JURNAL
Yang Berjudul
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien
Cedera Kepala di Instalasi Gawat Darurat RSUD Provinsi Gorontalo
Oleh
MERLIN DOMILI
NIM: 841 411 007
Telah diperiksa dan disetujui
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
2015
Jurnal Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
LEMBAR PENGESAHAN
JURNAL
Yang Berjudul
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Waktu Tanggap Penanganan
Pasien Cedera Kepala di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Provinsi Gorontalo
Oleh
MERLIN DOMILI
NIM: 841 411 007
1.
2.
3.
4.
2015
Jurnal Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Jurnal Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRACT
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang
khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi
sebagai kebutuhan sekunder yang utama, akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan
sebagainya, mengakibatkan meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor, dan
hal ini berdampak pada meningkatnya kasus kecelakaan kendaraan bermotor yang
menimbulkan korban jiwa. Korban meninggal akibat kecelakaan kendaraan bermotor
di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan korban luka-luka/cacat
lebih dari 30 juta per tahun, 50 % diantaranya menderita cedera kepala. Sedangkan
menurut1 bahwa, kecelakaan dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien
trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 % dan 29,8 % per 100.000 populasi. Berdasarkan
kajian Depkes (2005), di Indonesia kecelakaan kendaraan bermotor mencapai 13.339
kejadian yang mengakibatkan kematian 9.865 jiwa, luka berat 6.143 jiwa serta luka
ringan 8.694 jiwa. Dari semua kasus kecelakaan kendaraan bermotor, 50 % adalah
berupa cedera kepala2.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif. Sampai saat ini penyebab utama cedera kepala
yang serius adalah kecelakaan lalu lintas. Pertimbangan paling penting pada cedera
kepala manapun adalah apakah otak telah atau tidak mengalami cedera. Kejadian
cedera minor dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat
menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna. Sel-sel
serebral membutuhkan suplai darah terus-menerus untuk memperoleh makanan.
Kerusakan otak dan sel-sel mati tidak dapat pulih diakibatkan karena darah yang
mengalir berhenti hanya beberapa menit saja, kerusakan neuron tidak dapat
mengalami regenerasi3. Oleh karena itu, kecepatan waktu tanggap penanganan awal
pasien dengan cedera kepala sangat mempengaruhi tingkat kerusakan otak.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada
tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas 1.033
Rumah Sakit Umum (RSU) dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000.
Sementara data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 atau sebanyak 13,3 % dari
total seluruh kunjungan di RSU. Dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12 %
berasal dari pasien rujukan4. Sementara itu berdasarkan hasil RISKESDAS5,
prevalensi cedera nasional adalah sebanyak 8,2 % dimana hasil tersebut meningkat
dari tahun 2007 yang prevalensinya 7,5 %. Sedangkan presentasi penyebab cedera
karena kecelakaan transportasi darat berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 terjadi
1
T. Bararah & M. Jauhar, Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional, Jakarta,
Prestasi Pustakarya, 2013.
2
Desi Susilawati, Hubungan Waktu Prehospital dan Nilai Tekanan Darah dengan Survival dalam 6 Jam Pertama
Pada Pasien Cedera Kepala Berat dSi IGD RSUP. Dr. M. Djamil Padang, Padang, 2010.
3
Suzzane C. Smeltzer & Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta, EGC, 2013.
4
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit, Jakarta, 2009.
5
Bagus Febrianto, dkk, Riset Kesehatan Dasar Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Gorontalo Tahun 2013,
Gorontalo, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
peningkatan yang cukup tinggi, dari sebelumnya pada tahun 2007 25,9 % menjadi
47,7 % pada tahun 2013.
Pada provinsi Gorontalo sendiri prevalensi cedera sebanyak 9,0 % pada
tahun 2013, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Bone Bolango yaitu
sebanyak 11 %, diikuti oleh Kota Gorontalo sebanyak 10,8 %, dengan prevalensi
penyebab cedera karena sepeda motor yaitu sebanyak 44,8 %. Data dari RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, cedera otak 3 tahun terakhir masuk 10 besar
kasus terbanyak dengan rata-rata 204 kasus6.
Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan data
pasien yang mengalami cedera kepala yang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe (RSAS) Kota Gorontalo dan RSUD Toto Kabila Kab.
Bone Bolango pada 10 bulan terakhir sebanyak 350 pasien, dengan rata-rata pasien
cedera kepala per hari sebanyak 3 pasien. Jumlah perawat yang bekerja di IGD
Bedah RSAS sebanyak 15 dan IGD RSUD Toto sebanyak 17 perawat, yang
semuanya sudah bersertifikasi pelatihan gawat darurat BTCLS (Basic Trauma
Cardiac Life Support).
