Anda di halaman 1dari 42

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III

PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.1. Analisis

tingkat

Kota

yang

mempengaruhi

kawasan

perencanaan
Berdasarkan rencana pengembangan sistem pusat-pusat permukiman/
sistem kota-kota dan sistem perwilayahan dalam Rencana Tata Ruang
Dan

Wilayah

(RTRW)

2011

kabupaten

indramayu

wilayah

perencanaan termasuk dalam kota Haurgeulis yang merupakan Hirarki


III yang memiliki fungsi kotas sebagai pusat pelyanan perdagangan dan
jasa SWPP dan pusat pelayanan sosial skala SWPP, pusat permukiman,
pusat perhubungan dan komunikasi. SWPP VI Haurgeulis, meliputi
Kecamatan Haurgeulis, Anjatan dan Sukra dengan pusatnya di Kota
Haurgeulis. Dalam sistem pusat kegiatan perkotaan, Kota Haurgeulis,
termasuk ke dalam Sistem Pusat Kegiatan Lokal (PKL) perkotaan
Kabupaten Indramayu yaitu sebagai pusat pelayanan yang melayani
dalam lingkup beberapa kecamatan dalam kabupaten. PKL Haurgeulis
berupa

kawasan

perkotaan

Haurgeulis

yang

mencakup

Desa

Haurgeulis, Desa Cipancuh, Desa Sukajati, Desa Wanakaya, Desa


Haurkolot, Desa Mekarjati dan Desa Karangtumaritis dengan wilayah
layanan Kecamatan Haurgeulis, sebagian Kecamatan Anjatan yang
terdiri dari Desa Bugis, Desa Lempuyang, Desa Mangunjaya, Desa
Salamdarma, Desa Bugistua, Desa Kedungwung dan Desa Wanguk,
sebagian Kecamatan Bongas yang terdiri dari Desa Cipaat, Desa
Bongas,

Desa

Sidamulya,

dan

Desa

Cipedang,

serta

sebagian

Kecamatan Kroya yang terdiri dari Desa Jayamulya, Desa Sukamelang,


Desa Temiyang dan Desa Temiyangsari.

BAB III

Penyusunan rencana tindak lanjut penataan lingkungan pemukiman

ANALISA DAN WILAYAH PERENCANAAN

Kawasan prioritas Desa Sukajati ini menginduk pada rencana dan


peraturan tingkat

Kota

Kecamatan

Haurgeulis

juga

Kabupaten

Indramayu. Analisis kawasan perencanaan mempertimbangkan aspekaspek yang telah di tetapkan dalam rencana dan peraturan tingkat kota
III-1
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

dan kabupaten tersebut. Rencana tersebut terdiri dari rencana struktur

Fasilitas terminal di kecamatan haurgeulis berupa terminal penumpang

ruang dan pola ruang kabupaten Indramayu dalam Rencana Tata Ruang

tipe C atau subterminal yang berfungsi melayani kendaraan umum

Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Rencana

kelas kecil seperti angkutan kota dan angkutan pedesaan terminal ini

tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan konsep dan

terletak

Rencana Kawasan yang meliputi sistem prasarana Utama, sistem

difungsikan dan kegiatannya berpindah di Cipancuh dan Sukajati.

prasarana lainnya, sistem jaringan prasarana lainnya, kawasan lindung

Layanan angkutan umum lokal dikembangkan di setiap wilayah layanan

dan kawasan budidaya.

PKL. Sedangkan Jaringan lintas angkutan barang berada pada jaringan

di

Haurgeulis.

Keberadaan

terminal

ini

masih

kurang

jalan primer meliputi jalan arteri, kolektor, dan lokal. Kecamatan


Haurgeulis
A. Sistem Prasarana Utama

sistem

jaringan

transportasi

telah

dilengkapi

dengan

stasiun

kereta

api,

pengembangan jaringan rel kereta api jalur lintas utara ini yang

Sistem jaringan prasarana utama wilayah Kecamatan Haurgeulis terdiri


dari

juga

darat

dan

sistem

menghubungkan Cirebon Jakarta.

jaringan

perkeretaapian yang meghubungkan antara kawasan perencanaan


dengan kota kecamatan dan kabupaten. Status sistem jaringan jalan

B. Sistem Prasarana Lainnya

dalam Perkotaan Haurgeulis yaitu lokal sekunder, status Kabupaten.

Sistem jaringan sumberdaya air seperti peningkatan pengelolaan

Ruas jaringan jalan tersebut diantaranya yaitu ruas jalan Siliwangi

wilayah sungai diarahkan untuk pengembangan prasarana pengendali

dalam, ruas jalan Terusan KH. A. Dahlan, ruas jalan Manggungan, ruas

daya rusak air, pengembangan jaringan irigasi, pengembangan waduk

jalan KH. Dewantara, ruas jalan Sukajadi, ruas jalan Cipancuh

dalam rangka konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air,dan

Haurkolot, dan ruas jalan Sumur Bandung. Jalan lokal ini berfungsi

rehabilitasi kawasan hutan dan lahan kritis di hulu Daerah Aliran Sungai

melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,

(DAS) kritis dan sangat kritis. Pengelolaan Waduk sebagaimana

kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

dimanfaatkan untuk pengairan areal pertanian dan sebagai sumber air

Selain lokal sekunder sistem jaringan jalan dalam perkotaan haurgeulis

baku yatu Waduk Cipancuh di Kecamatan Haurgeulis. peningkatan

juga dilalui Jaringan jalan kolektor primer luar Perkotaan Indramayu

prasarana dan sarana konservasi air tanah

status Kabupaten meliputi, Ruas Jalan Patrol Haurgeulis, Ruas Jalan

peningkatan prasarana dan sarana pendayagunaan air tanah.

Haurgeulis Karangtumaritis, Ruas Jalan Haurgeulis Bantarwaru.

Peningkatan pengelolaan sistem jaringan irigasi dilakukan dengan cara

Jaringan jalan lokal primer luar Perkotaan Indramayu status Kabupaten

meningkatkan kualitas saluran irigasi. Daerah irigasi (DI) yang berada

meliputi ruas jalan Haurgeulis Gantar. Jalan ini berfungsi melayani

di

angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak

pemerintah adalah Cipancuh dengan luas kurang lebih 6.319 Ha.

sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Penanganan ketersediaan air baku dilakukan dengan cara perlindungan

wilayah

kecamatan

haurgeulis

yang

dan penataan dan

menjadi

kewenangan

III-2
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

terhadap daerah resapan air dan perluasan daerah tangkapan air.

Kertawinangun terletak di Desa Kertawinangun Kandanghaur, TPPAS

Pemanfaatan sumber air baku dilakukan dengan memanfaatkan sungai

Mekarjati terletak di Desa Mekarjati Kecamatan Haurgeulis.

yang berada di Daerah meliputi Sungai Cipunegara.

Jaringan prasarana lingkungan yang meliputi pengembangan sistem

Sistem jaringan telekomunikasi didukung dengan adanya menara

pengangkutan sampah diprioritaskan pada kawasan permukiman

telekomunikasi berupa menara BTS, menara radio udara, dan menara

perkotaan dan pusat kegiatan masyarakat, sistem komposing pada

radio komunikasi udara keberadaannya diperlu ditata dan dikendalikan

kawasan perdesaan dan permukiman berkepadatan rendah, Tempat

keberadaannya. Keberadaan menara tersebut seringkali berbenturan

Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Mekarjati seluas 1

dengan

tumbuhnya

Ha berada di Desa Mekarjati. Namun TPPAS tersebut belum dapat

bangunan-bangunan liar yang tdak seharusnya berada pada radius

digunakan semaksimal mungkin karena adanya keterbatasan dalam

tertentu disekitar bangunan telekomunikasi tersebut. Tanpa adanya

sistem pengelolaan yang belum terintegrasi, selain itu masyarakat

penataan hal ini akan berdampak pada lingkungan sekitar, seperti

sekitar TPPAS tersebut sebagian besar menolak karena lokasi yang

terganggunya fungsi resapan air, berkurangnya nilai estitika pada

terlalu dekat dengan pemukiman menimbulkan ketidaknyamanan bagi

kawasan yang memiliki nilai estitika tinggi, dampak sosial, lingkungan

lingkungannya. Menyikapi hal tersebut seharusnya lokasi TPPAS berada

dan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat, kawasan perkotaan

jauh dari pemukiman warga dimana

akan terlihat semrawut oleh menara telekomunikasi.

dalam radius tertentu agar tidak ada lahan pemukiman yang dibangun.

permukiman

karena

berbagai

factor

seperti

Rencana pengaturan lokasi dan struktur, serta dapat mengendalikan


pertumbuhan jumlah menara tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah
dan

pihak-pihak

yang

terkait.

