PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)
3.1. Analisis
tingkat
Kota
yang
mempengaruhi
kawasan
perencanaan
Berdasarkan rencana pengembangan sistem pusat-pusat permukiman/
sistem kota-kota dan sistem perwilayahan dalam Rencana Tata Ruang
Dan
Wilayah
(RTRW)
2011
kabupaten
indramayu
wilayah
kawasan
perkotaan
Haurgeulis
yang
mencakup
Desa
Desa
Sidamulya,
dan
Desa
Cipedang,
serta
sebagian
BAB III
Kota
Kecamatan
Haurgeulis
juga
Kabupaten
Indramayu. Analisis kawasan perencanaan mempertimbangkan aspekaspek yang telah di tetapkan dalam rencana dan peraturan tingkat kota
III-1
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
ruang dan pola ruang kabupaten Indramayu dalam Rencana Tata Ruang
kelas kecil seperti angkutan kota dan angkutan pedesaan terminal ini
terletak
di
Haurgeulis.
Keberadaan
terminal
ini
masih
kurang
sistem
jaringan
transportasi
telah
dilengkapi
dengan
stasiun
kereta
api,
pengembangan jaringan rel kereta api jalur lintas utara ini yang
juga
darat
dan
sistem
jaringan
dalam, ruas jalan Terusan KH. A. Dahlan, ruas jalan Manggungan, ruas
Haurkolot, dan ruas jalan Sumur Bandung. Jalan lokal ini berfungsi
rehabilitasi kawasan hutan dan lahan kritis di hulu Daerah Aliran Sungai
di
wilayah
kecamatan
haurgeulis
yang
menjadi
kewenangan
III-2
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
dengan
tumbuhnya
dalam radius tertentu agar tidak ada lahan pemukiman yang dibangun.
permukiman
karena
berbagai
factor
seperti
pihak-pihak
yang
terkait.
Kebijakan
tersebut
seharusnya
dan
inlet saluran air hujan dari jalan ke saluran, perbaikan dan normalisasi
Gantar.
yang
atas pekarangan, taman dan hutan kota RT, RW, kelurahan, dan taman
bencana.
kecamatan. RTH jalur hijau jalan meliputi pulau jalan dan serta jalur
Ruang
evakuasi
bencana
meliputi
ruang
terbuka
pejalan kaki.
RTH publik 10 (sepuluh) persen dari luasan kawasan perkotaan terdiri
D. Kawasan Lindung
atas RTH taman dan hutan kota meliputi taman RT, taman RW, taman
kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk hijau
(green belt). RTH jalur hijau jalan meliputi pulau jalan dan median jalan,
jalur pejalan kaki. RTH fungsi tertentu meliputi RTH sempadan rel
kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan
hidrologis
untuk
menjamin
ketersediaan
sumberdaya
air,
serta
E. Kawasan Permukiman
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan
25%). Sumber air tersedia, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air
Sumur
sampai
sedang.
Tidak
berada
pada
wilayah
sempadan
batasan
teknis
kawasan
peruntukan
permukiman
40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan
disesuaikan
dengan
untuk
Lahan
Pekarangan
dan
liter/orang/hari.
Hujan
Air
Kriteria
Resapan
jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius
peruntukan
menyediakan
lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat
masyarakat,
dengan
tetap
perdesaan
dengan
memperhatikan
daya
di
serta
dukung
permukiman
karakteristik
kelestarian
fungsi
Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03-17332004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan.
III-6
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
perencanaan
Detail
Haurgeulis,
fungsi
yang
Tata
sesuai
Ruang
dengan
(RDTR)
Kecamatan
campuran.
kondisi,
potensi
dan
strategi
pengembangannya.
struktur
penduduk
penduduk,
usia
kerja
dalam
dan
kondisi
angkatan
ketenagakerjaan,
kerja
komposisi
Persebaran penduduk
km2.
Sarana dan prasarana yang saat ini terdapat di Desa Sukajati yang
dapat mendukung pembangunan kawasan prioritas antara lain jalan
yang dilalui bus Umum, Angkutan kota dan desa, Ojeg, Becak dan
Kawasan
tanaman
pangan,
hortikultura,
perkebunan
dan
ras pedaging
fungsi
sebagai
umum
skala
pusat
kota,
SWPP.
