Anda di halaman 1dari 104

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PELAKSANAAN

PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN


DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
LAMPUNG TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh:
PUTU LAKSMANA
12320058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2016

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PELAKSANAAN


PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
LAMPUNG TAHUN 2016
SKRIPSI

Oleh:
PUTU LAKSMANA
12320058

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2016

ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PELAKSANAAN
PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
LAMPUNG TAHUN 2016
Oleh
Putu Laksmana*)
Hasil pra survei pada rekam medik Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin Bandar Lampung tentang pendokumentasian pasien pulang dan meninggal
di ruangan rawat inap untuk rekam medis yang tidak lengkap lebih dari 7 hari,
diperoleh tertinggi pada bulan Februari 2016 sebesar 1,28%. Sedangkan jumlah
rekam medis tidak lengkap lebih dari 30 hari setelah pasien pulang dan
meninggal di ruang rawat inap pada tahun 2016, diperoleh sebesar 0,74% pada
bulan Februari. Tujuan penelitian adalah diketahuinya hubungan motivasi kerja
dengan pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan di RSPBA Bandar
Lampung tahun 2016.
Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan survey analitik pendekatan
cross sectional. Populasi semua perawat di rawat inap dan ICU Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung sebanyak 148 orang dan sampel 108
orang, teknik sampling yang digunakan adalah acak sederhana (simple random
sampling). Analisa bivariat menggunakan Chi Square.
Hasil uji penelitian menunjukkan Ada hubungan motivasi kerja dengan
pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan di RSPBA Bandar Lampung
tahun 2016, dengan p-value = 0.000 dan OR = 12,861. Saran, diharapkan RSPBA
Bandar Lampung melakukan evaluasi pelaksanaan supervisi kepala ruang
minimal setiap enam bulan sekali terutama dalam memotivasi perawat dalam
pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan. Diharapkan RSPBA Bandar Lampung
melakukan penilaian terhadap kinerja perawat pelaksana khususnya kinerja
perawat dalam pendokumentasian keperawatan secara rutin dengan cara survei
penilaian dokumentasi asuhan keperawatan di tiap-tiap ruangan keperawatan.
Untuk meningkatkan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di RSPBA
Bandar Lampung, maka harus
dilakukan usaha
untuk
meningkatkan
pengetahuan perawat mengenai dokumentasi asuhan keperawatan dengan cara
memberikan pendidikan, pelatihan maupun seminar yang berkaitan dengan
dokumentasi asuhan keperawatan atau hukum kesehatan.
Kata Kunci : Motivasi kerja, pendokumentasian, proses keperawatan
Daftar Bacaan : 27 (2001 - 2014)
*) Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati.

ABSTRACT
CORREALATION NURSE WORKING MOTIVATION WITH THE
IMPLEMENTATION DOCUMENTING NURSING PROCESS
IN PERTAMINA BINTANG AMIN HOSPITAL
LAMPUNG YEAR 2016
By
Putu Laksmana *)
The results of a survey on the medical record pre Pertamina Bintang Amin
Hospital Lampung on documenting the patient's home and die in the inpatient
room for incomplete medical records of more than 7 days, the highest obtained in
February 2016 amounted to 1.28%. While the number of incomplete medical
records of more than 30 days after the patient's home and died in the inpatient unit
in 2016, gained 0.74% in February. The purpose of research is known relationship
work motivation and implementation of the nursing process documentation
Pertamina Bintang Amin Hospital Lampung in 2016.
Quantitative research with survey design analytic cross sectional approach.
The population of all the nurses in the inpatient and ICU Pertamina Bintang Amin
Hospital Lampung and sample as many as 148 108 people, the technique that used
was random sampling (simple random sampling). Bivariate analysis using Chi
Square.
The test results showed research work motivation there is a connection to
the implementation of the nursing process documentation Pertamina Bintang
Amin Hospital Lampung in 2016, with a p-value = 0.000 and OR = 12.861.
Suggestions, expected Pertamina Bintang Amin Hospital Lampung to evaluate the
implementation of the supervision of the head of the room at least once every six
months, especially in motivating nurses in manufacturing nursing care
documentation, expected for Pertamina Bintang Amin Hospital Lampung evaluate
the performance of nurses in particular the performance of nurses in nursing
documentation on a regular basis by means of assessment survey documentation
of nursing care in each room nursing, to improve the implementation of nursing
care documentation Pertamina Bintang Amin Hospital Lampung, the effort should
be made to improve the knowledge of nurses regarding nursing care
documentation by providing education, training and seminars related to the
documentation of nursing care or health laws.
Keywords
: Motivation, documentation, nursing process
Reading List : 27 (2001 - 2014)

*) Nursing Program Study Malahayati University

MOTTO

Pergulatan hidup tidak selalu


Berjalan kearah orang
Yang lebih kuat atau lebih cepat
Namun cepat atau lambat orang yang menang
Adalah orang yang berfikir Dia Bisa...!
(Penulis)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan hidayahnya dalam
perjalanan hidupku hingga saat ini.
Kupersembahkan Skripsi ini untuk :
1. Tuhan YME yang selalu memberikan rahmat dan hidayat yang berlimpah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Orang Tuaku tercinta (Bapak Made Yase dan Wayan Aliani) yang selalu
senantiasa

memberikan

doa

sebagai

dukungan

dan

motivasi

demi

keberhasilanku.
3. Adikku tercinta (Kadek Krisna) yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat dalam keberhasilan studiku ini
4. Dosen-dosenku

yang

telah

membimbing

demi

keberhasilan

masa

depanku,terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepadaku.


5. Teman-teman seperjuangan khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan yang
selalu memberikan motivasi dan semangat kepadaku.

BIODATA

Nama

: Putu Laksmana

NPM

: 12320058

Tempat tanggal lahir : Seputih Raman, 26 Juni 1992


Agama

: Hindu

Alamat

: Bukoposo Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji

No. HP

: 085380408771

Riwayat Pendidikan:
2000-2006

: SDN 1 Way Serdang

2006-2009

: SMPN 19 Bandar Lampung

2009-2012

: SMAN 6 Bandar Lampung

2012-saat ini : diterima di Universitas Malahayati Program Studi Keperawatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul Hubungan Motivasi Kerja Dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Proses Keperawatan di Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin Lampung Tahun 2016.

Proses penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Muhammad Kadafi, S.H., M.H selaku Rektor Universitas Malahayati
Bandar Lampung
2. Toni Prasetya, dr. Sp.PD., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati Bandar Lampung.
3. Andoko S.Kep. Ns., M.Kes.,selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
dan selaku Pembimbing II.
4. Umi Romayati Keswara, SKM. M.Kes, sebagai selaku Pembimbing I.
5. Djunizar Djamaludin, S.Kep.,Ns.,M.S selaku penguji skripsi
6. Seluruh dosen pengajar PSIK Universitas Malahayati Bandar Lampung.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini, baik secara
langsung ataupun tidak langsung.

Bandar Lampung, Agustus 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul Luar .........................................................................................
i
Halaman Judul Dalam ...................................................................................... ii
Abstrak ............................................................................................................. iii
Abstract ............................................................................................................ iv
Lembar Persetujuan .......................................................................................... v
Lembar Pengesahan ......................................................................................... vi
Surat Pernyataan............................................................................................... vii
Motto ................................................................................................................ viii
Persembahan .................................................................................................... ix
Biodata ............................................................................................................. x
Kata Pengantar ................................................................................................. xi
Daftar Isi........................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xv
Daftar Gambar.................................................................................................. xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii
BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................

1
6
6
7

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dokumentasi Asuhan Keperawatan ................................
2.2 Motivasi Kerja ................................................................
2.3 Kerangka Teori ...............................................................
2.4 Kerangka Konsep ............................................................
2.5 Hipotesis .........................................................................

8
24
36
37
38

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .........................................
3.3 Rancangan Penelitian ......................................................
3.4 Subjek Penelitian.............................................................
3.5 Variabel Penelitian ..........................................................
3.6 Definisi Operasional........................................................
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .........................
3.8 Pengolahan Data..............................................................
3.9 Analisis Data ...................................................................

39
39
39
39
41
41
42
42
43

BAB IV

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ...............................................................
4.2 Pembahasan .....................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .....................................................................
5.2 Saram................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

45
47
55
55

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Definisi Operasional...................................................................................
2. Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat di Rumah Sakit Pertamina
Bintang Amin Lampung tahun 2016 ..........................................................
3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pendokumentasian Proses
Keperawatan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Lampung Tahun 2016 ................................................................................
4. Hubungan Hubungan Motivasi Kerja Dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Proses Keperawatan di Rumah Sakit Pertamina
Bintang Amin Lampung tahun 2016 ..........................................................

41
45

45

46

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Kerangka Teori........................................................................................... 37


2.2 Kerangka Konsep ....................................................................................... 37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Lampiran 1

Kuesioner

Lampiran 2

Output SPPS (Chi Square)

Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

Lampiran 4

Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5

Dokumentasi Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban

kinerja profesi keperawatan setelah melakukan intervensi keperawatan langsung


kepada pasien. Munculnya perkembangan dan paradigma baru rekam medis dan
asuhan keperawatan sebagai manajemen informasi di bidang kesehatan
merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi informasi sesuai dengan
perkembangan konsep dan tata cara berkomunikasi di bidang kesehatan
(Handayaningsih, 2009).
Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan
pengetahuan, termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen di
bidang kesehatan. Dokumentasi asuhan keperawatan dikaitkan dengan adanya
paradigma baru sebagai pusat informasi dan komunikasi, praktisi inginkan akan
pengertian tentang peranan yang benar dalam dunia pelayanan kesehatan. Dalam
rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit perlu didukung dengan sistem
pengelolaan dokumen asuhan keperawatan yang baik, benar dan aman
(Handayaningsih, 2009).
Globalisasi mengakibatkan tingginya kompetisi di sektor kesehatan
khususnya pada pendokumentasian di bidang kesehatan. Tingginya tuntutan
masyarakat baik Nasional maupun Internasional terhadap tuntutan pelayanan
kesehatan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan yang baik, tepat, cepat, aman

serta transparan dalam penulisan hasil intervensi merupakan indikator mutu


pelayanan kesehatan di rumah sakit. Persaingan antar rumah sakit baik swasta,
pemerintah maupun rumah sakit asing akan semakin leluasa berkembang. Untuk
bersaing secara sehat dalam perebutan pasar bebas terhadap pelayanan di rumah
sakit baik rumah sakit swasta, pemerintah dan asing, rumah sakit harus
memberikan pelayanan kepada pasien langsung secara cepat, tepat, akurat,
bermutu dengan biaya terjangkau (Muninjaya, 2005).
Supremasi hukum dengan berlakunya UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, peraturan pemerintah No. 23 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan,
peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749a/Menkes/PER XII/2008 tentang rekam
medis dan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menuntut
pengelola rumah sakit lebih transparan, berkualitas dan memperhatikan
kepentingan pasien (Muninjaya, 2005).
Dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian adalah
merupakan pekerjaan atau merekam peristiwa baik dari obyek maupun memberi
jasa yang dianggap berharga dan penting (Handayaningsih, 2009).
Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan
dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan
jelas, kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang
perawat profesional tidak dapat

dipertanggung jawabkan dalam upaya

peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien


di rumah sakit (Nursalam, 2011)