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal
9 Maret 2015, didapatkan hasil, dari 5 pasien yang masuk ke IGD, 2 pasien dilayani
dengan waktu tanggap kurang dari 5 menit dan 3 pasien dilayani dengan waktu
tanggap lebih dari 5 menit. Pasien yang dilayani dengan waktu tanggap lebih dari 5
menit dikarenakan jumlah perawat saat itu kurang memadai untuk memberikan
pelayanan pada pasien yang masuk secara berurutan. Hasil penelitian yang sama yang
dilakukan oleh7 pada tahun 2012 didapatkan hasil faktor yang berhubungan dengan
ketepatan waktu tanggap adalah ketersediaan stretcher dan petugas triase. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh8 dkk pada tahun 2014, didapatkan hasil faktor yang
berhubungan dengan waktu tanggap antara lain, usia, jenis kelamin, lama kerja,
pengetahuan, dan motivasi.
Pentingnya waktu tanggap gawat darurat pasien dalam upaya
mempertahankan keselamatan pasien yang datang di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
khususnya cedera kepala dan berdasarkan masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan waktu
tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD RSUD Provinsi
Gorontalo.
Muhammad Isman Jusuf, Manajemen Neurologis Trauma Kapitis. Seminar Nasional Keperawatan
Penatalaksanaan Terkini Pasien Cedera Kepala, 2014.
Wa Ode Nurisnah Sabriyanti, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan
Kasus pada Respon Time I di IGD Bedah dan Non Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 2012.
Vitrise Maatilu & Regi T. Malara. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Response Time Perawat pada
Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Manado, 2014.
2015
Jurnal Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe
Kota Gorontalo dan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Waktu
pelaksanaan tanggal 18 Mei 2015 sampai dengan 20 Juni 2015.
Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Sampel diambil dengan cara total sampling yakni seluruh perawat yang menangani
pasien cedera kepala, yaitu sebanyak 30 perawat. Data dikumpul melalui pengamatan
menggunakan lembar observasi dan lembar kuesioner yang berisi data demografi
perawat dan pernyataan pengetahuan cedera kepala. Data dianalisis dengan uji
statistic Fisher Exact Test dan Kolomogorov Smirnov Test.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
(n)
(%)
Laki-Laki
Perempuan
17
56,7
13
43,3
Total
30
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa perawat laki-laki berjumlah 17
perawat (56,7%) dan perawat perempuan berjumlah 13 perawat (43,3%).
2. Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur
(n)
(%)
20-30 Tahun
28
93,3
31-40 Tahun
1
3,3
>40 Tahun
1
3,3
Total
30
100
Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa terdapat 28 perawat (93,3%)
dengan umur 20-30 tahun, 1 perawat (3,3%) dengan umur 31-40 tahun, dan 1 perawat
(3,3%) dengan umur > 40 tahun.
Analisa Univariat
1. Gambaran Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan Pasien Cedera
Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo
Gambaran waktu perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD
RSUD Prov. Gorontalo adalah sebagai berikut.
2015
Jurnal Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Tabel 3. Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD
RSUD Prov. Gorontalo.
Waktu Tanggap
(n)
(%)
Tepat ( 5 menit)
27
90
Tidak tepat (>5 menit)
3
10
Total
30
100
Tabel 3. menunjukkan perawat dengan waktu tanggap tepat sebanyak 27
perawat (90%) dan perawat yang tidak tepat sebanyak 3 perawat (10%).
2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Perawat di IGD RSUD Prov. Gorontalo
Tingkat Pendidikan
(n)
(%)
Diploma (III&IV)
24
80
S1 Ners
6
20
Total
30
100
Tabel 4 menunjukkan jumlah perawat dengan tingkat pendidikan D3 dan D4
sebanyak 24 perawat (80%) dan pendidikan S1 Ners sebanyak 6 perawat (20%).
3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan perawat terhadap
cedera kepala adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Perawat terhadap Cedera Kepala
Tingkat Pengetahuan
(n)
(%)
Baik
Cukup
Kurang
18
60
9
30
3
10
Total
30
100
Tabel 5 menunjukkan perawat dengan pengetahuan baik sebanyak 18 perawat
(60%), pengetahuan sedang sebanyak 9 perawat (30%), dan yang berpengetahuan
kurang sebanyak 3 perawat (10%).
4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja
Distribusi responden berdasarkan lama kerja adalah sebagai berikut.