Lahan
pusat
pemerintahan,
terbangun
di
dan
kecamatan
Haurgeulis sebesar 215 Ha (27,32 % dari luas lahan) dan lahan belum
terbangun sekitar 572 Ha atau (72,68%) yang berupa pekarangan,
lahan kosong (kebun), dan pertanian. Lahan di kawasan perencanaan
50 meter diperlukan street inlet atau lubang bukaan ditepi jalan untuk
dilengkapi screen bar agar sampah tidak terbawa masuk. Dan manhole
operasional
pengelolaan
pewadahan,
setiap kecamatan terdirI atas RTH privat seluas 20 (dua puluh) persen
hutan kota RT, RW, kelurahan, dan taman kecamatan. RTH jalur hijau
tentang
Tempat
jalan meliputi pulau jalan dan serta jalur pejalan kaki. RTH publik 10
(sepuluh) persen dari luasan kawasan perkotaan terdiri atas RTH taman
dan hutan kota meliputi taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman
kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk hijau (green belt); RTH
jalur hijau jalan meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur pejalan
persampahan
yang
sampah
tertib,
lancar
meliputi
dan
merata.
kaki; dan RTH fungsi tertentu meliputi RTH sempadan rel kereta api,
jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH
sempadan pantai, RTH pengamanan sumber air baku, lapangan
olahraga, dan Taman Pemakaman
3.3.1.
diperuntukan sebagai
atau 0,052 Km2 dan lahan tidak terbangun sebesar 42,7% atau 0.038
Km2.
yang saling menunjang dengan fungsi perkotaan itu sendiri. Hal ini
dapat dilihat sebagai potensi bagi kawasan perencanaan karena
berbagai fasilitas penunjang kegiatan seperti perkantoran, pendidikan,
pelayanan kesehatan, perdagangan dapat diakses dengan relative
mudah dari kawasan perencanaan. kemungkinan pengembangan
dalam hal perbaikan infrastruktur dan sosial relative cepat.
Perkembangan ini juga dapat menjadi ancaman tersendiri terhadap
kawasan perencanaan maupun Desa Sukajati. Jika dikemudian hari
pengembangan pemukiman tidak dikendalikan sesuai dengan kapasitas
dan aturan bangunan yang ada akan menimbulkan ketidak nyamanan.
Pertimbangan
tersebut
membawa
arahan
pengembangan
bagi
III-9
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
lahan terbangun
III-10
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
3.3.2.
KDB
Eksisting
Permukiman
50-60%
Perdagangan
dan jasa
30-40%
Perdagangan
dan
permukiman
30-40%
Fasilitas umum
30-50%
Standar
Permen
KDB
Sangat
Tinggi:
>75%
KDB Tinggi
60-70%
KDB
Sedang
30-60%
KDB
Rendah
<30%
RDTR Kec.
Haurgeulis
Analisis
Permukiman
Secara umum,
70 %
KDB di wilayah
perencanaan
Perdagangan
masih dibawah
dan jasa 75%
atau sama
Fasilitas Umum
dengan dengan
60%
KDB yang
Perkantoran
ditetapkan.
dan
Pemerintaha Guna lahan
mixed used
n 60%
pada wilayah
perencanaan
termasuk KDB
rendah
menengah.
Secara
keseluruhan
KDB pada
wilayah
perencanaan
termasuk
dalam KDB
III-11
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
menengah
Sumber: Analisis
No
Fungsi Alokasi
KDB Maksimal
Jumlah lantai
75%
13
60%
12
(komersil)
2
Perkantoran dan
pemerintahan dan
pelayanan umum
70%
12
Perumahan kepadatan
60%
12
30%
sedang
5
Perumahan kepadatan
rendah
Sumber: Analisis
III-12
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-13
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
3.3.3.
Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek
termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen: blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian
dan elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang
ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik. Tata Bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari penyelenggaraan
bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarananya pada suatu lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan sesuai
dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabupaten Indramayu, dan rencana rincinya.
