Anda di halaman 1dari 18

KONDISI BELAJAR

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Belajar dan Pembelajaran
yang dibina oleh Dr. Tri Kuncoro, S.T., M. Pd.

oleh :
Rizqi Ruliyana Fitri
120521429003

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Desember 2013

1) PENDAHULUAN
Kondisi merupakan tujuan khusus pengajaran berupa bahan, alat, informasi, dan
lingkungan. Ada atau tidaknya kondisi (bahan, alat, informasi, atau lingkungan) memiliki
pengaruh yang berarti kemampuan siswa dalam menampilkan perilaku. Kondisi
diperlukan, apabila adanya atau tidak adanya kondisi memiliki pengaruh yang berarti
pada kemampuan siswa dalam menampilkan perilaku. Kondisi juga tidak diperlukan,
apabila kondisi itu terlalu nyata dan berlebihan (I Nyoman, 1989 : 40).
Lebih lanjut I Nyoman ( 1989 : 40 ) mengemukakan bahwa kondisi dinyatakan
secara jelas dan cermat apabila cukup rinci di mana siswa dapat mengidentifikasi bahan,
alat, informasi, atau lingkungan yang diperlukan untuk menampilkan perilaku. Kondisi
dinyatakan secara lengkap apabila semua bahan, alat, informasi dan lingkungan yang
mempengaruhi kemampuan siswa sudah terkumpul jadi satu kesatuan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi pengajaran merupakan
suatu strategi pembelajaran yang dapat mempengaruhi dalam meningkatkan proses dan
hasil belajar siswa. Kondisi pengajaran berinteraksi dengan metode pengajaran, dan
hakekatnya tidak dapat dimanipulasi. Model kondisi pembelajaran ini jumlahnya sangat
banyak, oleh karena itu, penggunaan model kondisi pembelajaran harus disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dikembangkan, karakteristik isi mata pelajaran, media
pengajaran yang tersedia, dan karakteristik individu siswa.
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang strategi
yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran
tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru memperhatikan dua hal:
kondisi internal dan kondisi eksternal. Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas
memang tidak semata tergantung guru, tetapi melibatkan banyak faktor, diantaranya
keaktifan siswa, tersedianya fasilitas belajar, kenyamanan dan keamanan ruangan kelas
dan beberapa faktor lainnya.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang kondisi belajar seorang
siswa yaitu dalam judul Kondisi Belajar, karena untuk menghasilkan siswa yang
berhasil dalam proses pembelajaran di kelas, mampu mencapai hasil belajar yang lebih

baik. Maka diperlukan kemampuan guru dalam mengendalikan suasana didalam kelas
tersebut.
Dari latar belakang di atas tadi, maka dapat diambil permasalahan yang terjadi,
yaitu : (1) Apa pengertian kondisi belajar dan macam-macamnya?, (2) Apa saja kondisi
belajar untuk berbagai jenis belajar?, (3) Apa saja faktor eksternal dan internal dalam
Belajar?, (4) Apa saja kendala dalam pengajaran?, (5) Bagaimana cara mewujudkan
kondisi pembelajaran yang efektif?.
Tujuan penulisan makalah, adalah : (1) Dapat mengetahui pengertian dari kondisi
belajar dan berbagai macam-macam kondisi belajar, (2) Dapat mengetahui macammacam dari kondisi belajar untuk berbagai jenis belajar, (3) Dapat mengerti macammacam faktor eksternal dan internal dalam belajar, (4) Dapat mengerti berbagai macam
kendala dalam pengajaran, (5) Dapat mengetahui dan mengerti cara dari mewujudkan
kondisi pembelajaran yang efektif.

2) PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kondisi Belajar dan Macam-macamnya
Kondisi adalah sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika
siswa menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan. Bisa berupa : bahan, alat,
informasi, atau lingkungan. Kondisi dinyatakan secara jelas dan cermat apabila cukup
rinci di mana siswa dapat mengidentifikasi bahan, alat, informasi, atau lingkungan yang
diperlukan untuk menampilkan perilaku. Kondisi diperlukan, apabila adanya atau tidak
adanya kondisi memiliki pengaruh yang berarti pada kemampuan siswa dalam
menampilkan perilaku. Kondisi juga tidak diperlukan, apabila kondisi itu terlalu nyata
dan berlebihan (I Nyoman, 1989 : 40).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi belajar adalah suatu
keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Dengan kata lain
bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation)

