di Indonesia, menjadi favorit peserta didik. Jumlah prodi di bidang pendidikan terdata paling
banyak, yakni 3.585 unit di seluruh negeri ini.
Di sisi lain, bidang prodi yang paling banyak berkembang pada jenjang diploma adalah
kesehatan dan teknik. Jumlah prodi kesehatan di seluruh Indonesia, termasuk di dalamnya
antara lain kebidanan, keperawatan, akupuntur, fisioterapi, dan analis kesehatan, mencapai
1.410 unit berbentuk akademi atau politeknik. Jumlah tersebut jauh di atas bidang prodi lain
yang relatif tidak bersinggungan langsung secara aplikatif dengan dimensi kehidupan, seperti
bidang seni dan humaniora.
Kehadiran ribuan prodi favorit terkait erat dengan peminat pada prodi yang bersangkutan.
Jumlah peserta didik yang mendaftar pada prodi tertentu biasanya menjadi patokan bagi
perguruan tinggi, khususnya swasta, untuk mengembangkan prodi tersebut. Tak pelak,
kehadiran prodi lebih banyak ditentukan oleh pasar (peminat) yang umumnya terbentuk oleh
ketersediaan lapangan kerja ketimbang berorientasi pada pencetakan peserta didik yang
mumpuni dalam bidangnya.
Titik jenuh
Seiring berlakunya hukum ekonomi, pada satu periode tertentu, tak terhindari, pasar kerja di
bidang tertentu akan mencapai titik jenuh. Padahal, prodi yang terbentuk di bidang tersebut
telanjur mencapai ratusan hingga ribuan jumlahnya. Sementara jumlah peminat prodi terkait
akan cenderung menurun.
Kondisi tersebut mulai dirasakan sejumlah perguruan tinggi di bidang prodi tertentu. Di
bidang kesehatan, misalnya prodi pendidikan kebidanan, terindikasi mengalami penurunan
peserta didik. Perlahan tetapi pasti, peminat prodi tersebut menurun meski prodi pendidikan
kebidanan merupakan salah satu yang terbanyak di Indonesia, khususnya untuk jenjang
diploma. Hal itu antara lain disebabkan tingginya persaingan dan terbatasnya lapangan kerja
(Kompas, 26/1/2015).
Bidang lain yang terindikasi mengalami titik jenuh adalah prodi pendidikan. Jumlah prodi ini
terdata paling banyak di seantero negeri. Penggabungan jenjang sarjana dan pascasarjana
untuk prodi pendidikan mencapai 4.187 unit atau 35 persen dari semua jumlah prodi di
Indonesia.
Jumlah calon guru berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan guru secara nasional. Kondisi
itu diakibatkan lemahnya pembatasan pertumbuhan LPTK (Kompas, 27/1).
Indikasi bidang prodi yang mengalami kejenuhan juga dapat dilihat dari jumlah mahasiswa
aktif pada bidang bersangkutan. Perbandingan atau rasio antara jumlah prodi di bidang
tertentu dan jumlah mahasiswa aktif merupakan salah satu indikasi dari efektivitas prodi
tersebut. Untuk bidang agama yang memiliki 677 prodi, misalnya, di setiap prodi hanya
tercatat 19 peserta didik yang aktif. Jumlah mahasiswa aktif paling banyak terdata di bidang
prodi ekonomi. Dari 2.803 prodi yang ada, di setiap prodi tercatat 341 mahasiswa aktif
menimba ilmu.
Merespons realitas prodi yang mulai tak efektif, sebenarnya pemerintah melalui Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah melakukan penangguhan atau moratorium
terhadap pembentukan beberapa prodi di bidang kesehatan. Langkah itu memberi angin segar
bagi dunia pendidikan tinggi dan menumbuhkan harapan bahwa pemerintah beritikad
membenahi tata kelola pendidikan tinggi, dimulai dari penataan prodi. Semoga upaya
tersebut tak terhenti di situ. (Litbang Kompas)