HERA FAJRIPUTRI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1435 H
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Jurusan Biologi FakultasSains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
HERA FAJRIPUTRI
106095003197
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1435 H
KLORIDA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
HERA FAJRIPUTRI
10609s003197
Menyetuj ui,
Pembimbing II
Pembimbing I
Dr4-NatiBadiastulL-14-Si
NIP
196s0902.2000.1 1.2000
Mengetahui.
Ketua Jurusan Biologi
PENGESAHAN UJIAN
Menyetu.jui:
Pcnsuji I
Penguj
l/^
la Mrav6nti.
NTP.
Nl.Si
i II
690317 .2A03.12.2001
Penrtrinrbins I
Pembimbing II
Reno Fitri. M. Si
NIDN. 0i 13087605
Merrgetalrui,
l)ckan
Fal<
Teknologi
l9720816.1999.03.100i
fl*
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
HERA FAJRIPUTRI
106095003197
ABSTRAK
Uji koefisien fenol diperlukan untuk mengetahui efektivitas suatu senyawa aktif
pada produk antiseptik dan disinfektan. Penelitian bertujuan untuk mengukur
efektivitas produk antiseptik dan disinfektan yang mengandung senyawa aktif
benzalkonium klorida dan membandingkannya dengan produk sejenis yang
mengandung senyawa aktif berbeda berdasarkan nilai koefisien fenolnya. Metode
turbidimetri digunakan untuk mengamati ada atau tidak adanya kekeruhan pada
produk yang diuji. Pengujian dilakukan terhadap Bacillus cereus dan
Pseudomonas aeruginosa. Produk efektif bila memiliki nilai koefisien fenol lebih
dari 1 (>1). Berdasarkan hasil pengamatan, produk antiseptik dan disinfektan yang
mengandung senyawa aktif benzalkonium klorida memiliki nilai koefisien fenol
lebih dari 1 (>1) terhadap kedua bakteri tersebut.
ABSTRACT
HERA FAJRIPUTRI, Phenol Coefficient Test of Antiseptic and Disinfectant
Products which Contains of Benzalkonium Chloride Active Compound.
Department of Biologi. Faculty of Scince and Technology. State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Phenol coefficent test was required to find out the activity of a chemical active
compound from antiseptic and disinfectant products. These research was aimed to
measured the effectivity of antiseptic and disinfectant products and compared it
with similar products which contained of different active compound according to
phenol point. Turbidimetry method was used to observed the tested products.
These research was tested to Bacillus cereus and Pseudomonas aeruginosa.
Products effective if the phenol point was more than 1 (>1). According to the
observation, the antiseptic and disinfectant products which contained of
benzalkonium klorida active compound have phenol coefficient point more than 1
(>1).
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia, shalawat serta
salam kepada Rosululloh Muhammad saw yang telah membawa risalah-Nya
hingga sampai kepada kita, aamiin. Alhamdulillah, skripsi yang berjudul Uji
Koefisien Fenol Produk Antiseptik dan Disinfektan yang Mengandung
Senyawa Aktif Benzalkonium Klorida telah penulis selesaikan. Skripsi ini
dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan,
saran dan motivasi kepada:
1. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Dasumiati, M.Si selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta
Penguji II pada sidang munaqosyah yang telah memberikan
pengarahan pada penyusunan skripsi ini.
3. Dra. Nani Radiastuti, M.Si selaku pembimbing I yang dengan sabar
memberikan bantuan, bimbingan, saran dan pencerahan selama
melaksanakan penelitian hingga selesainya skripsi ini.
ii
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................
1.3. Hipotesis........................................................................................
iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme bakteri, sehingga bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan
atau bahkan membunuh bakteri (Pelczar dan Chan, 2005), diantaranya adalah
dengan menggunakan antiseptic dan disinfektan. Antiseptik merupakan zat yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri. Disinfektan
adalah bahan kimia yang dapat mematikan sel vegetative bakteri tetapi belum
tentu mematikan sporanya (Isadiartuti dan Retno, 2005). Disinfektan biasanya
digunakan untuk melindungi benda-benda mati, tidak untuk organ hidup
(Thamher, 2002).