Kebijakan

tersebut

seharusnya

ditegakkan agar tidak saling mengganggu antara fungsi satu dan


lainnya tetapi juga diterima oleh masyarakat.

dilakukan pembebasan tanah

Peningkatan sistem pengelolaan dengan sanitary landfiil pada TPPAS


dan dengan sistem 3R, yaitu pengurangan (Reduce), penggunaan
kembali (Reuse), dan daur ulang (Recycle). Saat ini masyarakat
Kecamatan Haurgeulis sebagian besar masih menglah sampah dengan
di bakar di tempat masing-masing Maupin di buang langsung ke
penampungan sampah terdekat di masing-masing desa.
Selain itu Pengelolaan Limbah domestik berupa pembangunan jamban

C. SIstem Jaringan Prasarna Lainnya

umum dan mandi cuci kakus (MCK) pada kawasan permukiman.


Mengembangkan saluran drainase pada kawasan terbangun

dan

Lokasi Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) yang

pemeliharaan. Pembangunan saluran-saluran primer, sekunder, dan

ada di Kabupaten Indramayu, berdasarkan Dinas Kebersihan dan

tersier. Mengoptimalkan dan memadukan fungsi saluran besar, sedang,

Pertamanan Kabupaten Indramayu Tahun 2010, terdiri dari TPPAS

dan kecil. Pengembangan sistem drainase terpadu untuk kawasan

Pecuk, TPPAS Kebulen, TPPAS Kertawinangun, TPPAS Mekarjati. TPPAS

perkotaan yang rentan banjir. Penanganan sistem mikro meliputi

Pecuk terletak di Desa Panyindangan Kecamatan Sindang, TPPAS

pembangunan tanggul penahan banjir dan saluran baru, perbaikan

Kebulen terletak di Desa Kebulen Kecamatan Jatibarang, TPPAS


III-3
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

inlet saluran air hujan dari jalan ke saluran, perbaikan dan normalisasi

situ sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah

saluran dari endapan lumpur dan sampah, dan memperlebar dimensi

darat. RTH perkotaan Haurgeulis diarahkan disediakan tersebar disetiap

saluran. pengelolaan drainase diprioritaskan di sepanjang sisi jalan

kecamatan. Kriteria penyediaan RTH disetiap kecamatan tersebut yaitu

kolektor dan lokal. sistem jaringan air minum perkotaan berupa

dengan luas paling sedikit 2.500 meter persegi, berbentuk satu

pengembangan jaringan non perpipaan air minum.

hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan

Jalur evakuasi rawan bencana banjir diarahkan pada jaringan jalan

dan jalur, serta didominasi oleh komunitas tumbuhan.

terdekat menuju ruang evakuasi bencana untuk kecamatan haurgeulis

Kawasan sempadan jaringan irigasi

meliputi Ruas Jalan Patrol Haurgeulis dan Ruas Jalan Haurgeulis

termasuk Haurgeulis. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan

Gantar.

yang

seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) persen dari luasan kawasan

terkonsentrasi di suatu wilayah, gedung pemerintah, gedung sekolah,

perkotaan yang tersebar di setiap kecamatan terdirI atas RTH privat

gedung pertemuan, gedung olahraga, dan bangunan lainnya yang

seluas 20 (dua puluh) persen dari luasan kawasan perkotaan terdiri

memungkinkan sebagai ruang evakuasi bencana pada daerah rawan

atas pekarangan, taman dan hutan kota RT, RW, kelurahan, dan taman

bencana.

kecamatan. RTH jalur hijau jalan meliputi pulau jalan dan serta jalur

Ruang

evakuasi

bencana

meliputi

ruang

terbuka

tersebar disetiap kecamatan

pejalan kaki.
RTH publik 10 (sepuluh) persen dari luasan kawasan perkotaan terdiri

D. Kawasan Lindung

atas RTH taman dan hutan kota meliputi taman RT, taman RW, taman

Kawasan lindung Kabupaten Indramayu dinetapkan sebesar 14 persen

kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk hijau

dari luas seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung

(green belt). RTH jalur hijau jalan meliputi pulau jalan dan median jalan,

berupa kawasan hutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan,

jalur pejalan kaki. RTH fungsi tertentu meliputi RTH sempadan rel

mempertahankan kawasan hutan minimal 30 persen dari luas DAS,

kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan

mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi

sungai, RTH sempadan pantai, RTH pengamanan sumber air baku,

hidrologis

lapangan olahraga, dan Taman Pemakaman.

untuk

menjamin

ketersediaan

sumberdaya

air,

serta

mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di


luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.

E. Kawasan Permukiman

Perkotaan Haurgeulis memiliki kawasan lindung yang terdapat di

Fungsi utama kawasan peruntukan permukiman sebagai lingkungan

kawasan sempadan sungai yang terdapat di sekitar perbatasan Sungai

tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan

cipunagara dan sekitar Waduk Cipancuh. Kondisi kawasan waduk

dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial

Cipancuh diarahkan agar daratan sepanjang tepian waduk dan situ

juga sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga

yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan

serta sarana bagi pembinaan keluarga. Karakteristik lokasi dan


III-4

Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis


Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

kesesuaian lahan kawasan peruntukan permukiman diantaranya adalah

genangan. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan

kondisi Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 -

berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya

25%). Sumber air tersedia, baik air tanah maupun air yang diolah oleh

resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun

penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air

tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan

antara 60 L/org/hari 100 liter/org/hari. Tidak berada pada daerah

mengikuti SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan

rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi). Kondisi Drainase baik

Sumur

sampai

dilengkapi dengan penanaman pohon.

sedang.

Tidak

berada

pada

wilayah

sempadan

sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api


dan daerah aman penerbangan. Tidak berada pada kawasan lindung,

batasan

teknis

kawasan

peruntukan

permukiman

40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan
disesuaikan

dengan

untuk

Lahan

Pekarangan

dan

Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas

liter/orang/hari.

diantaranya penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru


tertentu

Hujan

tangga 60 liter/orang/hari dan sambungan kran umum 30

menghindari daerah irigasi teknis.


dan

Air

maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah

tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga dan

Kriteria

Resapan

lingkungan. Selain itu kepadatan bangunan dalam satu pengembangan

permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan,

kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan

jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius

rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

pencapaian, serta lokasinya. Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan

Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan

di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis

peruntukan

menyediakan

sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan

lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat

luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasinya. Penyediaan

memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan

kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga di

masyarakat,

kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana

dengan

tetap

perdesaan

dengan

memperhatikan

daya

1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman.


Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan

di

serta

Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03-3242-

dukung

permukiman

karakteristik

kelestarian

fungsi

lingkungan hidup. Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan:

Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03-17332004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan.

yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lahan minimal,


radius pencapaian, dan kriteria lokasi penyelesaian. Penyediaan
kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan
permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan,
jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius

Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas

pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian. Pemanfaatan kawasan

tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari

perumahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara


III-5

Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis


Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan
kepada Pemerintah Daerah.

