EPILEPSI UMUM
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
Diajukan Kepada :
dr. Noorjanah Pujiastuti, Sp.S
Disusun Oleh :
Ahmad Auli Roziqi
(H2A012032P)
Disusun Oleh:
Ahmad Auli Roziqi
(H2A012032P)
Telah disetujui :
Pembimbing
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus
: Epilepsi Umum
Nama Mahasiswa
NIM
: H2A012032P
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. H
Umur
: 27 tahun
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Gunung Pati
Pekerjaan
: swasta
Tanggal masuk RS
: 22 November 2016
DAFTAR MASALAH
Tanggal
22/11/2016
AKTIF
-Epilepsi Umum
Tanggal
22/11/2016
PASIF
I. SUBJEKTIF
3
a. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis pada tanggal 22 Oktober
2016, pukul 10.45 WIB di Poliklinik Saraf RSUD Tugurejo Semarang
1.
2.
Keluhan Utama
: Sering Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset
: kejang terakhir kali pada hari minggu SMRS
Kualitas
: mengganggu aktivitas
Kuantitas
: terjadi selama kurang dari lima menit
Kronologi :
3.
4.
5.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 22 November 2016, pukul
11.30 WIB di poliklinik saraf Tugurejo Semarang
1. Status Gizi
Berat Badan
: 53 Kg
Tinggi Badan : 168 cm
IMT
: 18.79
Kesan
: Status gizi cukup
2. Tanda-tanda vital
KU
: baik
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4 M6 V5
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 kali/menit
RR
: 21 kali/menit
Suhu
: 36,2 0C
Status Internus
Kepala
Mata
sign (-)
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
central, reguler dan isokor 3mm/ 3mm, reflek pupil direk (+
N/+N),
reflek
pupil
indirek
(+N/+N),
racon
eye(-),
Hidung
Telinga
perdarahan konjungtiva(-)
: nafas cuping hidung (-), sekret (-) rhinorea(-), hallo sign(-)
: serumen (-/-), nyeri tekan (-/-) othorea(-), nyeri tekan
Mulut
Leher
tyroid
Paru belakang
Inspeksi
Statis
Normochest,
simetris, Normochest,
simetris,
Dinamis
Pengembangan pernapasan
Pengembangan
paru normal
Simetris (N/N), Nyeri tekan Simetris (N/N), Nyeri tekan
Palpasi
(-/-),
ICS
dalam
batas (-/-),
ICS
dalam
batas
dinilai
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
SD : vesikuler
SD : vesikuler
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
batas atas
sinistra
Konfigurasi jantung (dalam batas normal)
Auskultasi
: regular
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Nyeri
tekan
ringan
epigastrum
(+),lumbal
dextra
Superior
-/+/+
< 2 detik/< 2
detik
-/-/-/-
Inferior
-/+/+
< 2 detik/< 2
detik
-/-/-/-
Fraktur
Krepitasi
Luka
3. Status Psikis
Tingkah laku: normal
Perasaan Hati : sesuai dengan keadaan sakit
Cara Berpikir : realistik
Daya Ingat : normal
Kecerdasan: kesan cukup
4. Status Neurologis
a. Fungsi Luhur
Kesadaran
:
Kualitatif
: compos mentis
Kuantitatif GCS
: E4M6V5
Orientasi
: tempat, waktu dan situasi baik
Daya ingat
Baru
: baik
Lama
: baik
Gerakan abnormal
: tidak ditemukan
Gangguan berbahasa
:
Afasia motorik
:Afasia sensorik
:Akalkuli
:b. Koordinasi dan Keseimbangan
Cara berjalan
: tidak dilakukan
Tes Romberg
: tidak dilakukan
Tes romberg dipertajam
: tidak dilakukan
Tes telunjuk hidung
: tidak dilakukan
Tes telunjuk telunjuk
: tidak dilakukan
Tes hidung telunjuk hidung: tidak dilakukan
