Anda di halaman 1dari 25

Part 1

Lecture
Thanatology
Otopsi Forensik &
Ekshumasi
Asphyxial Death
Examination of Scene of
Incident
Sudden Death
Dysbarism & Barotrauma
Death Related to Sexual
Violence
Forensic Laboratory
Examination

Praktikum
Toxicology Practical Work
Expert Witness

Thanatology
Berdasarkan kuliah : dr. Yudha Nurhantari, Ph.D, Sp.F
by: Sarah Pujiasri
A.Medicolegal
System (MIS)/Sistem
Medikolegal

Investigative
Investigasi

Def : suatu sistem untuk melakukan


investigasi
kematian
dalam
rangka
menentukan penyebab dan pola kematian
(cause and manner of death). Setiap negara
memiliki MIS nya masing masing
investigasi kematian:
a. Coroner System
- Coroner artinya pegawai yang memeriksa
sebab kematian seseorang. Pada sistem ini,
seorang pemeriksa independen yang memiliki
tanggung jawab untuk memeriksa kematian di
bawah ketentuan hukum Jadi yang menjadi si
coroner tidak harus dokter/forensic pathologist
- coroner bertanggung jawab dalam
identifikasi korban, memberi tahu sanak
keluarga korban, mengumpulakan dan
mengembalikan perlengkapan pribadi korban
ke keluarga, dan menandatangani sertifikat
kematian
- Dalam membuat putusan, si coroner tidak
diwajibkan berkonsultasi dengan dokter untuk
meminta saran
- training untuk menjadi koroner adalah
sekitar 1-2 minggu
b. Medical examiner system
- individu yang menjabat menjadi Chief
Medical Examiner adalah seorang dokter yang
memiliki pengalaman di bidang patologi
(dulunya, forensik patologi belum menjadi
suatu subspesialis)
- si medical examiner boleh melakukan
autopsi jika diperlukan dan boleh mengadakan
pemeriksaan lab untuk kepentingannya
- sekarang, beberapa sistem medical examiner
di beberapa negara mengharuskan seorang
forensic pathologist yang menjadi kepala dari
sistem ini ( chief medical examiner)
c. Continental System
Indonesia menganut sistem kontinental
dimana pemeriksaan jenazah dilakukan oleh
dokter atas permintaan polisi atau investigator.
B. Death/Kematian
Def:
Berhentinya
sistem
respirasi,
kardiovaskular dan sistem saraf secara
permanen.
Dengan perkembangan teknologi, banyak
kasus henti nafas, sistem kardiovaskular dan
sistem saraf yang diperpanjang dengan
bantuan mesin, sehingga muncullah istilah
baru yang disebut kematian batang otak (brain
stem death). Kematian batang otak berarti
berhentinya semua fungsi otak secara
ireversibel, terjadi saat hilangnya kesadaran

yang ireversibel, dan hilangnya respon refleks


batang otak dan fungsi pernapasan pusat
secara ireversibel, atau berhentinya aliran
darah intrakranial secara ireversibel. Batang
otak merupakan bagian otak yang paling
resisten terhadap hipoksia, sehingga menjadi
bagian paling akhir dari tubuh manusia yang
mengalami kematian. Jadi kalau batang otak
belum mati, maka kita tidak boleh
menghentikan mesin yang menyokong
kehidupan pasien, ini sama saja dengan
melakukan euthanasia. Kematian batang otak
harus didiagnosis oleh 2 orang dokter yang
telah teregistrasi dan berpengalaman selama 5
tahun.
Ada 3 temuan penting pada kematian batang
otak, antara lain:
Pupil:
a.
Tidak
terdapat
respon
terhadap
cahaya atau refleks cahaya negatif
b. Ukuran: midposisi (4 mm) sampai dilatasi
(9 mm)
Gerakan bola mata /gerakan okular:
a. Refleks oculocephalic negatif
b. Tidak terdapat penyimpangan atau deviasi
gerakan bola mata terhadap irigasi 50 ml air
dingin pada setiap telinga. Membrana timpani
harus tetap utuh; pengamatan 1 menit setelah
suntikan, dengan interval tiap telinga minimal
5 menit
Respon motorik facial dan sensorik facial:
a. Refleks kornea negatif
b. Jaw reflex negatif (optional)
c.Tidak terdapat respon
menyeringai terhadap rangsang tekanan
dalam
pada kuku, supraorbita
atau temporomandibular joint
Refleks trakea dan faring:
a. Tidak terdapat respon terhadap rangsangan
di faring bagian posterior
b. Tidak terdapat respon terhadap pengisapan
trakeobronkial (tracheobronchial suctioning).
*sebenarnya ada tes apnea yang juga bisa
dilakukan untuk menentukan diagnosis
kematian batang otak, tapi itu baca sendiri aja
yaa :p
c. Kausa, mekanisme dan pola kematian :