III-6
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.2. Analisis tata ruang kecamatan haurgeuli terhadap kawasan

dimanfaatkan sebagai lahan dengan guna lahan permukiman, sarana

perencanaan

peribadatan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan penggunaan lahan

Pengembangan wilayah kota kecamatan haurgeulis Mengacu pada


Rencana

Detail

Haurgeulis,

Jumlah penduduk kecamatan Haurgeulis pada tahun 2013 adalah

pengembangan wilayah Kota Haurgeulis dibagi menjadi 4 Bagian

sebesar 90.589 dengan kepadatan sebesar 1.407 Jiwa/ km2. Laju

Wwlayah Kota (BWK). Masing-masing blok dikembangkan dengan

pertumbuhan penduduk (LPP) rata-rata Kabupaten Indramayu selama

fungsi

periode 2009-2010 sebesar 0,70%. Perubahan laju pertumbuhan

yang

Tata

sesuai

Ruang

dengan

(RDTR)

Kecamatan

campuran.

kondisi,

potensi

dan

strategi

pengembangannya.

penduduk secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

Dalam Kebijakam dan Rencana Pola Ruang Kabupaten Indramayu,


Kecamatan Haurgeulis memiliki peran sebagai berikut :

struktur
penduduk

penduduk,
usia

kerja

dalam
dan

kondisi
angkatan

ketenagakerjaan,
kerja

komposisi

Persebaran penduduk

berdasarkan kepadatan telah mencapai angka sebesar 834 jiwa per

Lokasi Kawasan Lindung dengan status sebagai dearah rawan


bencana. Kecamatan Haurgeulis ini merupakan kawasan rawan
bencana banjir.

km2.
Sarana dan prasarana yang saat ini terdapat di Desa Sukajati yang
dapat mendukung pembangunan kawasan prioritas antara lain jalan

Sebagai Kawasan hutan produksi, yaitu kawasan hutan yang

yang dilalui bus Umum, Angkutan kota dan desa, Ojeg, Becak dan

berfungsi untuk menghasilkan hasil hutan bagi kepentingan

kereta api. Jalan yang menghubungkan desa sukajati dengan kota

konsumsi ,asyarakat, industri, dan ekspor

kecamatan sekaligus akses utama yaitu jalan raya haurgeulis subang


status jalan kabupaten yang saat ini telah mengalami perkembangan

Kawasan

tanaman

pangan,

hortikultura,

perkebunan

dan

berbagai aktifitas baik ekonomi, infrastruktur dan sosial. Hanya fasilitas

peternakan (dengan komoditas Itik, Kambing, Dompa, Sapi, Ayam

angkutan umum yang melintas dinilai masih kurang. Untuk terminal

ras pedaging

sendiri aat ini terdapat di Cipancuh sedangkan bangunan terminal


utama yang berada di Haurgeulis tidak dipakai lagi.

Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi


Desa Sukajati merupakan wilayah dengan kategori BWK A yang
memiliki
pelayanan

fungsi

sebagai

umum

skala

pusat

kota,

SWPP.

Lahan

pusat

pemerintahan,

terbangun

di

dan

kecamatan

Haurgeulis sebesar 215 Ha (27,32 % dari luas lahan) dan lahan belum
terbangun sekitar 572 Ha atau (72,68%) yang berupa pekarangan,
lahan kosong (kebun), dan pertanian. Lahan di kawasan perencanaan

Konsep drainase yang akan dikembangkan yaitu drainase dengan aliran


lambat sehingga memberi waktu bagi permukaan drainase untuk
menyerap air dengan 3 jenis saluran, yaitu saluran primer, sekunder,
dan tersier. Dimensi saluran disesuiakan dengan kontur dan curah
hujan daerah. Rata rata dimesinya yaitu lebar 1 meter dengan
kedalaman 0.5 sampai 1.5 meter. Untuk saluran tertutup, setiap sekitar
III-7

Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis


Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

50 meter diperlukan street inlet atau lubang bukaan ditepi jalan untuk

A dan B diprioritaskan untuk pengembangan sarana pelistrikan. BWK A

menampung dan manyalurkan air hujan ke dalam saluran yang

membutuhkan suplai power sebesar 14.400 KW sedangkan BWK

dilengkapi screen bar agar sampah tidak terbawa masuk. Dan manhole

Bmembutuhkan suplai listrik sebesar 6.555 KW pada tahun 2014 nanti.

atau lubang untuk pengontriolaan berjarak antara 50 samapai 100


meter.
Teknis

Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan seluas kurang lebih 30


(tiga puluh) persen dari luasan kawasan perkotaan yang tersebar di

operasional

pengelolaan

pewadahan,

setiap kecamatan terdirI atas RTH privat seluas 20 (dua puluh) persen

pengumpulan, dan pengangkutan sampai ke TPA dengan peran serta

dari luasan kawasan perkotaan terdiri atas: pekarangan, taman dan

aktif masyarakat dengan terlebih dahulu merubah persepsi masyarakat

hutan kota RT, RW, kelurahan, dan taman kecamatan. RTH jalur hijau

tentang

Tempat

jalan meliputi pulau jalan dan serta jalur pejalan kaki. RTH publik 10

pembuangan sampah saat ini terdapat di mekarjati dan mesin

(sepuluh) persen dari luasan kawasan perkotaan terdiri atas RTH taman

penghancur sampah di kertanegara. Fasilitas ini dapat di gunakan

dan hutan kota meliputi taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman

kembali secara maksumal untuk menunjang kebutuhan pengelolaan

kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk hijau (green belt); RTH

sampah di Kecamatan Haurgeulis.

jalur hijau jalan meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur pejalan

persampahan

yang

sampah

tertib,

lancar

meliputi

dan

merata.

Sistem perencanaan air bersih dikembangkan untuk diperoleh dari


interkoneksi distribusi Instalasi Pengolahan Air Bersih salam Darma.
Rendahnya kapasitas pelayanan mengharuskan dibuatnya prioritas
daerah pelayanan. Sedangkan sistem yang dikembangkan diarahkan

kaki; dan RTH fungsi tertentu meliputi RTH sempadan rel kereta api,
jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH
sempadan pantai, RTH pengamanan sumber air baku, lapangan
olahraga, dan Taman Pemakaman

pada sistem perpipan cabang.


Karena BWK A dan B direncanakan sebagai pusat pemukiman,
pembangunan komplek perumahan baru diarahkan menggunakan
sistem small bore sewerage yang berujung pada pengolahan akhir
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Septic tank untuk daerah
pemukiman rendah diarahkan untuk menggunakan septic tank pribadi.
Sedangkan utnuk pemukiman kepadatan sedang dan tinggi diarahkan
menggunakan septic tank komunal.
Pemukiman BWK A dan B direncanakan penambahan sistem telpon
seluler berbasis CDMA (Code Division Multiple Access) dengan BTS
untuk mengantisipasi perkembangan teknologi. Kebutuhan listrik BWK
III-8
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.3. Analisis Kawasan Perencanaan

kawasan perencanaan yaitu dengan mempertahankan peruntukan

3.3.1.

lahan dan meminimalisir koversi lahan hijau dengan mengoptimalkan

Analisis peruntukan lahan

lahan yang ada sebagai kawasan permukiman. Perbandingan luas


Desa Sukajati dalam rencana tingkat kecamatan termasukdalam BWK A

lahan terbangun di kawasan perencanaan blok Sukahati adalah 57,3%

diperuntukan sebagai

atau 0,052 Km2 dan lahan tidak terbangun sebesar 42,7% atau 0.038

lahan perkotaan. Kawasan prioritas sendiri

terletak di RT 24, 25, 26 dan 34 yang merupakan kawasan permukiman

Km2.

yang saling menunjang dengan fungsi perkotaan itu sendiri. Hal ini
dapat dilihat sebagai potensi bagi kawasan perencanaan karena
berbagai fasilitas penunjang kegiatan seperti perkantoran, pendidikan,
pelayanan kesehatan, perdagangan dapat diakses dengan relative
mudah dari kawasan perencanaan. kemungkinan pengembangan
dalam hal perbaikan infrastruktur dan sosial relative cepat.
Perkembangan ini juga dapat menjadi ancaman tersendiri terhadap
kawasan perencanaan maupun Desa Sukajati. Jika dikemudian hari
pengembangan pemukiman tidak dikendalikan sesuai dengan kapasitas
dan aturan bangunan yang ada akan menimbulkan ketidak nyamanan.
Pertimbangan

tersebut

membawa

arahan

pengembangan

bagi

III-9
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

lahan terbangun

lahan tidak terbangun

Gambar 3.1. Analisis peruntukan lahan


Sumber: Analisis

PETA 3.1. ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN


.

III-10
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.3.2.