Uji dix halpike
: tidak dilakukan
Disdiadokhokinesis
: tidak dilakukan
Robound fenomen
: tidak dilakukan
Nistagmus
: (-)/(-)
c. Fungsi Vegetatif
Miksi
: DBN
Defekasi
: DBN
Flatus
:+
d. Fungsi sensorik
1. Eksteroseptif :
a) Rasa nyeri : DBN
b) Rasa Suhu : tidak dilakukan
c) Rasa Raba : DBN
2. Proprioseptif:
a) Rasa gerak : (-)
b) Rasa getar : tidak dilakukan
3. Diskriminatif :
a) Rasa Gramestesia : tidak dilakukan
b) Rasa Barognosia : tidak dilakukan
c) Rasa topognosia : tidak dilakukan
e. Nervi Cranialis
Nervus Kranialis
Kanan
Kiri
Normosmia
Normosmia
N. I (Olfactorius)
Daya Penghidu
N.II (Opticus)
Daya penglihatan
Pengenalan warna
Medan penglihatan
Perdarahan arteri/vena
baik
baik
baik
baik
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
8
Fundus okuli
Papil
Retina
N.III (Oculomotorius)
Ptosis
Gerak mata keatas
Gerak mata kebawah
Gerak mata media
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Reflek cahaya langsung
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
3 mm
(+)
(+)
3mm
Bulat, reguler
Bulat, reguler
(+N)
(+N)
(+N)
(+)
(-)
Reflek akmodasi
Strabismus divergen
Diplopia
N.IV (Trochlearis) :
(-)
(+N)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
(-)
t.d.l
t.d.l
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
N.V (Trigeminus)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka atas
Sensibilitas muka tengah
Sensibilitas muka bawah
Reflek kornea
Reflek bersin
Reflek masseter
Reflek zigomatikus
Trismus
N.VI (Abducens) :
Pergerakan
mata
(ke
lateral)
Strabismus konvergen
Diplopia
N. VII (Facialis)
Kerutan kulit dahi
Mengerutkan dahi
Mengangkat alis
Menutup mata
Lipatan nasolabia
Sudut mulut
Meringis
Tik fasial
Lakrimasi
Daya kecap 2/3 depan
Reflek fasio-palpebra
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
t.d.l
(+)
N
t.d.l
(+)
N
Reflek glabella
Reflek aurikulo-palpebra
N.
(+)
(+)
N
N
VIII
(Vestibulocochlearis)
Mendengarkan
suara
berbisik
Mendengarkan detik arloji
Tes rinne
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
Tes weber
Tes schwabach
N IX (Glossopharyngeus)
Arkus faring
Uvula
Daya kecap 1/3 belakang
Reflek muntah
Sengau
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
(+)
t.d.l
(+)
t.d.l
(-)
(-)
t.d.l
t.d.l
Simetris
(+)
Simetris
(+)
Tersedak
N X (Vagus)
Arkus faring
Daya kecap 1/3 belakang
10
Bersuara
Menelan
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N XI (Accesorius)
Memalingkan muka
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu
N XII (Hypoglossus)
Sikap lidah
N
N
(-)
N
(-)
N
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Trofi otot lidah
Fasikulasi lidah
ANGGOTA
(-)
GERAK
ATAS
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal
+ normal
+ normal
5-5-5
Normal
5-5-5
Normal
(-)
+ normal
(-)
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
Inspeksi:
Drop hand
Claw hand
Kontraktur
Warna kulit
Sistem motorik :
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Nyeri
Reflek fisiologik :
Bisep
Trisep
11
Radius
Ulna
+ normal
+ normal
(-)
(-)
(-)
(-)
Reflek Patologi :
Hoffman
Tromer
ANGGOTA GERAK
Kanan
Kiri
Inspeksi:
Drop foot
Claw foot
Pitchers foot
Kontraktur
Warna kulit