III-14
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
Pengaturan Bangunan
Orientasi bangunan merupakan arah dari tampak bukaan bangunan yang ditujukan kepada potensi view yang optimal. Potensi view tersebut bisa merupakan
unsur unsur alam, misalnya pemandangan pegunungan atau pemandangan kearah sungai, atau merupakan unsur-unsur fisik bangunan atau ruang terbuka
diperkotaan yang dianggap penting atau menonjol pada wilayah tersebut.
Adapun rencana orientasi bangunan yang terdapat di kawasan perencanaan yaitu, untuk bangunan yang terdapat disepanjang jalan utama orientasi
bangunan diarahkan ke jalan lingkungan. Penataan orientasi bangunan dapat dilakukan dengan menjaga kaveling yang ada dan mengarahkan penataan pada
jalur hijau dan mempertegas jalur setapak dengan perkerasan seperti paving maupun aspal halus untuk membentuk pola kavling.
Setiap rumah yang dilewati jalan poros desa saling berhadapan. Posisi kavling pemukiman di kawasan ini dapat menjadi view yang cukup bagus dengan jalan
lingkungan menghadap jalan utama dimana di tengahnya jalan lingkungan ada jalan penghubung ke semua jalan, sehingga membentuk suatu pola tata
masa bangunan yang kompak dan terpadu dan menghubungkan antar massa bangunan yang dapat dipadukan dengan sistem penghubung dan berpotensi
memperkuat karakter kawasan dan mendukung aktivitas perekonomian warga dan menghidupkan kawasan hunian di dalamnya.
III-15
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
Orientasi bangunan
Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III
PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)
Jalan lingkungan
Ketinggian Bangunan
Perencanaan ketinggian maksimum bangunan disesuaikan dengan kondisi bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan, skala dan
proporsi, serta tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Pengaturan ketinggian bangunan pada wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:
III-16
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
ketinggian, potongan atau penempatannya secara relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang lain dari suatu kumpulan organisasi masa
bangunan.
Garis langit atau skyline di wilayah perencanaan terkesan datar, sehingga terlihat monoton. Hal ini disebabkan oleh ketinggian bangunan serta jumlah
lantai bangunan yang seragam. Oleh karena itu, diperlukan penataan skyline bangunan, sehingga dapat memberikan kesan visual yang khas pada
wilayah perencanaan.
III-17
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
3.3.4.
III-18
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
Sirkulasi kendaraan di kawasan perencanaan terdiri dari sirkulasi kendaraan umum dan sirkulasi kendaraan pribadi. Kendaraan yang melalui jalan provinsi
dan kawasan didalam lingkungan permukiman hanya dilayani oleh kendaraan pribadi atau kendaraan umum informal setempat berupa ojek dan beca. Selain
itu, jalan provinsi dilalui pula oleh kendaraan besar yang mendistribusikan barang-barang hasil produksi dari industri maupun bahan pangan.
No
Jenis Jalan
Jenis
perkerasan
Panjang
(m)
Lebar
(m)
Kondisi
Jalan lingkungan
Jalan dewi
sartika
Gang Masjid Al
Hikmah
Gang Jaenudin
Gang Suyanto
1
2
Tanpa
perkerasan
344
3.5
Rusak
Paving
296
4.0
Rusak
Paving
Tanpa
perkerasan
189
1.6
Rusak
79
1.6
Rusak
Area parkir merupakan salah satu fasilitas dalam suatu traffic system management, yang keberadaannya sangat penting untuk menunjang kelancaran
sirkulasi lalu lintas yang sedang berlangsung, khususnya pada kawasan perencanaan. Parkir kendaraan bermotor merupakan masalah umum yang dijumpai
dalam sistem transportasi perkotaan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan lahan parkir yang kurang mencukupi dan tidak tertata dengan
sebagaimana mestinya. Beberapa jenis parkir kendaraan bermotor yang terdapat dalam kawasan perencanaan antara lain yaitu :
Parkir Tepi Jalan (On Street)
Pada kawasan perencanaan lahan parkir dapat menggunakan badan jalan karena ruang kiri-kanan jalan masih kosong. Kondisi parkir on street ini sering
dijumpai pada ruas jalan kabupaten dan desa. Arahan penataan untuk parkir di badan jalan yaitu menggunakan lahan dipinggir jalan dengan pola
memanjang atau sejajar dengan jalan.