Analisis Intensitas pemanfaatan lahan

Koefisien Dasar Bangunan


Pengaturan pengaturan intensitas penggunaan lahan, penentuan Koefisien Dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB) dan Garis Sempadan
Bangunan (GSB). Pengaturan kepadatan bangunan dipengaruhi oleh fungsi yang akan dikembangkan sedangkan pengaturan KLB dalam penentuannya erat
dengan tinggi bangunan yang diijinkan. Penentuan tinggi bangunan dipengaruhi oleh fungsi bangunan, ketinggian bangunan Desa Sukajati didominasi oleh
bangunan dengan ketinggian rendah. Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luasan lahan bangunan dengan luasan lahan pada setiap
persil lahan. Berdasarkan Kepmen Kimpraswil, ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) adalah:
Koefisien dasar bangunan sangat tinggi: lebih besar dari 75 %.
Koefisien dasar bangunan tinggi: 60 % - 70 %.
Koefisien dasar bangunan sedang: 30%- 60 %.
Koefisen dasar bangunan rendah: <30 %.
Tabel 3.1. Analisis Koefisien Dasar Bangunan
Fungsi
Bangunan

KDB
Eksisting

Permukiman

50-60%

Perdagangan
dan jasa

30-40%

Perdagangan
dan
permukiman

30-40%

Fasilitas umum

30-50%

Standar
Permen
KDB
Sangat
Tinggi:
>75%
KDB Tinggi
60-70%
KDB
Sedang
30-60%
KDB
Rendah
<30%

RDTR Kec.
Haurgeulis

Analisis

Permukiman
Secara umum,
70 %
KDB di wilayah
perencanaan
Perdagangan
masih dibawah
dan jasa 75%
atau sama
Fasilitas Umum
dengan dengan
60%
KDB yang
Perkantoran
ditetapkan.
dan
Pemerintaha Guna lahan
mixed used
n 60%
pada wilayah
perencanaan
termasuk KDB
rendah
menengah.

Secara
keseluruhan
KDB pada
wilayah
perencanaan
termasuk
dalam KDB

III-11
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

menengah
Sumber: Analisis

Koefisien Lantai Bangunan


Dalam pemanfaatan lahan, koefisien lantai bangunan merupakan perbandingan antara total luas lantai pada bangunan dengan luas lahan pada setiap persil
lahan. Ketinggian bangunan ditentukan berdasarkan angka banding antara besarnya KLB dan KDB, selain itu ketinggian bangunan juga dipengaruhi oleh
fungsi bangunan. Berdasarkan RDTR Kec. Haurgeulis 2004-2014 koefisien lantai bangunan di wilayah perencanaan diarahkan sebagai berikut :
Tabel 3.2. Pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

No

Fungsi Alokasi

Perdagangan dan jasa

KDB Maksimal

Jumlah lantai

75%

13

60%

12

(komersil)
2

Perkantoran dan
pemerintahan dan
pelayanan umum

Perumahan kepadatan tinggi

70%

12

Perumahan kepadatan

60%

12

30%

sedang
5

Perumahan kepadatan
rendah

Sumber: Analisis

III-12
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3.2. ANALISIS intenita PERUNTUKAN LAHAN

III-13
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.3.3.

Analisi Tata bangunan

Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek
termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen: blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian
dan elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang
ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik. Tata Bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari penyelenggaraan
bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarananya pada suatu lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan sesuai
dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabupaten Indramayu, dan rencana rincinya.

Pengaturan Blok Lingkungan dan Kaveling


Blok lingkungan kavling di kawasan perencanaan pada dasarnya mengikuti pola jalan utama yang ada. Jalan-jalan lingkungan di kawasan perencanaan
membagi kavling-kavling yang lebih kecil di kawsan permukiman dan sebagian besar berbentuk memanjang berderet menghadap ke jalan-jalan lingkungan
dan paving yang ada. Kaveling yang terlau rapat di kawasan ini dapat mempersulit dalam penataan bangunan dimasa yang akan datang. Jika tidak
dikendalikan dan ditata lebih awal pertumbuhan permukiman dapat menjadi lebih sporadis dan tidak teratur. Hal ini dapat menjadi suatu ancaman bagi
terjaminnya kualitas lingkungan.
Arahan yang dapat dipertimbangkan yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan kaveling serta jalan, dimana blok terdiri atas
petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas bentuk dan ukuran blok, pengelompokan dan konfigurasi blok, ruang terbuka
dan tata hijau.
Pola-pola bentuk dasar sebagian besar bangunan di wilayah perencanaan ini adalah bentuk segi-empat (baik persegi panjang maupun bujur sangkar). Di
kawasan perencanaan pembagian kawasan menjadi blok dan kaveling berdasarkan kumpulan beberapa bangunan yang menjadi satu kesatuan lingkungan
hunian, dan pertimbangan blok ini sama dengan satu lingkungan RW dimana tiap lingkungan RT terdiri dari beberapa kaveling.

III-14
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

Gambar 3.2. Pengaturan Blok Kavling


Sumber: Analisis

Pengaturan Bangunan
Orientasi bangunan merupakan arah dari tampak bukaan bangunan yang ditujukan kepada potensi view yang optimal. Potensi view tersebut bisa merupakan
unsur unsur alam, misalnya pemandangan pegunungan atau pemandangan kearah sungai, atau merupakan unsur-unsur fisik bangunan atau ruang terbuka
diperkotaan yang dianggap penting atau menonjol pada wilayah tersebut.
Adapun rencana orientasi bangunan yang terdapat di kawasan perencanaan yaitu, untuk bangunan yang terdapat disepanjang jalan utama orientasi
bangunan diarahkan ke jalan lingkungan. Penataan orientasi bangunan dapat dilakukan dengan menjaga kaveling yang ada dan mengarahkan penataan pada
jalur hijau dan mempertegas jalur setapak dengan perkerasan seperti paving maupun aspal halus untuk membentuk pola kavling.
Setiap rumah yang dilewati jalan poros desa saling berhadapan. Posisi kavling pemukiman di kawasan ini dapat menjadi view yang cukup bagus dengan jalan
lingkungan menghadap jalan utama dimana di tengahnya jalan lingkungan ada jalan penghubung ke semua jalan, sehingga membentuk suatu pola tata
masa bangunan yang kompak dan terpadu dan menghubungkan antar massa bangunan yang dapat dipadukan dengan sistem penghubung dan berpotensi
memperkuat karakter kawasan dan mendukung aktivitas perekonomian warga dan menghidupkan kawasan hunian di dalamnya.

III-15
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Orientasi bangunan
Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III
PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

Jalan lingkungan

Gambar 3.3. Pengaturan Orientasi Bangunan


Sumber: analisis
Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan
Yaitu perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala bangunan tunggal maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih
makro (blok/kawasan). Pengaturan ini terdiri atas ketinggian bangunan, komposisi garis langit bangunan, dan ketinggian lantai bangunan.

Ketinggian Bangunan
Perencanaan ketinggian maksimum bangunan disesuaikan dengan kondisi bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan, skala dan
proporsi, serta tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Pengaturan ketinggian bangunan pada wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:

Garis Langit Bangunan


Garis langit atau Skyline merupakan garis maya (seolah-olah ada) yang terbentuk dari batasan ketinggian sekelompok bangunan dengan langit.
Biasanya Skyline kota digambarkan sebagai suatu silhouette yang membatasi bidang ketinggian sekelompok bangunan. Dengan garis langit tersebut,
maka dalam sederetan bangunan dapat diciptakan suatu bentuk jenjang hirarkis antar masa bangunan yang satu dengan masa bangunan yang lain.
Prinsip hirarkhi memberikan penekanan pada suatu hal yang dianggap penting atau menyolok dari suatu bentuk atau ruang menurut besarnya,

III-16
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

ketinggian, potongan atau penempatannya secara relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang lain dari suatu kumpulan organisasi masa
bangunan.
Garis langit atau skyline di wilayah perencanaan terkesan datar, sehingga terlihat monoton. Hal ini disebabkan oleh ketinggian bangunan serta jumlah
lantai bangunan yang seragam. Oleh karena itu, diperlukan penataan skyline bangunan, sehingga dapat memberikan kesan visual yang khas pada
wilayah perencanaan.