Salah satu senyawa antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri adalah benzalkonium klorida. Benzalkonium klorida merupakan senyawa
aktif dalam produk yang diuji pada penelitian. Benzalkonium klorida merupakan
senyawa turunan ammonium kuartener yang digunakan pada formulasi farmasetik
sebagai pengawet. Larutan benzalkonium klorida mempunyai kisaran aktivitas
antibakteri yang luas, khususnya terhadap bakteri Gram positif. Benzalkonium
klorida juga mempunyai sifat higroskopis dan dapat dipengaruhi oleh cahaya, air,
dan logam (Pelczar dan Chan, 2005).
Produk antiseptik yang digunakan dalam penelitian terdapat dua buah, yaitu
produk A (berupa sabun cuci tangan menggunakan air) dan produk B (sabun cuci
tangan tanpa air/ instan). Produk disinfektan yang digunakan dalam penelitian
terdapat dua buah, yaitu produk C (pembersih toilet) dan produk D (pembersih
serba guna berupa krim) yang mengandung senyawa aktif benzalkonium klorida,
juga benzalkonium klorida murni itu sendiri yang akan dicari tahu nilai koefisien
fenolnya. Pengujian fenol juga dilakukan pada produk sejenis yang memiliki
senyawa aktif berbeda. Produk sejenis yang diuji dalam penelitian mengandung
senyawa aktif triklokarban (sejenis dengan produk A), klorosilenol (sejenis
dengan produk B), sodium hipoklorit (sejenis dengan produk C) dan kalsium
karbonat (sejenis dengan produk D).
Uji koefisien fenol dipilih karena belum adanya penelitian mengenai
seberapa besar efektivitas daya antibakteri dari produk-produk tersebut. Fenol
(C6H5OH) merupakan zat pembaku daya antiseptik sehingga daya antiseptik
dinyatakan dengan koefisien fenol. Koefisien fenol yang kurang dari 1
menunjukkan bahwa senyawa antibakteri tersebut kurang efektif dibanding
dengan fenol. Sebaliknya, jika koefisien fenol lebih dari 1 maka senyawa
antibakteri tersebut lebih efektif jika dibandingkan dengan fenol (Campbell,
2004). Uji koefisien fenol merupakan uji standar yang digunakan untuk
membandingkan suatu zat yang bersifat antiseptik dengan fenol sebagai zat
pembanding. Hasilnya dinyatakan dalam koefisien fenol. Fenol digunakan sebagai
pembanding karena fenol dianggap sebagai disinfektan yang paling tua yang telah
diketahui kekuatannya (Lund, 1994).
Uji tersebut dilakukan terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif
karena kedua bakteri tersebut bersifat kosmopolit dan dapat menyebabkan
keracunan. Uji koefisien fenol dilakukan berdasarkan Waluyo (2008) yaitu
didapat dari hasil bagi faktor pengenceran tertinggi produk-produk tersebut
dengan faktor pengenceran tertinggi baku fenol yang masing-masing dapat
membunuh bakteri (Bacillus cereus dan Pseudomonas aeruginosa) dalam jangka
waktu 10 menit, tetapi tidak membunuh dalam jangka waktu 5 menit.
1.2. Rumusan Masalah
a. Berapakah nilai koefisien fenol produk antiseptik dan disinfektan yang
mengandung senyawa aktif benzalkonium klorida terhadap Bacillus cereus
dan Pseudomonas aeruginosa?
b. Bagaimana perbandingan nilai koefisien fenol produk tersebut dengan
produk sejenis yang mengandung senyawa aktif berbeda?