Parkir Di Luar Badan Jalan (Off Street)
Parkir off street, sistem parkir kendaraan bermotor berada di luar badan jalan atau biasanya terdapat pada halaman / pekarangan bangunan. Sistem
parkir ini sebagian besar terdapat dalam kawasan perencanaan karena tidak tersedianya lahan untuk parkir. Pekarangan bangunan pada kawasan
perencanaan luasnya cukup memadai sebagai lahan parkir.
III-20
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-21
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
3.3.5.
Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa
setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem
ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif
dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik. Manfaat ruang terbuka dan tata
hijau antara
lain menciptakan iklim mikro lingkungan yang berorientasi pada kepentingan pejalan kaki dan mewujudkan lingkungan yang nyaman,
No
Unit
Lingkunga
n
Tipe Ruang
Terbuka
Hijau
Luas
Min/Uni
2
t (m )
Luas Min/
Kapita
2
(m )
250 jiwa
Taman RT
250
1,0
2500 jiwa
Taman RW
1.250
0,5
30.000 jiwa
Taman
Kelurahan
9.000
0,3
Lokasi
Di tengah
lingkungan RT
Di pusat kegiatan
RW
Dikelompokkan
dengan
sekolah/pusat
kelurahan
minimal 4 taman / lokasi RTH berupa taman RW, atau 40 taman RT, dan dapat pula berupa 1 taman kelurahan. Sedangkan pada kawasan perencanaan terdiri
dari RT 24, 25,26 dan 34 taman tersebut masih belum terpenuhi. Kawasan perencanaan setidaknya memilki 4 unit taman RT yang masing-masing seluas 250
m2.
Ruang Terbuka Hijau Pekarangan
Sebagai upaya pengendalian pemanfaatan lahan privat dan pengembangan RTH privat maka pemerintah menggunakan parameter untuk mengukur
intensitas ruang, dengan menetapkan angka KDB, KLB, dan ketinggian bangunan. Parameter-parameter tersebut masih belum dapat menjamin adanya
penyediaan RTH yang mencukupi pada lahan privat yang diperlukan untuk menjaga kualitas lingkungan. Dalam melengkapi produk hukum demi mencapai
kualitas lingkungan hidup yang lebih baik, pemerintah daerah telah menetapkan ketentuan tentang koefisien dasar hijau (KDH).
KDH adalah rasio perbandingan luas ruang terbuka hijau blok peruntukan dengan luas blok peruntukan atau merupakan suatu hasil pengurangan antara luas
blok peruntukan dengan luas wilayah terbangun dibagi dengan luas blok peruntukan (Kristian, 2013), Batasan KDH dinyatakan dalam persen, dengan
perhitungan luas Ruang terbuka hijau per luas blok peruntikan.
Besaran KDH secara langsung terkait dengan besaran KDB, karena dengan adanya ketentuan tentang KDB mempunyai arti bahwa setiap lahan akan
menyisakan ruang terbuka (RT) sebagai sisa luas lahan dikurangi luas lantai dasar bangunan yang didirikan di atasnya. Dengan menggunakan asumsi praktis,
angka KDH merupakan sisa ruang terbuka pada suatu lahan dibagi rata untuk keperluan perkerasan dan keperluan penghijauan sehingga didapatkan angka
KDH yaitu sebesar 50 % dari Koefisisen Ruang Terbuka (KRT).
Pada kawasan perencanaan, dengan koefisien dasar bangunan 40%-60% dari luas lahan, maka terdapat ruang terbuka sebesar 40%-60% pula. Dengan
besaran KRT tersebut maka dapat diketahui besaran RTH yang dapat disediakan yaitu sebesar 20%-30% dari luas euang terbuka pada pekarangan. Besaran
III-23
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
RTH pekarangan tersebut merupakan ruang terbuka tanpa pekerasan dan ditanami dengan tumbuhan yang dapat memberikan manfaat estetis, sosial, dan
ekologis.