yang dapat

menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempatkan


pada situasi tersebut.
Macam-macam Kondisi Belajar :
1) Kondisi belajar internal : kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum
ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses
transformasi.
2) Kondisi belajar eksternal : situasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi
belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk setiap kasus. Begitu
pula dengan jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan
kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi eksternal yang berbeda
pula (Gagne, 1985).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi belajar itu dibagi atas
menjadi dua, yaitu kondisi belajar internal adalah kemampuan yang telah ada pada diri
individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru dengan kata lain berarti kondisi yang
mempengaruhi belajar siswa yang ditimbulkan oleh mereka sendiri, seperti motivasi
belajar, keadaan psikologis, fikiran dan sebagainya.

Kedua, kondisi belajar eksternal adalah kondisi belajar yang ditimbulkan dari luar
diri mereka, dalam hal ini adalah lingkungan belajar siswa. Kondisi eksternal adalah
peristiwa khusus dan unik yang memungkinkan belajar.
Karakteristik Bidang Studi
Struktur Bidang Studi:

Stuktur Orientasi adalah struktur yang amat inklusif, yang di dalamnya tercakup
semua atau sebagian besar dari isi bidang studi yang diajarkan. Fungsinya adalah
memperkenalkan semua bagian bidang studi yang penting, yang nantinya dapat
dijadikan sebagai kerangka untuk mengaitkan bagian-bagian isi yang lebih rinci.
Struktur ini sejalan dengan tujuan umum orientasi.

Struktur pendukung adalah suatu struktur yang tidak inklusif jika dibandingkan
dengan struktur orientasi. Struktur ini dapat berisi fakta, konsep, prosedur atau
prinsip yang dimasukkan dalam struktur orientasi. Karena itu struktur ini bisa
berupa struktur konseptual, prosedural, teoritik, maupun struktur belajar. Yang
dimaksud terakhir, struktur belajar adalah suatu struktur yang menunjukkan
hubungan prasyarat belajar di antara fakta, konsep dan prinsip.

Sedangkan struktur ganda adalah suatu struktur yang menunjukkan kaitan di


antara struktur-struktur suau bidang studi. Struktur ini akan melibatkan struktur
orientasi dan struktur pendukung. Oleh karena itu, struktur ini akan memasukkan
hampir semua isi bidang studi yang penting mulai dari fakta, konsep, prosedur,
sampai prinsip.

Tipe Isi Bidang Studi


Reigeluth dan Merril (1979) menganalisis isi bidang studi menjadi empat tipe,
yang disebutnya sebagai konstruk isi bidang studi, yaitu: fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur.

1) Fakta adalah asosiasi satu-ke-satu antara objek, peristiwa atau simbol yang ada,
atau mungkin ada, di dalam lingkungan riel atau imajinasi. Misalnya, Jakarta
ibukota Indonesia;
2) Konsep adalah sekelom-pok objek, peristiwa atau simbol yang memiliki
karakteristik umum yang sama dan yang diidentifikasi dengan nama yang sama,
umpamanya konsep hewan;
3) Prinsip adalah hubungan sebab-akibat antara konsep-konsep. Umpamanya prinsip
penawaran dan permintaan dalam ekonomi; sedangkan
4) Prosedur adalah urutan langkah untuk mencapai suatu tujuan, memecahkan

masalah tertentu atau membuat sesuatu. Misalnya prosedur penelitian.


2.2. Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar
Kondisi belajar dibagi atas lima kategori belajar sebagai berikut:
1. Keterampilan intelektual (Intellectual Skill) merupakan hasil pendidikan formal,
kemampuan dalam mentransformasikan simbol tertulis menjadi kata yang diucapkan,
merubah pernyataan menjadi pertanyaan, konsep dalam memecahkan masalah.
2. Informasi verbal (Verbal Information) merupakan suatu komponen prasarat dalam
usaha mempelajari kemampuan-kemampuan yang lain. Informasi verbal dapat
dipelajari dalam bentuk oral maupun tertulis dan berkisar dari yang paling sederhana
ke pengetahuan yang sangat kompleks.
3. Stategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving) merupakan kemampuan internal
mahasiswa/siswa sebagai panduan dalam berpikir, belajar, memecahkan masalah
yang baru sama sekali dan tidak hanya pandai memecahkan masalah tetapi juga
mampu berpikir mandiri dan membuat keputusan berdasarkan apa yang telah
dipelajari. Strategi kognitif merupakan tujuan utama pendidikan.
4. Sikap (Attitude) merupakan keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi
tingkah lakunya terhadap suatu objek atau kejadian disekitarnya. Komponen sikap
adalah: (1) kognitif, seseorang memerlukan konsistensi dalam tingkah lakunya; (2)
efektif, berupa positip atau negatip; (3) tingkah laku, ditentukan oleh situasi pada
suatu saat tertentu