Garis Sempadan Bangunan


Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditetapkan untuk memberi batasan keamanan bagi pengguna jalan dan lingkungannya. Kegunaan garis sempadan
bangunan ini antara lain adalah untuk pengamanan terhadap lalu lintas jalan, memberikan ruang bagi sinar matahari, sirkulasi udara, peresapan air tanah
dan juga berguna pada keadaan darurat, misalnya kebakaran. GSB berlaku untuk kawasan terbangun yang berada di tepi jalan dan sungai yang
penentuannya setengah dari lebar badan jalan. Garis sempadan bangunan ditetapkan berdasarkan pada rencana penggunaan dan pengembangan ruang
(aktifitas, sistem transportasi, tata guna lahan, fasilitas dan utilitas).
Tatanan (komposisi) bangunan yang baik adalah suatu tatanan yang dapat menciptakan irama terhadap suatu kawasan. Hal itu dapat dilakukan dengan
pengaturan pada Garis Sempadan Bangunan (GSB). Kondisi GSB di kawasan perencanaan sangat bervariasi dan belum sepenuhnya teratur sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Penataan GSB sangat diperlukan terutama bangunan yang berlokasi di tepi jalan utama yaitu jalan kolektor sekunder. Untuk Garis
Sempadan Muka (GSM) jalan lingkungan sebagian besar memenuhi aturan antara 3 5 meter.
Untuk garis sempadan samping dan belakang bangunan ditetapkan untuk bangunan tunggal tidak bertingkat dapat berimpit atau minimal 1,5 m, untuk
bangunan deret dapat berimpit.

III-17
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.3.4.

Analisis Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung

Sistem Jaringan Jalan


Jaringan jalan pada kawasan perencanaan bervariasi sesuai dengan fungsinya. Jaringan jalan yang ada di dalam kawasan berpola linier sesuai dengan
perletakan dan konfigurasi bangunan. Jaringan jalan yang ada di kawasan perencanaan terdiri dari Jalan Kabupaten, jalan desa, jalan lingkungan. Kondisi jalan
kabupaten berupa jalan aspal, jalan desa sebagian besar berupa jalan tanah, sedangkan untuk jalan lingkungan sebagian sudah diperkeras dengan paving.
Pada jalur kabupaten terdapat bangunan-bangunan perdagangan dan jasa. Permasalahan terkait dengan sistem jaringan jalan pada kawasan perencanaan
antara lain :
Kondisi jalan kabupaten masih kurang baik berbanding terbalik dengan banyaknya kendaraan bermuatan besar.
Kondisi jalan lingkungan yang tidak memadai mengurangi kenyamanan dan kebersihan lingkungan disekitar jalan-jalan lingkungan tersebut.
Tidak adanya jalur pejalan kaki dapat membahayakan para pejalan kaki.
Tidak memadainya area parkir pada bangunan perdagangan dan jasa menghambat sirkulasi kendaraan.
Arahan perencanaan berdasarkan Permasalah tersebut antara lain:
Pengaturan sistem transportasi meliputi sarana dan prasarana lalu lintas.
Pengaturan parkir dan pengaturan bangunan perdagangan dan jasa.
Dalam penataan lingkungan kawasan, tidak terkecuali pada kawasan perencanaan, perlu dikembangkan suatu sistem penghubung yang akan
menghubungkan antar bagian dari kawasan tersebut dengan kawasan lain yang berdampingan dengannya.
Penataan sistem penghubung tersebut merupakan awal dari usaha perwujudan dari kawasan / wilayah yang diinginkan. Ketersediaan jalan penghubung
dalam kawasan perencanaan terdiri atas jalan kolektor sekunder dan jalan lokal atau jalan lingkungan. Jalan kolektor sekunder merupakan jalan provinsi yang
menghubungkan wilayah Kabupaten Indramayu dengan Kabupaten Subang. Sedangkan jalan lingkungan adalah jalan yang berada di dalam kawasan
permukiman dengan lebar 2-3 meter yang menghubungkan antar blok lingkungan dengan jalan utama atau dengan kawasan lainnya. Selain itu terdapat jalan
yang menghubungkan antar bangunan dengan lebar 1-1,5 meter.

III-18
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

Sirkulasi kendaraan di kawasan perencanaan terdiri dari sirkulasi kendaraan umum dan sirkulasi kendaraan pribadi. Kendaraan yang melalui jalan provinsi
dan kawasan didalam lingkungan permukiman hanya dilayani oleh kendaraan pribadi atau kendaraan umum informal setempat berupa ojek dan beca. Selain
itu, jalan provinsi dilalui pula oleh kendaraan besar yang mendistribusikan barang-barang hasil produksi dari industri maupun bahan pangan.

Tabel 3.3. Kondisi jalan lingkungan kawasan prioritas

No

Jenis Jalan

Jenis
perkerasan

Panjang
(m)

Lebar
(m)

Kondisi

Jalan lingkungan

Jalan dewi
sartika
Gang Masjid Al
Hikmah
Gang Jaenudin

Gang Suyanto

1
2

Tanpa
perkerasan

344

3.5

Rusak

Paving

296

4.0

Rusak

Paving
Tanpa
perkerasan

189

1.6

Rusak

79

1.6

Rusak

Sumber: Pemetaan Swadaya 2014


Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi pejalan kaki biasanya berbentuk suatu koridor, berada diantara bangunan atau di dalam taman. Dengan adanya sistem pedestrian ini secara tidak
langsung akan menurunkan ketergantungan akan kendaraan, meningkatkan kualitas lingkungan, menerapkan skala manusia dan secara tidak langsung dapat
meningkatkan kualitas udara bersih.
Di dalam sistem pedestrian secara keseluruhan, jalur pedestrian (pejalan kaki) sepanjang jalan diidentifikasikan dan dibedakan berdasarkan fungsi yang akan
ditentukan untuk jalur tersebut, misalnya jalur pedestrian utama, internal dan penghubung dalam kawasan. Kawasaan perencanaan tidak memiliki jalur
pejalan kaki karena sebagian besar merupakan jalan lingkungan dengan lebar yang cukup untuk kendaraan dan pejalan kaki dengan intensitas rendah. Untk
sirkulasi pejalan kaki ini diarahkan pada perbaikan kondisi jalan lingkungan yang ada terlebih dahulu.
Sistem Parkir Kendaraan Bermotor
III-19
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

Area parkir merupakan salah satu fasilitas dalam suatu traffic system management, yang keberadaannya sangat penting untuk menunjang kelancaran
sirkulasi lalu lintas yang sedang berlangsung, khususnya pada kawasan perencanaan. Parkir kendaraan bermotor merupakan masalah umum yang dijumpai
dalam sistem transportasi perkotaan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan lahan parkir yang kurang mencukupi dan tidak tertata dengan
sebagaimana mestinya. Beberapa jenis parkir kendaraan bermotor yang terdapat dalam kawasan perencanaan antara lain yaitu :
Parkir Tepi Jalan (On Street)
Pada kawasan perencanaan lahan parkir dapat menggunakan badan jalan karena ruang kiri-kanan jalan masih kosong. Kondisi parkir on street ini sering
dijumpai pada ruas jalan kabupaten dan desa. Arahan penataan untuk parkir di badan jalan yaitu menggunakan lahan dipinggir jalan dengan pola
memanjang atau sejajar dengan jalan.
Parkir Di Luar Badan Jalan (Off Street)
Parkir off street, sistem parkir kendaraan bermotor berada di luar badan jalan atau biasanya terdapat pada halaman / pekarangan bangunan. Sistem
parkir ini sebagian besar terdapat dalam kawasan perencanaan karena tidak tersedianya lahan untuk parkir. Pekarangan bangunan pada kawasan
perencanaan luasnya cukup memadai sebagai lahan parkir.

III-20
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3.3. ANALISIS JARINGAN JALAN

III-21
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.3.5.

Analisis Ruang Tebuka Hijau

Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa
setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem
ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif
dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik. Manfaat ruang terbuka dan tata
hijau antara

lain menciptakan iklim mikro lingkungan yang berorientasi pada kepentingan pejalan kaki dan mewujudkan lingkungan yang nyaman,

manusiawi dan berkelanjutan.