Ruang Terbuka Hijau Taman Lingkungan
Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk dalam lingkup 1 RT, khususnya untuk melayani kegiatan sosial di
lingkungan RT tersebut. Luas taman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan luas minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari
300 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayani. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman. Pada taman ini
selain ditanami dengan berbagai tanaman, juga terdapat minimal 3 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja,
kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas
minimal 1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayaninya. Luas area yang ditanami tanaman
(ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada
taman ditanami minimal 10 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
III-24
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
nilai estesis bagi lingkungannya. Selain itu, dengan penyediaan taman RT diharapkan dapat memberikan ruang bermain, olah raga, dan berkumpul untuk
masyarakat setempat.
III-25
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
3.3.6.
Tata Kualitas Lingkungan yaitu terkait dengan elemen-elemen kawasan yang menciptakan suatu kawasan atau sub area dengan sistem lingkungan yang
informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Penataan sistem lingkungan yang informatif terletak pada koridor Jalan-jalan lingkungan di
kawasan prioritas Desa Sukajati berupa papan reklame dan informasi.
Penataan papan reklame dikawasan in dianjurkan berada di gerbang jalan desa menuju jalan lingkungan, karena kawasan perencanaan merupakan kawasn
permukiman yang perlu menghindari adanya reklame berukuran relative besar yang dapat merubah karakter kawasan. reklame. Penataan ini diperlukan
untuk menghindari ketidakteraturan lingkungan dan menjaga keselamatan pengguna jalan akibat peletakan papan reklame yang tidak teratur dan tidak
semestinya ada. Untuk itu diperlukan suatu papan informasi di titik-titik tertentu di simpul-simpul jalan lingkungan untuk mengakomodir informasi bagi
masyarakat.
Penyediaan sistem prasarana dan utilitas lingkungan yaitu mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan
listrik, jaringan telekomunikasi, sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi.
Sistem Jaringan Air Bersih
Kualitas air pada kawasan ini cukup baik, tetapi jumlahnya masih terbatas. Permasalahan jumlah air yang terbatas terjadi di saat musim kemarau, dimana
ketersediaan air bersih tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat di kawasan prioritas.
III-26
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
Arahan penataan lingkungan terkait dengan sistem jaringan air bersih yaitu dengan pembuatan sumber air bersih komunal yang dapat menampung air bersih
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu alternatif penanganan lainnya adalah penyediaan kran-kran umum yang bersumber dari pengadaan jaringan
PDAM.
Sistem Jaringan Air Limbah
Kawasan perencanaan desa sukajati masih memiliki masalah jaringan air limbah. Karena belum adanya instalasi pembuangan air limbah yang terintegrasi
dari setiap bangunan hunian. Beberapa bangunan hunian memiliki saluran air limbah di pekarangan belakang rumah, tetapi saluran tersebut terputus dan
tidak mengalir menuju saluran air limbah kota. Permasalahan lainnya timbul pula akibat bentuk dari saluran air limbah yang berupa saluran terbuka dan
tanpa pekerasan, sehingga memicu timbulnya berbagai penyakit.
Selain itu kawasan perencanaan, sebagian bangunan sudah dilengkapi dengan septictank tetapi ada yang belum dilengkapi dengan septictank. Bangunan
hunian tersebut memiliki penampungan air limbah dari kegiatan MCK berupa penampungan terbuka dan tanpa pekerasan. Dengan kondisi seperti itu, maka
keberadaan penampungan limbah MCK tersebut dapat merusak kualitas air tanah, bercampur dengan air hujan, menimbulkan penyakit, dan mengurangi
keindahan lingkungan.
Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana yang dikemukakan oleh Haug (1998) diklasifikasikan dalam dua sistem, yaitu sistem setempat (on site system)
dan terpusat (off site system). Sistem setempat merupakan fasilitas pengelolaan air limbah yang berada di daerah persil pelayanannya. Bentuk sistem
setempat antara lain adalah sistem cubluk dan tangki septik. Sistem terpusat adalah sistem pengelolaan yang berada di luar persil. Bentuk sistem terpusat
merupakan bentuk sistem penyaluran air limbah yang dibuang ke suatu tempat pembuangan (disposal site) yang aman dan sehat dengan atau tanpa
pengolahan sesuai kriteria.