5. Keterampilan motorik (Motor Skill) Merupakan hasil belajar yang berhubungan


dengan gerakan otot dan pada umumnya merupakan salah satu tujuan utama
pengajaran. Menurut Fitts (1968) tahap-tahap ketrampilan motorik adalah: (1)
Kognitif adalah dengan tekanan kepada belajar mengenal petunjuk-petunjuk, (2)
Fiksasi adalah mulai mempelajari pola tingkah laku atau respons yang dikehendak,
(3) Otonomi adalah kegiatan dilakukan secara otomatis dan ditandai dengan
peningkatan kecepatan dan daya tahan terhadap ketegangan, kecemasan, atau
gangguan dari kegiatan-kegiatan lain (Gagne : 2000).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan belajar yang efektif
untuk berbagai jenis/ kategori kemampuan belajar yang berbeda-beda.
2.3. Faktor Eksternal dan Internal dalam Belajar
Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor Eksternal
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:
a. Lingkungan keluarga, yaitu:
1) Orang tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari
orang tua. Apabila anak sedang belajar, anak jangan diganggu dengan tugas rumah.
Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin
membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah. Didikan
orang tua yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap kondisi anak
dalam kegiatan belajar.
2) Suasana rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis akan menimbulakan
suasana kaku dan tegang dalam berkeluarga yang menyebabkan anak kurang
bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan
penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.

3) Kemampuan ekonomi keluarga


Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan
keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi juga alat-alat
belajar yang memadai, seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan. Sedangkan
sebagian besar, alat-alat pelajaran harus disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan.
Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, sudah barang tentu tidak
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara maksimal. Maka murid akan
menanggung resiko yang tidak diharapkan.
4) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap
anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik agar
mendorong anak untuk belajar.
b. Lingkungan Guru, yaitu:
1) Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan
proses belajar menjadi kurang lancar, dan menyebabkan anak didik merasa ada distansi
(jarak) dengan guru, sehingga segan untuk berpartisipai aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
2) Hubungan antar murid
Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akna
mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat.
Suasana kelas semacam ini sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Untuk itu maka,
guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong dalam
belajar bersama, hal ini dimaksudkan agar kondisi individual siswa berlangsung dengan
baik.

3) Cara penyajian bahan pelajaran


Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa
menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah
guru yang mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan
kondisi belajar siswa.
c. Lingkungan Masyarakat, yaitu:
1) Teman Bergaul
Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam dan membentuk
kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya
jangan sampai mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak
diharapkan. Karena prilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak
lain.
2) Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya
pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada di
kondisi masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran
misalnya, akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami
kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat
belajar.
3) Kegiatan dalam masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan
lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan
menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anakanaknya.
4) Media
Media adalah sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar. Misalnya,
bioskop, radio, video-kaset, novel, majalah, dan lain-lain. Banyak anak yang terlalu lama

menonton TV, membaca novel, majalah yang tidak dibertanggung jawabkan dari segi
pendidikan. Sehingga, mereka akan lupa akan tugas belajarnya. Maka dari itu, buku
bacaan, video-kaset, majalah, dan mass media lainnya perlu diadakan pengawasan yang
ketat dan diseleksi dengan teliti.
2. Faktor Non-sosial
Faktor non-sosial adalah sebagai berikut:
Sarana dan prasarana sekolah, adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum.
Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh
pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan.
Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajarmengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut guru menyusun desain
instruksional untuk membelajarkan siswa.
2) Media pendidikan
Media pendidikan dapat berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD,
komputer dan lain sebagainya. Pada umumnya, sekolah masih kurang memiliki media
tersebut, baik dalam jumlah maupun kualitas. Lengkapnya media pendidikan merupakan
kondisi belajar yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya media pendidikan
menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. Dengan tersedianya
media pendidikan berarti menuntut guru dan siswa dalam menggunakannya.
3) Keadaan gedung
Dengan banyaknya jumlah siswa yang membeludak, keadaan gedung dewasa ini
masih sangat kurang. Mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu
menghambat lancarnya kondisi belajar siswa. Keadaan gedung yang tua dan tidak
direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang. Hal itu,
dapat menimbulkan ketidak nyamanan siswa dalam belajar. Sehingga kegiatan belajar
mengajar tidak dapat berjalan dengan baik.