Kebutuhan ruang terbuka hijau pada suatu kawasan dapat diukur luas wilayah dan berdasarkan jumlah penduduknya. Berdasarkan luas wilayahnya, Desa
Sukajati membutuhkan RTH publik seluas 28 Ha yaitu 20 % dari luas seluruh wilayah desa dan RTH privat seluas 14 Ha yaitu 10 % dari luas wilayah desa.
Berdasarkan jumlah penduduk, penyediaan RTH telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, sebagai berikut :

Tabel 3.4. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

No

Unit
Lingkunga
n

Tipe Ruang
Terbuka
Hijau

Luas
Min/Uni
2
t (m )

Luas Min/
Kapita
2
(m )

250 jiwa

Taman RT

250

1,0

2500 jiwa

Taman RW

1.250

0,5

30.000 jiwa

Taman
Kelurahan

9.000

0,3

Lokasi
Di tengah
lingkungan RT
Di pusat kegiatan
RW
Dikelompokkan
dengan
sekolah/pusat
kelurahan

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008


Untuk menentukan kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar
luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku. Dengan jumlah penduduk sebanyak 10.494 jiwa, maka Desa Sukajati membutuhkan ketersediaan RTH
III-22
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

minimal 4 taman / lokasi RTH berupa taman RW, atau 40 taman RT, dan dapat pula berupa 1 taman kelurahan. Sedangkan pada kawasan perencanaan terdiri
dari RT 24, 25,26 dan 34 taman tersebut masih belum terpenuhi. Kawasan perencanaan setidaknya memilki 4 unit taman RT yang masing-masing seluas 250
m2.
Ruang Terbuka Hijau Pekarangan
Sebagai upaya pengendalian pemanfaatan lahan privat dan pengembangan RTH privat maka pemerintah menggunakan parameter untuk mengukur
intensitas ruang, dengan menetapkan angka KDB, KLB, dan ketinggian bangunan. Parameter-parameter tersebut masih belum dapat menjamin adanya
penyediaan RTH yang mencukupi pada lahan privat yang diperlukan untuk menjaga kualitas lingkungan. Dalam melengkapi produk hukum demi mencapai
kualitas lingkungan hidup yang lebih baik, pemerintah daerah telah menetapkan ketentuan tentang koefisien dasar hijau (KDH).
KDH adalah rasio perbandingan luas ruang terbuka hijau blok peruntukan dengan luas blok peruntukan atau merupakan suatu hasil pengurangan antara luas
blok peruntukan dengan luas wilayah terbangun dibagi dengan luas blok peruntukan (Kristian, 2013), Batasan KDH dinyatakan dalam persen, dengan
perhitungan luas Ruang terbuka hijau per luas blok peruntikan.
Besaran KDH secara langsung terkait dengan besaran KDB, karena dengan adanya ketentuan tentang KDB mempunyai arti bahwa setiap lahan akan
menyisakan ruang terbuka (RT) sebagai sisa luas lahan dikurangi luas lantai dasar bangunan yang didirikan di atasnya. Dengan menggunakan asumsi praktis,
angka KDH merupakan sisa ruang terbuka pada suatu lahan dibagi rata untuk keperluan perkerasan dan keperluan penghijauan sehingga didapatkan angka
KDH yaitu sebesar 50 % dari Koefisisen Ruang Terbuka (KRT).

Gambar 3.4. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan


Sumber : Analisis

Pada kawasan perencanaan, dengan koefisien dasar bangunan 40%-60% dari luas lahan, maka terdapat ruang terbuka sebesar 40%-60% pula. Dengan
besaran KRT tersebut maka dapat diketahui besaran RTH yang dapat disediakan yaitu sebesar 20%-30% dari luas euang terbuka pada pekarangan. Besaran

III-23
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

RTH pekarangan tersebut merupakan ruang terbuka tanpa pekerasan dan ditanami dengan tumbuhan yang dapat memberikan manfaat estetis, sosial, dan
ekologis.
Ruang Terbuka Hijau Taman Lingkungan
Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk dalam lingkup 1 RT, khususnya untuk melayani kegiatan sosial di
lingkungan RT tersebut. Luas taman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan luas minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari
300 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayani. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman. Pada taman ini
selain ditanami dengan berbagai tanaman, juga terdapat minimal 3 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja,
kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas
minimal 1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayaninya. Luas area yang ditanami tanaman
(ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada
taman ditanami minimal 10 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

Gambar 3.5. Ruang Terbuka Hijau Lingkungan


Sumber : Interactive Space
Kawasan perencanaan hingga saat ini belum memiliki RTH lingkungan. Berdasarkan jumlah penduduknya kawasan perencanaan membutuhkan RTH
lingkungan berupa taman RT. Dengan demikian, kawasan perencanaan ini perlu adanya penyediaan taman RT yang dapat memberikan fungsi-fungsi RTH
sebagaimana mestinya. Tidak hanya memberikan fungsi ekologis, dengan adanya tanaman yang di tata dalam taman RT tersebut maka dapat memberikan

III-24
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

nilai estesis bagi lingkungannya. Selain itu, dengan penyediaan taman RT diharapkan dapat memberikan ruang bermain, olah raga, dan berkumpul untuk
masyarakat setempat.

Ruang Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan


Ruang terbuka hijau di kawasan perencanaan saat ini belumada dan tertata dengan baik. Hal ini bersinggungan dengan kondisi perkerasan kalan lingkungan
dan juga penataan fungsi dari drainase dan pembuangan air limbah yang belum tertuntaskan. Arahan penataan jalur hijau di fokuskan pada jalan jalan
setapak di kawasan perukiman yang dapat diintegrasikan dengan jalan-jalan desa untuk penataan berkelanjutan.
RTH jalur hijau dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20%-30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. RTH jalur hijau yang diperlukan penyediaannya
pada kawasan perencanaan.

Gambar 3.6. Ruang Terbuka jalur hijau


Sumber : Interactive Space

PETA 3.4. ANALISIS RTH

III-25
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.3.6.

Tata Kualitas Lingkungan

Tata Kualitas Lingkungan yaitu terkait dengan elemen-elemen kawasan yang menciptakan suatu kawasan atau sub area dengan sistem lingkungan yang
informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Penataan sistem lingkungan yang informatif terletak pada koridor Jalan-jalan lingkungan di
kawasan prioritas Desa Sukajati berupa papan reklame dan informasi.
Penataan papan reklame dikawasan in dianjurkan berada di gerbang jalan desa menuju jalan lingkungan, karena kawasan perencanaan merupakan kawasn
permukiman yang perlu menghindari adanya reklame berukuran relative besar yang dapat merubah karakter kawasan. reklame. Penataan ini diperlukan
untuk menghindari ketidakteraturan lingkungan dan menjaga keselamatan pengguna jalan akibat peletakan papan reklame yang tidak teratur dan tidak
semestinya ada. Untuk itu diperlukan suatu papan informasi di titik-titik tertentu di simpul-simpul jalan lingkungan untuk mengakomodir informasi bagi
masyarakat.

Gambar 3.7 sistem penanda jalan dan papan informasi


Sumber:
http://www.cityofmadison.com/StateStreet/prelim/wayfinding.htm
3.3.7.

Jaringan Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Penyediaan sistem prasarana dan utilitas lingkungan yaitu mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan
listrik, jaringan telekomunikasi, sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi.
Sistem Jaringan Air Bersih
Kualitas air pada kawasan ini cukup baik, tetapi jumlahnya masih terbatas. Permasalahan jumlah air yang terbatas terjadi di saat musim kemarau, dimana
ketersediaan air bersih tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat di kawasan prioritas.