Kausa kematian : suatu penyakit atau


perlukaan yang menyebabkan terjadinya
suatu proses perubahan pada fungsi
fisiologis yang kemudian menyebabkan
kematian.

Mekanisme kematian : proses yang


disebabkan oleh suatu penyakit atau
perlukaan (kausa kematian).

Pola
kematian
:
menjelaskan
bagaimana suatu kausa kematian terjadi
; alami (bisa karena lanjut usia),
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan,
tidak terduga

yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler


masih berfungsi dengan bantuan alat

Contoh : luka tusuk pada dada


(kausa)perdarahan
(mekanisme)
kematian

Dengan mengetahui perubahan sesudah


kematian (postmortem changes), kita bisa
memperkirakan waktu kematian, postmortem
interval (jarak dari saat kematian hingga
ditemukan), melihat apakah ada perubahan
posisi pada jenazah dan mengetahui penyebab
dan cara kematian.

d. Kematian alami yang mendadak atau


tidak terduga :

Dapat terjadi secara instan (aritmia


ventrikel) atau mendadak tapi tidak
instan (infark miokard).

Disebut juga kematian yang tidak


dapat dijelaskan (unexplained death)

Sering terjadi pada orang yang tinggal


sendirian, sehingga tidak ada yang tahu
ketika orang tsb meninggal
e. Tanatologi
Def: Tanatologi berasal dari kata thanatos
(yang berhubungan dengan kematian) dan
logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari
Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu
definisi atau batasan mati, perubahan yang
terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah
tentang mati, yaitu:
1. Mati somatis (mati klinis) ialah suatu
keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab
terjadi gangguan pada ketiga sistem utama
(respirasi,neurologi,kardiovaskular) tersebut
yang bersifat menetap. Secara klinis tidak
ditemukan adanya
refleks,
elektro
ensefalografi (EEG) mendatar, nadi tidak
teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak
ada gerak pernapasan dan suara napas tidak
terdengar saat auskultasi. Disebut tanda
kematian primer. Jika tanda-tanda ini muncul,
kita harus menunggu setidaknya 2 jam
sebelum dikuburkan. Hal ini dilakukan sambil
menunggu tanda-tanda kematian sekunder.
2. Mati suri (apparent death) ialah suatu
keadaan yang mirip dengan kematian somatis,
akan tetapi gangguan yang terdapat pada
ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti
ini sering ditemukan pada kasus keracunan
obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam
3. Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu
kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis
4. Mati serebral ialah suatu kematian akibat
kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya

5. Mati otak (mati batang otak)


dijelaskan*

*sudah

Untuk mengetahui waktu kematian, kita bisa


melihat dari perubahan postmortem yang
terjadi ( tanda-tanda sekunder), antara lain:
1. livor mortis (lebam mayat / postmortem
hipostasis/lividity)
diskolorisasi merah kebiruan (karena
sedimentasi sel darah merah) pada
bagian tubuh yang lebih rendah
disebabkan oleh penumpukan darah
pada area tersebut karena gravitasi ;
terlihat pucat pada bagian tubuh yang
mengalami kompresi misalnya daerah
bokong, bahu. Pada penggunaan
pakaian ketat juga menyebabkan area
menjadi warna pucat
terjadi pada 30 menit 2 jam pertama,
meningkat
secara
gradual
dan
mencapai puncak diskolorisasi pada 68 jam paska kematian. Pada buku
Forensic Pathology DiMaio, livor
mortis akan mencapai puncak pada 812 jam (jika dekomposisi terjadi cepat)
dan 24-36 jam (jika diperlambat oleh
suhu yang dingin)
menghilang
bila
ditekan/thumb
pressure
Jika sudah >6-8 jam, maka tidak ada
lagi ruang kosong untuk menampung
darah, sehingga perubahan posisi tidak
menyebabkan perubahan livor mortis.
Ketika darah berkumpul, tekanannya
bisa menyebabkan pembuluh darah
yang kecil menjadi ruptur sehingga
muncul pertechiae/Tadieu spots dan
purpura dalam 18-24 jam, biasanya
terjadi pada kematian karena asfiksia
Bertujuan untuk menunjukkan posisi
terakhir jenazah
Tabel 1. Diskolorisasi dan Penyebabnya
Warna
Kausa
Biru kemerahan
Oksigenasi normal
Merah agak pink
Oxyhemoglobin
tenggelam
Merah ceri
Carboxyhemoglobin
karbon monoksida
Biru merah
Sianida
muda gelap
Coklat
Methemoglobinemia