Temuan di rumah sakit menunjukkan formulir dokumentasi keperawatan


yang telah disiapkan tidak tuntas atau tidak terisi lengkap. Ditemukan rata-rata
perbulan rekam medis yang tidak lengkap antara 5 sampai 10 rekam medis setelah
pasien pulang rawat inap di IRNA. Beberapa hal yang sering menjadi alasan
petugas antara lain Sistem pencatatan yang diajarkan terlalu sulit dan banyak
menyita waktu, tidak semua tenaga perawat yang ada di institusi pelayanan
memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sama di dalam penulisan untuk
membuat dokumentasi keperawatan sesuai dengan standar

yang

ditetapkan,

tenaga keperawatan yang ada berasal dari berbagai jenjang pendidikan


keperawatan (SPK, D3, D4, S1) dari rentang waktu lulusan yang sangat berbeda
serta perawat lebih banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan limpahan
wewenang, sehingga formulir tidak praktis sehingga terjadi penulisan yang
tumpang tindih (Handayaningsih, 2009).
Asuhan keperawatan di rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga sumber daya
manusia yang professional dengan tingkat pendidikan D3 Keperawatan dan
sebagian kecil dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan. Perbandingan sumber
daya manusia dalam merawat pasien di ruang rawat inap dapat disimpulkan 1
perawat merawat 3 sampai 5 pasien yang artinya dalam setiap
seharusnya

berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

shif

yang

No.282/Menkes/

Per/VII/1997 dengan rasio 1:1 yang artinya satu orang perawat merawat
satu orang pasien (Menteri Aparatur Negara, 2004).
Perawat merupakan tenaga

profesional

yang

memberikan asuhan

keperawatan yang merupakan fungsi perawat sebagai care giver. Selain itu,
dalam memenuhi kebutuhan psikologis pasien, perawat juga harus berperan
3

sebagai educator seperti pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien serta


masih banyak fungsi lain yang bisa dilakukan perawat untuk meningkatkan
kualitas pelayanannya kepada pasien. Dalam memenuhi peran dan fungsinya di
rumah sakit, perawat dituntut untuk bekerja secara efektif, efisien serta memenuhi
kebutuhan pasien yang komprehensif yang mencakup bio-psiko-sosial-spiritual
(Gafar, 2010).
Untuk pelaksanaan proses pendokumentasi asuhan keperawatan dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan di masing-masing rawat inap maka telah
disiapkan berupa standar asuhan keperawatan Depkes, standar prosedur
operasional rumah sakit umum di Provinsi Lampung, serta kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah Sakit, format baku instrument penerapan
berupa cek lis dan formulir, namun masih ada pendokumentasian pasien masuk
rumah sakit sampai pasien pulang belum lengkap terisi (Gafar, 2010).
Salah satu faktor yang mendorong perawat melaksanakan tugasnya dengan
semaksimal mungkin adalah motivasi kerja perawat itu sendiri. Motivasi
merupakan suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang
untuk melakukan serangkaian kegiatan

yang mengarah

ke tercapainya suatu

tujuan tertentu. Salah satu bentuk motivasi yang sangat berpengaruh terhadap
pencapaian hasil yang optimal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri, yang mendorong dirinya menjadi produktif (Nursalam, 2012).
Selain dari dalam diri perawat motivasi kerja perawat dapat dipengaruhi
oleh faktor di luar diri perawat, seperti adanya penghargaan (reward), prestasi,
pengakuan, pekerjaan itu sendiri dan pengembangan potensi berpengaruh terhadap
motivasi seorang perawat (Nursalam, 2012).

Hasil penelitian Kriska H. Pakudek (2014) tentang hubungan motivasi


perawat dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di instalasi Rawat
Inap C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hasil penelitian dari 51
responden, yang memiliki motivasi intrinsik baik dan melakukan dokumentasi
dengan lengkap sebanyak 43 orang, dan yang memiliki motivasi kurang dan
melakukan dokumentasi tidak lengkap sebanyak 3 orang. Hasil p value = 0,003
(0,05) yang berarti H0 ditolak.
Hasil pra survei pada rekam medik Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung tentang pendokumentasian pasien pulang dan meninggal di
ruangan rawat inap untuk rekam medis yang tidak lengkap lebih dari 7 hari,
diperoleh tertinggi pada bulan Februari 2016 sebesar 1,28%. Sedangkan jumlah
rekam medis tidak lengkap lebih dari 30 hari setelah pasien pulang dan
meninggal di ruang rawat inap pada tahun 2016, diperoleh sebesar 0,74% pada
bulan Februari. Hasil supervisi evaluasi keperawatan kepada 10 orang perawat di
ruang rawat diperoleh kelengkapan dokumentasi tidak lengkap secara optimal
disebabkan pendokumentasian asuhan keperawatan disebutkan dengan alasan
formulir yang ada kurang sederhana sebanyak 2 orang (20%), belum tersosialisasi
dengan baik dan benar tentang cara pengisian sebanyak 3 orang (30%), dirasakan
menyita waktu dan menghambat pelayanan dalam proses penulisan dokumen
sebanyak 2 orang (20%), kurangnya motivasi perawat dalam pengisian askep
sebanyak 2 orang (20%) dan pemahaman petugas sebanyak 1 orang (10%). Motivasi
6
sangat penting bagi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian proses
keperawatan (Hasil Pra Survei, Maret 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang Hubungan Motivasi Kerja Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian


Proses Keperawatan di RSPBA Bandar Lampung Tahun 2016.

1.2

Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: apakah ada

hubungan motivasi kerja dengan

pelaksanaan pendokumentasian

proses

keperawatan di RSPBA Bandar Lampung tahun 2016?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah diketahui hubungan motivasi kerja

dengan pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan di RSPBA Bandar


Lampung tahun 2016.

1.3.2

Tujuan Khusus

1. Diketahui distribusi frekuensi motivasi kerja perawat di RSPBA Bandar


7

Lampung tahun 2016.


2. Diketahui

distribusi

frekuensi

pelaksanaan pendokumentasian

proses

keperawatan di RSPBA Bandar Lampung tahun 2016.


3. Diketahui hubungan motivasi kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian
proses keperawatan di RSPBA Bandar Lampung tahun 2016.

1.4
1.4.1

Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang bisa digunakan sebagai

bahan pustaka dan acuan peneliti selanjutnya. Serta dapat mengevaluasi


penerapan dan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

dan

pertimbangan untuk memperbaiki kinerja keperawatan dan bebas dari tuntutan


hukum sesuai dengan perkembangan pelayanan dan persaingan nasional maupun
internasional.

1.4.2

Manfaat Teoritis
Menambah

pengetahuan

dan

pengalaman

bagi

peneliti

dalam

melaksanakan penelitian khususnya penelitian mengenai evaluasi penerapan


pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan motivasi kerja perawat di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dokumentasi Asuhan Keperawatan
2.1.1

Pengertian
Menurut Tupalan (2013) adalah catatan yang dapat dibuktikan atau

dijadikan bukti secara hukum. Menurut Fisbach (2008) adalah suatu dokumen
yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat kesakitan tetapi
juga jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Menurut Effendi
(2010) merupakan informasi keperawatan dan kesehatan pasien yang dilakukan
perawat sebagai pertanggungjawaban terhadap pelayanan asuhan keperawatan
yang telah diberikan.
Dari beberapa difinisi dapat disimpulkan bahwa dokumentasi asuhan
keperawatan adalah :
1. Informasi yang mencakup aspek bio-psiko-sosial dan spiritual yang terjadi
pada setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh.
2. Informasi yang diperoleh menjadi dasar

bagi penegakan diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan


dan menjadi dasar umpan balik selanjutnya.
3. Informasi disusun secara sistimatis dalam format yang telah disepakati dan
dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral dan hukum (Effendi, 2010).

2.1.2

Komponen Model Dokumentasi Keperawatan


Komponen model dokumentasi yang digunakan mencakup tiga aspek

yaitu ketrampilan

berkomunikasi, keterampilan

mendokumentasikan proses

keperawatan dan standar dokumantasi. Efektivitas dan efisien sangat bermanfaat


dalam

memperoleh

data

yang

relevan

dan

meningkatkan

kualitas

pendokumentasian keperawatan (Effendi, 2010).


1. Keterampilan berkomunikasi
Perawat harus memberikan pendapat dan pemikirannya serta menerima
pendapat dan pemikiran perawat lain setiap kali melihat dokumantasi
keperawatan. Agar pendapat dan pemikirannya dapat disampaikan dengan baik,
perawat memerlukan keterampilan dalam menulis. Keterampilan komunikasi
yang baik memungkinkan perawat untuk mengomunikasikan kepada profesi
kesehatan lainnya. Jika pendokumentasian dilakukan secara konsisten maka
dokumentasi tersebut harus meliputi komponen riwayat keperawatan yaitu
masalah yang terjadi saat dini maupun yang akan datang, masalah actual dan
potensial, perencanaan dan tujuan saat ini dan yang akan datang, pemeriksaan,
pengobatan, promosi kesehatan dan evaluasi tujuan keperawatan.
2. Keterampilan Mendokumentasikan Proses Keperawatan
Perawat memerlukan keterampilan dalam mendokumentasikan proses
keperawatan. Pendokumensian merupakan metode yang tepat untuk mengambil
keputusan

yang sistimatis. Dokumentasi proses

pengkajian, identifikasi masalah,

perencanaan,

keperawatan

mencakup

pelaksanaan dan evaluasi.

Pendokumentasian proses keperawatan yang efektif menggunakan standar


terminology (pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi),
mengumpulkan dan mendokumentasikan data yang bermanfaat, menegakkan
diagnosis keperawatan berdasarkan klasifikasi dan analisis yang akurat,

mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan, mendokumentasikan hasil


observasi, mendokumentasikan evaluasi sesuai dengan urutan waktunya serta
merevisi rencna asuhan keperawatan berdasarkan hasil yang diharapkan.
3. Standar dokumentasi
Menurut Fisbach (2008) standar dokumentasi adalah suatu pernyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat
dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar bahwa adanya suatu ukuran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola
pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman ptaktis pendokumentasian dalam
memberikan tindakan keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam
pendokumentasian ditunjukan pada ketrampilan penulisan sesuai dengan standar
dokumentasi yang konsisten, pola yang efektif, dan akurat. Yang diksudkan efektif
dan akurat yaitu; pendokumantasian ditetapkan oleh profesi atau pemerintah
dengan

menggunakan

pedoman-pedoman

yang

berlaku,

standar

profesi

keperawatan ditulis ke dalam catatan kesehatan, peraturan tentang praktik


keperawatan dapat dilihat pada catatan pelayanan kesehatan dan pedoman harus
diikuti secara konsisten.

2.1.3

Tujuan Utama Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Menurut Effendi (2010) sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua

pelayanan keperawatan pasien, dokumentasi keperawatan dapat diartikan suatu


catatan hukum yang mempunyai banyak manfaat :
1. Mengidentifikasi status kesehatan pasien dalam rangka mendokumentasikan
kebutuhan pasien, merencanakan, melaksanakan asuhan keperawatan dan

mengepaluasi intervensi.
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Hal ini juga
menyediakan :
a. Bukti kualitas asuhan keperawatan
b. Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada pasien.
c. Informasi terhadap perlindungan individu.
d. Bukti aplikasi standar praktek keperawatan.
e. Sumber informasi statistic untuk standar dan riset keperawatan.
f. Pengurangan biaya informasi.
g. Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan.
h. Komunikasi konsep resiko asuhan keperawatan.
i. Informasi untuk peserta didik keperawatan.
j. Persepsi hak pasien.
k. Dokumentasi untuk tenaga professional, tanggungjawab etik dan
menjaga kerahasiaan informasi pasien.
l. Suatu data keuangan yang sesuai.
m. Data perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.