Dengan demikian penataan jaringan air limbah pada kawasan perencanaan ini yaitu dengan menggunakan sistem setempat (on site system) dan juga
terpusat (off site system). Sistem setempat ditempatkan pada bangunan hunian yang sudah memiliki sistem cubluk dan tangki septik sendiri. Penataan yang
dilakukan pada sistem setempat yang sudah ada yaitu penyesuaian kondisi tangki septik dengan standar ketentuan penyediaan tangki septik. Sedangkan
sistem terpusat dapat disediakan pada lahan yang memungkinkan untuk menampung limbah, tidak mengganggu air tanah, dan disetujuji oleh pemiliki tanah
serta masyarakat sekitar. Sistem
Sistem Jaringan Drainase
Kondisi saluran drainase yang terdapat pada di blok sukahati sebagian besar tidak terawat dan kapasitas volume saluran yang kurang memadai (terlalu
dangkal) yaitu kurang dari 50 cm. Tidak hanya saluran yang dangkal, permasalahan lainnya juga yaitu bergabungnya saluran pembuangan air limbah dan
drainase, ini menyebakan air dari drainase dan SPAL sulit untuk di olah kembali dan mempengaruhi kenyamanan lingkungan karena banyak ditemukan
III-27
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
saluran terbuka disekitar permukiman juga dapat menyebabkanyang terdapat pada kawasan ini yaitu saluran drainase yang terputus. Kondisi tersebut
menimbulkan permasalahan sering timbulnya luapan air hujan dari saluran drainase sehingga terdapat genangan-genangan air di sekitar permukiman,
terutama pada jalan, apabila hujan deras turun.
Saluran drainase di kawasan prioritas saat ini dalam keadaan terputus . Hal ini dapat berdampak buruk jika semakin bertambahnya volume air. Air akan
meluap ketika debit air hujan sangat tinggi. Genangan air dan ancaman banjir dapat terjadi jika tidak di tangani. Maka diperlukan penataan sistem jaringan
drainase dengan cara memperbaiki kondisi saluran drainase dan gorong-gorong yang sudah ada sesuai dengan ketentuan penyediaan saluran drainase.
Penyediaan saluran drainase mempertimbangkan kuantitas air limpasan (run off)
Jalan Drainase
o Q = C.A.I
Ket:
lebar
tingg
i
kondisi
Q = besarnya air
hujan yang dikumpulkan
(m)
C
=
koefisien
limpasan
berdasarkan jenis permukaan (tanpa
Q = 0.6
.
700
.
1.49
Drainase RT 25
dimensi)
1
430
0.5
0.5
3
Q = 625.8
/ jam
A = Luas permukaan yang akan di keringkan (m2)
gg.mNardi
Drainase RT 26 gg. I = Intensitas hujan (cm/jam)
untung
Drainase RT 26 & 24
Blok sukajadi &
361
0.3
0.5
Belum seluruh
688
0.3
0.5
sukahati
Jembatan gorong
4
gorong
saluran
mengguankan
perkerasan/
460
1.25
<0.5
460
1.25
<0.5
senderan
Al istiqomah
Jembatan gorong
5
gorong
Gg. Agin
III-28
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-29
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-30
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-31
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
Jaringan persampahan
Permasalahan pengelolaan limbah atau sampah yang berasal dari setiap rumah yaitu belum adanya sistem pengelolaan sampah. Masyarakat pada kawasan
perencanaan terbiasa mengelola sampah secara individu, yaitu dengan cara rutin membakar sampah atau pun menanam sampah di masing-masing
pekarangan rumah serta tidak jarang juga masyarakat membuang sampah pada saluran air hujan / drainase dan tanah kosong. Pengeloaan sampah secara
individu oleh masyarakat ini menimbulkan permasalahan lainnya yaitu pencemaran udara dari penimbunan sampah dan pembakaran sampah, timbulnya
berbagai penyakit karena lingkungan yang kotor, mengakibatkan genangan air dan luapan air hujan dari saluran drainase, serta mengurangi keindahan
lingkungan. Sistem pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu on site system dan off site system. Sistem on site adalah fasilitasi
pembuangan sampah yang berada di daerah persil pelayanannya (batas tanah yang dimiliki) dengan keuntungan dan kerugian sebagai berikut :
Sistem off site adalah sistem pembuangan yang berada diluar persil atau mempunyai skala pelayanan komunal, dapat berupa kawasan maupun lingkungan.