4) Sarana Belajar
Sarana belajar di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa.
Perpustakaan yang tidak lengkap, papan tulis yang sudah buram, laboratorium yang
darurat atau tidak lengkap, tempat praktikum yang tidak memenuhi syarat, tentu akan
mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar
siswa. Adakalanya juga, sarana yang sudah begitu lengkap tidak disertai dengan sistem
pelayanan yang ramah.
5) Waktu belajar
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak, maka ada
siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak
harus beristirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari. Sebab, pikiran mereka masih
segar, dan jasmani dalam kondisi baik. Karena belajar di pagi hari, lebih efektif daripada
belajar pada waktu lainnya.
6) Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu
padat dan tidak memiliki sarana umum untuk anak, akan mendorong siswa untuk
berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah
dan perkampungan seperti ini jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
7) Alam
Hal ini dapat berupa keadaan cuaca yag tidak mendukung anak untuk
melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar
siswa akan kurang optimal.
Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi
jasmani maupun rohani siswa.
Faktor Internal dibedakan menjadi:

1. Faktor Fisiologis.
Faktor Fisiologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani
seseorang, misalnya tentang fungsi organ-organ, dan susunan-susunan tubuh yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatar belakangi kegiatan
belajar. Keadaan jasmani yang optimal akan berbeda sekali hasil belajarnya bila
dibandingkan dengan keadaan jasmani yang lemah. Sehubungan dengan keadaan atau
kondisi jasmani tersebut, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi), yaitu:
Tubuh yang kekurangan gizi makanan, akan mengakibatkan merosotnya kondisi
jasmani. Sehingga, menyebabkan seseorang belajarnya menjadi cepat lesu, mengantuk,
dan tidak ada semangat untuk belajar. Pada akhirnya siswa tidak dapat mencapai hasil
belajar yang diharapkan.
2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang dapat mempegaruhi kegiatan
belajar di sini adalah fungsi-fungsi panca indera. Panca indera yang memegang peranan
penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Apabila mekanisme mata dan telinga
kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan dari guru, tidak mungkin dapat
diterima oleh anak didik. Jadi, siswa tidak dapat menerima dan memahami bahan-bahan
pelajaran, baik yang langsung disampaikan oleh guru, maupun melalui buku bacaan.
2. Faktor Psikologis.
Faktor Psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan
kejiwaan siswa. Faktor Psikologis dapat dibedakan menjadi:
a. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai
keberhasilan. Bakat anak akan dimulai tampak sejak ia dapat berbicara atau sudah masuk
Sekolah Dasar (SD). Bakat yang dimiliki setiap anak tidaklah sama. Bakat akan dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar anak dalam bidang-bidang studi tertentu.
Jadi, merupakan hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya

untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan atau keahlian tertentu tanpa mengetahui
terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya.
b. Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar untuk sesuatu. Dalam minat, ada dua hal yang harus diperhatikan:
1) Minat Pembawaan
Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik
kebutuhan maupun lingkungan.
2) Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar
Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh lingkunga dan
kebutuhan. Spesialisasi bidang studi yang tidak sesuai dengan minatnya, tidak
mempunyai daya tarik baginya.
c. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Kemampuan dasar yang
tinggi pada anak, memungkinkan anak untuk dapat menggunakan pikirannya untuk
belajar dan memecahkan persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil.
Sebaliknya, jika tingkat kemampuan dasar anak rendah maka dapat mengakibatkan anak
mengalami kesulitan dalam belajar.
d. Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorong manusia untuk
berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong sesorang untuk interesting pada
kegitan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan
adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula.

2.4. Kendala dalam Pengajaran


Kendala didefinisikan sebgai keterbatasan sumber-sumber belajar, seperti: waktu,
media, personalia, dan uang. Tidak masuk akal suatu strategi penyampaian yang dipilh
dan akan dilaksanakan tidak didukung oleh sumber-sumber belajar tersebut. Memlilih
media transparasi, umpamanya, harus didasari oleh kepastian bahwa tersedia overhead
projector (OHP) tersedianya aliran listrik, dan begitu seterusnya, sampai pertimbangan
apakah personalia (guru) mempunyai kemampuan untuk menggunakan OHP sebagai
media pengajaran.
Disamping faktor tersedianya media dan kemampuan personalia, keterbatasan
uang juga perlu diperhatikan. Faktor ini amat menentukan berhasil tidaknya penggunaan
suatu strategi penyampaian. Realisasi dari faktor ini akan nampak sekali dalam
penyediaan sumber-sumber belajar.
Faktor lain yang termasuk kelompok kendala adalah waktu. Keterbatasan waktu
banyak mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian. Menyampaikan pengajaran
dengan media film, membutuhkan waktu lebih singkat daripada mengamati langsung
suatu proses kegiatan.
Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima, membutuhkan waktu yang
lebih

singkat

daripada

kegiatan-kegiatan

belajar

yang

bersifat

menemukan.

Menyampaikan pengajaran kepada kelompok besar lebih menghemat waktu daripada


kelompok-kelompok kecil, atau kepada perseorangan.
2.5. Upaya-upaya dalam Mewujudkan Kondisi Pembelajaran yang Efektif
Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan
langkah-langkah berikut ini:
1. Melibatkan Siswa Secara Aktif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar.
Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Setiap
jenis aktivitas memiliki kadar atau bobot yang berbeda, tergantung pada segi tujuan mana
yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Yang jelas, aktivitas kegiatan

pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih
memperhatikan aktivitas siswa.
2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa.
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa
dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang.
Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin
melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat,
bakat dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan
kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati.
3. Membangkitkan Motivasi Siswa
Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat
mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi
siswa sehingga ia mau belajar.
4. Memberikan pelayanan individu Siswa
Salah satu masalah utama dalam pendekatan pembelajaran adalah kurangnya
pemahaman guru tentang perbedaan individu antar siswa. Guru sering kurang menyadari
bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat menyerap pelajaran dengan baik.
Kemampuan indiviadual mereka dalam menerima pelajaran berbeda-beda.
5. Menyiapkan dan Menggunakan Berbagai Media Dalam Pembelajaran
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika
mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa
dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Sebab, pembelajaran yang
mengggunakan banyak verbalisme tentu akan membosankan.

6. Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan


Suasana belajar yang menyenangkan dapat diciptakan oleh guru diantarnya
menghindarkan suasana kaku, tegang apalagi menakutkan dalam belajar, menyisipkan
humor-humor yang segar dan mendidik, tidak memberikan soal-soal yang terlalu sukar,
dan lain-lain.
7. Mengadakan refreshing
Untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan penat dalam belajar, siswa diberikan
suasana refreshing, caranya bisa dengan menyertakan musik dalam ruangan belajar,
memberikan permainan-permainan simulasi-simulasi yang terkait dengan materi belajar.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus
memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar
proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi
dapat dicapai dengan maksimal.

3) PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut, kondisi belajar

adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Dalam proses
belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan
kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Beberapa faktor juga
mempengaruhi kondisi belajar, eksternal dan internal. Faktor tersebut harus diperhatikan
scara seksama bila ingin tercipta kondisi belajar yang optimal.
Kondisi diri siswa harus dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran, metode
dan media pembelajaran, serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak menimbulkan
hambatan belajar, melainkan dapat mengembangkan potensi diri siswa. Hasil yang
diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Guru sebagai sumber pembelajar memiliki kewajiban mencari, menemukan, dan
diharapkan memecahkan masalah-masalah belajar siswa. Dalam pencarian dan penemuan
masalah-masalah

tersebut

guru

dapat

melakukan

langkah-langkah

berupa

(1)

Mengidentifikasi adanya masalah belajar (2) Menelaah/menetapkan status siswa (3)


Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
Dengan kata lain, ilmu yang didapat atau informasi belajar yang diterima tegantung dari
bagaimana kondisi belajarnya, maka dari itu kondisi belajar sangat penting dalam suatu
aktivitas belajar.

Daftar Rujukan

Arjuna. 2011. Kendala dan Karakteristik Bidang Studi, (Online), (http:// arjunabelajar.mht),
diakses 12 Agustus 2013.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud.
Eka. 2011. Kondisi Belajar, (Online), (http:// Ekacrudh Geo

KONDISI BELAJAR.html),

diakses 12 Agustus 2013.


Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai