupakan langkah krusial. Secara


garis besar, tahap ini terdiri dari penghalusan sampel, penentuan cairan
pengekstrak yang akan digunakan, dan ekstraksi sample.
3.2.1.1 Penentuan Kadar Padatan Sample
Sample yang akan diukur ditentukan terlebih dahulu total padatannya.
Apakah sample tersebut memiliki kandungan total padatan 100%, < 0.5%, atau
> 0.5%. Jika sample merupakan 100% total padatan, maka dilakukan preparasi
awal, yaitu penghalusan sample.
a. Penghalusan Sample
Sample yang berupa padatan digerus untuk memperluas permukaannya,
kemudian diayak menggunakan ayakan 9.5 mm. Jika total padatan sample
<0.5%, maka langsung dilakukan pengukuran. Jika total padatan sample <0.5%,
maka langsung dilakukan pengukuran. Jika total padatan sample >0.5% maka
dilakukan pemisahan terhadap larutan dan padatan sample tersebut. Pemisahan
dilakukan dengan menyaring sample sesuai kebutuhan ( 40 gr padatan)
menggunakan kertas saring 45 m. Larutan dan padatan hasil penyaringan
dipisahkan. Untuk larutannya langsung dilakukan pengukuran, sedangkan untuk
padatan diekstraksi terlebih dahulu.
b. Penentuan cairan pengekstrak yang akan digunakan
Preparasi Cairan Pengekstrak ke-1. Tambahkan 5.7 mL asam asetat glacial
pada 500 mL air bebas ion. Kemudian tambahkan 64.3 mL NaOH 1 N dan tera
dengan air bebas ion sampai volume 1 L. Cek pH cairan pengekstrak ini (bila
dipreparasi secara benar, pH cairan ini akan 4.930.05).
Preparasi Cairan Pengekstrak ke-2. Encerkan 5.7 mL asam asetat glasial
dengan air bebas ion sampai 1L. Bila dipreparasi secara benar, pH cairan ini
akan 2.880.05.
Jika sample akan diekstraksi untuk senyawa nonvolatilnya, penentuan cairan
ekstraksi yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Timbang 5 g sample padat yang telah digerus dan masukkan ke


Erlenmeyer 500 mL. Tambahkan 96.5 mL air bebas ion, tutup dengan
kaca arloji, dan aduk menggunakan magnetik stirer selama 5 menit.
Ukur pH-nya
Jika pH-nya <5.0, gunakan cairan pengekstrak ke-1
Jika pH-nya >5.0, tambahkan 3.5 mL HCl 1 N, aduk, tutup dengan
kaca arloji, dan panaskan pada 50oC selama 10 menit. Kemudian
dinginkan pada suhu ruangan dan ukur kembali pH nya. Jika pHnya
<5.0 gunakan cairan pengekstrak ke-1. Namun, jika pHnya >5.0
gunakan cairan pengekstrak ke-2.
c. Ekstraksi Sample
Sample (25 g) dimasukkan ke dalam botol ekstraksi, lalu ditambah
dengan 500 mL cairan pengekstrak (perbandingan 1:20). Ekstraksi selama 18
jam pada alat agitasi putar. Selanjutnya, saring menggunakan kertas saring
biasa. Filtrat siap dianalisis. Lakukan juga preparasi blangko dengan tahapan
seperti di atas.
Pengukuran
Prinsip dasar AAS adalah jika suatu sample diaspirasikan ke dalam
sistem pembakaran, maka unsure-unsur yang ada dalam sample tersebut akan
teratomkan. Apabila kondisi ini diberi energi radiasi yang sesuai, energi
tersebut akan diserap atom. Besar kecilnya energi yang diserap akan berbanding
lurus dengan konsentrasi unsure yang dianalisis.
Beberapa bahan dan peralatan yang digunakan meliputi:
1. Bahan: larutan stok standar Pb 25 ppm, larutan stok standar Cd 10 ppm
2. Alat : AAS, labu takar 50 mL, dan pipet mohr 10 mL
Prosedur Kerja
Buat larutan kerja Pb dengan tahapan berikut:
Pipet 0; 2; 4; 6; 8, dan 10 mL larutan stok standar Pb 25 ppm dan
masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL

Tambahkan air bebas ion sampai tanda tera sehingga diperoleh

larutan kerja Pb 0,1,2,3,4, dan 5 ppm


Ukur dengan AAS pada panjang gelombang 283.3 nm
Buat kurva standar
Buat larutan kerja Cd dengan tahapan sebagai berikut:
Pipet 0;1;2;3;4, dan 5 mL larutan stok standar Cd 10 ppm dan

masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL


Tambahkan air bebas ion sampai tanda tera sehingga diperoleh

larutan kerja Cd: 0; 0.2; 0.4; 0.6; 0.8 dan 1 ppm


Ukur dengan AAS pada panjang gelombang 228.8 nm
Ukur masing-masing filtrat sample (yang telah diperoleh pada tahap
ekstraksi sample) dengan menggunakan AAS (Atomic Absorbtion
Spectrophotometer)
Hitung konsentrasi Pb dan Cd dalam sample tersebut

IV HASIL PEMBAHASAN
Penentuan kadar Benzen-Toluen-Xylene di udara dilakukan dengan
menggunakan alat Kromatografi Gas (GC). Data yang diperoleh dari
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Area Sampel, Standard an Blanko
Senyawa

Area Sampel

Area Standar

Benzene
Toluen
Ortho Xylene
Meta Xylene
Para Xylene
Blanko (CS2)

6321
5582
21205
23398
6500
-

225706
332653
3576
167609
3083
-

Data Lapang :
Flow
= 0.8 L/menit
T
= 27.05 0C

Area
Blanko
1611

Konsentrasi
larutan standar
1000 mg/L
900 mg/L
900 mg/L
1611

= 12 menit

rumus nya:
Area Sampel
( Area
Standar )

x Cons.Standar (g/ml) x Vol.Contoh (ml) x (

T 0 C+273
) x 1000
298
g/m3

=
Flow (L/menit) x t (menit)

Keterangan:

Konsentrasi standar
Volume contoh
Temperature
Flow
t

= g/ml
= ml
= oK
= liter/menit
= menit

Setelah dilakukan analisis dari hasil pengukuran kandungan senyawa


Benzene (C6H6), Toluen C7H8 (C6H5CH3) dan Xylene C6 H4(CH3)2 dalam
ruangan kerja dengan menggunakan persamaan diatas, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Penyelesaian:
Area Sampel
( Area
Standar )

T C+273
) x 1000
298
[Benzene]=

x Cons.Standar (g/ml) x Vol.Contoh (ml) x (

Flow (L/menit) x t (menit)

6,3211,611
225,7061,611

x 1,000 g /ml

x 1 ml x

27.05+ 273
x 1,000
298
Flow x T

4,710
224,095

x 1,000 g/ml x 1 ml x

27.05+ 273
x 1,000
298

0.8 L/menit x 12 menit

4,710
224,095

x 1,000 g/ml x 1 ml x

27.05+ 273
x 1,000
298

9.6 m3

21164,10 g
9.6 m3
2204,60 g/m3

Jadi konsentrasi benzene = 2,202.813 g/m3

1.000 = 2,2 mg/m3.