Sistem ini memiliki keuntungan dan kerugian sebagai berikut :
Pengelolaan sampah yang cocok diterapkan pada kawasan perencanaan untuk masa yang akan datang yaitu off site system. Untuk mendukung pelayanan
Pelayanan lebih nyaman
Perlu pembiayaan
rutin/berkala
dari warga.
persampahanMenampung
diperlukan
penyediaan
tong
sampah dan
sarana pengangkutnya berupa motor roda tiga yang dilengkapi dengan bak penampungan sampah.
semua
sampah
Tahun
2014
Jumlah
penduduk
(jiwa)
843
Jumlah sampah
(m3)
2.11
III-32
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
2015
2016
2017
2018
859
875
908
925
2.15
2.20
2.30
2.40
Sumber: Analisis
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk kawasan perencanan hingga tahun 2018, diperkiraan jumlah sampah perorang/hari sekitar 2,5 liter maka timbunan
sampah diperkirakan mencapai 2,4 m3 atau sekitar 2.400 liter/hari. Adanya sistem 3R diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah, sehingga beban
pengangkutan semakin berkurang.
Sistem Jaringan Listrik
Pada kawasan prioritasDterdapat permasalahan terkait ketersediaan jaringan listrik pada bangunan hunian. Masalah tersebut yaitu belum seluruh rumah
memiliki sumber listrik langsung dari PLN, tetapi terdapat beberapa bangunan rumah yang dialiri listrik dari bangunan rumah disekitarnya. Arahan penataan
lingkungan terkait jaringan listrik adalah penyedian paket pemasangan listrik untuk masyarakat yang belum terlayani oleh jaringan listrik.
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi pada kawasan prioritas sebagian besar menggunakan jaringan telepon nirkabel. Jaringan telekomunikasi dengan sistem kabel hanya
dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat, bahkan pengguna telepon ini semakin berkurang jumlahnya. Pengembangan jaringan telekomunikasi kabel
untuk saat ini masyarakat kurang begitu antusias dikarenakan adanya jaringan telepon nirkabel yang cukup murah dan efisien.
III-33
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-34
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-35
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-36
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
3.3.8.
Kebutuhan fasilitas umum di kawasan perencanaan antara lain fasiliitas kesehatan dan pendidikan. Fasilitas pendidikan yang dibutuhkan yaitu berupa
bangunan untuk kegiatan posyandu, karena hingga saat ini kegiatan posyandu rutin dilaksanakan di salah satu rumah masyarakat kawasan tersebut. Fasilitas
pendidikan yang dibutuhkan dalan kawasan perencanaan ini yaitu berupa bangunan PAUD. Kegiatan PAUD yang terletak diluar kawasan ini memiliki peserta
didik yang cukup banyak, sehingga masyarakat membutuhkan PAUD di kawasannya. Selain membutuhkan fasilitas gedung kesehatan dan pendidikan
dibutuhkan gedung serbaguna yang dapat memfasilitasi kegiatan rembug masyarakat kawasan tersebut. Untuk menjaga keamanan lingkungan permukiman
pada kawasan ini dibutuhkan pos kamling sebagai pos untuk masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.
Tabel 3.7. kebutuhan Ruang Kegiatan Masyarakat
No
3.3.9.
Kegiatan
MCK Umum
posyandu
Taman bermain
Balai Pertemuan
Analisis
Masih ada masyarakat yang belum memiliki MCK
pribadi dan sumber air bersih pribadi. Jumlah
tersebut
10% KK, dan disiasati dengan menumpang
tetangga dan kerabat ada beberapa yang
membuat WC tidak permanen disekitar saluran.
Tidak terdapat bagunan yang memfasilitasi
kegiatan posyandu, kegiatan posyandu dilakukan
di rumah-rumah warga dan balai desa.
Belum ada penataan di setiap bagian wilayah.
minimal di wilayah ini seharusnya ada 1 unit taman
bermain dan taman RT. 1.250 m2 /RW
125 m2/RT
Dibutuhkan
ruang
untuk
berkumpul
bagi
masyarakat yang dapat digunakan sebagai tempat
kegiatan rembug, kegiatan-kegiatan penyuluhan
sosial dan lingkungan, pendidikan nonformal
seperti taman bacaan dan sebagainya.
Bencana terjadi Apabila bahaya seperti banjir kebakaran dsb terjadi pada wilayah yang memiliki kondisi fisik dan ekonomi yang rentan, maka terjadilah
bencana. Dalam membuat jalur evakuasi bencana diperlukan terlebih dahulu kajian resiko bencana yang dapat dilihat dari alur sejarah kebencanaan,
kalender musum, transek dan pemetaan dengan berbasis masyarakat selain itu kajian resiko banjir juga dapat dilakukan secara ilmiah. Hasil temuan
lapangan dan penelusuran alur sejarah kebencanaan dikawasan ini banjir masih berupa genangan dengan kedalaman 50 cm hingga yang terdalam sekitar
III-37
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
150 cm dengan rentang waktu 3-12 jam. Waktu ini berdasarkan kisaran lamanya waktu hujan dan derasnya hujan yang turun. Jika kondisi prasarana dan
kualitas lingkunga memburuk tidak menutup kemungkinan kondisi genangan dapat berpotensi banjir yang lebih merugikan.
Mitigasi banjir adalah semua tindakan/upaya untuk mengurangi dampak dari suatu bencana banjir. Upaya mitigasi ini biasanya ditujukan untuk jangka waktu
yang panjang. Secara umum jenis-jenis mitigasi dapat dikelompokkan kedalam mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Yang dimaksud dengan mitigasi
structural adalah upaya-upaya pengurangan risiko bencana yang lebih bersifat fisik. Berikut ini merupakan beberapa penjelassan mengenai mitigasi bencana
yang dapat diterapkan dalam bencana banjir dalam PROMISE atau Program Hydro-Meteorological Risk Disaster Mitigation In Second Countries In Asia (2009).
III-38
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
Kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi non struktural adalah segala upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan yang bersifat non fisik,
organisasional dan sosial kemasyarakatan.
Sistem jaringan evakuasi yaitu jalur perjalanan yang menerus (termasuk jalan ke luar, koridor / selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian bangunan
gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu lingkungan / kawasan sebagai tempat penyelamatan atau
evakuasi. Pada kawasan perencanaan ini diperlukan penetapan jaringan evakuasi yang terintegrasi dengan sistem jaringan jalan kota dan provinsi ketika
terjadi bencana. Selain penetapan jalur evakuasi, diperlukan pula peningkatan kualitas jalur evakuasi dan penyediaan rambu pengarah jalur evakuasi maupun
titik simpul. Komponen lainnya yang kelak harus diperhatikan adalah menetapkan rambu-rambu jalur evakuasi itu sendiri juga titik titik tempat berkumpul
yang dinilai aman titk berkumpulbiasanya berupa sekolah, lapangan atau dataran yang lebih tinggi. (Keterangan lebih lanjut dijelaskan dalam peta)
III-39
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
III-40
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015
3.4.
Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui inventarisasi faktor potensi (Strenght), Masalah (Weakness), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats)
pada Kawasan Perencanaan terutama mengenai pengembangan kawasan tersebut. Analisis SWOT adalah metode analisis yang digunakan dalam
mengidentifikasi potensi dan masalah serta digunakan juga sebagai dasar kebijakan dari strategi pengembangan.
Belum adanya
rencana
Weaknes
tingkat kota
yang
terlaksana
menjadikan
Hampir Seluruh lahan berstatus milik masyarakat. Pembangunan fasilitasfasilitas sosial terkendala status kepemilikan lahan seperti pembangunan
saluran, jalan RTH dan sebagainya
threats
Opportunities
Merupakan kawasan pengembangan pusat kotak kecamatan haurgeulis
Potensi banjir dan genangan masih mengingat sistem grainase yang belum
rendah.
III-41
III-42
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015