Anda di halaman 1dari 8

Laporan Review Jurnal Skill Lab 1

(Deskriptif & Analitik)

Oleh
Intan Maharany
NPM (14310108)
Kelompok 9

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2017
DAFTAR ISI

A. Review Jurnal Deskriptif


et al. Malar J (2017) 16:222 DOI 10.1186/s12936-017-1870-4
Malaria prevalence in asymptomatic and symptomatic children in Kiwangwa,
Bagamoyo district, Tanzania
Deborah Sumari1,2*, Felista Mwingira3 , Majige Selemani1,4, Joseph
Mugasa5 , Kefas Mugittu6 and Paul Gwakisa2,7

B. Review Jurnal Analitik


Association between menarche and iron deficiency in non-anemic young
women.
Deepa L. Sekhar1*, Laura E. Murray-Kolb2, Allen R. Kunselman3, Carol S.
Weisman3,4, Ian M. Paul1,3
I. Review Jurnal Deskriptif
A. Judul Jurnal
et al. Malar J (2017) 16:222 DOI 10.1186/s12936-017-1870-4
Malaria prevalence in asymptomatic and symptomatic children in Kiwangwa,
Bagamoyo district, Tanzania
Deborah Sumari1,2*, Felista Mwingira3 , Majige Selemani1,4, Joseph
Mugasa5 , Kefas Mugittu6 and Paul Gwakisa2,7

B. Latar Belakang Teori


Infeksi parasit Plasmodium falciparum bisa terjadi asimptomatik
malaria tanpa komplikasi atau berat. Di daerah endemis, anak-anak
khususnya di Negara Tanzania di wilayah Kiwangwa, Bagamoyo dimana
kejadian penyakit malaria simptomatik dan asimptomatik banyak terjadi.
Anak-anak dibawah umur 5 tahun mudah terkena parasit malaria secara
simptomatik dikarenakan imunitas yang rendah sehingga mudah terjadi.
Sementara itu, malaria asimtomatik terjadi ada anak-anak yang lebih tua.
Pasien dengan tanpa gejala malaria di daerah endemis pada umumnya tidak
diobati karena pasien tidak merasa ada gejala seperti penyakit malaria pada
umumnya. Penelitian ini dilakukan untuk menilai prevalensi malaria pada
anak-anak bergejala dan tanpa gejala di wilayah Kiwangwa, Bagamoyo di
Tanzania.

C. Masalah Penelitian
Sulit menentukan malaria asimptomatik dan simptomatik pada
anak-anak di wilayah Kiwangwa, Bagamoyo di Tanzania.
D. Tujuan Penelitian
Untuk menentukan nilai prevalensi malaria khususnya parasit
Plasmodium falciparum dengan menggunakan rapid diagnostic test (RDT),
mikroskopi cahaya (LM) dan PCR kuantitatif transkripsi terbalik (RT-qPCR)
yang menargetkan transkrip RRNA tipe-a dari P. falciparum. . Gametosit
terdeteksi oleh transkrip penargetan gametosit LM, RT-qPCR, LM dan RT-
qPCR.

E. Metodologi Penelitian
Penelitian deskriptif cross-sectional dengan menggunakan empat
ratus anak usia sekolah di wilayah Kiwangwa; 200 anak dari apotik
Kiwangwa dan 200 anak dari sekolah terdekat. Parameter kesehatan primer
diperiksa dan sampel darah dikumpulkan dan diperiksa untuk prevalensi
Plasmodium falciparum dengan menggunakan rapid diagnostic test (RDT),
mikroskopi cahaya (LM) dan PCR kuantitatif transkripsi terbalik (RT-qPCR)
yang menargetkan transkrip RRNA tipe-a dari P. falciparum. Gametosit
terdeteksi oleh transkrip penargetan gametosit LM, RT-qPCR, LM dan RT-
qPCR.

F. Hasil Penelitian
Keseluruhan prevalensi P. falciparum adalah 73,3, 40,8 dan 36,3%
oleh RT-qPCR, RDT dan LM di daerah studi masing-masing (P <0,001).
Karena anak-anak bergejala yang diharapkan memiliki prevalensi 89, 67,5
dan 64,5% yang lebih tinggi secara bermakna dengan qPCR, RDT dan LM,
masing-masing dibandingkan 57,5, 14 dan 8% pada kelompok asimtomatik.
Namun, prevalensi gametosit pada individu asimtomatik lebih tinggi pada
LM (2%) dan qPCR (14%) dibandingkan pada individu simtomatik. LM
(0,5%) dan qPCR (3%).
G. Kesimpulan
Perbedaan mendasar dalam prevalensi infeksi simtomatik dan
asimtomatik yang diamati di wilayah Kiwangwa dengan penggunaan alat
molekuler dalam surveilans malaria yang bertujuan memperkirakan
prevalensi dan transmisi. Terutama, gametositemia yang diamati pada anak
asimtomatik mengindikasikan adanya infeksi reservoir dan menunjukkan
perlunya deteksi dan pengobatan malaria tanpa gejala dan simtomatik.
II. Review Jurnal Analitik
A. Judul Jurnal Analitik

Association between menarche and iron deficiency in non-anemic young


women.
Deepa L. Sekhar1*, Laura E. Murray-Kolb2, Allen R. Kunselman3, Carol S.
Weisman3,4, Ian M. Paul1,3

B. Latar Belakang Teori


ID (Iron deficiency) atau disebut juga defisiensi besi adalah
merupakan suatu penyakit anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat
besi. Di Negara United State (US) prevalensi anemia dan kekurangan zat
besi (ID) di kalangan non-hamil, usia reproduksi wanita jauh melebihi
prevalensi di antara laki-laki. ID mungkin adalah penyebab paling umum
anemia dan tentunya salah satu yang paling mudah untuk mengobati bila
diketahui.

Saat wanita sedang menstruasi, wanita bisa banyak kehilangan zat besi.
Dalam uji klinis skrining ID bergantung pada hemoglobin, indikator ID tahap
akhir sebagai salah satu tes laboratorium dengan biaya yang rendah.
Skrining ini berfungsi untuk mendiagnosa ID yang sebelumnya
perkembangan anemia tidak terlihat, tujuan penelitian ini adalah
memperbaiki skrining ID dengan mengidentifikasi faktor risiko antara
wanita usia subur non-anemia, kekurangan zat besi.

C. Masalah Penelitian
Tahun haid adalah satu-satunya faktor risiko yang terkait secara
signifikan dengan ID di antara non-anemia pada wanita muda. Hasil negatif
menunjukkan faktor risiko ID di kalangan wanita non-anemia mungkin perlu
dipertimbangkan secara terpisah dari yang terkait dengan anemia ID.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah memperbaiki skrining ID dengan
mengidentifikasi faktor risiko antara wanita usia subur non-anemia dengan
kekurangan zat besi.

E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan data cross-sectional berasal dari
Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) 2003 ± 2010.
Hemoglobin mengidentifikasi wanita non-anemia. ID didefinisikan dengan
menggunakan formula zat besi tubuh, membutuhkan nilai reseptor feritin
dan reseptor transferin..

F. Hasil Penelitian
Diantara sampel wanita non-anemia yang mewakili secara nasional,
tidak ada faktor risiko untuk ID diidentifikasi kecuali untuk menstruasi
lebih dari 3 tahun di antara yang lebih muda (12 ± 21 tahun) dan wanita
usia subur. Hasil negatif menunjukkan faktor risiko defisiensi zat besi di
kalangan wanita non-anemia mungkin perlu dipertimbangkan secara
terpisah dari yang terkait dengan kekurangan zat besi anemia.

G. Kesimpulan
Sampel dari 12.689 wanita berusia 12 sampai 49 tahun yang
berpartisipasi dalam NHANES 2003 ± 2010 pada awalnya Diidentifikasi Ini
mewakili 18,9% peserta NHANES 2003 ± 2010. Setelah Dengan
menerapkan kriteria eksklusi, sampel tersebut mencakup 7.379 wanita,
dimana 6.602 orang Hemoglobin, feritin, dan nilai reseptor transferin dalam
dataset. Selanjutnya tidak termasuk 386 wanita dengan anemia akibat
hemoglobin meninggalkan 6216 wanita non-anemia. Karakteristik populasi
sampel berdasarkan prediktor dalam model konseptual.
Hasil negatif menunjukkan faktor risiko defisiensi zat besi di
kalangan wanita non-anemia mungkin perlu dipertimbangkan secara
terpisah dari yang terkait dengan kekurangan zat besi anemia.

Anda mungkin juga menyukai