Toluena:

Area Sampel
Area Standar

T C+273
x Cons.Standar (g/ml) x Vol.Contoh (ml) x (
) x 1000
298

[Toluene ]=
Flow (L/menit) x t (menit)

5,582
332,653

x 900 g/ml x 1 ml x

27.05+ 273
x 1000
298

0.8 L/menit x 12 menit

5,582
332,653

x 900 g/ml

x 1 ml x

300.05
1000
298 x

0.8 l/menit x 12 menit


0.017

x 900 g x

1.007 x 1000

9,6 m3

15407.1 g

9,6 m3
1604.9 g/m3

Jadi konsentrasi toluene = 1604.9 g/m3

1.000 = 1,6 mg/m3

Xylene:

Area Sampel
Area Standar

T C+273
x Cons.Standar (g/ml) x Vol.Contoh (ml) x (
) x 1000
298

[Xylene] =
Flow (L/menit) x t (menit)

21,205+ 23,398+ 6,500


3,576+ 167,609+ 3,083

=
51,103
174,268

x 900 (g /ml) x 1 ml x

27.01+273
x 1000
298

0.8 L/menit x 12 menit

x 900 g/ml x 1 ml x

300.05
1000
298 x

9.6 m3
265,545.9

9.6 m3

= 27377,81 g /m3
Jadi konsentrasi xylene = 27377,81 g /m3 1.000 = 27,3 mg/m3

Hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan dalam table dibawah ini:


Tabel 2 : Hasil Pengujian Dengan Menggunakan Metode
Kromatografi Gas
Jenis Senyawa yang
Diuji
Benzene (C6H6)
Toluen C7H8 (C6H5CH3)
Xylene C6 H4(CH3)2

Hasil Pengujian
(mg/m3)
2,2
1,6
27,3

Nilai Ambang
Batas (NAB)
(mg/m3)
32
188
434

Keterangan: Interpretasi Nilai Ambang Batas (NAB) berdasarkan SNI 19-0232-2005


tentang Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil pengujian sampel


udara yang diambil dalam ruangan kerja dan dianalisis mengunakan metode
Kromatografi Gas (GC) setelah diinterpretasi dengan menggunakan SNI 190232-2005 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja,
dapat dilihat bahwa senyawa Benzene (C6H6) merupakan salah satu bahan
petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting dalam dunia industri. dari

hasil

pengujian

didapatkan

konstentrasinya

adalah

2,2

mg/m 3,

jika

dibandingkan dengan nilai ambang batas (NAB) Benzene (C6H6) berdasarkan


SNI 19-0232-2005 adalah 32 mg/m3. Hal ini dapat diartikan bahwa udara dalam
ruangan lingkungan kerja tempat sampel diambil masih aman dari pengaruh
buruk yang bisa ditimbulkan oleh Benzene (C6H6) apabila berada diudara

dalam jumlah dan konsentrasi yang melebihi baku mutu atau nilai ambang batas
yang diperbolehkan oleh regulasi peraturan yang berlaku di wilayah Negara
Indonesia. Senyawa Benzene (C6H6) berdasarkan SNI 19-0232-2005 tergolong
dalam senyawa A2 yang merupakan zat kimia yang diperkirakan karsinogen
untuk manusia (suspected human carcinogen).
Senyawa Toluen dengan rumus molekul C7H8 (C6H5CH3) dikenal juga
sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah cairan bening tak berwarna
yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer cat dan berbau harum
seperti benzena.

Dari hasil sampling udara dalam ruangan tempat kerja

didapatkan konsentrasi senyawa Toluen C7H8 (C6H5CH3) adalah 1,6 mg/m3


masih sangat kecil jika dibandingkan dangan nilai ambang batas untuk
konsentrasi senyawa Toluen C7H8 (C6H5CH3) yang diperbolehkan berada dalam
ruangan kerja berdasarkan SNI 19-0232-2005 adalah 188 mg/m3. Senyawa
Toluen C7H8 (C6H5CH3) berdasarkan SNI 19-0232-2005 tergolonga dalam
senyawa dengan kode A4 yakni masuk dalam golongan Zat kimia yang belum
cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia ataupun
binatang.
Senyawa Xylene C6 H4(CH3)2 digunakan sebagai pelarut, untuk tiner
pada cat dan vernish, sering dikombinasikan dengan senyawa organik dan
sebagai pelarut pada lem dan tinta print. Xylen juga digunakan pada proses
kimia.

larut dalam alkohol, eter, aseton, petrolium eter, benzena, karbon

tetraklorida dan pelarut organic. Berdasarkan hasil pengukuran udara dalam


ruangan tempat kerja konsentrasi Xylene H4(CH3)2 adalah 27,3 mg/m3 jika
diinterpretasikan menggunakan SNI 19-0232-2005 angka ini masih berada jauh
dari nilai ambang batas (NAB) dari konsentrasi senyawa Xylene H4(CH3)2
yang ditenggang keberadaannya berada dalam ruangan tempat kerja yakni
maksimal berkonsentrasi 434 mg/m3.
Dari semua hasil pengukuran ditemukan bahwa udara diruangan kerja
tersebut untuk parameter Benzene (C6H6), Toluen C7H8 (C6H5CH3) dan Xylene
C6 H4(CH3)2 semuanya berada dibawa baku mutu sehingga ruangan kerja

tersebut aman untuk para pekerja yang

melakukan

pekerjaan sehari-hari

dilokasi tersebut. Dengan parameter Benzene (C6H6), Toluen C7H8 (C6H5CH3)


dan Xylene C6 H4(CH3)2 yang semuanya berada dibawah baku mutu hal ini
juga

mengindikasikan

pengoperasionalan

bahwa

sehari-hari

pihak

dimana

perusahan
bahan

baku

menggunakan Benzene (C6H6), Toluen C7H8 (C6H5CH3)

dalam
dari

kegiatan
kegiatannya

dan Xylene

C6

H4(CH3)2 tidak menggunakan bahan-bahan yang bersifat volatile tersebut


secara berlebihan, peralatan yang digunakanpun mengindikasikan terawat
dengan baik karena penggunaan senyawa volatile Benzene (C6H6), Toluen C7H8
(C6H5CH3) dan Xylene C6 H4(CH3)2 sebagai bahan baku yang dikenal sangat
mudah menguap dari hasil pengujian yang ada masih dibawah baku mutu.
Selain itu pihak perusahan terindikasikan telah menerapkan prosedur atau SOP
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sehingga kegiatan pengoperasionalan
usahanya tidak menimbulkan pencemaran udara dalam ruangan kerja tersebut
atau dengan kata lain perusahan ini adalah perusahan taat aturan.
4.1.

Uji TCLP Logam Pb dan Cd


Pada pengujian untuk menentukan kadar Pb dan Cd dengan metode

TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure), digunakan instrumen


Spektroskopi Serapan Atom atau Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
Spektroskopi serapan atom menggunakan lampu sesuai panjang gelombang
maksimum yang dapat menyerap sampel secara maksimal. Absorbansi
menunjukkan kemampuan sampel untuk menyerap radiasi elektromagnetik
pada panjang gelombang maksimum.
Pada praktikum uji TCLP logam Pb dan Cd digunakan sampel yang
berupa lumpur. Sampel yang diperoleh ditentukan kadar padatannya terlebih
dahulu. Pada praktikum kali ini sampel berupa 100% padatan sehingga
perlakuan yang dilakukan ialah penggerusan terhadap sampel. Setelah

dilakukan penggerusan, sampel dikering udarakan untuk menghilangkan


kandungan kadar airnya.
Uji TCLP (Toxicity Characteristic Leacing Procedure) untuk logam Pb
dan Cd pada praktikum kali ini dilakukan menggunakan alat yang bernama
AAS (Atomic Adsorbtion Spectophotometer). Prinsip dasar AAS adalah jika
suatu sampel diaspirasikan ke dalam sistem pembakaran, maka unsur-unsur
yang ada dalam sampel tersebut akan teratomkan. Apabila kondisi ini diberi
energi radiasi yang sesuai, energi tersebut akan diserap atom. Besar kecilnya
energi yang diserap akan berbanding lurus dengan konsentrasi unsur yang
dianalisis. Komponen-komponen dari AAS antara lain blower, gas (gas dipakai
pada saat praktikum adalah asitilen udara untuk logam-logam berat, nitros
untuk logam Al dan Ba, dan gas argon untuk Hg), kompresor, dan udara tekan
untuk membantu menghisap sampel.
Secara garis besar tahapan pada proses pengukurannya menggunakan
AAS adalah sebagai berikut:
1. Kapiler
Cairan sampel ataupun blangko masuk melalui kapiler
2. Nebulizer
Cairan sampel akan menjadi butiran-butiran halus aerosol karena tercampur
oleh gas asitilen udara. Sampel tersebut akan diteruskan ke bagian burner.
3. Burner
Pada burner akan terjadi atomisasi dimana senyawa akan menjadi atom
bebas. Atomisasi hanya akan terjadi apabila energi radiasinya sesuai
dengan energi yang akan diserap oleh atom. Besar kecilnya energi yang
diserap berbanding lurus dengan konsentrasi unsur yang akan dianalisis.
4. Monokromator
Pada monokromator ini akan dilakukan seleksi terhadap radiasi yang akan
akan diteruskan ke detector. Pada tahap ini radiasi polikromastis akan
diubah menjadi monokromatis. Setelah itu sinar monokromator akan
diteruskan ke detector.
5. Detector
6. Recorder

Setelah melalui berbagai tahapan, maka sampel akan ditangkap oleh


recorder dan akan keluar hasilnya akan terekam dalam bentuk absorsi
Hasil yang diperoleh dari hasil pengujian menggunakan AAS, dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Table 4.1. Hasil Nilai Absorbansi Pb
No
.
1
2
3
4
5
6

Konsentrasi Standar
0
1
2
3
4
5

Nilai Absorbansi
-0.0008
0.0214
0.0434
0.063
0.0864
0.1075

Sumber: Data Primer Praktikum, 2014

Gambar 4.1. Grafik absorbansi Pb


Pada tabel 4.1 menujukkan bahwa hasil pengukuran untuk blangko Pb
bernilai negatif. Hal tersebut berarti bahwa larutan blangko tidak terdeteksi
kandungan logam Pb, sehingga dapat diabaikan. Dari tabel tersebut dapat dibuat
grafik persamaan regresi linear dengan persamaan sebagai berikut:
Y = ax + b
Dimana:
Y= absorbansi
A= gradien
X= konsentrasi
B= intersep
Regresi linear sederhana tersebut digunakan unuk mengetahi korelasi antara
peubah bebas x (konsentrasi) dengan peubah tetap y (absorbansi). Nilai regresi

yang diperoleh untuk Pb ialah Y= 0,021603 Conc - 0,00052381, dengan nilai


korelasi 0,998. Hal tersebut berarti bahwa setiap perubahan 1 mg/L Pb akan
menambah nilai absorbansi sebanyak 0,00052381. Nilai korelasi menunjukkan
baik atau tidaknya grafik yang diperoleh, semakin mendekati 1 maka grafik
yang diperoleh semakin baik. Nilai absorbansi sampel diperoleh sebesar 0,0051
Dari nilai regresi yang diperoleh tersebut, dapat diperoleh nilai kadar dari Pb
sebagai berikut:
Y= 0,021603 Conc - 0,00052381
Conc Pb =
=

Y + 0,00052381
0,021603
0,0051+ 0,00052381
0,021603

= 0,2603 ppm
Nilai konsentrasi Pb yang diperbolehkan di Indonesia sesuai dengan
baku mutu pada Peraturan Pemerintah No 85 tahun 1999 ialah sebesar 5 mg/L.
Apabila dibandingkan dengan nilai baku mutu yang ada, kadar Pb yang
terkandung dalam sampel berada jauh di bawah ambang batas baku mutu. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kandungan Pb di udara sampel masih dalam
ambang batas aman.
Tabel 4.2. Hasil Nilai Absorbansi Cd
No.
1
2
3
4
5
6

Konsentrasi Standar
0
0.1
0.2
0.4
0.6
0.8

Sumber: Data Primer Praktikum, 2014

Nilai Absorpsi
0.0003
0.0421
0.0829
0.1581
0.2389
0.307

Gambar 2. Grafik absorbansi Cd


Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa hasil pengukuran untuk blangko Cd
bernilai negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan blangko tidak
terdeteksi logam Cd sehingga dapat diabaikan. dari tabel 4.2. juga dapat
diketahui persamaan regresi Cd yaitu Y = 0,38466 Conc + 0,0035846 dengan
nilai korelasi sebesar 0,9996 berarti blangko standar yang digunakan bagus.
Nilai kadar Cd dapat dihitung dengan:
Y

= 0,38466 Conc + 0,0035846


Y 0,0035846
Conc =
0,38466

0,15290,0035846
0,38466

= 0,3882 ppm
Apabila dilihat dari baku mutu Cd yang telah diatur pada PP 85 tahun
1999, konsentrasi Cd yag diperbolehkan adalah sebesar 1 mg/L. Kandungan
konsentrasi Cd ada sampel masih cukup jauh di bawah baku mutu yang berarti
bahwa sampel lumpur yang diteliti masih cukup aman dari pencemaran logam
Cd.
V KESIMPULAN
Praktikum uji TCLP (Toxicity Characteristic Leacing Procedure) logam
Pb dan Cd menggunkan metode AAS (atomic absorbtion spectrophotometer)

dan penentuan kadar benzene, tolene, xylena (BTX) di udara dengan metode
kromatografi gas, dapat disimpulkan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang dilakukan bahwa
hubungan antara absorbansi dengan larutan konsentrasi larutan standar Pb maka
didapatkan persamaan Y= 0,021603 Conc - 0,00052381, dengan nilai korelasi
0,998. Hal tersebut berarti bahwa setiap perubahan 1 mg/L Pb akan menambah
nilai absorbansi sebanyak 0,00052381, sedangkan hubungan antara absorbansi
dengan larutan standar Cd maka didapatkan persamaan Y = 0,38466 Conc +
0,0035846. dengan nilai korelasi sebesar 0,9996 berarti blangko standar yang
digunakan bagus Konsentrasi Pb dalam sampel adalah 0,2016 ppm dan Cd
adalah 0,35846 apabila dibandingkan dengan baku mutu menurut standar PP
No. 85 Tahun 1999 Tentang: Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18
Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun yaitu
Pb adalah 5,0 mg/L dan Cd adalah 1,0 mg/L sehingga sampel tersebut
dikategorikan belum tercemar oleh logam berat Pb dan Cd.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pencemaran Lingkungan. Diakses pada 5 Oktober 2014 melalui


http://www.artikelbiologi.com/2014/04/pencemaran-lingkungan.html.
Novia. 2011. Makalah Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd). Diakses
pada
5
Oktober
2014
melalui
http://noviakl10jambi.wordpress.com/2011/06/16/makalah-logam-berattimbal-pb-dan-kadmium-cd/
Fahlevi, Muhammad Reza. 2013. Makalah Kromatografi Gas. Diakses pada 6
Oktobe 2014 melalui http://eskrimsandwich.blogspot.com/2013/05/gaskromatografi.html
Kurniawan, Risqi. 2012. Kromatografi Gas. Diakses pada 6 Oktober 2014
melalui http://mass-edu.blogspot.com/2012/10/kromatografi-gas.html
Sholehah, Lilik Sofiatus. 2013. Makalah Bahan Kimia Benzene (Penyakit
Akibat Kerja). Diakses pada 6 Oktober 2014 melalui
http://sofiatussholeha.blogspot.
com/2013/09/makalah-bahan-kimiabenzene-penyakit.html

http://www.amazine.co/25932/apa-itu-toluena-sifat-kegunaan-efekkesehatannya/
Peraturan Pemerintah No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 18
Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
SNI-19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Udara di tempat kerja

Anda mungkin juga menyukai