1.3. Hipotesis
a. Nilai koefisien fenol produk antiseptik dan disinfektan yang mengandung
senyawa aktif benzalkonium klorida sebanding dengan fenol terhadap
Bacillus cereus dan Pseudomonas aeruginosa.
b. Nilai koefisien fenol produk antiseptik dan disinfektan yang mengandung
senyawa aktif benzalkonium klorida sebanding dengan produk sejenis
yang mengandung senyawa aktif berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antiseptik dan Disinfektan
Antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada
jaringan hidup. Disinfektan adalah senyawa yang dapat mencegah infeksi dengan
jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen. Disinfektan
digunakan untuk barang-barang tak hidup (Subronto dan Tjahajati, 2001).
Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pembasmian
bakteri antara lain (Pelczar dan Chan, 2005) :
a. Germisida
adalah
bahan
yang
dipakai
untuk
membasmi
dengan
aktivitas
permukaan:
cetrimida,
cetylpiridinium,
alkohol,
aldehida
dan
asam:
etanol
dan
isopropanol,
metabolisme
bakteri,
sehingga
bahan
tersebut
dapat
menghambat
negatif.
Trauma
pada
dinding
sel
atau
penghambatan
sel kemudian sel rusak atau terjadi kematian. Membran sitoplasma bakteri
mempunyai struktur berbeda dibanding sel binatang dan dapat dengan
mudah dikacaukan oleh agen tertentu.
c. Menghambat sintesis protein sel bakteri.
Bakteri mempunyai 70S ribosom, sedangkan sel mamalia mempunyai 80S
ribosom. Subunit masing-masing tipe ribosom, komposisi kimianya dan
spesifikasi fungsinya berbeda sehingga dapat menerangkan mengapa
antibakteri mampu menghambat sintesis protein dalam ribosom bakteri
tanpa berpengaruh pada ribosom mamalia.
d. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat bakteri.
Bahan antibakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan ikatan
yang sangat kuat pada enzim DNA Dependent RNA Polymerase bakteri
sehingga menghambat sintesis RNA bakteri.
Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Disinfeksi biasanya dilaksanakan dengan menggunakan
zat-zat kimia seperti fenol, formaldehid, klor, iodium dan sublimat. Pada
umumnya disinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel-sel yang lebih sensitif
tetapi bukan spora-spora yang tahan panas. Disinfektan adalah bahan yang
digunakan untuk melaksanakan disinfeksi. Seringkali sebagai sinonim digunakan
istilah antiseptik, tetapi pengertian disinfeksi dan disinfektan biasanya ditujukan
terhadap benda-benda mati, seperti lantai, piring dan pakaian (Irianto, 2007).
Menurut Dwidjoseputro (1980), kerusakan bakteri dapat dibagi atas tiga (3)
golongan, yaitu:
a. Oksidasi
Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah melepaskan O2 untuk
menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya O2,
sehingga zat ini merupakan disinfektan. Hubungan klor langsung dengan
protoplasma pun dapat menimbulkan oksidasi.
b. Koagulasi
Banyak zat seperti air raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti
fenol, formaldehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein yang
merupakan konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal
itu adalah protein yang mengalami denaturasi, dan di dalam keadaan yang
demikian itu protein tidak berfungsi lagi.
c. Depresi dan Tegangan Permukaan
Sabun mengurangi tegangan permukaan, oleh karena itu dapat
menyebabkan hancurnya bakteri. Dapat dikatakan pada umumnya, bakteri
yang berGram negatif lebih tahan terhadap pengurangan tegangan
permukaan daripada bakteri yang berGram positif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja zat antibakteri (Jawetz et
al, 2005) antara lain:
a. Konsentrasi
Konsentrasi suatu zat yang digunakan bergantung pada bahan aktif dari
suatu zat tersebut dan mikroorganisme yang diuji.
10
b. Waktu Inkubasi
Mikroorganisme tidak dimatikan tapi hanya dihambat pada pemaparan
singkat terhadap antimikrobia. Inkubasi yang lebih lama yang terus
menerus, memberi kesempatan yang lebih besar bagi mutan resistan
c. Komponen Media
Beberapa
contohnya
seperti
Natrium
polianetolsulfonat
(sodium
medium
meningkatkan
deteksi
resistensi
metisilin
pada
Staphylococcus aureus.
d. Ukuran Inokulum
Umumnya makin besar inokulum bakteri, makin kurang tingkat kepekaan
organisme. Populasi bakteri yang besar lebih sulit dihambat dibanding
populasi yang kecil.
e. Stabilitas pada Temperatur Inkubutor
Beberapa agen antimikrobia kehilangan aktivitasnya jika stabilitas
temperatur terganggu.
f. Derajat Keasaman (pH) Lingkungan
Beberapa obat lebih aktif pada pH asam (nitrofurantoin) yang lainnya pada
pH alkali (aminoglikosida, sulfonamid).
11
bakterisidal
menurunkan
tegangan
dan
bakteriostatik,
permukaan
dan
benzalkonium
permeabilitas
klorida
membran
akan
plasma.
Benzalkonium klorida juga dapat digunakan untuk sanitasi kulit telur karena
mempunyai aktivitas germisidal yang baik pada pH basa, dapat digunakan pada
temperatur yang tinggi, tidak terpengaruh oleh bahan-bahan organik, akan
mengeliminasi bakteri Salmonella sp. dari sistem membran kulit telur dan sangat
berguna
untuk
mengontrol
salmonellosis.
Selain
itu
digunakan
untuk
mendesinfeksi kulit dan membran mukosa, juga luka superficial atau infeksi.
Senyawa tersebut dapat juga digunakan untuk melindungi sterilitas alat-alat bedah
dan barang-barang yang terbuat dari karet selama masa penyimpanan (Booth,
1988).
Benzalkonium klorida atau nama IUPAC-nya dikenal dengan benzyldimethyl-tridecyl-azanium chloride merupakan turunan dari benzena karena
memiliki cincin benzene dan termasuk kelompok amonium kuartener (suatu
surfaktan kationik). Benzalkonium klorida bekerja aktif pada permukaan sel
dengan cara menghancurkan lemak pada membran sel, sehingga menyebabkan
pemisahan lipid bilayer membran sel dan mengakibatkan kebocoran isi seluler
(Gamage, et al., 2003).
12
Nama Produk
Benzalkonium klorida
Benzalkonium (C8-C16) chloride; N-Alkyl (C8-C18)-N-benzyl-N,Ndimethylammoniumchloride; Alkyl Dimethyl Benzyl Ammonium Chloride
(Benzalkoniumchloride); ADBAC; N-alkyl dimethyl benzyl Ammonium
Sinonim
Chloride Alkyl; Benzolkonium chloride; C8-18Alkylbenzyldimethylammonium chloride; N-benzyl-N,N-dimethyldecan1-aminium chloride; dimethyl-phenyl-tetradecyl-ammonium chloride
hydrate; Alkyldimethylbenzylammonium chloride
Struktur Molekul
Produk-produk yang akan dicari tahu nilai koefisien fenolnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
13
PRODUK UJI
1.
2.
3.
4.
5.
BAHAN AKTIF
Benzalkonium klorida 2%
KEGUNAAN
Produk pencuci tangan
(sabun cair) untuk
menghilangkan bau,
antibakteri dan dapat
melembutkan kulit.
Sabun cair tanpa air.
Berfungsi sebagai
antibakteri yang praktis.
Cairan pembersih untuk
permukaan keras seperti
keramik, porselein,
kloset dengan noda yang
membandel.
Produk pembersih multi
fungsi berupa busa.
Dapat digunakan pada
alat-alat yang terkena
debu, minyak, lemak dan
oli.
PRODUK
PEMBANDING
Produk sejenis
yang mengandung
senyawa aktif
Triklokarban
Produk sejenis
yang mengandung
senyawa aktif
klorosilenol
Produk sejenis
yang mengandung
senyawa aktif
sodium hipoklorit
JENIS
Antiseptik
Antiseptik
Disinfektan
Produk sejenis
yang mengandung
senyawa aktif
kalsium karbonat
Disinfektan
Disinfektan
2. 3. Koefisien Fenol
Salah satu cara pengujian disinfektan yang umumnya dipakai di
laboratorium adalah metode pengenceran. Pada metode tersebut, kekuatan
disinfektan dinyatakan dengan koefisien fenol. Cara kerja pada metode koefisien
fenol yaitu mikroorganisme uji dimasukkan dalam larutan fenol murni dan larutan
zat kimia yang akan dievaluasi pada berbagai taraf pengenceran. Koefisien fenol
dinyatakan sebagai suatu bilangan dan dihitung dengan cara membandingkan
aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran terhadap aktivitas larutan zat
kimia dengan pengenceran tertentu yang diujikan (Schlegel dan Schmidt,1994).
Fenol (C6H5OH) merupakan zat pembaku daya antiseptik sehingga daya
antiseptik dinyatakan dengan koefisien fenol. Koefisien fenol merupakan sebuah
14
15
Adapun keunggulan dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah
sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material,
sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan
korosif (Rismana, 2008).
2.4. Bakteri Uji
Bakteri hidup tersebar di alam, antara lain di tanah, udara, air dan
makanan. Secara garis besar bakteri dapat dibedakan atas bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif mempunyai dinding sel yang tebal
(1580 mm) dan terdiri dari lapisan peptidoglikan 4050% , lipid 2% dan asam
teikoat. Dinding sel bakteri Gram negatif sangat tipis (1015 nm) yang terdiri dari
lapisan peptidoglikan 520%, lipid 20%, protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein
(Suryono, 1995).
Tabel 3. Ciri Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif (Pelczar dan Chan, 1986)
Ciri
Struktur dinding sel
Komposisi dinding sel
Gram Positif
Tebal (15-80 mm)
Berlapis tunggal (mono)
Kandungan lipid rendah
(1-4 %)
Peptidoglikan ada
sebagai lapisan tunggal;
jumlahnya lebih dari 50
% berat kering pada
beberapa bakteri
Mengandung asam teikoat
Gram Negatif
Tipis (10-15 mm)
Berlapis tiga (multi)
Kandungan lipid tinggi
(11-22 %)
Peptidoglikan ada di
dalam lapisan kaku
sebelah dalam;
jumlahnya sekitar 10 %
berat kering
Tidak mengandung asam
teikoat
16
17
negatif. Bakteri tersebut bersifat aerob, tidak berspora, tidak mempunyai selubung
(sheat) dan mempunyai flagel monotrik (flagel tunggal pada kutub) sehingga
selalu bergerak. Pseudomonas aeruginosa bersifat aerob obligat yang tumbuh
dengan cepat pada berbagai tipe medium (Jawetz et al., 2005).
Habitat Pseudomonas aeruginosa dapat ditemukan di tanah dan air.
Bakteri tersebut dapat dijumpai pada daerah lembab di kulit dan dapat membentuk
koloni pada saluran pernafasan bagian atas pasien-pasien di rumah sakit
(Levinson dan Jawetz ,2003). Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri aerob
yang dapat tumbuh dengan mudah pada banyak jenis media pembiakan, karena
memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat sederhana (Todar, 2004).
Pada
penelitian
tingkat
laboratorium,
bakteri
tersebut
mampu
senyawa
amino
asetafenon.
Beberapa
strainnya
dapat
aeruginosa merupakan
bakteri yang bersifat oportunistik, yaitu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
pada penderita apabila sistem kekebalannya menurun (Mayasari, 2005).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2010. Tempat
pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Mikrobiologi Pusat Laboratorium
Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah tabung reaksi, rak tabung,
pipet ukur, stopwatch, ose, vortex, mikropipet, autoklaf, magnetic stirrer, shaker
incubator dan labu Erlenmeyer.
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu aquadest, biakkan
murni Bacillus cereus, biakkan murni Pseudomonas aeruginosa, benzalkonium
klorida murni, produk uji dari PT. Primo yaitu berupa produk antiseptik (produk
A dan produk B) dan produk disinfektan (produk C dan produk D), produk
pembanding berupa produk antiseptik yang mengandung senyawa aktif
triklokarban dan klorosilenol, produk pembanding disinfektan yang mengandung
senyawa aktif sodium hipoklorit dan kalsium karbonat. natrium klorida (NaCl),
fenol (C6H5OH), medium Nutrient Agar (NA) dan Nutrient Broth (NB).
18
19
20
kemudian diinkubasi pada shaker incubator selama 24 jam pada suhu 37o C
dengan kecepatan 120 rpm.
e. Pembuatan Stok Suspensi Bakteri
Bakteri yang telah diremajakan pada medium NA miring berumur 24 jam
ditambahkan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 5 ml kemudian divorteks.
f. Pengenceran Produk Uji dan Produk Pembanding
Masing-masing produk diambil 5 ml lalu ditambahkan aquadest hingga
100 ml, maka didapat pengenceran produk dengan masing-masing konsentrasinya
5%. Setelah itu dibuat seri pengenceran dengan perbandingan sebagai berikut:
Tabel 4. Faktor Pengenceran Produk
Produk Antiseptik dan Disinfektan 5% (ml)
Aquadest (ml)
1
1
1
1
14
16,5
19
21,5
Volume Akhir
(ml)
15
17,5
20
22,5
Pengenceran
1:300
1:350
1:400
1:450
dibuat seri
Aquadest (ml)
2
2
2
2
5
6
7
8
VolumeAkhir
(ml)
7
8
9
10
Pengenceran
1:70
1:80
1:90
1:100
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Koefisien Fenol Bacillus cereus
Nilai koefisien fenol Bacillus cereus dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7. Nilai Koefisien Fenol Bacillus cereus
Bakteri
Produk
Bacillus cereus
4.44
Triklokarban
3.33
3.89
Klorosilenol
4.44
4.44
Sodium hipoklorit
4.44
4.45
Kalsium karbonat
Fenol
BKC
4.45
22
23
BKC
Fenol
Triklokarban
Klorosilenol
Sodium hipoklorit
Kalsium karbonat
Pengenceran
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:70
1:80
1:90
1:100
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
5
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
10
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Ket:
+
15
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Koefisien Fenol
4.44
(1/90=1/400)
3.89
(1/90=1/350)
4.44
(1/90=1/400)
4.44
(1/90=1/400)
4.44
(1/90=1/400)
1
(1/90=1/90)
3.33
(1/90=1/300)
4.44
(1/90=1/400)
4.44
(1/90=1/400)
24
25
Bacillus cereus
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
4.44
4.44
4.44
4.44
4.45
4.45
3.89
3.33
1
0
Nama Produk
Berdasarkan grafik di atas (grafik 1), dapat dilihat bahwa seluruh produk
(kecuali kalsium karbonat) memiliki nilai koefisien fenol diatas 1 ( >1) yang
artinya produk-produk tersebut sesuai dengan pendapat Campbell (2004) memiliki
daya antibakteri yang lebih efektif dan lebih ampuh dibanding fenol yang diujikan
ke Bacillus cereus.
Pada
produk
uji
yang
didalamnya
mengandung
senyawa
aktif
26
27
yang rendah.