Sistem motorik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Gerakan
Kekuatan
Tonus
trofi
Klonus
Reflek
fisiologik
(+) normal
5-5-5
(+) normal
(-)
(-)
(+) normal
5-5-5
(+) normal
(-)
(-)
(+) normal
(-)
(+) normal
(-)
BAWAH
(patella)
Sensibilitas
Nyeri
Keterangan
Reflek Patologis
Kanan
Kiri
Babinski
Chaddock
Oppenheim
tdl
tdl
Gordon
tdl
tdl
Schaeffer
tdl
tdl
Mendel Bechterew
tdl
tdl
Rossolimo
tdl
tdl
Gonda
tdl
tdl
12
Klonus patella
tdl
tdl
Klonus kaki
tdl
tdl
Kaku Kuduk
tdl
tdl
Kernig sign
tdl
tdl
Brudzinski I
tdl
tdl
Brudzinski II
tdl
tdl
Tes Lasegue
tdl
tdl
Tes Patrik
tdl
tdl
tdl
tdl
Tanda neri
tdl
tdl
Tes naffziger
tdl
tdl
Tes valsava
tdl
tdl
Rangsang Meningeal
Rangsang Radikuler
f. Gerakan-Gerakan Abnormal
Tremor
:Atetosis
:Mioklonus
:Khorea
:II.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan
1. Laboratorium (darah rutin, elektrolit)
2. EEG
III.
RESUME
Sebelum terjadi kejang, pasien merasa kesemutan pada leher dan
menjalar hingga kaki, saat kejang pasien tidak sadarkan diri selama kurang
dari lima menit. pasien sadar tetapi tidak bisa menggerakan tubuhnya dan
keempat anggota geraknya, pasien sulit berkomunikasi, komunikasi
dilkukan dengan gerakan bola mata. Pusing (-), mual muntah (-), demam
(-). Pasien mengaku kejang pertama kali saat usia 14 tahun. Minggu
kemarin pasien kejang hingga 4 kali. Riwayat DM dan HT disangkal.
13
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
: Kejang umum
Diagnosis Topis
: Intrakranial
Diagnosis Etiologi
: Epilepsi Atopik
V.
RENCANA AWAL
Daftar Masalah
: Kejang umum
Rencana Diagnosis
Ranitidin 2 x 150 mg
Fenitoin 3 x 100 mg
Asam folat 1 x 1
Clobazam 10 x 1
VI.
Edukasi:
-
PROGNOSA
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
14
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI EPILEPSI
1.
Definisi konseptual:1,2,3
a. Epilepsi : Kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptic yang terus menerus, dengan
konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial. Definisi
ini mensyaratkan terjadinya minimal 1 kali bangkitan epileptic.
b. Bangkitan epileptik: Terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat
akibat aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak.
2.
16
saraf
abnormal
akibat
proses
patologis
yang
mempengaruhi otak
2. Gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak
akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain
17
b.
c.
Bayi BBLR
Bayi yang mengalami kejang di bulan pertama
Bayi dengan kelainan daerah abnormal pada otak
Hipoksia pada otak
Infeksi otak : abses, meningitis atau ensefalitis
Tumor otak
Cerebral palsy
Penyakit alzheimer
Gangguan spektrum autisme
Kondisi dengan cacat intelektual dan perkembangan
Penggunaan narkoba seperti kokain
Cedera kepala yang berulang
18
D. KLASIFIKASI
Epilepsi dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi bangkitan
epilepsi dan klasifikasi sindroma epilepsi. Klasifikasi sindroma epilepsi
berdasarkan faktor-faktor tipe bangkitan (umum atau terlokalisasi),
etiologi (simtomatik atau idiopatik), usia dan situasi yang berhubungan
dengan bangkitan. Sedangkan klasifikasi epilepsi menurut bangkitan
epilepsi berdasarkan gambaran klinis dan elektroensefalogram.