2.1.4

Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Menurut Effendi (2010) dokumentasi asuhan keperawatan mempunyai

makna yang sangat penting bila dilihat dari berbagai aspek antara lain :
1. Aspek hukum semua catatan informasi tentang keadaan pasien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang
berhubungan dengan

profesi

keperawatan,

dimana

perawat

sebagai

pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi


diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai
barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi
secara lengkap, jelas, obyektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan
(perawat), tanggal, dan perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat
menimbulkan interprestasi yang salah.
2. Jaminan mutu atau kualitas pelayanan. Pencatatan data klien yang lengkap
dan akurat, akan member kemudahan bagi perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah pasien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah
pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi
dan dimonitor melalui catatan yang akurat.

Hal ini akan

membantu

meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan.


3. Komunikasi. Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap
masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain
akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang
dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Keuangan.

Dokumentasi

dapat

bernilai

keuangan.

Semua

keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan dicatat

tindakan
dengan

lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam


biaya keperawatan bagi pasien.
5. Pendidikan. Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut kronologi dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau

profesi keperawatan.
6. Penelitian. Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang
terdapat di dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan atau obyek penelitian dan pengembangan profesi keperwatan.
7. Akreditasi. Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien, dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberasilan
pemberian asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan
pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan
mutu bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih
tinggi.

2.1.5

Instrument Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan


Menurut Effendi (2010) instrument evaluasi penerapan standar asuhan

keperawatan merupakan alat untuk mengukur mutu asuhan keperawatan di


Rumah Sakit. Asuhan keperawatan dikatakan bermutu bila telah memenuhi
kreteria standar profesi. Standar profesi adalah standar asuhan keperawatan yang
diterbitkan oleh departemen Kesehatan Republik Indonesia dan diberlakukan
melalui surat keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik No YM.00.03.2.7637
tahun 1993. Standar asuhan keperawatan merupakan bagian integral dan
penjabaran dari standar pelayanan Rumah Sakit yang diberlakukan melalui
surat keputusan Menteri Kesehatan No 436 tahun 1993.
1. Prinsip-prinsip pencatatan/dokumentasi. Prinsip pencatatan ditinjau dari dua
segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pencatatan.

2. Isi Pencatatan
a. Mengandung nilai administrative, misalnya rangkaian pendokumentasian
kegiatan pelayanan keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah
manakala terjadi gugatan.
b. Mengandung

nilai

hukum.

Misalnya

keperawatan/ kebidanan dapat dijadikan

catatan
sebagai

medis
pegangan

kesehatan
hukum

bagi rumah sakit, petugas kesehatan, maupun klien.


3. Mengandung nilai keuangan. Kegiatan pelayanan medis keperawatan/
kebidanan akan menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang
merupakan sumber perencanaan keuangan Rumah Sakit.
4. Mengandung nilai riset. Pencatatan mengandung data, atau informasi, atau
bahan yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi
merupakan informasi yang terjadi dimasa lalu.
5. Mengandung nilai edukasi. Pencatatan medis keperawatan/kebidanan dapat
digunakan

sebagai referensi atau bahan pengajaran dibidang profesi si

pemakai.

2.1.6

Teknik Pencatatan

1. Menulis nama klien pada setiap halaman catatan perawat/bidan.


2. Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam
3. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan
dapat dipercaya secara factual.

4. Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai.
Contoh : Kg untuk Kilogram.
5. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.
6. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata
salah di atasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi
yang benar janga dihapus. Validasi pencatatan akan rusak jika ada
penghapusan.
7. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda
tangan.
8. Jika pencatatan bersammbung pada halaman baru, tandatangani dan tulis
kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut (Effendi, 2010).

2.1.7

Jenis-jenis Pencatatan/Dokumentasi
Menurut Effendi (2010) ada dua jenis pencatatan :

1.

Catatan Klien secara Tradisional


Catatan klien secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada

sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat
dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya. Catatan perawat terpisah dari
catatan dokter dan catatan perkembangan. Biasanya catatan ditulis dalam
bentuk naratif.

Sistem dokumentasi yang

berorientasi pada sumber yang

ditulis secara terpisah-pisah sulit menghubungkan keadaan yang benar sesuai


perkembangan pasien. Catatan tradisional umumnya mempunyai enam bagian,
yaitu: catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat medic, lembar
identitas, catatan keperawatan, dan laporan khusus lainnya.
2.

Catatan Berorientasi pada Masalah

Pencatatan yang beroientasi pada masalah berfokus pada masalah yang


sedang dialami klien. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr.
Lawrence Weed dari USA, di mana dikembangkan satu sistem pencatatan dan
pelaporan dengan penekanan pada klien tentang segala permasalahannya. Secara
menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama Problem Oriented Method.
Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk
membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah-masalah klien, merencanakan
terapi, diagnose, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji perkembangan
klien. POR adalah suatu konsep, maka disarankan untuk membuat suatu format
yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep ini dan menyelesaikan
dengan kebutuhan dan kondisi setempat.
Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian yaitu :
a. Data Dasar, identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan
sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, laboratorium
dan lain-lain data dasar diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang
akan diberikan, misalnya : data dasar unit kebidanan akan berbeda dengan
unit bedah.
b. Daftar Masalah, masalah klien didapar dari hasil kajian. Pencatatan dasar
masalah dapat berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil laboratorium
yang abnormal, masalah psikologis, atau masalah social. Masalah yang ada
mungkin banyak sehingga perlu diatur menurut prioritas maslah dengan
member nomor, tanggal pencatatan, serta menyebutkan masalahnya. Daftar
memberikan keuntungan bagi perawat sebagai perencana keperawatan.
c. Rencana. disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan demikian

perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan klien.


d. Catatan Perkembangan Klien. Adalah semua catatan yang berhubungan
dengan keadaan klien selama dalam perawatan. Pada umumnya catatan ini
terdiri dari beberapa macam bentuk, antara lain :
a. Catatan Berkesinambungan (Flow Sheet). Digunakan

untuk

mencatat

hasil observasi perawatan secara umum, khususnya pada keadaan klien


yang sering berubah-ubah dengan cepat.
b. Catatan secara Naratif (Notes).
c. Catatan akan pulang/sembuh (Discharge Notes). Dokter maupun perawat
membuat kesimpulan tentang keadaan klien selama dirawat, baik
mengenai permasalahan maupun tindak lanjut yang dibutuhkan.

2.1.8

Trend dan Perubahan yang Berdampak Terhadap Dokumentasi


Menurut Handayaningsih (2009) masalah yang muncul perlu diperhatikan

dan dipertimbangkan sebelum penyelesaian masalah yang dapat di temukan


dalam

dokumentasi.Masalah-masalah

dokumentasi

dan

perubahan

yang

mempengaruhi pentingnya pendokumentasian keperawatan adalah:


1. Praktik Keperawatan
Perubahan yang terjadi pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia
membawa perubahan terhadap praktik keperawatan professional yang berdampak
terhadap kegiatan pencatatan keperawatan.
2. Lingkungan Keperawatan
Lingkungan praktik keperawatan yang berdampak terhadap dokumentasi
perawatan

antara lain: Persyaratan

akreditasi,

peraturan

pemerintah,

perubahan system pendidikan keperawatan, meningkatnya masalah klien yang

semakin kompleks, serta meningkatnya praktik keperawatan mandiri dan


kolaborasi, yang membawa dampak semakin lengkap dan tajam sebagai
manifestasi bukti dasar lingkup wewenang dan pertanggungjawaban.
3. Data statistik keperawatan.
Pendokumentasian yang lengkap dan akurat sangat bermanfaat dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien,data statistic yang sangat
bermanfaat dalam penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan serta
penentuan jasa pelayanan.
4. Intensitas pelayanan keperawatan dan kondisi penyakit.
Pendokumentasian yang lengkap dan akurat tentang tingkat keparahan
penyakit dan tipe atau jumlah intervensi yang diperlukan dapat sebagai dasar
pertimbangan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan kasus
yang sama dan perkiraan pembiayaan yang diperlukan.
5. Ketrampilan keperawatan.
Meningkatnya rasionalisasi perawat dalam akurasi rumusan masalah
dan intervensi keperawatan pada pendekatan proses keperawatan, terutama
pada perubahan keadaan pasien yang cepat dan sangat bermanfaat dalam
pendokumentasian.
6. Konsumen
Penggunaan

layanan

kesehatan

oleh

pasien

berpengaruh

terhadap

pendokumentasian. Waktu rawat inap yang pendek, biaya yang terjangkau dan
adanya perawatan lanjutan di rumah(home care) bagi pasien yang tidak
memerlukan perawatan maksimal merupakan tren pelayanan di masa depan, oleh
karena itu perlu pembenahan tentang pendokumentasian yang lengkap dan

akurat terutama pada pasien yang baru masuk rumah sakit, tingkat asuhan
keperawatan dan ahli dalam pemberian pelayanan.
7. Biaya
Perubahan

biaya

pelayanan

berdampak

terhadap

pendokumentasian,

pendokumentasian yang baik akan memberikan gambaran tentang pengeluaran


biaya yang di tanggung oleh pasien.
8. Kualitas asuransi dan audit keperawatan
Pendokumentasian juga di pengaruhi oleh prosedur kendali mutu terutama
tentang audit catatan pelayanan kesehatan. Data tentang keadaan pasien sebelum
masuk rumah sakit, pertanyaan dan wawancara dengan pasien merupakan sumber
utama audit data.
9. Akreditasi control
Perubahan tentang standar pelayanan kesehatan yang di susun oleh instalasi
yang berwenang akan

membawa pengaruh terhadap pendokumentasian.

Instalasi pelayanan harus mengikuti dan menyesuaikan aturan pendokumentasian


yang berlaku.
10. Coding dan klasifikasi
Tren

klasifikasi

tingkat

ketergantungan

pasien

berdampak

terhadap

pendokumentasian sebelumnya klasifikasi pasien hanya berdasarkan pada


diagnosis medis, pelayanan klinik atau tipe pelayanan tetapi saat ini pasien
diklasifikasikan berdasarkan DRG (Diagnosis Related Group). Sedangkan
informasi daftar kode (coding) memberikan gambaran kebutuhan pasien dan
asuhan keperawatan yang telah diterima.
11. Prospektif sistem pembayaran

Tren perubahan dalam sistem pembayaran berdampak terhadap dokumentasi


prospektif pembayaran merujuk pada sistem pembayaran terhadap asuhan
keperawatan yang diterima oleh semua pasien khususnya pada waktu pasien
masuk rumah sakit.
12. Resiko tindakan
Manajemen

resiko

adalah

pengukuran

keselamatan

klien

untuk

melindungi perawat dari tindakan kelalaian. Manajemen resiko ditekankan pada


keadaan klien yang mempunyai resiko terjadinya perlukaan atau kecacatan.
Pencatatan yang paling penting meliputi : catatan tentang kejadian, perintah
verbal dan nonverbal, informed consent, dan catatan penolakan klien terhadap
tindakan.

2.1.9

Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan


Menurut Handayaningsih (2009) standar dokumentasi diartikan sebagai

ukuran atau model terhadap sesuatu yang hampir sama. Model tersebut
mencakup kualitas, karakteristik, sarana dan kinerja yang diharapkan dalam
suatu intervensi, pelayanan dan seluruh komponen yang terlibat. Manfaat
dokumentasi keperawatan tersebut berdasarkan:
1. Hukum
Dokumentasi dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh
karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif dan
ditandatangani oleh perawat pelaksana, tanggal dan perlunya dihindari
adanya penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah Jaminan mutu.

Dengan pencatatan yang lengkap dan akurat akan membantu meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
2. Komunikasi
Dokumentasi keperawatan merupakan perekam terhadap masalah yang
berkaitan dengan klien yang bisa dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.
3. Keuangan (sebagai pertimbangan biaya perawatan)
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan keperawatan yang
belum,sedang dn telah diberikan didokumentasikan dengan lengkap dan dapat
dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan
bagi pasien.

4. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan
sebagai bahan atau refrensi pembelajaran bagi peserta didik.
5. Penelitian
Dokumentasikeperawatan mempunyai nilai penelitian.data yang terdapat di
dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek
riset dan pengembangan profesi keperawatan.
6. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan klien. Hal ini akan
bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan petimbangan dalam

kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat.

2.1.10 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian


Potter dan Perry (2008) memberikan panduan sebagai petunjuk cara
mendokumentasikan dengan benar:
a. Jangan menghapus menggunakan tip-ex atau mencoret tulisan yang salah
ketika mencatat, karena akan Nampak seakan-akan perawat mencoba
menyembunyikan informasi atau merusak dokumen. Cara yang benar adalah
dengan membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis kata salah lalu
diparaf kemudian tulis catatan yag benar.
b. Tulislah kondisi obyektif klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun
tenaga kesehatan lain karena menyatakan tersebut dapat dipergunakan
sebagai bukti terhadap prilaku yang tidak profisional atau asuhan
keperawatan yang tidak bermutu.
c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis dapat
diikuti dengan kesalahan tindakan. Oleh karena itu jangan tergesa-gesa
melengkapi catatan, pastikan bahwa informasi akurat.
d. Catatan hanya fakta, catatan harus akurat dan reliable. Pastikan apa yang
ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi atau menulis perkiraan saja.
e. Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong, karena orang lain dapat
menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi.
Untuk itu buat garis horizontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan
tanda tangan dibawahnya.
f. Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan

bahasa yang lugas, karena tulisan yang tidak terbaca dapat disalah tafsirkan
sehingga menimbulkan kealahan dan dapat dituntut ke pengadilan.
g. Jika

mempertanyakan

suatu

instruksi,

catat

bahwa

anda

sedang

mengklarifikasi karena jika perawat melakukan tindakan di luar batas


kewenangannya dapat dituntut.
h. Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya. Jadi jangan menuliskan
pertanggungjawaban tindakan orang lain.
i. Hindari penggunaan tulisanyang bersifat umum (kurang spesifik), tulis secara
lengkap, singkat, padat dan obyektif.
j. Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda
tangan (nama). Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan
ditandatangani, hal ini menunjukkan orang yang bertanggung gugat atas
dokumentasi tersebut. Jangan tunggu sampai akhir giliran dinas baru
mencatat perubahan penting yang terjadi beberapa jam lalu.

2.1.11 Faktor-faktor Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Menurut

Nursalam

(2011)

faktor-faktor

yang

Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan antara lain:


1. Formulir Asuhan Keperawatan
2. Sumber Daya manusia
3. Standard Operasional Rumah Sakit
4. Faktor Keuntungan bagi Perawat profesional
5. Motivasi

mempengaruhi

2.2 Motivasi Kerja


2.2.1

Definisi Motivasi
Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena

kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang
lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara
biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang
berbeda pula (Suprihanto dkk, 2008).
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja
bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan
dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan instansi. Motif sering kali disamakan
dengan dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerakan jiwa dan
jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force
yang menggerakan manusia untuk bertingkah laku dan pebuatan itu mempunyai
tujuan tertentu (Hasibuan dalam Romli, 2011).
William J. Stanton dalam Mangkunegara (2009) mendefinisikan bahwa
motif adalah kebutuhan yang di stimulasi yang berorientasi kepada tujuan
individu dalam niencapai rasa puas. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri
pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan
pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Sedangkan motivasi
dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive
arousal). Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, Ernest L. McCormick
(dalam Mangkunegara, 2009) mengemukakan bahwa motivasi kerja didefinisikan

sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara


perilaku yang berpengaruh dengan lingkungan kerja.

2.2.2

Teori-teori Motivasi

1. Teori Kebutuhan (Maslow's Model)


Model Maslow dalam Mangkunegara (2009) Ini sering disebut dengan model
hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini
digunakan untuk menunjukkan butuhan seseorang yang harus dipenuhi agar
individu tersebut termotivasi untuk kerja.
a. Kebutuhan fisiologik (physiological needs), misalnya makanan, minuman,
istirahat/tidur, seks. Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan pertama dan
utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu. Karena dengan
terpenuhinya kebutuhan ini, orang dapat mempertahankan hidup dari
kematian. Kebutuhan utama inilah yang mendorong setiap individu untuk
melakukan pekerjaan apa saja, karena ia akan memperoleh imbalan, baik
berupa uang atau pun barang yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan utama ini.
b. Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri. Pada
puncak hirarki, terdapat kebutuhan untuk realisasi diri, atau aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut berupa kebutuhan-kebutuhan individu unluk
merealisasi potensi yang ada pada dirinya, untuk mencapai pengembangan diri
secara berkelanjutan, untuk menjadi kreatif.
2. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Skinner dalam Mangkunegara (2009) yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:

M=f(R&C)
M = Motivasi
R = Reward (penghargaan) - primer/sekunder
C = Consequens (Akibat) - positif/negative
Motivasi seseorang bekerja tergantung pada reward yang diterimanya dan
punishment yang akan dialaminya nanti (Arep Ishak & Tanjung Hendri, 2008).
Penguatan adalah segala sesuatu yang digunakan seorang pimpinan untuk
meningkatkan atau mempertahankan tanggapan khusus individu. Jadi menurut
teori ini, motivasi seseorang bekerja tergantung pada penghargaan yang
diterimanya dan akibat dari yang akan dialaminya nanti. Teori ini menyebutkan
bahwa perilaku seorang di masa mendatang dibentuk oleh akibat dari perilakunya
yang sekarang.
Jenis reinforcement ada empat, yaitu: (a) positive reinforcement (penguatan
positif), yaitu penguatan yang dilakukan ke arah kinerja yang positif; (b) negative
reinforcement (penguatan negatif), yaitu penguatan yang dilakukan karena
mengurangi atau mcnghentikan keadaan yang tidak disukai. Misalnya, berupaya
cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan karena tidak tahan mendengar atasan
mengomel terus-menerus; (c) extinction (peredaan), yaitu tidak mengukuhkan
suatu perilaku, sehingga perilaku tersebut mereda atau punah sama sekali. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi perilaku yang tidak diharapkan; (d) punishment,
yaitu konsekuensi yang tidak menyenangkan dari tanggapan perilaku tertentu.
Reward adalah pertukaran (penghargaan) yang diberikan perusahaan atau jasa
yang diberikan penghargaan, yang secara garis besar terbagi dua kategori, yaitu:
(a) gaji, keuntungan, liburan; (b) kenaikan pangkat dan jabatan, bonus, promosi,

simbol (bintang) dan penugasan yang menarik. Sistem yang efektif untuk
pemberian reward (penghargaan) kepada para karvawan harus: (a) mcmenuhi
kebutuhan pegawai; (b) dibandingkan dengan reward yang diberikan oleh
perusahaan lain; (c) di distribusikan secara wajar dan adil; (d) dapat diberikan
dalam berbagai bentuk; (e) dikaitkan dengan prestasi.

3. Teori Harapan (Expectancy Theory)


Teori ekspetansi dikemukakan oleh Victor H. Vroom menyatakan bahwa
motivasi kerja dideterminasi oleh keyakinan-keyakinan individual sehubungan
dengan hubungan upaya-kinerja, dan didambakannya berbagai macam hasil kerja,
yang berkaitan dengan tingkat kinerja yang berbeda-beda. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa teori tersebut berlandaskan logika: "Orang-orang akan
melakukan apa yang dapat mereka lakukan, apabiia mereka berkeinginan untuk
rnelakukannya".
Vroom dalam Winardi (2009) berpendapat bahwa motivasi terhadap kerja
merupakan hasil dari ekspektansi kali instrumentalitas, kali valensi. Hubungan
multiplikatif tersebut berarti bahwa daya tarik motivasional jalur pekerjaan
tertentu, sangat berkurang, apabiia salah satu di antara hal berikut: ekspektansi,
jnstrumentalilas, atau valensi mendekati nol. Sebaliknya agar imbalan tertentu
memiliki sebuah dampak motivasional tinggi serta positif, sebagai hasil kerja,
maka ekspektansi, inslrumentalitas, dan valensi yang berkaitan dengan imbalan
tersebut hams tinggi serta positif.
Motivasi - Ekspektansi x Instrumen x Valensi (M = E x I x V) Hubungan
antara motivasi seseorang melakukan suatu kegiatan dengan kinerja yang akan

diperolehnya yakni apabila motivasinya rendah jangan berharap hasil kerjanya


(kinerjanya) baik. Motivasi dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan pribadi
seperti rasa tertarik atau memperoleh harapan.
Selain teori ekspektansi di atas, terdapat teori motivasi dengan model lain
yang dirumuskan sebagai berikut:
M={(E - P)} {(P - O) V}
Penjelasarmya adalah:
M = Motivasi
E = Pengharapan (Expectation)
P = Prestasi (Performance)
O = Hasil (Outcome)
V = Penilaian (Value)
Secara sederhana, dalam teori ini, motivasi merupakan interaksi antara
harapan sctelah dikurangi prestasi, dengan kontribusi penilaian yang dikaitkan
dengan prestasi dikurangi hasil. Karena kebutuhan di atas merupakan generalisasi
karena kenyataannya kebutuhan orang tidak sama, maka dikenai The Expectacy
Model yang menyatakan. "Motivasi adalah fungsi dari berapa banyak yang
diinginkan dan berapa besar kemungkinan pencapaiannya".
Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan
motivasi, maka seorang seorang manajer harus (Arep Ishak & Tanjung Hendri,
2008):
a. Mengakui bahwa setiap pegawai memiliki kebutuhan yang berbeda dan
preferensi yang berbeda pula. Tidak ada dua orang yang benar-benar memiliki
kebutuhan yang sama.

b. Mencoba memahami kebutuhan utama seorang pegawai. Memahami apa yang


dibutuhkan apalagi kebutuhan utama pegawai, merupakan perilaku atasan
yang dicintai bawahan.
c. Membantu seorang pegawai menentukan upaya mencapai kebutuhannya
melalui prestasi. Hal ini tidak sulit jika dilakukan dengan ketulusan, bukan
pamrih.

4. Teori Penetapan Tujuan Locke


Suprihanto, dkk (2008) menyatakan bahwa teori penetapan tujuan (goalsetting theory) ini merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa tujuantujuan
vang sifatnya spesifik atau sulit cenderung menghasilkan kinerja (performance)
yang lebih tinggi. Pencapaian tujuan dilakukan melalui usaha partisipasi.
Meskipun dcmikian pencapaian tujuan belum tentu dilakukan oleh banyak orang.
Dalam pencapaian lujuan yang partisipatif mempunyai dampak positif bcrupa
timbulnya penerimaan (acceptance), artinya sesulit apapun apabila orang telah
menerima suatu pekerjaan maka akan dijalankan dengan baik. Sementara itu
dalam pencapaian tujuan yang partisipatif dapat pula berdampak ncgatif yaitu
timbulnya superioritas pada orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Teori Penetapan Tujuan Locke mengatakan bahwa tujuan dan maksud
individu yang disadari adalah determinan utama perilaku. Perilaku orang akan
terus berlangsung sampai perilaku itu mencapai tingkat prcstasi yang lebih tinggi.
Menurut teori ini, prestasi akan tergantung pada tingkat kesukaran tujuan,
kerincian tujuan, dan komitmen seseorang terhadap tujuan. Tujuan yang lebih
sukar akan membuat orang frustrasi sehingga prestasinya juga rendah. Kerincian
tujuan akan mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap tujuan di mana

seseorang lebih menyadari dan mcmahami tujuannya akan berprestasi lebih baik.
Sedangkan variabel komitmen terhadap tujuan menyangkut keterlibatan seseorang
terhadap tujuan. Seseorang yang memiliki komitmen tinggi bisa diharapkan akan
berprestasi lebih baik.

2.2.3

Unsur dan Indikator Motivasi


Zainun (2010) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan

munculnya motivasi kerja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah


1. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan terutama antara
pimpinan kerja sehari-hari langsung berpengaruh dan berhadapan dengan para
bawahan.
2. Kepuasan para petugas terhadap tugas dan pekerjaannya karena memperoleh
tugas yang disukai sepenuhnya.
3. Terdapat satu suasana dan iklim kerja yang yang bersahabat dengan anggota
organisasi, apabila dengan mereka yang sehari-hari banyak berpengaruh
dengan pekerjaan.
4. Rasa pemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga merupakan
tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan secara bersama-sama pula.
5. Adanya tingkat kepuasan ekonomis dan kepuasan nilai lainnya yang memadai
sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jarih payah yang telah diberikan
kepada organisasi.
6. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap
segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karier dalam
perjalanan

Menurut Nawawi (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya


motivasi kerja adalah:
1. Minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Seseorang yang berminat
dalam pekerjaannya akan dapat meningkatkan motivasi kerja
2. Faktor gaji atau upah tinggi akan meningkatkan motivasi kerja seseorang
3. Status sosial pekerjaan. Pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan
memberi posisi yang tinggi dapat menjadi faktor penentu meningkatnya
motivasi kerja
4. Suasana kerja dan hubungan dalam pekerjaan. Penerimaan dan penghargaan
dapat meningkatkan motivasi kerja
5. Tujuan pekerjaan. Tujuan yang mulia dapat mendorong motivasi kerja
seseorang
Motivasi kerja ada kaitannya dengan kebutuhan pekerja/pegawai itu sendiri.
Apabila seseorang mempunyai motivasi kerja yang tinggi, maka pekerja/pegawai
tersebut akan berusaha sekuat tenaga/pikiran dengan harapan agar kebutuhankebutuhannya dapat terpenuhi. Disisi lain individu berperilaku berdasarkan
motifnya, sedang motif itu sendiri bersumber pada berbagai macam kebutuhan
yang menuntut untuk dipenuhi.
Setiap pekerja/pegawai mempunyai kebutuhan yang ingin dipenuhi atau
dipuaskan. Kebutuhan/kepuasan yang belum terpenuhi akan menyebabkan
ketegangan, hal ini akan mendorong dalam diri seseorang /pegawai.. Selanjutnya
dorongan akan menumbuhkan perilaku atau upaya untuk mememnuhi atau
memuaskan kebutuhan.. Akibatnya ketegangan akan berkurang/menurun. Oleh
karena kebutuhan manusia tidak akan ada hentinya, maka kebutuhan yang sudah

terpenuhi/terpuaskan akan menimbulkan kebutuhan yang baru lagi hingga


seterusnya. Proses motivasi akan berjalan secara terus menerus. Kesimpulannnya
motivasi dapat dikatakan sebagai suatu daya pendorong yang menyebaknan
seseorang berbuat sesuatu.
Mengenai pengertian motivasi itu sendiri pada dasarnya adalah kondisi mental
yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan
memberi kekuatan (energy) yang mengarah pada pencapaian kebutuhan memberi
kepuasanan ataupun mengurangi ketidakseimbangan (Manullang, 2008).
Dari pengertian tersebut diatas. dapat dikatakan bahwa tidak akan ada
motivasi, jika tidak ada dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta
ketidakseimbangan tersebut. Rangsangan-rangsangan tersebut akan menimbulkan
motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh dapat menjadikan motor penggerak
untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan.
Sedangkan menurut Kartini Kartono menyatakan bahwa motivasi kerja adalah
suatu motivasi untuk mendapatkan nilai ekonomi tertentu dalam ujud gaji,
honorarium, premi atau dalam wujud immaterial seperti penghargaan, respon,
status sosial, prestasi dan harga diri (Kartono, 2010).
Hampir tidak berbeda dengan pendapat tersebut di atas, Nitisemito (2009)
mengatakan beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu :
1. Gaji yang cukup.
2. Adanya kebutuhan rohani.
3. Sekali-kali diciptakan suasana santai.
4. Hanya perlu mendapat perhatian.
5. Penempatan karyawan pada posisi yang tepat.

6. Adanya kesempatan untuk maju.


7. Adanya rasa aman.
8. Adanya loyalitas.
9. Sekali-kali karyawan perlu diajak berunding.
10. Pemberian insentif yang terarah.
11. Fasilitas yang menyenangkan.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dapat menumbuhkan motivasi kerja seseorang dapat bersifat intrinsik yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri individu maupun faktor ektrinsik yaitu faktor yang
berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Oleh Atkinson (2008)
dikemukakan adanya tiga faktor motivasi yaitu sebagai berikut :
Kekuatan motivasi untuk melakukan kegiatan adalah fungsi dari :
1. Kebutuhan daya dorong adalah tempat atau keadaan daya dorong itu sendiri,
menggambarkan atau mewakili keadaan yang mendesak untuk memenuhi
kepentingan.
2. Harapan adalah kemungkinan bahwa tindakan akan mencapai tujuan
3. Nilai insentif adalah harapan untuk pencapaian tujuan.
Untuk selanjutnya dalam penelitian ini motivasi kerja diukur dengan
indikator-indikator sebagai berikut:
1. Motif atau kebutuhan
2. Harapan atau expectancy
3. Insentif

2.2.4

Manfaat Motivasi Kerja

Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga


produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena
bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan
dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam
skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaannya.
Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat
orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini
terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termolivasi,
schingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan
yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya
akan dipantau Oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan
terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Arep Ishak &
Tanjung Hendri, 2008).

2.2.5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja


Menurut Frederick Herzberg dalam Masithoh (2008) mengembangkan

teori hierarki kcbutuhan Maslow menjadi teori dua factor tentang motivasi. Dua
faktor itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang disebut dengan
satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenance factor)
yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation. Faktor pemuas yang
disebut juga motivator yang merupakan faktor pendorong seseorang untuk
berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik)
antara lain:
1. Prestasi yang diraih (achievement)
2. Pengakuan orang lain (recognition)

3. Tanggungjawab (responsibility)
4. Peluang untuk maju (advancement)
5. Kepuasan kerja itu sendiri (the work it self)
6. Kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth)
Menurut Frederick Herzberg dalam Masithoh (2008) faktor pemelihara
(maintenance factor) disebut juga hygiene factor merupakan faktor yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan pegawai sebagai
manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor ini juga disebut
dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan
kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik,
meliputi:
1. Kompensasi
2. Keamanan dan keselamatan kerja
3. Kondisi kerja
4. Status
5. Prosedur perusahaan
6. Mutu dari supevisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat,
dengan atasan, dan dengan bawahan.

2.3 Kerangka Teori


Dokumen asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat penting bagi
perawat karena di dalam pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai
tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang

dihadapi oleh pasien dalam memberikan pelayanan.


Kurang lengkapnya pendokumentasian asuhan keperawatan saat ini
disebabkan karena alasan formulir yang kurang sederhana, belum tersosialisasi
dengan baik dan benar tentang cara pengisian, dirasakan menyita waktu dan
menghambat pelayanan dalam proses penulisan dokumen, pemahaman petugas
dan sosialisasi serta ketidakpuasan terhadap kompensasi pegawai yang diterima.
Perubahan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku biasanya karena
mendapatkan pengetahuan yang dianggapnya sebagai stimulus yang baik.
Indikator seseorang akan bersikap baik apabila seseorang tersebut mempunyai
kemampuan untuk menyebutkan faktor-faktor terjadinya perubahan sikap antara
lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh media masa, lembaga
pendidikan dan lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disusun kerangka teori sebagai


berikut:

Tujuan dokumentasi:
1. Legalitas dan Akuntabilitas
Profesional
2. Bukti Kualitas Keperawatan
3. Sumber Informasi
4. Bukti Aplikasi standar
keperawatan

Pelaksanaan
Pendokumentasian Proses
Keperawatan (Pengkajian,
Diagnosa keperawatan,
Intervensi, Implementasi dan
Evaluasi

Manajemen keperawatan:
1. Peraturan Rumah Sakit
2. Supervisi Klinik (Pengarahan,
Bimbingan, Observasi,
Evaluasi)
3. Reinforcement perawat baik
insentif maupun non insentif

Faktor-faktor
kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan
1. Formulir Asuhan Keperawatan
2. Sumber Daya manusia
3. Standard Operasional Rumah
Sakit
4. Faktor Keuntungan bagi Perawat
profesional
5. Motivasi
Sumber: Nursalam (2011)
Gambar 2.1
Kerangka Teori

2.4 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat disusun kerangka teori sebagai
berikut:
Variabel Independen (X)

Variabel Dependen (Y)


Pelaksanaan Pendokumentasian
Proses Keperawatan

Motivasi kerja

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
Hipotesis yang didapatkan dalam penelitian ini adalah:
Ha: Ada hubungan motivasi kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses
keperawatan di RSPBA Bandar Lampung Tahun 2016
Ho: Tidak ada hubungan motivasi kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian
proses keperawatan di RSPBA Bandar Lampung Tahun 2016

BABIII
METODEPENELITIAN
3.1 JenisPenelitian
Jenispenelitianiniadalahpenelitiankuantitatifyaituhasilpenelitianyang
kemudiandiolahdan dianalisisuntukdiambil kesimpulannya,artinyapenelitianyang
dilakukanadalah

penelitianyang

menekankananalisisnyapadadata-

datanumeric(angka),dengan menggunakan metodepenelitian ini akan diketahui


hubungan

yangsignifikan

menghasilkankesimpulanyangakan

antaravariabelyangditeliti,sehingga
memperjelasgambaranmengenai

objekyangditeliti (Sugiyono, 2008).

3.2 LokasidanWaktuPenelitian
Penelitiantelahdilakukandiruangrawatinapdan ICURumah Sakit Pertamina
Bintang Amin Bandar Lampung.Penelitiandilaksanakantanggal8-10 Agustus 2016

3.3 RancanganPenelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini pendekatancross sectional, dimana kedua variabel yang diuji pada
objek penelitian ini diukur atau dikumpulkan dalam waktu suatu saat
(Notoatmodjo, 2010).