III-26
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

Arahan penataan lingkungan terkait dengan sistem jaringan air bersih yaitu dengan pembuatan sumber air bersih komunal yang dapat menampung air bersih
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu alternatif penanganan lainnya adalah penyediaan kran-kran umum yang bersumber dari pengadaan jaringan
PDAM.
Sistem Jaringan Air Limbah
Kawasan perencanaan desa sukajati masih memiliki masalah jaringan air limbah. Karena belum adanya instalasi pembuangan air limbah yang terintegrasi
dari setiap bangunan hunian. Beberapa bangunan hunian memiliki saluran air limbah di pekarangan belakang rumah, tetapi saluran tersebut terputus dan
tidak mengalir menuju saluran air limbah kota. Permasalahan lainnya timbul pula akibat bentuk dari saluran air limbah yang berupa saluran terbuka dan
tanpa pekerasan, sehingga memicu timbulnya berbagai penyakit.
Selain itu kawasan perencanaan, sebagian bangunan sudah dilengkapi dengan septictank tetapi ada yang belum dilengkapi dengan septictank. Bangunan
hunian tersebut memiliki penampungan air limbah dari kegiatan MCK berupa penampungan terbuka dan tanpa pekerasan. Dengan kondisi seperti itu, maka
keberadaan penampungan limbah MCK tersebut dapat merusak kualitas air tanah, bercampur dengan air hujan, menimbulkan penyakit, dan mengurangi
keindahan lingkungan.
Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana yang dikemukakan oleh Haug (1998) diklasifikasikan dalam dua sistem, yaitu sistem setempat (on site system)
dan terpusat (off site system). Sistem setempat merupakan fasilitas pengelolaan air limbah yang berada di daerah persil pelayanannya. Bentuk sistem
setempat antara lain adalah sistem cubluk dan tangki septik. Sistem terpusat adalah sistem pengelolaan yang berada di luar persil. Bentuk sistem terpusat
merupakan bentuk sistem penyaluran air limbah yang dibuang ke suatu tempat pembuangan (disposal site) yang aman dan sehat dengan atau tanpa
pengolahan sesuai kriteria.
Dengan demikian penataan jaringan air limbah pada kawasan perencanaan ini yaitu dengan menggunakan sistem setempat (on site system) dan juga
terpusat (off site system). Sistem setempat ditempatkan pada bangunan hunian yang sudah memiliki sistem cubluk dan tangki septik sendiri. Penataan yang
dilakukan pada sistem setempat yang sudah ada yaitu penyesuaian kondisi tangki septik dengan standar ketentuan penyediaan tangki septik. Sedangkan
sistem terpusat dapat disediakan pada lahan yang memungkinkan untuk menampung limbah, tidak mengganggu air tanah, dan disetujuji oleh pemiliki tanah
serta masyarakat sekitar. Sistem
Sistem Jaringan Drainase
Kondisi saluran drainase yang terdapat pada di blok sukahati sebagian besar tidak terawat dan kapasitas volume saluran yang kurang memadai (terlalu
dangkal) yaitu kurang dari 50 cm. Tidak hanya saluran yang dangkal, permasalahan lainnya juga yaitu bergabungnya saluran pembuangan air limbah dan
drainase, ini menyebakan air dari drainase dan SPAL sulit untuk di olah kembali dan mempengaruhi kenyamanan lingkungan karena banyak ditemukan
III-27
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

saluran terbuka disekitar permukiman juga dapat menyebabkanyang terdapat pada kawasan ini yaitu saluran drainase yang terputus. Kondisi tersebut
menimbulkan permasalahan sering timbulnya luapan air hujan dari saluran drainase sehingga terdapat genangan-genangan air di sekitar permukiman,
terutama pada jalan, apabila hujan deras turun.
Saluran drainase di kawasan prioritas saat ini dalam keadaan terputus . Hal ini dapat berdampak buruk jika semakin bertambahnya volume air. Air akan
meluap ketika debit air hujan sangat tinggi. Genangan air dan ancaman banjir dapat terjadi jika tidak di tangani. Maka diperlukan penataan sistem jaringan
drainase dengan cara memperbaiki kondisi saluran drainase dan gorong-gorong yang sudah ada sesuai dengan ketentuan penyediaan saluran drainase.
Penyediaan saluran drainase mempertimbangkan kuantitas air limpasan (run off)

Tabel 3.5 Sitem jaringan drainase


panjan

Jalan Drainase
o Q = C.A.I

Ket:

lebar

tingg
i

kondisi

Q = besarnya air
hujan yang dikumpulkan
(m)
C
=
koefisien
limpasan
berdasarkan jenis permukaan (tanpa
Q = 0.6
.
700
.
1.49
Drainase RT 25
dimensi)
1
430
0.5
0.5
3
Q = 625.8
/ jam
A = Luas permukaan yang akan di keringkan (m2)
gg.mNardi
Drainase RT 26 gg. I = Intensitas hujan (cm/jam)

untung
Drainase RT 26 & 24
Blok sukajadi &

361

0.3

0.5

Belum seluruh
688

0.3

0.5

sukahati
Jembatan gorong
4

gorong

saluran
mengguankan
perkerasan/

460

1.25

<0.5

460

1.25

<0.5

senderan

Al istiqomah
Jembatan gorong
5

gorong
Gg. Agin

Sumber: analisis pemetaan swadaya

III-28
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3..5. ANALISIS JARIGAN AIR BERSIH

III-29
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3.6. ANALISIS JARIGAN SPAL

III-30
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3.7. ANALISIS JARIGAN DRAINASE

III-31
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

Jaringan persampahan
Permasalahan pengelolaan limbah atau sampah yang berasal dari setiap rumah yaitu belum adanya sistem pengelolaan sampah. Masyarakat pada kawasan
perencanaan terbiasa mengelola sampah secara individu, yaitu dengan cara rutin membakar sampah atau pun menanam sampah di masing-masing
pekarangan rumah serta tidak jarang juga masyarakat membuang sampah pada saluran air hujan / drainase dan tanah kosong. Pengeloaan sampah secara
individu oleh masyarakat ini menimbulkan permasalahan lainnya yaitu pencemaran udara dari penimbunan sampah dan pembakaran sampah, timbulnya
berbagai penyakit karena lingkungan yang kotor, mengakibatkan genangan air dan luapan air hujan dari saluran drainase, serta mengurangi keindahan
lingkungan. Sistem pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu on site system dan off site system. Sistem on site adalah fasilitasi
pembuangan sampah yang berada di daerah persil pelayanannya (batas tanah yang dimiliki) dengan keuntungan dan kerugian sebagai berikut :

Biaya pembuatan murah


Dibuat oleh swasta ataupun
pribadi
Teknologi cukup sederhana
Sistem sangat privasi, karena
terletak pada persilnya
Operasi dan pemeliharaan
dilakukan secara pribadi

Tidak selalu cocok di semua


daerah
Sukar mengontrol operasi dan
pemeliharaan
Bila pemeliharaan tidak
sempurna, maka ada
kemungkinan sampah dibuang
sembarangan dan mencemari
lingkungan.

Sistem off site adalah sistem pembuangan yang berada diluar persil atau mempunyai skala pelayanan komunal, dapat berupa kawasan maupun lingkungan.
Sistem ini memiliki keuntungan dan kerugian sebagai berikut :

Pengelolaan sampah yang cocok diterapkan pada kawasan perencanaan untuk masa yang akan datang yaitu off site system. Untuk mendukung pelayanan
Pelayanan lebih nyaman

Perlu pembiayaan

domestik secara komunal


Pencemaran lingkungan dapat
dihindari
Cocok untuk daerah dengan
kepadatan tingkat tinggi
Masa atau umur pemakaian
relatif lebih lama

Memerlukan SDM operasional


dan pemeliharaan.
Memerlukan perencanaan dan
pelaksanaan jangka panjang.

rutin/berkala
dari warga.
persampahanMenampung
diperlukan
penyediaan
tong
sampah dan
sarana pengangkutnya berupa motor roda tiga yang dilengkapi dengan bak penampungan sampah.
semua
sampah

Tabel 3.6. Jumlah sampah

Tahun

2014

Jumlah
penduduk
(jiwa)
843

Jumlah sampah
(m3)
2.11

III-32
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

2015
2016
2017
2018

859
875
908
925

2.15
2.20
2.30
2.40

Sumber: Analisis
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk kawasan perencanan hingga tahun 2018, diperkiraan jumlah sampah perorang/hari sekitar 2,5 liter maka timbunan
sampah diperkirakan mencapai 2,4 m3 atau sekitar 2.400 liter/hari. Adanya sistem 3R diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah, sehingga beban
pengangkutan semakin berkurang.
Sistem Jaringan Listrik
Pada kawasan prioritasDterdapat permasalahan terkait ketersediaan jaringan listrik pada bangunan hunian. Masalah tersebut yaitu belum seluruh rumah
memiliki sumber listrik langsung dari PLN, tetapi terdapat beberapa bangunan rumah yang dialiri listrik dari bangunan rumah disekitarnya. Arahan penataan
lingkungan terkait jaringan listrik adalah penyedian paket pemasangan listrik untuk masyarakat yang belum terlayani oleh jaringan listrik.
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi pada kawasan prioritas sebagian besar menggunakan jaringan telepon nirkabel. Jaringan telekomunikasi dengan sistem kabel hanya
dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat, bahkan pengguna telepon ini semakin berkurang jumlahnya. Pengembangan jaringan telekomunikasi kabel
untuk saat ini masyarakat kurang begitu antusias dikarenakan adanya jaringan telepon nirkabel yang cukup murah dan efisien.

III-33
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3.8. ANALISIS JARIGAN PERSAMPAHAN

III-34
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3.9. ANALISIS JARIGAN LISTRIK

III-35
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3.10. ANALISIS JALUR EVAKUASI BENCANA

III-36
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.3.8.

