LAPORAN KASUS
Cephalgia
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Siti Istiqomah, Sp.S
Disusun Oleh :
Nindya Riesmania P 30101206686
Cephalgia
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Disusun Oleh:
Nindya Riesmania P
30101206686
Tanda Tangan
.............................
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf
BAB I
PENDAHULUAN
Cephalgia atau nyeri kepala merupakan keluhan utama yang sering
dijumpai oleh dokter, yaitu rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh
daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.
Berdasarkan penyebabnya digolongkan menjadi cephalgia primer dan cephalgia
sekunder. Cephalgia primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas kelainan anatomi
atau kelainan struktur, yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala
klaster, dan nyeri kepala primer lainnya. Cephalgia sekunder adalah nyeri kepala
yang jelas terdapat kelainan anatomi maupun kelainan struktur dan bersifat kronik
progresif, antara lain meliputi kelainan non vaskuler.
Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam
praktik sehari-hari. Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap
bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bukan hanya
masalah fisik semata sebagai sebab nyeri kepala tersebut, namun masalah psikis
juga sebagai sebab dominan. Untuk nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor fisik
lebih mudah didiagnosis, karena pada pasien akan ditemukan gejala fisik lain
yang menyertai sakit kepala, namun tidak begitu halnya dengan nyeri kepala yang
disebabkan oleh faktor psikis. Nyeri kepala yang sering timbul di masyarakat
adalah nyeri kepala tanpa kelainan organik, dengan kata lain adalah nyeri kepala
yang disebabkan oleh faktor psikis.
Nyeri kepala merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan baik struktural maupun fungsional, sehingga dibutuhkan sebuah
klasifikasi untuk menentukan jenis dari nyeri kepala tersebut. Sejak tahun 1985
International Headache Sosiety (IHS) mulai mengembangkan sistem klasifikasi
nyeri kepala dan akhirnya pada tahun 1988 dihasilkan klasifikasi nyeri kepala.
Kini penanganan akan nyeri kepala sudah memiliki standarisasi dari IHS untuk
membedakan akan cluster headache, migrain, tension headache dan dengan nyeri
kepala lainnya.
BAB II
STATUS MAHASISWA
: CEPHALGIA
Nama Mahasiswa
: Nindya Riesmania P
NIM
: 30101206686
IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status
Agama
Pekerjaan
Alamat
Dikirim oleh
No CM
Dirawat di ruang
Tanggal masuk RS
Tanggal keluar RS
: Tn. H
: 57 tahun
: Laki - laki
: Menikah
: Islam
: Wiraswasta
: Sidosari RT 02/X, Ngaliyan, Semarang
: Sendiri
: 51-93-53
: Alamanda Kamar 1.5
: 7 Desember 2016
:-
DAFTAR MASALAH
NO
Masalah Aktif
Tanggal
NO
1.
Sakit kepala
27 Desember 2016
2.
3.
Mual
Hipertensi
I. SUBYEKTIF
ANAMNESA
Dilakukan secara autoanamnesa di bangsal Alamanda kamar 1.5 RSUD
Tugurejo Semarang.
Tanggal : 7 Desember 2016
Jam
: 14.00 WIB
1. Keluhan Utama
: Sakit kepala
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
o Lokasi
: Seluruh kepala
o Onset
: 4 hari
o Kualitas : Sakit kepala dirasa cekot cekot di seluruh kepala kepala
seperti berasa diikat
o Kuantitas : sakit dirasakan terus menerus terutama akhir akhir ini
samai mengganggu aktivitas sehari hari
o Kronologis :
o 4 hari SMRS pasien mengeluh sakit kepala. Sakit yang dirasakan
pada seluruh kepala dan terasa cekot cekot seperti terasa diikat.
Pusing dirasakan terus menerus dan mengganggu aktivitas. Pasien
menyangkal sakit kepala semakin berat jika saat beraktivitas.
Pasien memiliki riwayat sakit seperti ini dalam 3 bulan terakhir ini.
Sakit kepala muncul hilang timbul tidak diketahui waktu
munculnya sakit kepala. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi
dan mengkonsumsi copidogrel untuk hipertensinya, karena nyeri
kepalanya dirasa semakin parah pasien memutuskan untuk dibawa
:
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: 170/90 mmHg
Nadi
RR
Suhu
: 36,40 C
Status generalis :
Kepala
: Bentuk : mesochepal, nyeri tekan(-).