3.4 SubjekPenelitian
3.4.1

Populasi
Populasi dalampenelitian iniadalahsemuaperawatdi ruangrawatinapdan

ICU Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampungsebanyak 148 orang.

3.4.2

SampelPenelitian
Sampelyaitu sebagiandari populasiyang hendak diteliti dan dianggap bias

mewakili

keseluruhan

2007).Mengenaiukuranbesarnyasampelyang

populasi(Singarimbun,
harusdiambiluntuk

mendapatkan

datayang representatif, besarnyasampel dalam penelitian ditentukan sebanyak


100responden.

Secarateoridasar

Cooperdan

pertimbanganyang

digunakan

Emory(2006:),menurutnyaformula

dalammenentukanukuransampelpada

mengacu
dasar

pengambilansampel

probabilitasmengasumsikanbahwa populasiadalah tidakdapatdipastikan.Penentuan


besar sampel menggunakan rumus Slovin = n

N
(Notoatmodjo, 2010)
1 N d2

Keterangan:
N

= besar populasi

= besar sampel

= tingkat presisi yang diinginkan: 0,05

148
1 148 0,052

148
108,02 orang dibulatkan menjadi 108 orang
1 148 0,0025

n = 108 orang
Dengan kriteria sampel sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Perawat bekerja minimal 1 tahun karena telah membuat asuhan
keperawatan dari hasil kerja yang dilakukan
b. Perawat mau bekerjasama dalam penelitian

2. Kriteria eksklusi
a. Kepala ruangan/supervisor
3.4.3

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling,

dimana pemilihan sampel dilakukan berdasarkan jumlah sampel yang ada pada
saat penelitian.

3.5 Variabel Penelitian


Variabel penelitianakan diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas adalah motivasi perawat.
2. Variabel terikat adalah pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

3.6 Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional
No

Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara ukur

Hasil Ukur

Motivasikerja

Doronganpadaperaw Kuesioner
atuntukmelakukanun
tuk melakukan
pendokumentasian
asuhan keperawatan

Mengisikue 0. Baik, bila


sioner
skor 26
1. Kurang
Baik bila
skor<26

Pendokumen
tasian asuhan
keperawatan

Dokumentasi
Kuesioner
proses keperawatan
mencakup
pengkajian,
identifikasi masalah,
perencanaan
intervensi,
impelementasi,
evaluasi

Mengisikue 0. Sesuai, bila


sioner
skor 116
1. Tidak sesuai
bila
skor<116

Skala
Ukur
Ordinal

Ordinal

3.7 Uji ValiditasdanReliabilitas Instrumen


Untukmengujitingkatvaliditasinstrumen
pengujian

dalampenelitianinidilakukan

denganteknikanalisisKoefisienKorelasiProduct-

MomentPearsonSelainujivaliditasdilakukanpulapengujian
reliabilitasinstrumensecara

internalconsistencyyaknimencobakaninstrumen

sekalisajakemudianbutiryang
telahdinyatakanvalidberdasarkanujivaliditasdianalisis
(Sugiyono,2010:282).

Apabila

denganAlphaCronbach

realibilitassuatukonstrukvariabeldikatakanbaik

jikamemilikinilaiCronbachAlpha>0,6.

3.8 Pengolahandata
Data yangdiperolehdiolahmelaluibeberapatahapan:
a. Editing
Penelitimelakukan

pemeriksaan

kelengkapandokumen

kepegawaian,

lembarobservasi,kuesioner,terkaitpendokumentasianasuhankeperawatanuntuk
memudahkanprosespenyempurnaandatayangkurangatautidaksesuai.
b. Coding
Penelitimemberikankodeuntukvariabelmotivasiyaitu

baikdan

kurangbaik, sedangkanuntukvariabelPendokumentasian asuhan keperawatanyaitu


0- sesuaidan 1 = tidaksesuai
c. DataEntry
Penelitimengubahmenjadikodekedalamalatbantu pengolahdata.
d. Data Cleaning
Penelititelahmemastikanbahwaseluruhdatayangtelahdimasukkankedalam

alatbantupengolahdatasudahsesuaidenganyangsebenarnya

e. Scoring
Penelitimemberikanskor

dari

hasil

pengisian

kuesioner

oleh

respondenterhadapmotivasikerjadanpendokumentasianasuhankeperawatandengan
melakukanscoring.

3.9 Analisisdata
3.9.1

Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu analisa yang digunakan

untuk menganalisis

variabelyangadasecaradeskriptifdenganmembuattabeldistribusi
frekuensi.Variabelyangdideskripsikan

dalampenelitianiniadalah

variabelmotivasiperawatdan pendokumentasianasuhankeperawatan.

3.9.2

AnalisisBivariat
Analisisbivariatyaituanalisauntukmengetahuihubunganvariabelbebas

terhadapvariabelterikat.Analisisbivariatyangdilakukanterhadapduavariabelyangdid
uga

memilikihubungan.Analisispadapenelitianini

yaitu

variabelmotivasiperawatdengan
pendokumentasianasuhankeperawatan,makaujistatistikyangdigunakan
untukmendapatkankorelasiantarakeduavariabeltersebutdigunakan uji chisquare
testapabilamemenuhi

kriteriaChiSquareyaituskalakategorik-kategorik.Derajat

hubungan menggunakan Odds Ratio (OR), nilai OR digunakan untuk penelitian


cross sectional dan case control.
merupakan penelitian cross sectional.

Penelitian ini menggunakan OR karena

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1

Analisis Univariat

1. Motivasi Perawat
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat di Rumah Sakit Pertamina
Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016
Motivasi perawat
Baik
Kurang baik
Jumlah

Frekuensi
56
52
108

Persentase (%)
51,9
48,1
100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden di


Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016
mempunyai motivasi yang baik yaitu sebanyak 56 orang (51,9%).

2. Pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan


Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pendokumentasian Proses
Keperawatan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung Tahun 2016
Pendokumentasian Askep
Sesuai
Tidak sesuai
Jumlah

Frekuensi
74
34
108

Persentase (%)
68,5
31,5
100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar pelaksanaan


pendokumentasian proses keperawatan di Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin Bandar Lampung tahun 2016 termasuk dalam kategori sesuai sebanyak
74 orang (68,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dokumentasi proses
keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan

intervensi, impelementasi, evaluasi telah dilaksanakan sesuai dengan standar


operasional prosedur rumah sakit.

4.1.2

Analisis Bivariat
Tabel 4.3
Hubungan Hubungan Motivasi Kerja Dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Proses Keperawatan di RSPBA
Bandar Lampung tahun 2016

Motivasi kerja
Baik
Kurang baik
Jumlah

Dokumentasi askep
Tidak
Sesuai
sesuai
N
%
N
%
51 91,1
5
8,9
23 44,2 29 55,8
74 68,5 34 31,5

Total
N

56
52
108

100
100
100

Pvalue

OR
95 % CI

0,000

12,861
(4,41537,463)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 56 responden dengan


motivasi baik sebanyak 51 responden (91,1%) melaksanakan dokumentasi
asuhan keperawatan sesuai dan sebanyak 5 responden (8,9%) melaksanakan
dokumentasi asuhan keperawatan tidak sesuai. Kemudian dari 52 responden
dengan motivasi kurang baik sebanyak 23 responden (44,2%) melaksanakan
dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dan sebanyak 29 responden (55,6%)
melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan tidak sesuai.
Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,000 yang
berarti bahwa ada hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan
pendokumentasian proses keperawatan di Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin Bandar Lampung tahun 2016. Kemudian diperoleh nilai OR = 12,861
yang berarti bahwa responden yang mempunyai motivasi baik mempunyai
peluang sebanyak 12,861 kali melakukan pelaksanaan pendokumentasian
proses keperawatan dengan baik dibandingkan responden yang motivasinya

kurang baik.

4.2 Pembahasan
4.2.1

Analisis Univariat
1. Motivasi Perawat
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden
di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016
mempunyai motivasi yang baik yaitu sebanyak 56 orang (51,9%).
Dimana hal ini terlihat bahwa motivasi kerja perawat terlihat nilai
tertinggi pada kuesioner point 8 yang menyatakan semakin banyak
tantangan dalam pekerjaan, membuat anda semakin bersemangat
dalam bekerja, sedangkan nilai motivasi terendah terlihat dari
kuesioner poin 3 yaitu Apakah setelah mendapatkan prestasi, Anda
mendapatkan dukungan selamat dari teman dan atasan?, hal inilah
yang menyebabkan motivasi perawat menjadi kurang baik karena
kurangnya dukungan dari rekan dan atas walaupun perawat mempunyai
prestasi.
Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena
kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu
dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu
organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan
berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto
dkk, 2008).
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja

bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua


kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan instansi.
Motif sering kali disamakan dengan dorongan. Dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerakan jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga
motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakan
manusia untuk bertingkah laku dan pebuatan itu mempunyai tujuan
tertentu.
Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Kriska H. Pakudek
(2014) tentang hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan di instalasi Rawat Inap C RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hasil penelitian dari 51 responden
yang memiliki motivasi intrinsik baik dan melakukan dokumentasi
dengan lengkap sebanyak 43 orang (84%).
Berdasarkan uraian di atas, semakin baik motivasi kerja perawat,
maka diharapkan perawat dapat melaksanakan dokumentasi proses
keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan
intervensi, impelementasi, evaluasi sesuai dengan standar operasional
prosedur rumah sakit. Sedangkan bagi perawat yang motivasi kerjanya
masih kurang baik diharapkan untuk mulai memotivasi diri melakukan
pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab dan tugas yang diberikan
oleh

rumah

sakit.

Perawat

diharapkan

lebih

memperhatikan

pendokumentasian keperawatan sebagai bentuk tanggung jawab dan


tanggung gugat kita sebagai perawat. Catatan keperawatan sangat
penting jika suatu saat nanti terdapat masalah terhadap pasien.

2. Pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan


Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar pelaksanaan
pendokumentasian proses keperawatan di Rumah Sakit Pertamina
Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016 termasuk dalam kategori
sesuai sebanyak 74 orang (68,5%).
Hal ini terlihat dari jawaban responden dengan poin tertinggi pada
pernyataan mengenai aspek pengkajian yaitu Proses pengumpulan
data dilakukan sistematis dan terus menerus. Sedangkan nilai
terendah terdapat pada pernyataan Pengelompokan data dengan
kriteria data biologis, psikologis, sosial dan spiritual sesuai format dari
RS belum dilaksanakan secara maksimal oleh perawat.
Jawaban responden dengan poin tertinggi pada pernyataan
mengenai aspek diagnosa keperawatan yaitu Diagnosa keperawatan
berasal dari data yang sesuai. Sedangkan nilai terendah terdapat pada
pernyataan Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
Jawaban responden dengan poin tertinggi pada pernyataan
mengenai aspek intervensi yaitu Rencana tindakan dengan kriteria
disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan. Sedangkan nilai
terendah terdapat pada pernyataan Perencanaan keperawatan meliputi
prioritas masalah yang mengancam kehidupan/ABC merupakan
prioritas pertama.
Jawaban responden dengan poin tertinggi pada pernyataan
mengenai aspek implementasi yaitu Tindakan keperawatan harus

mempertimbangkan keamanan, dan kenyamanan serta ketepatan.