Klasifikasi ILAE (1981) untuk tipe bangkitan epilepsi adalah :3
1. Bangkitan parsial/fokal
1) Bangkitan parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)
a. Dengan gejala motorik
b. Dengan gejala sensorik
c. Dengan gejala otonomik
d. Dengan gejala psikik
2) Bangkitan parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)
a. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran
Bangkitan parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran
Dengan automatisme
b. Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan
Dengan gangguan kesadaran saja
Dengan automatisme
3) Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder (tonik-klonik, tonik
atau klonik)
a. Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi bangkitan umum
b. Bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan umum
c. Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks,
dan berkembang menjadi bangkitan umum
2. Bangkitan Umum (Konvulsi atau Non-Konvulsi)
1) Bangkitan lena (absence)
Lena (absence), sering disebut petitmal. Serangan terjadi secara tiba-tiba, tanpa di
dahului aura. Kesadaran hilangselama beberapa detik, di tandai dengan
terhentinya percakapan untuk sesaat, pandangan kosong, atau mata
berkedip dengan cepat. Hampir selalu pada anak-anak, mungkin
menghilang waktu remaja atau diganti dengan serangan tonik-klonik.
2) Bangkitan mioklonik
Mioklonik, serangan-serangan ini terdiri atas kontraksi otot yang singkat dan tiba-tiba,
bisa simetris dan asimetris, sinkronis atau asinkronis. Muncul akibat
adanya gerakan involuntar sekelompok otot skelet yang muncul secara
19
20
akan sadar secara perlahan dan merasakan tubuhnya terasa lemas dan
biasanya akan tertidur setelahnya.
3. Bangkitan Epileptik yang Tidak Tergolongkan
Klasifikasi ILAE (1989) untuk tipe epilepsy dan sindrom epilepsi
adalah :3
1. Fokal / Partial (localized related)
1.1. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1.1.1. Epilepsi
benigna
sentrotemporal
dengan
(childhood
gelombang
epilepsy
paku
with
di
daerah
centrotemporal
spikes)
1.1.2. Epilepsy benigna dengan gelombang paroksismal pada daerah
oksipital
1.1.3. Epilepsi primer saat membaca (primary reading epilepsy)
1.2. Simtomatik
1.2.1. Epilepsi parsial kontinua yang kronik progresif pada anak
anak (Kojenikows Syndrome)
1.2.2. Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu
rangsangan (kurang tidur, alcohol, obat-obatan, hiperventilasi,
refleks epilepsy, stimulasi fungsi kortikal tinggi, membaca)
1.2.3. Epilepsi lobus temporal
1.2.4. Epilepsi lobus frontal
1.2.5. Epilepsi lobus parietal
1.2.6. Epilepsi lobus oksipital
1.3. Kriptogenik
2. Epilepsi Umum
2.1. Idiopatik (sindrom epilepsi berurutan sesuai dengan usia awitan)
2.1.1. Kejang neonatus familial benigna
2.1.2. Kejang neonatus benigna
2.1.3. Kejang epilepsi mioklonik pada remaja
2.1.4. Epilepsi lena pada anak
21
23
2.
Adanya
koneksi
eksitatorik
rekuren
4.
Bentuk
siap
dari
frekuensi
terjadinya
secara lengkap adalah epilepsi tipe absans. Absans adalah salah satu
epilepsi umum, onset dimulai usia 3-8 tahun dengan karakteristik klinik
yang menggambarkan pasien bengong dan aktivitas normal mendadak
berhenti selama beberapa detik kemudian kembali ke normal dan tidak
ingat kejadian tersebut. Terdapat beberapa hipotesis mengenai absans yaitu
antara lain absans berasal dari thalamus, hipotesis lain mengatakan berasal
dari korteks serebri. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa absans
diduga terjadi akibat perubahan pada sirkuit antara thalamus dan korteks
serebri. Pada absans terjadi sirkuit abnormal pada jaras thalamo-kortikal
akibat adanya mutasi ion calsium sehingga menyebabkan aktivasi ritmik
korteks saat sadar, dimana secara normal aktivitas ritmik pada korteks
terjadi pada saat tidur non-REM.
Patofisiologi epilepsi yang lain adalah disebabkan adanya mutasi
genetik. Mutasi genetik terjadi sebagian besar pada gen yang mengkode
25
protein kanal ion (pada tabel berikut). Contoh: Generalized epilepsy with
febrile seizure plus, benign familial neonatal convulsions.
Tabel 1. Mutasi kanal ion pada beberapa jenis epilepsi4-6
Kanal
Gen
Sindroma
Voltage-gated
Kanal
SCN1A, SCN1B Generalized epilepsies with febrile
Natrium
SCN2A,
seizures plus
Kanal
GABRG2
KCNQ2,
Kalium
Kanal
KCNQ3
CACNA1A,
Kalsium
CACNB4
Kanal
ACNA1H
CLCN2
Klorida
Ligand-gated
Reseptor
CHRNB2,
asetilkolin
Reseptor
CHRNA4
GABRA1,
GABA
GABRD
26
F. GEJALA
1. Kejang parsial simplek
Serangan dimana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami
gejala berupa djvu : perasaan dimana pernah melakukan sesuatu
yang sama sebelumnya.
Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak
dapat di jelaskan.
Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum
pada bagian tubuh tertentu.
Gerakan yang tidak dapat di kontrol pada bagian tubuh tertentu
Halusinasi
2. Kejang parsial (psikomotor) kompleks
Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya
bertahan lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan
besar tidak akan mengingat waktu serangan.
Gejalanya meliputi :
gerakan seperti mencucur atau mengunyah
27
serangan
jenis
ini pasien
dapat hanya
mengalami tahap
tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini biasa didahului oleh aura.
Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan
dapat berupa : merasa sakit perut , baal, kunang kunang , telinga
berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat : kehilangan kesadaran,
kehilangan keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang,
berteriak tanpa alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau
lidah. Pada saat fase klonik : terjadi kontraksi otot yang berulang dan
tidak terkontrol, mengompol atau buang air besar tidak dapat di
kontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin akan merasa
lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam ini.
G. DIAGNOSIS
28
melalui
anamnesis
dan
pemeriksaan
klinis
dengan
1.
Anamnesis
Anamnesis
harus
dilakukan
secara
cermat,
rinci
dan
29
a. Major :
Grand mal (meliputi 75% kasus epilepsi) meliputi tipe
primer dan sekunder. Epilesi grand mal ditandai dengan hilang
kesadaran dan bangkitan tonik-klonik. Manifestasi klinik: kedua
golongan epilepsi grand mal tersebut sama, perbedaan terletak
pada ada tidaknya aura yaitu gejala pendahulu atau preiktal
sebelum serangan kejang-kejang. Pada epilepsi grand mal
simtomatik selalu didahului aura yang memberi manifestasi
sesuai dengan letak fokus epileptogen pada permukaan otak.Aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium baubauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu,
sakit kepala dan sebagainya.Bangkitan sendiri dimulai dengan
hilang kesadaran sehingga aktivitas penderita terhenti. Kemudian
penderita mengalami kejang tonik. otot-otot berkontraksi sangat
hebat, penderita terjatuh, lengan fleksi dan tungkai ekstensi.