Mata
: Ca -/-, SI -/-, reflek cahaya +/+, edem palpebra -/-, pupil bulat
isokor 3mm /3mm
Hidung
: Nafas cuping (-), deformitas (-), secret (-)
Telinga
: Serumen (-), nyeri mastoid (-), nyeri tragus (-), kurang
pendengaran -/Mulut
: bibir kering (-), sianosis (-)
Leher
: pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar
tyroid (-),
Perkusi :
-
batas atas
Paru-paru
:
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Rh (-/-) Wh (-/-)
Abdomen
o Inspeksi : warna seperti kulit sekitar
o Palpasi
Nyeri tekan : (-)
Hepar
: Tidak teraba pembesaran
Splen
: Tidak teraba
Ballotement : - / o Perkusi
: Timpani
o Auskultasi
: Bising usus (+) N
Alat Kelamin : tidak ada kelainan, dalam batas normal
2. Status Psikis
Tingkah laku
Perasaan hati
Cara Berpikir
Daya ingat
Kecerdasan
: normoactive
: euthymic
: baik /logis
: baik
: cukup
3. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk
: Mesosefal
Nyeri tekan: Tidak ada
Simetri
: simetris
Pulsasi
: regular, cukup
B. Leher
Sikap
: normal
Gerakan : normal
Kaku kuduk: (-)
4. Saraf Cranialis
NI. (OLFAKTORIUS)
Daya pembau
Subyektif
Kanan
Normal
Kiri
Normal
Dengan
Normal
Normal
Bahan
N II. (OPTIKUS)
Tajam Penglihatan
Penglihatan Warna
Lapang Penglihatan
Kanan
: Normal
: Normal
: Normal
8
Kiri
Normal
Normal
Normal
P. Fundus Okuli
t.d.l
N III.(OKULOMOTORIUS)
Palpebra
Gerakan bola mata
Fungsi dan reaksi pupil
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Reflek cahaya langsung
Reflek cahaya tak langsung
t.d.l
Kanan
Normal
Normal
+
3 mm
Bulat
Normal
Normal
Normal
(-)
(-)
Kiri
Normal
Normal
+
3 mm
Bulat
Normal
Normal
Normal
(-)
(-)
Reflek akomodatif
Strabismus divergen
Diplopia
N IV. (TROKHLEARIS)
Gerak mata lateral bawah
Strabismus konvergen
Diplopia
N V. (TRIGEMINUS)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas
Kanan
Normal
(-)
(-)
Kiri
Normal
(-)
(-)
Kanan
Kiri
(+)
(+)
: (+)
(+)
Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
: (-)
Reflek Kornea
:
Reflek bersin
:
Reflek Masseter
:
(+)
(+)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
Reflek Zigomatikus :
Trismus
:
N VI. (ABDUSEN)
Gerak mata ke lateral
Strabismus konvergen
Diplopia
N VII. (FASIALIS)
Kerutan kulit dahi
Kedipan mata
Lakrimasi
Kanan
Normal
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Normal
(-)
(-)
Kiri
Normal
Normal
:
Tidak dilakukan
Normal
:
(-)
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Normal
(-)
Normal
Tidak dilakukan
Sudut mulut
Tik fasialis
Tidak dilakukan
Lipatan nasolabial
Normal
Pengecapan
:
lidah
Normal
2/3 depan:
Reflek
visual
Normal
palpebra
Reflek glabela
Reflek
palpebra
:
aurikulo
:
10
Tanda Myerson
:
Tanda Chevostek
:
N VIII. (AKUSTIKUS)
Kanan
Kiri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach
Kiri
Normal
Tidak dilakukan
belakang
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Reflek muntah
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Sengau
Tersedak
11
N X. (VAGUS)
Kanan
Kiri
Arcus faring
Bersuara
Menelan
Denyut nadi
Simetris
(+)
(+)
kuat angkat reguler
simetris
(+)
(+)
kuat angkat reguler
kiri
XI.
(AKSESORIUS)
Memalingkan
Kanan
Kiri
kontur otot tegas dan kontur
kepala
Mengangkat bahu
Sikap bahu
Trofi otot bahu
adekuat
adekuat
simetris
(-)
simetris
(-)
N XII. (HIPOGLOSUS)
kekuatan lidah
Artikulasi
trofi otot lidah
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Sikap lidah
Kanan
kuat (+)
jelas
(-)
(-)
Normal
Normal
(-)
Fasikulasi lidah
PEMERIKSAAN
12
Kiri
kuat (+)
jelas
(-)
(-)
Normal
Normal
(-)
otot
tegas
dan
Motorik
Respirasi
Duduk
Bentuk kolumna vertebra
Pergerakan kolumna vertebra
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi
Reflek
Reflek kulit perut atas
Reflek kulit perut tengah
Reflek klit perut bawah
Reflek kremaster
: normal
: normal
: tidak dilakukan
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Kanan
Kiri
kontraktur
kontraktur
(N)
(N)
dbn
dbn
Inspeksi
Warna kulit
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
5-5-5
5-5-5
Tonus
normal
normal
Trofi
(-)
(-)
(+) normal
(+) normal
Sensibilitas
Taktil
(+) normal
13
(+) normal
Nyeri
(+) normal
(+) normal
Thermi
(+) normal
(+) normal
Sensibilitas stereognosis
(+) normal
(+) normal
Diskriminasi 2 titik
(+) normal
(+) normal
Sensibilitas gramestesi
(+) normal
(+) normal
Sensibilitas barognosis
(+) normal
(+) normal
Sensibilitas posisi
(+) normal
(+) normal
Reflek fisiologis
Biseps
: (+) normal
(+) normal
Triceps
: (+) normal
(+) normal
Radius
: (+) normal
(+) normal
Ulna
: (+) normal
(+) normal
Reflek Patologis
Reflek Trommer
: (-)
(-)
Reflek Hoffman
: (-)
(-)
Inspeksi
kontraktur
Warna kulit
(N)
kontraktur
(N)
Palpasi
: dbn
dbn
Pergerakan
: normal
normal
Kekuatan
: 5-5-5
5-5-5
Tonus
: (+) normal
(+) normal
Trofi
: (-)
(-)
14
Sensibilitas
Taktil
: (+)
(+)
Nyeri
: (+)
(+)
Thermi
: (+) normal
(+) normal
Diskriminasi 2 titik
: (+) normal
(+) normal
Sensibilitas posisi
: (+) normal
(+) normal
Reflek Fisiologis
Patella
: (+) normal
(+) normal
Achiles
: (+) normal
(+) normal
Reflek Patologis
Babinski
: (-)
(-)
Chaddock
: (-)
(-)
Oppenheim
: (-)
(-)
Gordon
: (-)
(-)
Schaeffer
: (-)
(-)
Gonda
: (-)
(-)
Bing
: (-)
(-)
Rossolimo
: (-)
(-)
Mandel- Bechtrew
: (-)
(-)
: (>70 0)
Tes laseque
(>700)
Tes Patrick
: (-)
(-)
: (-)
(-)
15
III.
RINGKASAN
4 hari SMRS pasien mengeluh sakit kepala. Sakit yang dirasakan
pada seluruh kepala dan terasa cekot cekot seperti terasa diikat. Pusing
dirasakan terus menerus dan mengganggu aktivitas. Pasien menyangkal
sakit kepala semakin berat jika saat beraktivitas. Pasien memiliki riwayat
sakit seperti ini dalam 3 bulan terakhir ini. Sakit kepala muncul hilang
timbul tidak diketahui waktu munculnya sakit kepala. Pasien juga
memiliki riwayat hipertensi dan mengkonsumsi copidogrel untuk
hipertensinya, karena nyeri kepalanya dirasa semakin parah pasien
memutuskan untuk dibawa ke RSUD Tugurejo Semarang.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan: GCS E4M6V5, TD:
170/90mmHg, HR: 84x/menit, RR: 20x/menit, T : 36.4 0C. Status
neurologis: nn.Cranialis dalam batas normal, reflek patologis dalam batas
normal, reflek fisiologis dalam batas normal, tes sensibilitas dalam batas
normal, tes vegetative dalam batas normal.
IV.
DIAGNOSIS
a. Diagnosis Klinis : Cephalgia
b. Diagnosis Topik : Musculus Pericranialis
c. Diagnosis Etiologi: Tension Type Headache
V.
Sakit kepala
Mual
Hipertensi
16
Rencana Diagnosis
Usulan pemeriksaan:
-
Konsul Sp.PD
Rencana Terapi
Medika mentosa :
-
Inf RL 20 tpm
Paracetamol 500mg/8jam
Keadaan umum
Tanda vital
Edukasi
-
cephalgia
Menjelaskan tentang pemicu cephalgia
Menjelaskan cara pengobatan
Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk memantau kekambuhan
pasien
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1 DEFINISI
Nyeri kepala dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbita sampai ke
daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri
kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal. Pendapat lain
mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital dan
oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.
2 ETIOLOGI
Cephalgia atau nyeri kepala merupakan suatu gejala yang menjadi
awal dari berbagai macam penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya
kelainan organ-organ di kepala, jaringan sistem persarafan dan pembuluh
darah. Nyeri kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan,
atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera
kepala, dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungsi sendi
temporomandibular, hipertensi, sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca,
tekanan) dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya.
3 EPIDEMIOLOGI
Faktor risiko terjadinya nyeri kepala adalah gaya hidup, kondisi
penyakit, jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin
sublingual dan faktor genetik. Prevalensi nyeri kepala di USA menunjukkan
1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita nyeri kepala kronik
dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas
adalah tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi
belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %. Menurut IHS, migren sering terjadi
18
pada pria dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita, migren sering
terjadi pada usia besar dari 12 tahun. IHS juga mengemukakan cluster
headache 80 90 % terjadi pada pria dan prevalensi nyeri kepala akan
meningkat setelah umur 15 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5
rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala
sebagai berikut : Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%,
Episodik Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache
(CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed Headache 14% (Sjahrir,
2004).
Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional
Headache Society untuk Migrain dan Tension Type Headache (TTH), juga
penelitian Headache in General dimana Chronic Daily Headache juga
disertakan. Secara global, persentase populasi orang dewasa dengan
gangguan nyeri kepala 46% , 11% Migren, 42% Tension Type Headache dan
3% untuk Chronic daily headache (Stovner dkk 2007).
4 PATOFISIOLOGI
Struktur bangunan peka nyeri di kepala :
a Struktur intrakranial, meliputi :
-
Sinus kranialis dan vena aferen (sinus venosus dan vena-vena yang
mensuplai sinus-sinus tersebut)
Arteri di basis kranii yang membentuk sirkulus Willisi dan cabangcabang besarnya
19
Kulit, scalp, otot, tendon, dan fascia daerah kepala dan leher
darah dan menembus susunan saraf pusat untuk menghasilkan IL-1a dan
ekspresi cyclooxigenase/ COX di susunan saraf pusat. Aktivitas COX
merangsang produksi prostaglandin (PGE2) di daerah injury dan setelah
diinduksi di susunan saraf pusat. Hal ini berkontribusi terhadap
perkembangan nyeri inflamasi.
b
Traksi pada arteri sirkulus Willisii, sinus venosus dan vena-vena yang
mensuplai sinus tersebut, dan arteri meningea media.
21
mengandung serabut-serabut
22
adanya keterlibatan batang otak yaitu dengan munculnya rasa nyeri kepala,
nausea dan muntah.
5 KLASIFIKASI
Nyeri kepala dapat diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer dan
nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri
yang merupakan penyakit utama atau nyeri kepala tanpa disertai adanya
penyebab struktural-organik. Sedangkan nyeri kepala sekunder merupakan
sakit kepala yang timbul diakibatkan panyakit lain dari tubuh.
Berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari
International Headache Society (IHS) :
A Nyeri kepala primer
1 Migren
- Migren tanpa aura
- Migren dengan aura
- Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor
migren
- Migren retinal
- Komplikasi migren
- Probable migren
Nyeri kepala tipe tegang
- Nyeri kepala tipe tegang episodik yang infrequent
- Nyeri kepala tipe tegang episodik yang frequent
- Nyeri kepala tipe tegang kronik
- Probable nyeri kepala tipe tegang
Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang
lainnya
- Nyeri kepala klaster
- Hemikrania paroksismal
-
Short-lasting
unilateral
neuralgi
23
form
headache
with
Hemikrania kontinua
Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan atau leher
6 CEPHALGIA PRIMER
1
MIGREN
Definisi
24
rangsangan
terangmenyilaukan(38,1%)
sensorik
seperti
sinar
yang
dan
yang
menyengat
baik
bau
25
26
saraf
simpatis,
aktifasi
sistem
ini
akan
Berlangsung 4 72 jam
Unilateral
27
Sensasi berdenyut
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain (jika ada
indikasi) adalah pencitraan (CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
Diferensial diagnosa Migren
Diferensial diagnosa migren adalah malformasi arteriovenus,
aneurismaserebri, glioblastoma, ensefalitis, meningitis, meningioma,
sindrom lupuseritematosus, poliarteritis nodosa, dan cluster headache.
Terapi
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis
dan
fisiologis,
mencegah
berlanjutnya
dilatasi
ekstrakranial,
boleh melewati 10
28
metilgliserid
malead,siproheptidin
hidroklorida,
Pencegahan
Pencegahan migren adalah dengan mencegah kelelahan fisik,
tidur cukup,mengatasi hipertensi, menggunakan kacamata hitam untuk
menghindari cahayamatahari, mengurangi makanan (seperti keju,
coklat, alkohol, dll.), makan teratur, dan menghindari stress.
2
29
splenius
kapitis,
M.
temporalis,
M.
masseter,
M.
30
yang
akan mengganggu
31
tidak
nyaman
pada
bagian
leher,
rahang
serta
temporomandibular.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat
dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun.
TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan
kepala maupun MRI.
Diferensial Diagnosis
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada
spondilo-artrosisdeformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit
kepala pasca punksi lumbal,migren klasik, migren komplikata,cluster
headache, sakit kepala pada arteritistemporalis, sakit kepala pada
desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakitkardiovasikular, dan
sakit kepala pada anemia.
Terapi
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus
dibimbing untuk mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat
termasuk bed rest , massage, dan atau latihan biofeedback. Pengobatan
farmakologi adalah simpel analgesia dan ataumuclesrelaxants.
Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk
kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia (asetaminofen,
32
mg/hari,
Tolfenamic
200-400
mg/hari,
Asam
penceggahan TTH.
Anti anxietas
Baik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada
penderita dengan komorbid anxietas. Golongan yang sering
dipakai benzodiazepine dan butalbutal , namun obat ini
bersifat adikktif.
Prognosis dan Komplikasi
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan
tetapi tidak membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan
ataupun
dengan
menyelesaikan
masalah
yang
menjadi
latar
33
yang
baik
maka
>90%
pasien
dapat
34
hari menjelang
tidurnya.
Etiologi
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut:
a
Pelepasan histamin
Abnormalitas hipotalamus.
Patofisiologi
Patofisiologi cluster headache masih belum diketahui dengan
jelas akan tetapi teori yang masih banyak dianut sampai saat ini antara
lain: Cluster headache, timbul karena vasodilatasi pada salah satu
cabang arteri karotis eksterna yang diperantarai oleh histamine
intrinsic (TeoriHorton). Serangan cluster headache merupakan suatu
gangguan kondisi fisiologis otak dan struktur yang berkaitan
dengannya,
yang
ditandai
oleh
disfungsi
hipotalamus
yang
35
Terapi
Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180
menit sering memberat secara cepat, sehingga membutuhkan
36
serangan
akut
cluster
headache.
Pasien
tidur
37
38
BAB IV
PEMBAHASAN
1. ANAMNESIS
NO KASUS
1. 4 hari SMRS pasien mengeluh sakit kepala.
TEORI
Tension type headache merupakan
temporalis, M. masseter, M.
sternokleidomastoid, M. trapezius,
scapula).
dan ketidakseimbangan
Semarang.
2. PEMERIKSAAN FISIK
NO KASUS
TEORI
1. Dari pemeriksaan fisik ditemukan: Tension Type Headacheharus memenuhi
GCS E4M6V5,
VAS: 4
HR: 84x/menit,
RR: 20x/menit,
T : 36.40C.
Status generalisata dalam batas klinis dapat berupa nyeri ringan- sedangnormal, Status neurologi : nn. berat, tumpul sepertiditekan atau diikat,
39
Cranialis
dalam
batas
oleh
stress,insomnia,
40
BAB V
PENUTUP
Nyeri kepala dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbita sampai ke daerah
belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala adalah
nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.
Nyeri kepala dapat diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer dan nyeri
kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri yang
merupakan penyakit utama atau nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab
struktural-organik. Sedangkan nyeri kepala sekunder merupakan sakit kepala yang
timbul diakibatkan panyakit lain dari tubuh.nyeri kepala primer sendiri terbagi
atas migren, tension type headache dan cluster headache
DAFTAR PUSTAKA
1.
Boru, U.T., Kocer, A., Sur, H., Tutkan, H. and Atli, H. 2005. Prevalence and
Characteristics of Migraine in Women of Reproductive Age in Istanbul,
Turkey: A Population Based Survey. Tohoku J. Exp. Med., 206(1), 51-59.
41
2.
3.
4.
5.
Diunduh
dari
http://hisclassification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
6.
Sjahrir, H. 2004. Nyeri Kepala 1,2 &3. Kelompok Studi Nyeri Kepala.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
7.
42