Pada produk yang dalam kemasannya diketahui mengandung senyawa
aktif Sodium hypochlorite 3%, merupakan senyawa yang tergolong ke dalam
senyawa halogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1980) yang
28
29
Produk
Pseudomonas aeruginosa
Triklokarban
4.5
Klorosilenol
Sodium hipoklorit
4.5
0
Fenol
BKC
4.5
30
BKC
Fenol
Triklokarban
Klorosilenol
Sodium hipoklorit
Kalsium karbonat
Pengenceran
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:70
1:80
1:90
1:100
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
1:300
1:350
1:400
1:450
5
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
10
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Ket:
+
15
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Koefisien Fenol
4
(1/100=1/400)
4.85
(1/100=1/450)
4
(1/100=1/400)
4.5
(1/100=1/450)
4.5
(1/100=1/400)
1
(1/100=1/100)
3
(1/100=1/300)
3
(1/100=1/300)
31
Pseudomonas aeruginosa
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Nama Produk
32
33
memiliki nilai koefisien fenol yang sama yaitu 3, artinya kedua produk tersebut
memiliki daya antibakteri 3 kali lebih efektif dibanding fenol terhadap
Pseudomonas aeruginosa. Pada produk yang mengandung senyawa aktif
chloroxylenol sebagaimana pendapat Rismana (2008) mengatakan bahwa
senyawa ini termasuk ke dalam golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah
banyak dipakai. Senyawa ini berdaya aksi dengan cara mendenaturasi dalam
rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan
konsentrasi 0,1-5%. Adapun keunggulan dari golongan golongan fenol dan fenol
terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa
jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat
racun, dan korosif. Selain itu, efektivitas produk dengan senyawa aktif
klorosilenol
sebagaimana
pendapat
Jawetz
(2005)
mengatakan
bahwa
natrium
hypochlorite
3%
sebagaimana
Dwidjoseputro
(1980)
disinfektan.
Hubungan
klor
langsung
dengan
protoplasma
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
a.
b.
5.2. Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efektivitas produk antiseptik
dan disinfektan yang mengandung senyawa aktif benzalkonium klorida
terhadap jenis bakteri patogen lainnya.
b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai konsentrasi seri pengenceran
yang tepat pada produk yang mengandung senyawa aktif sodium
hipoklorit untuk diketahui nilai koefisien fenolnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Sri. 2009. Pemeriksaan Bilangan Bakteri Dan Pengaruh Beberapa
Perlakuan Terhadap Penurunan Bilangan Bakteri Pada Mouthpiece Alat
Musik Tiup Marching Band Di Jatinangor. Bogor. [di unduh 23 November
2011]
Booth, Nicholas H., dan Leslie E.McDonald. 1988. Veterinary Pharmacology and
Therapeutics 6th ed. Iowa State University Press. USA.
Campbell, J. B. Reece, L. G dan Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Erlangga. Jakarta.
Dwidjoseputro D., Dr., Prof. 1980. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan.
Malang.
Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1. CV. Yrama
Widya. Bandung.
Isadiartuti, D. dan S. Retno. 2005. Uji Efektifitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan
yang Mengandung Etanol dan Triklosan. Majalah Farmasi Airlangga. Jakarta.
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba
Medika. Jakarta.
Karsinah., Moehario, L.H., Suharto., Mardiastuti, H.W. 1993. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran FKUI Batang Negatif Gram. Binarupa Aksara.
Jakarta.
King, RE. 1975. Remington Pharmaceutical Science 15th Edition. Mack
Publishing Company. Pennsylvania.
Lay dan Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta.
Levinson, W and E. Jawetz. 2003. Medical Microbiology & Imunology
Examination & Board Review. 7th Edition. McGraw-Hill Company. USA.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press.
Jakarta.
36
37
Uji koefisien fenol produk uji (Antibacterial Handsoap, Instant Sterile Handsoap,
Porklin dan Snowy Cleaner) dan senyawa aktif murni benzalkonium klorida serta produk
sejenis yang mengandung senyawa aktif berbeda (triklokarban, klorosilenol, sodium
hipoklorit dan kalsium karbonat).
Triklokarban
Sodium hipoklorit
Klorosilenol
Kalsium karbonat
Produk A 1:400
BKC 1:400
Produk B 1:350
Produk C 1:400
Produk D 1:400
Produk A 1:400
Produk C 1:400
BKC 1:450
Produk B 1:450
Produk D 1:450