Udara paru-paru terdorong keluar dengan deras sehingga
terdengar jeritan yang dinamakan jeritan epilepsi. Kejang tonik
ini kemudian disusul dengan kejang klonik yang seolah-olah
mengguncang-guncang dan membanting-banting tubuh si sakit ke
tanah. Kejang tonik-klonik berlangsung 2 -- 3 menit. Selain
kejang-kejang terlihat aktivitas vegetatif seperti berkeringat,
midriasis pupil, refleks cahaya negatif, mulut berbuih dan
sianosis. Kejang berhenti secara berangsur-angsur dan penderita
dalam keadaan stupor sampai koma. Kira-kira 4-5 menit
kemudian penderita bangun, termenungdan kalau tak diganggu
akan tidur beberapa jam. Frekuensi bangkitan dapat setiap jam
sampai setahun sekali.
b. Minor :
Epilepsi petit mal yang sering disebut pykno epilepsi ialah
epilepsi umum yang idiopatik. Meliputi kira-kira 3 -- 4% dari
kasus epilepsi.. Bangkitan mioklonus. Bangkitan berupa gerakan
30
ke
atas,
kadang-kadang
disertai
teriakan
atau
31
sehingga
terjadi
kejang-kejang.
Epilepsi
lobus
Pemeriksaan fisik
umum dan neurologis
Pada
orang
dewasa
seperti biasa.
pemeriksaan umum
Pada
toksoplasmosis,
kelainan
bawaan,
asimetri
pada
kepala,
muka,
tubuh,ekstrimitas.
3.
Pemeriksaan
penunjang
32
timbulnya kejang
hypokalemia,
hipomagnesia,
ialah keadaan
hiponatremia,
hipoglikemia,
hypernatremia,
a. Pemeriksaan radiologis
Arteriografi dan
pneumoensefalografi
dilakukan
bila
perlu.
33
34
H. PENATALAKSANAAN
35
Levetiracetam,
termasuk
kelompok
antikonvulsan
terbaru
dengan
protein
SVA2.
Dari
beberapa
penelitian
terbukti
pada
hewan percobaan
bahwa pemberian
37
2.
3.
Fenobarbital
Meningkatkan
aktivitas
reseptor
GABA
5.
6.
7.
8.
9.
Topiramat : Blok sodium channel, meningkatkan influks GABAMediated chloride, modulasi efek reseptor GABA.
syarat
yang
penting
diperhatikan
ketika
hendak
Epilepsi simtomatik
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Accessed on February 22th 2014 :
http://www.searo.who.int/LinkFiles/Technical_documents_Ment134.pdf
2. Tjahjadi,P.,Dikot,Y,Gunawan,D. Gambaran Umum Mengenai Epilepsi.
In : Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.2005. p119-127.
3. Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (Perdossi). Pedoman Tatalaksana Epilepsy. Jakarta: Penerbit
Perdossi;2014.
4. Heilbroner, Peter. Seizures, Epilepsy, and Related Disorder,P
ediatric Neurology: Essentials for General Practice. 1st ed. 2007
5. Accessed on February 22th 2014:
http://www.who.int/mental_health/neurology/epilepsy_atlas_introdion.pdf
6. Accessed on February 22th 2014:
http://www.epilepsyfoundation.org/about/statistics.cfm
7. Accessed on February 22th 2014 :
http://epilepsiindonesia.com/pengobatan/epilepsi-dan-anak/pahamigejala-epilepsi-pada-anak-2
8. Shorvon SD. HANDBOOK OF Epilepsy Treatment Forms, Causes and
Therapy in Children and Adults. 2nd ed. America: Blackwell Publishing
Ltd.2005
9. P r i c e d a n W i l s o n . 2 0 0 6 . Patofisiologi: Konsep Klinis Prose
s -Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC
10. Aminoff MJ dkk. Clinical Neurology. 6th ed. New York: McGraw-Hill.
11. Wilkinson I. Essential neurology. 4th ed. USA: Blackwell Publishing.
200515.PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 3. Jakarta.
200816.http://www.medscape.com/viewarticle/726809
12. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit
Dian Rakyat; 2009.p.439.
13. Utama H. Antiepilepsi dan Antikonvulsi dalam Farmakologi dan
terapi. 5th ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2005.
14. Lumbantobing SM. Epilepsy. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;2006.
40