Analisis Fasilitas umum dan pelayanan publik

Kebutuhan fasilitas umum di kawasan perencanaan antara lain fasiliitas kesehatan dan pendidikan. Fasilitas pendidikan yang dibutuhkan yaitu berupa
bangunan untuk kegiatan posyandu, karena hingga saat ini kegiatan posyandu rutin dilaksanakan di salah satu rumah masyarakat kawasan tersebut. Fasilitas
pendidikan yang dibutuhkan dalan kawasan perencanaan ini yaitu berupa bangunan PAUD. Kegiatan PAUD yang terletak diluar kawasan ini memiliki peserta
didik yang cukup banyak, sehingga masyarakat membutuhkan PAUD di kawasannya. Selain membutuhkan fasilitas gedung kesehatan dan pendidikan
dibutuhkan gedung serbaguna yang dapat memfasilitasi kegiatan rembug masyarakat kawasan tersebut. Untuk menjaga keamanan lingkungan permukiman
pada kawasan ini dibutuhkan pos kamling sebagai pos untuk masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.
Tabel 3.7. kebutuhan Ruang Kegiatan Masyarakat
No

3.3.9.

Kegiatan

MCK Umum

posyandu

Taman bermain

Balai Pertemuan

Analisis
Masih ada masyarakat yang belum memiliki MCK
pribadi dan sumber air bersih pribadi. Jumlah
tersebut
10% KK, dan disiasati dengan menumpang
tetangga dan kerabat ada beberapa yang
membuat WC tidak permanen disekitar saluran.
Tidak terdapat bagunan yang memfasilitasi
kegiatan posyandu, kegiatan posyandu dilakukan
di rumah-rumah warga dan balai desa.
Belum ada penataan di setiap bagian wilayah.
minimal di wilayah ini seharusnya ada 1 unit taman
bermain dan taman RT. 1.250 m2 /RW
125 m2/RT
Dibutuhkan
ruang
untuk
berkumpul
bagi
masyarakat yang dapat digunakan sebagai tempat
kegiatan rembug, kegiatan-kegiatan penyuluhan
sosial dan lingkungan, pendidikan nonformal
seperti taman bacaan dan sebagainya.

Analisis Jalur Evakuasi Bencana

Bencana terjadi Apabila bahaya seperti banjir kebakaran dsb terjadi pada wilayah yang memiliki kondisi fisik dan ekonomi yang rentan, maka terjadilah
bencana. Dalam membuat jalur evakuasi bencana diperlukan terlebih dahulu kajian resiko bencana yang dapat dilihat dari alur sejarah kebencanaan,
kalender musum, transek dan pemetaan dengan berbasis masyarakat selain itu kajian resiko banjir juga dapat dilakukan secara ilmiah. Hasil temuan
lapangan dan penelusuran alur sejarah kebencanaan dikawasan ini banjir masih berupa genangan dengan kedalaman 50 cm hingga yang terdalam sekitar

III-37
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

150 cm dengan rentang waktu 3-12 jam. Waktu ini berdasarkan kisaran lamanya waktu hujan dan derasnya hujan yang turun. Jika kondisi prasarana dan
kualitas lingkunga memburuk tidak menutup kemungkinan kondisi genangan dapat berpotensi banjir yang lebih merugikan.

Gambar 3.8. Lokasi Genangan


Sumber: Dokumen Pemetaan swadaya 2014

Mitigasi banjir adalah semua tindakan/upaya untuk mengurangi dampak dari suatu bencana banjir. Upaya mitigasi ini biasanya ditujukan untuk jangka waktu
yang panjang. Secara umum jenis-jenis mitigasi dapat dikelompokkan kedalam mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Yang dimaksud dengan mitigasi
structural adalah upaya-upaya pengurangan risiko bencana yang lebih bersifat fisik. Berikut ini merupakan beberapa penjelassan mengenai mitigasi bencana
yang dapat diterapkan dalam bencana banjir dalam PROMISE atau Program Hydro-Meteorological Risk Disaster Mitigation In Second Countries In Asia (2009).

III-38
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

Membantu upaya peningkatan


Perbaikan dan peningkatan sistem
kapasitas resapan air di wilayahnya
drainase.
baik dengan menanam lebih banyak Normalisasi fungsi sungai yang dapat
pohon maupun membuat sumur
berupa : pengerukan, sudetan.
resapan.
Relokasi pemukiman di bantaran
Membantu penyusunan peta
sungai.
zonasi/risiko banjir.
Pengembangan bangunan pengontrol
Membangun rumah sesuai dengan
tinggi muka air/hidrograf banjir
peraturan tata guna lahan. Membuat
berupa : tanggul, pintu, pompa, waduk
rumah lebih tinggi dari muka air banjir. dan sistem polder.
Perbaikan kondisi DaerahAliran Sungai
(DAS).

Mitigasi struktural oleh


Masyarakat

Mitigasi struktural oleh


pemerintah

Kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi non struktural adalah segala upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan yang bersifat non fisik,
organisasional dan sosial kemasyarakatan.

Sistem jaringan evakuasi yaitu jalur perjalanan yang menerus (termasuk jalan ke luar, koridor / selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian bangunan
gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu lingkungan / kawasan sebagai tempat penyelamatan atau
evakuasi. Pada kawasan perencanaan ini diperlukan penetapan jaringan evakuasi yang terintegrasi dengan sistem jaringan jalan kota dan provinsi ketika
terjadi bencana. Selain penetapan jalur evakuasi, diperlukan pula peningkatan kualitas jalur evakuasi dan penyediaan rambu pengarah jalur evakuasi maupun
titik simpul. Komponen lainnya yang kelak harus diperhatikan adalah menetapkan rambu-rambu jalur evakuasi itu sendiri juga titik titik tempat berkumpul
yang dinilai aman titk berkumpulbiasanya berupa sekolah, lapangan atau dataran yang lebih tinggi. (Keterangan lebih lanjut dijelaskan dalam peta)

III-39
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PETA 3.11. ANALISIS FASUM FASOS

III-40
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

3.4.

Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui inventarisasi faktor potensi (Strenght), Masalah (Weakness), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats)
pada Kawasan Perencanaan terutama mengenai pengembangan kawasan tersebut. Analisis SWOT adalah metode analisis yang digunakan dalam
mengidentifikasi potensi dan masalah serta digunakan juga sebagai dasar kebijakan dari strategi pengembangan.

Tabel 3.8. Analisis Swot


Strenght
Lokasi mudah diakses untuk keperluan pembangunan

Belum adanya

rencana

Weaknes
tingkat kota

yang

terlaksana

menjadikan

Lokasi berada di jalur pusat kota Kec. Haurgeulis

pembangunan (jaringan jalan, sampah, drainase, SPAL, dan persampahan)

Implementasi proyek untuk jangka pendek sangat memungkinkan

berjalan sendiri-sendiri dan menjadikan permasalahan di suatu kawasan

Jalan lingkungan sudah tertata dengan baik dan diperkeras


Koefisian Dasar Bangunan masih kecil. Dan masih banyak lahan yang
belum terbangun memungkinkan optimalnya penataan dari tingkat basis.

makro maupun mikro cenderung tidak tuntas

Hampir Seluruh lahan berstatus milik masyarakat. Pembangunan fasilitasfasilitas sosial terkendala status kepemilikan lahan seperti pembangunan
saluran, jalan RTH dan sebagainya

threats

Opportunities
Merupakan kawasan pengembangan pusat kotak kecamatan haurgeulis

Potensi banjir dan genangan masih mengingat sistem grainase yang belum

(BWK A dalam RDTR kecamatan). Memungkinkan perkembangan dan

terintegrasi secara keseluruhan dan likasi kawasan yang berada di dataran

perekonomian permukiman yang pesat

rendah.

Pembangunan (infrastruktur,jaringan drainase dan persampahan) yang


terintegrasi masih belum dapat dipastikan.

Pelaksanaan program membutuhkan waktu yang panjang untuk penyadaran


kepada masyarakat akan pentingnya lingkungan permukiman yang bersih,
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

teratur, tertata dan serasi serta berkelanjutan.

III-41

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) BAB III


PROGRAM
PENATAAN
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

III-42
Desa Sukajati Kecamatan haurgeulis
Kabupaten Indramayu 2015

Anda mungkin juga menyukai