Sedangkan nilai terendah terdapat pada pernyataan Setiap tindakan
keperawatan dilakukan evaluasi.
Jawaban responden dengan poin tertinggi pada pernyataan
mengenai aspek evaluasi yaitu Respon klien terhadap

tindakan

keperawatan didokumentasikan. Sedangkan nilai terendah terdapat


pada pernyataan Evaluasi melibatkan klien, keluarga (orang terdekat)
dan tim kesehatan lain.
Menurut Tupalan adalah catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti secara hukum. Menurut Fisbach adalah suatu
dokumen yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya
tingkat kesakitan tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan kesehatan
yang

diberikan.

Menurut Effendi

(2010) merupakan informasi

keperawatan dan kesehatan pasien yang dilakukan perawat sebagai


pertanggung jawaban terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang
telah diberikan.
Menurut Aziz Alimul (2001) standar dokumentasi diartikan
sebagai ukuran atau model terhadap sesuatu yang hampir sama.
Model tersebut mencakup kualitas, karakteristik, sarana dan kinerja
yang diharapkan dalam suatu intervensi, pelayanan dan seluruh
komponen yang terlibat.
Seorang perawat harus mampu melaksanakan dokumentasi
asuhan keperawatan dalam rekam medis dengan lengkap, jelas, akurat
dan dapat dipahami oleh orang lain. Namun, dalam pelaksanaannya

pe ng i si a n dokum e nt a si a suha n ke pe ra wa t a n dalam rekam


medis oleh tenaga perawat pada dasarnya masih memiliki
permasalahan, yaitu masih rendahnya tingkat pemahaman terhadap
pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan (Effendi, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kriska H.
Pakudek

(2014)

tentang hubungan

motivasi

perawat

dengan

pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di instalasi Rawat Inap


C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hasil penelitian dari 51
responden, yang melakukan dokumentasi tidak lengkap sebanyak 3
orang.
Pentingnya rekam medis untuk rumah sakit, maka perlu adanya
pengendalian terhadap pengisian rekam medis yang dilakukan secara
berkala untuk menjaga kualitas isi rekam medis sehingga informasi
yang dihasilkan menjadi lebih lengkap, jelas dan akurat serta
berkesinambungan. Rekam medis yang lengkap dapat memenuhi
standar untuk mendapatkan predikat akreditasi.

Selain itu, rekam

medis yang lengkap dapat dijadikan sebagai perlindungan hukum bagi


pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya,
sebagai dasar dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis,
alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut
andil dalam proses pemberian pelayanan serta dapat dijadikan sebagai
bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap
kualitas pelayanan yang telah diberikan kepada pasien (Effendi, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka menurut peneliti pelaksanaan

pendokumentasian proses keperawatan yang sudah sesuai ini


hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan kemudian hari, agar
dokumentasi hasil keperawatan lebih tertib dan sesuai dengan standar
yang diberikan oleh rumah sakit. Untuk meningkatkan pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan di RSPBA Bandar Lampung, maka
harus dilakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan perawat
mengenai dokumentasi asuhan keperawatan dengan cara memberikan
pendidikan, pelatihan maupun seminar yang berkaitan dengan
dokumentasi asuhan keperawatan atau hukum kesehatan.

4.2.2

Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 4.3 dari 56 responden dengan motivasi baik sebanyak

51 responden (91,1%) melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai


dan sebanyak 5 responden (8,9%) melaksanakan dokumentasi asuhan
keperawatan tidak sesuai. Kemudian dari 52 responden dengan motivasi kurang
baik sebanyak 23 responden (44,2%) melaksanakan dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai dan sebanyak 29 responden (55,6%) melaksanakan
dokumentasi asuhan keperawatan tidak sesuai.
Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,000 yang
berarti bahwa hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian
proses keperawatan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
tahun 2016. Kemudian diperoleh nilai OR = 12,861 yang berarti bahwa
responden yang mempunyai motivasi baik mempunyai peluang sebanyak 12,861
kali melakukan pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan dengan baik
dibandingkan responden yang motivasinya kurang baik.

Dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan


bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian adalah
merupakan pekerjaan atau merekam peristiwa baik dari obyek maupun memberi
jasa yang dianggap berharga dan penting (Handayaningsih, 2009).
Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan
dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan
jelas, kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang
perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien
di rumah sakit. Tahapan pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan
adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Nursalam, 2011)

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Irawati (2013) tentang Hubungan


Motivasi

Perawat

Tentang

Asuhan

Keperawatan

dengan

Kelengkapan

Dokumentasi Keperawatan di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, hasil penelitian


diperoleh ada hubungan yang signifikan antara hubungan motivasi perawat
tentang asuhan keperawatan dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan di
Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk tahun 2013 dengan p-value = 0,000.
Hasil penelitian Nurul Nuryani (2013) tentang hubungan motivasi perawat
dengan kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan ruang bedah di
RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya Periode Triwulan I Tahun 2013 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 35,55% memiliki motivasi baik 108,108%
memiliki motivasi cukup dan 31,11% memiliki motivasi kurang. Kelengkapan
pengisian dokumentasi asuhan keperawatan ruang bedah sebanyak 29,5%

sedangkan ketidaklengkapannya sebanyak 70,5%. Berdasarkan hasil uji statistik


didapatkan bahwa ada hubungan antara motivasi perawat dengan kelengkapan
pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dengan hasil P = 0,001 (P < 0,05).
Kelengkapan

pelaksanaan

pendokumentasian

proses

keperawatan

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti latar belakang pendidikan,


lama masa kerja, motivasi, keterampilan, motivasi dan psikologis. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan Setiyarini (2004) dalam

penelitiannya

yang

mengemukakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan


pendokumentasian adalah motivasi.
Dokumen asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat penting bagi
perawat karena di dalam pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai
tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang
dihadapi oleh pasien dalam memberikan pelayanan (Effendi, 2010).
Kurang lengkapnya pendokumentasian asuhan keperawatan lebih banyak
disebabkan karena alasan formulir yang kurang sederhana, belum tersosialisasi
dengan baik dan benar tentang cara pengisian, dirasakan menyita waktu dan
menghambat pelayanan dalam proses penulisan dokumen, pemahaman petugas
dan sosialisasi serta ketidakpuasan terhadap kompensasi pegawai yang diterima
(Effendi, 2010).
Perubahan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku biasanya karena
mendapatkan pengetahuan yang dianggapnya sebagai stimulus yang baik.
Indikator seseorang akan bersikap baik apabila seseorang tersebut mempunyai
kemampuan untuk menyebutkan faktor-faktor terjadinya perubahan sikap antara

lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh media masa, lembaga
pendidikan dan lain-lain (Effendi, 2010).
Pada penelitian ini juga diperoleh sebayak 44,2% perawat yang motivasinya
kurang baik namun dokumentasi asuhan keperawatannya sesuai, hal ini
disebabkan oleh karena adanya dukungan rekan kerja dan kepala ruangan untuk
membantu perawat dalam melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan.
Kemudian diperoleh juga sebanyak 8,9% perawat yang motivasi kerjanya baik
namun dokumentasi asuhan keperawatannya tidak sesuai hal ini dapat disebabkan
karena perawat mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan pembuatan dokumentasi asuhan
keperawatan. Pihak RSPBA Bandar Lampung melakukan evaluasi pelaksanaan
supervisi kepala ruang minimal setiap enam bulan sekali terutama dalam
memotivasi perawat dalam pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan. Selain itu
RSPBA Bandar Lampung dapat melakukan penilaian terhadap kinerja perawat
pelaksana khususnya kinerja perawat dalam pendokumentasian

keperawatan

secara rutin dengan cara survei penilaian dokumentasi asuhan keperawatan di


tiap-tiap ruangan keperawatan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
4. Sebagian besar responden di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung tahun 2016 mempunyai motivasi yang baik yaitu sebanyak 56 orang
(51,9%).
5. Sebagian besar pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan di Rumah
Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016 termasuk dalam
kategori sesuai sebanyak 74 orang (68,5%).
6. Ada hubungan motivasi kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses
keperawatan di RSPBA Bandar Lampung tahun 2016, dengan p-value = 0.000
dan OR = 12,861

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran antara lain:
1. RSPBA Bandar Lampung
a. Diharapkan RSPBA Bandar Lampung memberikan penghargaan (reward)
pada perawat yang melakukan kerja dengan baik, sehingga motivasi
perawat akan lebih meningkat dalam pelaksanaan pendokumentasian
proses keperawatan, serta adanya dukungan rekan kerja dan kepala
ruangan untuk membantu perawat dalam melengkapi dokumentasi asuhan
keperawatan. Selain itu perawat juga harus dapat membagi waktu antara
pemberian

asuhan

keperawatan

pada

pasien

dengan

pembuatan

dokumentasi asuhan keperawatan


b. Untuk meningkatkan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di
RSPBA Bandar Lampung, maka harus
meningkatkan

pengetahuan

dilakukan

usaha

untuk

perawat mengenai dokumentasi asuhan

keperawatan dengan cara memberikan pendidikan, pelatihan maupun


seminar yang berkaitan dengan dokumentasi asuhan keperawatan atau
hukum kesehatan.
2. Kepala Ruang
a. Perlu mengembangkan kompetensi dalam melaksanakan supervisi dengan
lebih menggali kemampuan yang telah ada.
b. Mengoptimalkan peran supervisor

dalam melaksanakan

kegiatan

supervisi dengan cara melaksanakan kegiatan supervisi secara terprogram


dan terjadwal untuk meningkatkan kinerja perawat pelaksana.
c. Melaksanakan evaluasi

kinerja

perawat

pelaksana

dengan

cara

survei terhadap dokumentasi asuhan keperawatan berkordinasi dengan


kepala bidang keperawatan.

3. Perawat pelaksana
Diharapkan kepada setiap tenaga kesehatan, khususnya perawat agar dapat
lebih

memperhatikan

pendokumentasian

keperawatan

sebagai

bentuk

tanggung jawab dan tanggung gugat kita sebagai perawat. Catatan


keperawatan sangat penting jika suatu saat nanti terdapat masalah terhadap
pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2010) Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Chaplin,J.F. (2001). Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan. Jakarta : Rajawali
Dahlan, M.S. (2006). Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta : Arkans.
Effendi T.N. (2010). Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan: PT
Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta.
Fisbach (2008) Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika, & Instrumentasi.
Edisi. II. Jakarta: Archan.
Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan.
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Depok

Fakultas

Handayaningsih (2009). Dokumentasi Keperawatan. Yogjakarta : Mitra


Cendikia Press.
Kriska H. Pakudek, (2014), Hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan di instalasi Rawat Inap C RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado, Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Malayu, S.P. Hasibuan. (2010). Manajemen Sumber Data Manusia. Jakarta
: PT. Bumi Aksara.
Manulung. M. (2008). Manajemen Personalia. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.

Gadjah

Marzuki. (2010). Metodologi Riset. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi (BPFE) UII.


Muninjaya, A.A Gede. (2005), Manajemen Keperawatan, Edisi kedua, Penerbit
buku Kedokteran, Jakarta
Niven, Neil. (2010). Psikologi Kesehatan dan Pengantar Untuk Perawat
dan Professional Kesehatan Lain. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik, Volume 2. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Santoso, Singgih. (2001). Buku Latihan SPSS statistic Non Parametrik. Jakarta :
Elex Medika Komputindo.
Setiadi. (2007).
Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Tupalan, (2011), Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC
Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta : Graha Ilmu.

KUESIONER
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PELAKSANAAN
PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN
DI RSPBA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
A. Data Demografi
Tanggal / bulan / tahun pengisian
Kuesioner

:
: Perawat pelaksana

Data Identitas Responden


1. Nama (inisial)
:
2. Umur
: tahun
3. Masa kerja
: tahun
4. Jenis kelamin
:
a. Pria
b. Wanita
5. Pendidikan keperawatan terakhir:
a. DIII Keperawatan
b. S1 keperawatan
c. S1 Keperawatan+ners
B. Motivasi Perawat

No

Pertanyaan

Apakah Anda membutuhkan


kenaikan jabatan,bila mendapatkan
penilaian prestasi kerja?
Apakah kenaikan jabatan
mempengaruhi semangat kerja?
Apakah setelah mendapatkan
prestasi, Anda mendapatkan
dukungan selamat dari teman dan
atasan?
Apakah dukungan dari teman dan
atasan diperlukan untuk mencapai
prestasi yang lebih baik?
Apakah ucapan dan dukungan
tersebut mempengaruhi kepuasan
Anda bekerja?

2
3

4
5

No

Pertanyaan

Tidak
Selalu Sering Jarang
Pernah
(4)
(3)
(2)
(1)

Selalu Sering Jarang Tidak


(4)
(3)
(2)
Pernah

(1)
Apakah teman-teman dan atasan
Anda menghargai kerja keras Anda?
7 Apakah Anda berpikir pengawasan
dalam bekerja diperlukan?
8 Apakah semakin banyak tantangan
dalam pekerjaan, membuat Anda
semakin bersemangat dalam bekerja?
Sumber: Imilda Sari (2010), Hubungan Faktor Predisposing Pelaksana Asuhan
Keperawatan Terhadap Profesionalisme Perawat Di Rsud Kabupaten
Aceh Singkil Tahun 2010
6

C. Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan


No
Pernyataan
Lengkap
Aspek Pengkajian
1 Pengumpulan data dengan kriteria
kelengkapan data, mengunakan format
yang sesuai dari RS
2 Pengumpulan data berdasarkan keadaan
dan kebutuhan klien
3 Pengumpulan data dengan
menggunakan tehnik- tehnik yang tepat
yaitu wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik
4 Pengumpulan data melibatkan
pasien, keluarga(orang terdekat) dan tim
kesehatan lain
5 Proses pengumpulan data dilakukan
sistematis dan terus menerus
6 Pengelompokan data dengan kriteria
data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual sesuai format dari RS
7 Pengumpulan data dilakukan dan
dibedakan menjadi dua yaitu data
objektif dan data subjektif
8 Merumuskan masalah sesuai data
berdasarkan kebutuhan Maslow.
Aspek diagnosa
1 Diagnosa keperawatan berasal dari
data yang sesuai
2 Komponen diagnosa keperawatan
terdiri dari masalah, penyebab, gejala
dan tanda (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE).
No
Pernyataan
Lengkap
3 Diagnosa keperawatan di hubungkan
dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien

Tidak lengkap

Tidak lengkap

Penulisan diagnosa keperawatan telah


sesuai dengan kategori diagnosa
keperawatan yaitu tipe diagnosis aktual,
resiko, kemungkinan, sehat dan
sejahtera, sindrom
5 Diagnosa keperawatan telah divalidasi
dengan pasien, keluarga(orang terdekat)
dan tim kesehatan lain.
6 Diagnosa keperawatan di
dokumentasikan sesuai tujan
keperawatan
Aspek intervensi
1 Perencanaan keperawatan meliputi
prioritas masalah yang mengancam
kehidupan/ABC merupakan prioritas
pertama
2 Tujuan asuhan keperawatan dengan
kriteria tujuan dirumuskan secara
singkat dan jelas
3 Rencana tindakan dengan kriteria
disusun berdasarkan tujuan asuhan
keperawatan
4 Rencana keperawatan bersifat
individual, terhadap kebutuhan klien.
5 Rencana keperawatan dikembangkan
bersama klien, orang terdekat/keluarga
dan tim kesehatan lain.
6 Rencana keperawatan merupakan
sesuatu yang realistis yang berhubungan
dengan kebutuhan klien
7 Rencana keperawatan merupakan suatu
yang dapat diukur dan dicapai sesuai
keadaan klien
8 Rencana keperawatan dapat
memberikan arah serta berkelanjutan
Aspek implementasi
1 Tindakan keperawatan dilakukan
berdasarkan kebutuhan dasar pasien
2 Tindakan keperawatan melibatkan tim
kesehatan lain
No
3
4

Pernyataan
Tindakan keperawatan harus sesuai
dengan rencana yang ditetapkan
Tindakan keperawatan harus
mempertimbangkan keamanan, dan
kenyamanan serta ketepatan

Lengkap

Tidak lengkap

Setiap tindakan keperawatan dilakukan


evaluasi
6 Tindakan keperawatan di
dokumentasikan
Aspek evaluasi
1 Evaluasi merupakan sesuatu yang
sistematis dan terus menerus.
2 Evaluasi hasil mengunakan indikator
perubahan fisiologi dan tingka laku
pasien
3 Respon klien terhadap tindakan
keperawatan didokumentasikan
4 Keefektipan tindakan keperawatan di
evaluasi yang berhubungan dengan
tujuan
5 Mengkaji ulang, sebagai penilaian
diagnosis dan rencana keperawatan.
6 Evaluasi melibatkan klien, keluarga
(orang terdekat) dan tim kesehatan
lain
7 Hasil evaluasi didokumentasikan dan di
komunikasikan bersama tim kesehatan
lainnya untuk diambil tindakan
selanjutnya.
Sumber: Imilda Sari (2010), Hubungan Faktor Predisposing Pelaksana Asuhan
Keperawatan Terhadap Profesionalisme Perawat Di Rsud Kabupaten
Aceh Singkil Tahun 2010

Frequencies
Notes
Output Created

15-Aug-2016 12:06:08

Comments
Input

Data

D:\03 PSIK Malahayati\@ 2016\@ Putu


Laksamana\@ Edit Seminar
Proposal\SPSS Putu.sav

Active Dataset

DataSet0

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

108
User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used

Statistics are based on all cases with valid


data.

Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=Motivasi
Dokumentasi_askep
/ORDER=ANALYSIS.

Resources

Processor Time

00:00:00.015

Elapsed Time

00:00:00.002

[DataSet0] D:\03 PSIK Malahayati\@ 2016\@ Putu Laksamana\@ Edit


Seminar Proposal\SPSS Putu.sav

Statistics
Dokumentasi_ask
Motivasi
N

Valid
Missing

ep

108

108

Frequency Table
Motivasi
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Baik

56

51.9

51.9

51.9

Kurang baik

52

48.1

48.1

100.0

108

100.0

100.0

Total

Dokumentasi_askep
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Sesuai

74

68.5

68.5

68.5

Tidak sesuai

34

31.5

31.5

100.0

108

100.0

100.0

Total

Frequencies
Notes
Output Created

22-Aug-2016 13:28:03

Comments
Input

Data

D:\042 DIV Kebidanan Malahayati\@


2016\@ Siska fitriana\@ Fix Proposal\@
Fix KTI Siska F\HIsogram.sav

Active Dataset

DataSet2

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

108
User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used

Statistics are based on all cases with valid


data.

Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=Motivasi
Dokumentasi_askep
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.

Resources

Processor Time

00:00:00.437

Elapsed Time

00:00:00.465

[DataSet2] D:\042 DIV Kebidanan Malahayati\@ 2016\@ Siska


fitriana\@ Fix Proposal\@ Fix KTI Siska F\HIsogram.sav

Statistics
Dokumentasi_ask
Motivasi
N

Valid

ep

108

108

Missing

Frequency Table
Motivasi
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

17.00

.9

.9

.9

18.00

.9

.9

1.9

19.00

2.8

2.8

4.6

20.00

2.8

2.8

7.4

21.00

2.8

2.8

10.2

22.00

2.8

2.8

13.0

23.00

7.4

7.4

20.4

24.00

10

9.3

9.3

29.6

25.00

20

18.5

18.5

48.1

26.00

7.4

7.4

55.6

27.00

2.8

2.8

58.3

28.00

12

11.1

11.1

69.4

29.00

17

15.7

15.7

85.2

30.00

4.6

4.6

89.8

31.00

3.7

3.7

93.5

32.00

6.5

6.5

100.0

Total

108

100.0

100.0

Dokumentasi_askep
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

93.00

3.7

3.7

3.7

100.00

7.4

7.4

11.1

104.00

3.7

3.7

14.8

107.00

3.7

3.7

18.5

108.00

3.7

3.7

22.2

109.00

.9

.9

23.1

110.00

3.7

3.7

26.9

111.00

4.6

4.6

31.5

115.00

17

15.7

15.7

47.2

116.00

13

12.0

12.0

59.3

117.00

3.7

3.7

63.0

119.00

1.9

1.9

64.8

120.00

3.7

3.7

68.5

121.00

7.4

7.4

75.9

124.00

4.6

4.6

80.6

125.00

3.7

3.7

84.3

129.00

.9

.9

85.2

132.00

7.4

7.4

92.6

134.00

3.7

3.7

96.3

139.00

3.7

3.7

100.0

108

100.0

100.0

Total

Histogram

Crosstabs
Notes
Output Created

15-Aug-2016 12:05:24

Comments
Input

Data

D:\03 PSIK Malahayati\@ 2016\@ Putu


Laksamana\@ Edit Seminar
Proposal\SPSS Putu.sav

Active Dataset

DataSet0

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

108
User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used

Statistics for each table are based on all the


cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.

Syntax

CROSSTABS
/TABLES=Motivasi BY
Dokumentasi_askep
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.

Resources

Processor Time

00:00:00.000

Elapsed Time

00:00:00.005

Dimensions Requested
Cells Available

[DataSet0] D:\03 PSIK Malahayati\@ 2016\@ Putu Laksamana\@ Edit


Seminar Proposal\SPSS Putu.sav

2
174762

Case Processing Summary


Cases
Valid
N
Motivasi *

Missing

Percent
108

Total

Percent

100.0%

.0%

Percent
108

100.0%

Dokumentasi_askep

Motivasi * Dokumentasi_askep Crosstabulation


Dokumentasi_askep
Sesuai
Motivasi

Baik

Count

Kurang baik

56

38.4

17.6

56.0

91.1%

8.9%

100.0%

23

29

52

35.6

16.4

52.0

44.2%

55.8%

100.0%

74

34

108

74.0

34.0

108.0

68.5%

31.5%

100.0%

Count
Expected Count
% within Motivasi

Total

Count
Expected Count
% within Motivasi

Total

51

Expected Count
% within Motivasi

Tidak sesuai

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

df

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

(2-sided)

sided)

sided)

.000

25.297

.000

29.454

.000

27.425
b

Asymp. Sig.

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear

.000
27.171

.000

Association
N of Valid Cases

108

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,37.
b. Computed only for a 2x2 table

.000

Risk Estimate

95% Confidence Interval


Value
Odds Ratio for Motivasi (Baik / Kurang

Lower

Upper

12.861

4.415

37.463

2.059

1.501

2.824

.160

.067

.382

baik)
For cohort Dokumentasi_askep =
Sesuai
For cohort Dokumentasi_askep = Tidak
sesuai
N of Valid Cases

108

LAMPIRAN

HASIL DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai