8 Bab Vi
8 Bab Vi
PROGRAM
LINGKUNGAN
PENATAAN
PERMUKIMAN
BAB VI
RENCANA INVESTASI
6.1. UDGL (Urban Design Guide Lines)
A. Sirkulasi Jaringan Jalan
Gambar 6.1. Design Guidelines Sirkulasi dan jaringan jalan
Perkerasan jalan Aspal
Jembatan / gorong-gorong
B. Jaringan Drainase
VI-1
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
PENATAAN
PERMUKIMAN
Aspal + Grefel
PENATAAN
PERMUKIMAN
VI-3
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
PENATAAN
PERMUKIMAN
E. Jaringan Persampahan
Gambar 6.5. Tempat Penampungan Sampah
VI-4
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
PENATAAN
PERMUKIMAN
PENATAAN
PERMUKIMAN
PENATAAN
PERMUKIMAN
jangka waktu perencanaan, yaitu selama 5 tahun. Rencana ini merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi
dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan
pembangunan. Rencana ini menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan
kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik
kepentingan dalam investasi/ pembiayaan. Rencana investasi juga mengatur Indikasi Program.
pembangunan Desa untuk jangka waktu 5 (lima tahun) yang disusun berdasarkan hasil perencanaan partisipatif dalam upaya percepatan penyediaan dan
peningkatan kualitas pelayanan prasarana/sarana dari suatu lingkungan/kawasan.pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan
kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik
kepentingan dalam investasi/ pembiayaan. Rencana investasi juga mengatur Indikasi Program pembangunan Desa untuk jangka waktu 5 (lima tahun) yang
disusun berdasarkan hasil perencanaan partisipatif dalam upaya percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan prasarana/sarana dari suatu
lingkungan/kawasan.
6.2.1.
Sumber-Sumber Pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan yang diperlukan dalam rangka pembangunan kawasan perkotaan bisa berasal dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi,
pemerintah kabupaten, bantuan luar negeri, swasta, dan swadaya masyarakat.
Sumber pendapatan pemerintah kabupaten dapat dikelompokkan ke dalam penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan. Penerimaan rutin berasal dari
subsidi pemerintah, instansi yang lebih tinggi dan pendapatan daerah. Sedangkan penerimaan pembangunan berasal dari subsidi pemerintah atau instansi
yang lebih tinggi dan pinjaman daerah.
Sumber dana yang potensial bagi Kabupaten Indramayu adalah pendapatan asli daerah, mengingat hanya sektor inilah sumber dana yang bisa ditingkatkan
lebih lanjut. Dalam pembiayaan pembangunan kota, selain mengandalkan pendapatan asli
PENATAAN
PERMUKIMAN
1.
2.
3.
4.
Penerimaan Lain-lain.
Alternatif sumber-sumber penerimaan non konvensional y ang dapat digali antara lain berasal dari Perjanjian Penerusan Pinjaman, Rekening Pembangunan
Daerah, Kerjasama Pemerintah-Swasta, Obligasi Pendapatan, dan Pinjaman Komersial
Penerusan Pinjaman (SLA)
SLA (Subsidiary Loan Agreement) terdiri atas dana dari Bank Dunia, ADB dan berbagai sumber dana bilateral yang dipinjam oleh pemerintah Indonesia
dengan jaminan mengikat dalam mata uang asing. Dana-dana ini dipinjamkan ke Pemda/BUMD dalam satuan uang rupiah dengan tingkat
bunga yang
disubsidi. Dana SLA tersedia bagi Pemda dan BUMD untuk digunakan dalam pembiayaan investasi prasarana perkotaan
Rekening Pembangunan Daerah (RPD)
Mekanisme RPD diperkenalkan sebagai Rekening Departemen Keuangan yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif sumber dana jangka panjang yang
lebih luas untuk proyek-proyek Pemda dan BUMD. Pinjaman RPD lebih cepat dan fleksibel untuk proyek individu dan berpotensi mendatangkan penghasilan
(cost-recovery). Bagaimanapun, karena alokasi dari dana RPD masih terbatas dan terkait dengan anggaran tahunan, akan memakan waktu kurang lebih 2
tahun untuk menjamin pembiayaan melalui RPD.
VI-8
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
PENATAAN
PERMUKIMAN
RPD dibiayai melalui anggaran negara atau APBN, dari pinjaman pemerintah Indonesia baik melalui sumber dana bilateral maupun multirateral dan dari
pembayaran kembali SLA. Dana-dana ini kemudian dipinjamkan kepada PEMDA/BUMD dalam mata uang rupiah dengan tingkat suku bunga subsidi yang sama
dengan SLA.
Pinjaman komersial, khususnya yang berasal dari bank pembangunan daerah (BPD) sudah cukup dikenal oleh Pemda/BUMD untuk menutupi kekurangan cash
flow jangka pendek dan investasi proyek dengan tingkat pengambilan yang tinggi, seperti penyambungan air di kompleks perumahan mewah. Tingkat bunga
yang tinggi dan masa yang pendek menjadikan pinjaman komersial untuk proyek investasi besar kurang layak, kecuali sebagai instrumen jangka pendek
yang menjembatani sampai pembiayaan jangka panjang dapat diperoleh.
VI-9
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
6.2.2.
Masyarakat adalah mitra pemerintah dalam penataan ruang oleh karena itu peran sertanya dalam setiap tahapan penataan ruang dan tingkatan
penyelenggaraan perlu dikembangkan demi tercapainya tujuan penataan ruang.
Keterlibatan masyarakat mulai dari tahap awal perencanaan tata ruang berpeluang mengakomodasikan faktor-faktor pendorong peran sertanya dalam
penataan ruang, antara lain:
Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
keterhitungannya (accountability) dalam proses penataan ruang termasuk akomodasi terhadap ragam kepentingannya.
kesempatannya untuk berperan serta.
Di dalam UU Penataan Ruang No. 26 tahun 2007 dinyatakan bahwa penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan peran serta
masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan ruang karena pada akhirnya hasil penataan ruang adalah untuk kepentingan seluruh
lapisan masyarakat, oleh karena itu diharapkan tercapainya penataan ruang baik Pentingnya peran serta masyarakat didasarkan atas beberapa alasan:
1. Masyarakat berhak mengetahui tentang setiap rencana pembangunan yang secara potensial mempengaruhi kehidupan mereka. Undang-Undang no 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Undang-Undang yang baru secara eksplisit memberi akses terhadap informasi tentang
proyek, program, dan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
2. Masyarakat adalah Local Expert tentang lingkungan disekitarnya, sehingga layak didengar pendapat dan gagasannya.
3. Keberlanjutan dari proyek, program dan kebijakan akan terjamin jika masyarakat diikutsertakan.
6.2.3.
Pada intinya pola kerjasama yang direncanakan dalam kawasan perencanaan adalah pola kerjasama kemitraan. Kemitraan merupakan suatu kerjasama yang
diartikan pemerintah, swasta, kelompok peduli dan masyarakat bekerjasama sebagai mitra dalam realisasi pengerjaan berdasarkan kesepakatan yang saling
menguntungkan, dengan dilandasi tanggung jawab pada masing-masing bidang pekerjaan, untuk mencapai optimasi manfaat sosial dan ekonomis.
Kerjasama tersebut mencakup keuangan dan sumber daya yang lainnya dan kemudian menanggung resiko bersama serta pembagian laba sesuai dengan
persetujuan semula.
VI-10
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
Fasilitas infrastruktur milik pemerintah diserahkan ke swasta untuk direhabilitasi & dioperasikan dalam jangka waktu tertentu. Pada akhir perjanjian
fasilitas tersebut diserahkan pemerintah.
Develop, Operate and Transfer (DOT)
Swasta membangun fasilitas infrastruktur dan mengembangkan dan mengintegrasikan kegiatan lain. Swasta mengoperasikan selama waktu perjanjian.
Pada akhir perjanjian fasilitas tersebut diserahkan pemerintah.
VI-12
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015