Tabel 6. Lama Kerja Perawat di IGD RSUD Prov. Gorontalo
Lama Kerja
(n)
(%)
5 Tahun
23
76,7
> 5 Tahun
7
23,3
Total
30
100
Tabel 6 menunjukkan lama kerja perawat di IGD dengan lama kerja 5 tahun
sebanyak 23 perawat (76,7%) dan lama kerja > 5 tahun sebanyak 7 perawat (23,3%).
2015
Jurnal Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Analisa Bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji Fisher Exact Test untuk variabel tingkat
pendidikan dan lama kerja perawat, sedangkan uji Kolomogorov Smirnov Test untuk
variabel tingkat pengetahuan perawat terhadap cedera kepala. adapun hasil uji
hubungan adalah sebagai berikut.
Tabel 7. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Lama Kerja Perawat
dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prov.
Gorontalo.
Waktu Tanggap
Tepat
Tidak Tepat
Variabel
Pendidikan
Diploma
S1 Ners
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Lama Kerja
5 Th
>5 Th
p
n
21
6
70
20
3
0
10
0
18
9
0
60
30
0
0
0
3
0
0
10
21
6
70
20
2
1
6,7
3,3
1,000
0,009
1,000
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PEMBAHASAN
1. Gambaran Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan Pasien Cedera
Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar lama
waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo, dalam kategori tepat yaitu
sebanyak 27 perawat (90%) mempunyai waktu tanggap 5 menit. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
dan RSUD Toto Kabila memiliki waktu tanggap yang cepat khususnya pasien cedera
kepala, sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan lagi pelayanannya kepada
pasien secara umumnya. Hasil temuan lainnya didapatkan bahwa terdapat 3 perawat
(10%) yang memiliki waktu tanggap tidak tepat atau >5 menit.
Asumsi peneliti, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
beratnya cedera dan tingkat kooperatif pasien, dimana berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti, pada saat itu terdapat pasien dengan kriteria cedera
kepala sedang korban kecelakaan, dan pasien saat itu meronta-ronta kesakitan
sehingga memperlambat perawat dalam melakukan penanganan awal.
Berkaitan dengan cedera kepala, maka sangat penting sekali dalam melakukan
penanganan yang cepat dan tepat. Menurut9 pertimbangan paling penting dari cedera
kepala adalah apakah otak telah mengalami cedera atau tidak dimana otak merupakan
organ vital pengendali sistem tubuh. Kejadian cedera minor dapat menyebabkan
kerusakan otak bermakna10.
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sabriyanti, dkk pada tahun 2012 yang meneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap penanganan kasus pada respon time I
di IGD bedah dan non bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Didapatkan hasil
waktu tanggap penanganan kasus bedah sebagian besar tepat (< 5 menit) yaitu
sebesar 67,9%.
2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien
Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo
Berdasarkan hasil analisis diperoleh sebanyak 21 perawat yang mempunyai
waktu tanggap tepat pada tingkat pendidikan D3/D4 dan 6 perawat pada tingkat
pendidikan S1 Ners. Sedangkan terdapat 3 perawat mempunyai waktu tanggap tidak
tepat pada tingkat pendidikan D3/D4. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil
-value 1,000 ( > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak mempunyai
hubungan dengan waktu tanggap perawat pada pasien cedera kepala di Instalasi
Gawat Darurat, sehingga hipotesis penelitian ditolak.
Asumsi peneliti hal ini disebabkan oleh keterampilan kerja lebih dipengaruhi
oleh lingkungan kerja dan keahlian semakin terasah dengan banyaknya kasus yang
9
Suzzane C. Smeltzer & Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta, EGC, 2013.
HIPGABI, Materi Pelatihan Emergency Nursing Basic Trauma Cardiac Life Support, Manado, HIPGABISULUT, 2014.
10
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
sudah ditangani di IGD, serta semua perawat sudah mengikuti pelatihan BTCLS.
Oleh karena itu perawat dengan lulusan D3/D4 maupun S1 Ners sama-sama memiliki
waktu tanggap yang tepat, sehingga tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan
pada waktu tanggap perawat. Hal ini dapat juga disebabkan oleh tingkat motivasi
perawat dalam mempraktikkan keterampilan kerja .
Nursalam11 (2013) menyatakan bahwa berkembangnya pendidikan
keperawatan di Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitas, sampai saat ini
masih belum memberikan kontribusi yang bermakna terhadap peningkatan peran
perawat secara profesional. Nursalam mensinyalir bahwa pendidikan hanya
difokuskan pada penyediaan tenaga perawat yang siap untuk pelayanan dan orientasi
pendidikan yang sempit.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Maatilu, dkk (2014) dengan hasil perawat vokasi sebanyak 60% dan perawat profesi
sebanyak 40%. Dengan hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pendidikan perawat pada penanganan pasien gawat
darurat dengan nilai p 0,084.
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien
Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tingkat pengetahuan perawat
mengenai cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat, sebagian besar dalam kategori
baik yaitu sebesar 18 perawat (60%) dengan waktu tanggap tepat, sedangkan dalam
kategori cukup terdapat 9 perawat (30%) dengan waktu tanggap tepat, serta terdapat 3
perawat (10%) dengan kategori kurang dengan waktu tanggap kurang. Hasil ini
menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan perawat tentang konsep
cedera kepala, serta penanganan pasien cedera kepala adalah baik. Berdasarkan hasil
uji analisis didapatkan nilai -value 0,009 ( < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan waktu tanggap
perawat pada penanganan cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat, sehingga
hipotesis penelitian diterima.
Asumsi peneliti, pengetahuan sangat mempengaruhi perawat dalam
melakukan tugasnya. Seiring dengan bertambahnya lama kerja yang telah dijalani
oleh perawat akan membentuk pengalaman kerja sehingga mampu meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini juga didukung
oleh pelatihan yang telah diikuti oleh semua perawat yaitu Basic Trauma Cardiac
Life Support (BTCLS) yang menunjang pengetahuan perawat.
Menurut Wawan & Dewi (2011) dalam Fathoni12 (2014), pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan dan keterampilan berhubungan dengan penanganan prosedur,
11
Nursalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional (Ed 3.), Jakarta,
Salemba Medika, 2013.
12
Fathoni, Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support dengan Perilaku Perawat dalam
Pelaksanaan Primary Survey di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri, Surakarta, 2014.
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
persiapan klien, teaching, dan perawatan post prosedur adalah hal yang esensial
dalam praktek keperawatan gawat darurat13.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Achmad, dkk14 pada
tahun 2012 yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama waktu
tanggap perawat pada penanganan asma di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul
yang mendapatkan hasil sebanyak 65% perawat dengan pengetahuan baik dan 35%
perawat dengan pengetahuan kurang. Dari hasil uji analisis terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan lama waktu tanggap penanganan asma dengan nilai p 0,004.
4. Hubungan Lama Kerja dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera
Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara lama kerja dengan waktu tanggap perawat, sehingga hipotesis
penelitian ditolak. Asumsi peneliti hal ini disebabkan karena sebagian besar perawat
yang bekerja di IGD masih muda yang baru mulai bekerja, dibandingkan dengan
perawat yang sudah lama bekerja. Namun perawat cepat tanggap, karena semua
perawat sudah bersertifikasi pelatihan gawat darurat. Selain itu, banyaknya jumlah
kunjungan pasien kecelakaan yang mengalami cedera kepala yang datang ke IGD
cukup mampu mengasah keterampilan perawat dalam menangani kasus, sehingga
sebagian besar dapat menangani kasus dengan cepat dan tepat. Sebagian besar
perawat di instalasi gawat darurat masih berusia dewasa muda dimana baru memasuki
lingkungan kerja yang berarti memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi
sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan secara profesional. Hal ini
didukung oleh teori Robin (2007) dalam Maatilu, dkk, (2014) yang mengatakan
bahwa tidak ada alasan yang meyakinkan bahwa orang-orang yang telah lebih lama
berada dalam suatu pekerjaan akan lebih produktif dan bermotivasi tinggi ketimbang
mereka yang senioritasnya rendah15.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Gambaran waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo sebagian
besar berada pada kategori tepat, yaitu 5 menit dengan persentase 90% dan tidak
tepat sebanyak 10%.
2. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan perawat dengan waktu tanggap
perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD RSUD Provinsi Gorontalo.
13
2015
Jurnal Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Standar Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan. Jakarta.
Krisanty, P., Manururng, S., Suratun, Wartonah, Sumartini, M., Dalami, E., &
Rohimah. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM.
Maatilu, V., Mulyadi, & R. T. Malara. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Response Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di
IGD RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal. Universitas Sam Ratulangi
Manado
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional (Ed 3.). Jakarta: Salemba Medika
Sabriyanti, W.O.N., dkk. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan
Waktu Tanggap Penanganan Kasus pada Respon Time I di IGD Bedah dan Non
Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jurnal. Universitas Hassanudin.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.
Jakarta: EGC.
Susilawati, D. 2010. Hubungan Waktu Prehospital dan Nilai Tekanan Darah dengan
Survival dalam 6 Jam Pertama Pada Pasien Cedera Kepala Berat dSi IGD
RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Skripsi. Program Sarjana Universitas Andalas.
Padang.