kemerahan

klorat

Tabel 2. Membedakan Bruish dan Livor


Mortis
Bruish
Livor Mortis
Perdarahan subkutan Akumulasi sel darah
merah karena gravitasi
Dapat terjadi di mana Pada area terendah
saja
tubuh ; tidak terlihat
pada area kompresi
Saat ditekan tidak
Ditekan hilang
hilang
Agak menonjol
Datar
2. Rigor mortis/Kaku jenazah
otot menjadi kaku karena hilangnya
ATP paska kematian menyebabkan
kompleks aktin dan miosin menyatu dan
tidak bisa terpisah.
terjadi pada 2-4 jam pertama, terjadi
secara komplit pada 6-12 jam paska
kematian. Pada 24-36 jam, otot
mengalami lisisi sehingga rigor mortis
hilang
terjadi lebih cepat bila sebelum
kematian melakukan kegiatan yang
menghabiskan ATP (misalnya kematian
karena kekerasan, kejang berat, olahraga
berat dan tingginya temperatur tubuh).
pada orang tenggelam terjadi komplit
pada 2-3 jam paska kematian (karena
pasti ada usaha untuk naik ke permukaan
air sehingga menghabiskan banyak
tenaga/ ATP)
semua otot mengalami rigor mortis
pada waktu dan kecepatan yang sama,
tetapi terlihat jelas pada otot otot kecil
ketika otot diluruskan, maka rigor
mortis ini akan hilang dan tidak akan
muncul lagi pada bagian tsb. sehingga
kita
harus
berhati-hati
dalam
memindahkan mayat, karena perubahan
bentuk tubuh jenazah juga menjadi hal
penting dalam identifikasi jenazah
Ada pula istilah Cadaveric Spasm yang
kadang sering disalah artikan sebagai
rigor mortis:
Def : kekakuan otot yang terjadi pada saat
kematian ; dapat disalah artikan sebagai
rigor mortis
- hal ini disebabkan karena adanya
kelelahan atau emosi yang hebat
sesaat sebelum meninggal
- terjadi sesaat setelah kematian,
sebelum onset normal dari rigor
mortis.
- Heat stiffening :kekakuan otot akibat
koagulasi protein oleh panas, dapat
dijumpai pada korban mati terbakar.
Pada heat stiffening serabut-serabut
ototnya
memendek
sehingga
menimbulkan flexi leher, siku, paha,

dan lutut, membentuk sikap petinju


(pugilistic attitude)
- Cold stiffening : kekakuan tubuh
akibat lingkungan dingin, sehingga
terjadi pembekuan cairan tubuh,
termasuk cairan sendi, pemadatan
jaringan lemak subkutan dan otot,
sehingga bila sendi ditekuk akan
terdengar bunyi pecahnya es dalam
rongga sendi. Biasanya ada pada
jenazah yang disimpan di lemari
pendingin
3. Perubahan suhu (algor mortis)
Setelah mati metabolisme akan berhenti,
menyebabkan penurunan suhu tubuh sampai
sama
dengan
suhu
ruangan/suhu
lingkungannya. Penghitungan bisa dilakukan
dengan rumus:
lama kematian = 37 C suhu rektal + 3
ATAU
lama kematian = (98.6 F suhu rektal) /
1.5
4. Dekomposisi/Pembusukan
Dekomposisi terdiri dari 2, yaitu:
a.Autolisis : perlunakan atau liquefaksi
jaringan yang terjadi akibat kerja digestif oleh
enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan
hanya dapat dicegah dengan pembekuan
jaringan
b.Putrefaksi putrefaksi atau pembusukan
adalah dekomposisi protein hewani, terutama
oleh bakteri anaerobic atau bakteri
pembusukan
setelah seseorang meninggal, bakteri yang
normal hidup dalam tubuh segera masuk ke
jaringan, sebagian besar bakteri berasal dari
usus dan yang terutama adalah Clostridium
welchii 24 36 jam paska kematian akan
timbul diskolorisasi berwarna hijau pada
abdomen kanan bawah (merupakan lokasi
caecum yang mengandung koloni bakteri
pembusuk feses) kemudian menyebar ke
seluruh tubuh (proses ini terjadi lebih cepat
pada pasien sepsis)
warna kehijauan ini disebabkan oleh
terbentuknya
sulf-met-hemoglobin, hasil
dekomposisi hemoglobin oleh bakteri. Pada
proses pembusukan ini terbentuk gas-gas
alkana, H2S, dan HCN serta asam amino dan
asam lemak (pembentukan gas H2S
menyebabkan jenazah menjadi bengkak) dan
pembuluh darah bawah kulit akan tampak
melebar dan berwarna hijau kehitaman
(marbling)
60 72 jam paska kematian terjadi
pembengkakan generalisata, diikuti dengan
kulit ari yang terkelupas membentuk

gelembung berisi cairan kemerahan berbau


busuk (formasi vesikel), rambut dengan
mudah dicabut dan kuku mudah terlepas
tubuh berwarna hijau kehitaman. Adanya
pembentukkan gas di dalam tubuh, dimulai di
dalam lambung dan usus, akan mengakibatkan
tegangnya perut dan keluarnya cairan
kemerahan
dari
mulut
dan
hidung
(decomposition fluid)
faktor yang
pembusukan:

mempengaruhi

terjadinya

1. Suhu : pada suhu yang lebih hangat proses


ini terjadi lebih cepat (pembusukan akan
timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal
(26,5 derajat celcius hingga sekitar suhu
normal tubuh)). Pembusukan lebih lambat
pada lingkungan dingin
2. kelembapan dan udara yang cukup (jenazah
yang terdapat di udara akan lebih cepat
membusuk dibandingkan dengan yang
terdapat dalam air atau dalam tanah karena
pada jenazah yang terdapat di dalam air, suhu
lingkungannya lebih rendah dan terlindungi
dari serangga dan predator. Jenazah yang
terkubur di tanah lebih lama pembusukannya
dibandingkan yang di udara dan di air)
3. banyak bakteri pembusuk (bayi baru lahir
umumnya lebih lambat membusuk, karena
hanya memiliki sedikit bakteri dalam
tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang
cepat
pada
bayi
akan menghambat
pertumbuhan bakteri)
4. tubuh gemuk atau menderita penyakit
infeksi dan sepsis
Jika proses dekomposisi mulai berlangsung,
maka refrigerasi mungkin tidak dapat
menghentikan proses secara menyeluruh.
Pada suhu yang sangat panas dan kering
sehingga dehidrasi dapat terjadi dengan cepat,
maka tubuh akan mengalami mumifikasi:
Mumifikasi
- proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga
terjadi pengeringan jaringan yang
selanjutnya
dapat
menghentikan
pembusukan
- jaringan berubah menjadi keras dan
kering, berwarna gelap, berkeriput, dan
tidak membusuk karena kuman tidak
dapat berkembang pada lingkungan yang
kering
- terjadi bila suhu hangat atau kering,
kelembaban rendah, aliran udara baik,
tubuh yang dehidrasi dan waktu yang
lama (12-14 minggu)

Ada kalanya, proses dekomposisi


bertransformasi menjadi Adipocere
Adiposera/Adipocere
- dikenal dengan isitilah penyabunan.
Adiposera merupakan zat organik seperti
lilin yang muncul dari hidrolisis dan
hidrogenase lemak dalam jaringan tubuh
yang diperantarai oleh lechitinase dari
clostridium perfringens
- pada stadium awal pembentukannyaa
sebelum makroskopik jelas, adiposera
paling baik dideteksi dengan analisis
asam palmitat
- butuh waktu berminggu minggu atau
berbulan bulan sampai adiposera
muncul, tetapi dilaporkan paling cepat 3
minggu proses ini dapat terjadi
- pembusukan akan terhambat oleh adanya
adiposera, karena derajat keasaman dan
dehidrasi jaringan bertambah. Jaringan
menjadi tidak berbau sehingga tidak
mendatangkan serangga
- adiposera akan membuat gambaran
permukaan luar tubuh dapat bertahan
hingga
bertahun-tahun,
sehingga
identifikasi mayat dan perkiraan sebab
kematian masih dimungkinkan
- faktor-faktor
yang
mempermudah
terbentuknya
adiposera
adalah:
kelembapan dan lemak tubuh yang cukup
- Faktor yang menghambat adalah air yang
mengalir yang membuang elektrolit.
Udara
yang
dingin
menghambat
pembentukan, sedangkan suhu yang
hangat akan mempercepat
- setelah 3 12 bulan akan menjadi rapuh
dan berkapur
- digunakan untuk estimasi interval
postmortem
5. Perubahan kimia
- penilaian konsentrasi ion potassium dan
sodium di vitreous humour ; ion K akan
meningkat sedangkan ion Na akan
menurun
- penurunan glukosa
- penurunan chloride dan sodium.
6. Scene marker
Bisa didapatkan dari:
- koran atau nota pembayaran yang ada di
ruangan korban
- apakah lampu menyala atau tidak saat
korban ditemukan
- cara individu berpakaian
- dll.
7. Flow cytometry :
perbandingan derajat degradasi sel tubuh pada
jaringan jenazah dengan standard dan
menentukan derajat degradasi DNA
8. Insect and animal activity :

Ada 3 jenis serangga yang tertarik pada tubuh


jenazah adalah spesies necrophagous (yang
memakan tubuh jenazah), predator dan parasit
(yang memakan serangga necrophagous) dan
spesies omnivorous (yang memakan tubuh
jenazah dan serangga lainnya)
hewan yang biasanya merusak jenazah adalah
anjing dan tikus. pemakan jaringan yang aktif
adalah belatung dari tahap larva lalat. serangga
dewasa akan bertelur pada tubuh yang segar,
memilih area yang lembab atau memiliki luka,
kemudian telur menetas dalam 1 2 hari. lalat
dewasa akan menaruh telurnya pada tubuh
dalam 8 14 jam ; telur menetas pada suhu 6
7 C (tidak akan menetas pada suhu di bawah
4 C) tahap instar 1, terjadi selama 8 14
jam tahap instar 2, terjadi 2 3 hari
tahap instar 3, terjadi 3 hari tahap pupa,
terjadi 12 hari bersayap specimen dari
belatung, pupa, pupa kosong maupun telur
harus dikirim ke lab setelah difiksasi dengan
alkohol 80 %, dilabel, diberi nomor

9. Stomach content/Isi Perut


- menentukan jarak antara waktu makan dan
waktu kematian
- Menurut Spitz : makanan ringan (sandwich)
dicerna dalam 1 jam, sedangkan makanan
besar butuh 3 5 jam untuk dicerna
- Menurut Adelson : makanan ringan butuh
2 jam, medium butuh 3 4 jam, makanan
berat butuh 4 6 jam
- kecepatan pengosongan lambung sangat
bervariasi, sehingga tidak dapat digunakan
untuk memberi petunjuk pasti waktu antara
makan terakhir dan saat mati ; namun keadaan
lambung dan isinya mungkin membantu dalam
membuat keputusan ; ditemukannya makanan
tertentu (pisang, kulit tomat, biji-bijian) dalam
isi lambung dapat digunakan untuk
menyimpulkan bahwa korban sebelum
meninggal telah makan makanan tersebut.
Sumber catatan : Forensic Pathology DiMaio
dan lecture
note : kalau ada yg salah, mohon dikasitau ya
temaan.
Terima
kasih
:D

OTOPSI FORENSIK DAN EKSHUMASI


Kuliah dr Hendro Widagdo
kanatamiyoura
Dimateri ini membahas mengenai tujuan kita
mempelajari otopsi yakni mampu memahami
pemeriksaan medis lengkap pada jenazah
forensik secara ilmiah kedokteran untuk
kepentingan peradilan. Selain itu kita juga
harus mempelajari komunikasi yang baik
dengan mayat. Beliau mengatakan bahwa
dokter forensik adalah tempat curhat para
mayat sehingga dapat terkuak misteri
kematian mereka dan dokter forensik dapat
menghilangkan fitnah atau tuduhan tak benar
mengenai mereka semasa hidup di dunia.
Sedangkan tujuan khusus dari kuliah ini yakni:
Mengerti definisi Otopsi Forensik
Memahami tujuan suatu Otopsi Forensik
Mampu menjelaskan persyaratan Otopsi
Forensik
Memahami tahap-tahap Otopsi Forensik
Memahami tahap-tahap ekshumasi
Latar belakang masalah ketika seseorang
ditemukan meninggal secara mendadak, maka
pertanyaan yang timbul di kalangan keluarga
dan penyidik adalah Apa sih penyebab
kematiannya, bagaimana mekanisme ia bisa
meninggal, bagaimana cara kematiannya.
Untuk menegakkan permasalahan tsb,
diperlukan bukti-bukti di tempat kejadian yang
dapat berupa:
- Cipratan darah pada dinding/atap (pada
penggunaan pisau atau benda tajam
lainnya kalo yg terpotong arteri maka
cipratan darahnya menyembur, sedangkan
bila terpotong vena maka akan meleleh
darahnya)

- Sidik jari pada benda2 disekitar tempat


tsb ( ini dibutuhkan seseorang yg ahli
untuk melakukannya yaitu seorang dokter
atau polisi)
- Benda/senjata berlumuran darah
- Mayat, dll ( ini adalah bukti yang paling
penting pada kasus pembunuhan atau
bunuh diri)
Jika diamati dengan seksama, pada mayat
dapat ditemukan tanda-tanda dari penyebab
kematiannya, mis. Jejas jerat, luka tembak, dll.
Oleh karena itu diperlukan prosedur kunci
untuk membuktikan tentang penyebab
kematian tsb yakni otopsi forensik.
Kata otopsi berasal dari kata yunani yang
berupa kata autopsia yang artinya seeing for
oneself. Otopsi sendiri bermakna pemeriksaan
lengkap pada jenazah, meliputi pemeriksaan
luar,
pemeriksaan
dalam,
pengeluaran+pemeriksaan organ, dengan atau
tanpa pemeriksaan penunjang (Laboratorium).
Otopsi biasanya dilakukan 48 jam setelah
kematian jenazah. Jenis-jenis otopsi yaitu:
Otopsi Pendidikan ( Prakt. Anatomi )
Otopsi Klinis ( pada pasien rawat inap RS
yg meninggal namun diagnosis belum
tegak, ini di indonesia belum diberlakukan
tapi di amerika sudah sebagai ketentuan
SOP nya )
Otopsi Forensik ( Otopsi pemeriksaan baik
dalam maupun luar terhadap jenaza,
dilakukan pengeluaran organ-organ serta
dilakukan baik dengan atau tanpa
pemeriksaan penunjang. Hal ini dilakukan
pada jenazah yg kematiannya dianggap

tidak wajar (oleh penyidik) untuk


kepentingan peradilan )
Kematian ada 2 macam yakni yang natural dan
tidak natural. Natural maksudnya adalah
dengan wajar tanpa campur tangan manusia.
Sedangkan tidak natural (tidak wajar) ada
peran
dari
manusia.
Biasanya
tipe
kematiannya adalah sudden unexpected.
Kematiannya bisa dianggap wajar apabila
setelah dilakukan otopsi ditemukan penyebab
kematiannya adalah murni karena kehendak
Tuhan bukan atas campur tangan manusia
misalkan memang ada suatu penyakit yang
menyerang dia.
Disini ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi dulu sebelum memulai otopsi
forensik:
Ada permintaan tertulis dari penyidik yg
bersifat definitif
Ada persetujuan tertulis dari pihak
keluarga/ahli waris korban
Cat.Penyidik: Pejabat Kepolisian RI
serendah2nya
Ka.PolSek
berpangkat
serendah2nya IPDA; Polisi Militer
(min.Kapten); Pjbt Sipil (Hakim, Jaksa).
Tata Tertib Otopsi
Masyarakat umum tak diijinkan berada
dalam ruang otopsi
Ahli waris/keluarga korban diberi
kesempatan sejenak untuk melihat
keadaan jenazah.
Jaga ketenangan, junjung tinggi etika dan
jangan sia2kan jenazah
Awali dg doa
SKEMA PETUGAS OTOPSI

Ket:1= Obduktor, 2= As.1, 3=As.2,


4=Protokol 1, 5=Protokol 2, X=Saksi
Obduktor : orang yang memeriksa mayat
Asisten : didepan obduktor untuk membantu
melakukan insisi pada mayat, minimal 1 orang
Protokol : sebagai pencatat apa yang di
ucapkan obduktor (protokol 1), membuat
skema dari perlukaaan pada mayat (protokol
2)
Saksi : yang menyaksikan proses otopsi
Kadang ada laboran yang membantu diagnosis
sampel yang diambil oleh obduktor, dan ada
wartawan untuk mendokumentasikan lukaluka mayat.
Otopsi ini dilakukan untuk mencari: Sebab
kematian,
Mekanisme
kematian,
Kemungkinan cara kematian. Otopsi ini
umumnya dilakukan oleh seorang ahli patologi
forensik.

Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut
kepala s/d kaki, tujuannya:
1. Menentukan identitas
2. Memastikan keamanan pengelolaan
jenazah
3. Memeriksa benda2 di sktr jenazah ( 1
3 dlm rangka identifikasi )
4. Menilai keadaan umum jenazah
5. Mencari tanda kematian sekunder
6. Mencari
tanda
kekerasan/kelainan/patologis
Teknik pemeriksaan luar:
Periksa apa adanya, menyeluruh
(mis.penutup, kain, selimut, pakaian,
dll)
Lepaskan seluruh penutup, periksa
menyeluruh keadaan tubuh, ukuran2
tubuh, tanda kematian sekunder
Periksa bagian per bagian secara teliti.
Jangan lupa, timbang berat badan dan
ukur panjang badan
Pemeriksaan kepala
Bentuk
Keadaan Umum ( utuh, hancur )
Rambut + Kulit kepala
Keadaan wajah (kelainan, luka2, tanda2
kekerasan, keluar cairan dari hidung
dan mulut)
Telinga (daun telinga, liang telinga,
keluar cairan ?)
Teraba derik/retak tulang ?
Pemeriksaan leher
Perhatikan bentuk leher, jejas jerat,
luka-luka/tanda kekerasan lainnya
Raba dan tentukan, adakah cerai sendi,
patah tulang leher
Pemeriksaan dada dan perut
Perhatikan bentuk dada, kesimetrisan.
Tanda2 kekerasan: tusukan, bacokan,
luka tembak, memar, raba adanya
retak iga/retak tulang dada.
Perhatikan bentuk perut, bandingkan
tinggi perut dg dada, tanda kekerasan,
keadaan umbilikus ( pada kasus orok ).
Pemeriksaan pelvis (ini penting untuk
kasus sexual abuse)
Perhatikan daerah pubis, apakah
simetris?
Jenis kelamin dan keutuhannya, sekret,
tanda kekerasan seksual?
Keadaan perineum, utuh/robek?
Keadaan anus, bentuknya, keluar
feses?
Pemeriksaan ekstremitas
Perhatikan bentuk umum, ada fraktur
terbuka? Pada posisi anatomis:
simetris? Untuk menilai adanya
fraktur tertutup dan cerai sendi.
Lakukan perabaan/manipulasi untuk
memastikan
adanya
fraktur/cerai
sendi.
Jika ada tanda kekerasan, amati dan
nilai distribusinya: Mis.:luka2 tangkis
pada extensor ekstremitas atas, memar

pada bagian dalam paha, dll. Luka


tangkisan merupakan defence wound.
Yang dicontohin kemarin pada kasus
bunuh diri krn depresi berat sehingga
mencoba memotong a.radialisnya
namun ada unsur rasa takut saat
memotongnya.
Misal,
sebelum
mengiris Cuma diliatin aja pisaunya
terus saat percobaan pemotongan
pertama terasa sakit malah cepet-cepet
dibebat. Atau saat irisan kedua dimana
ambang nyeri telah menurun tapi kaget
ketika darah mengucur deras akhirnya
minta tolong-tolong. Yang terakhir
tertarik mengiris lebih dalam dan
akhirnya tidak tertolong..hiks
Amati adanya sianosis pada ujung
jari2
Pemeriksaan dalam
Tujuannya
untuk
menemukan
kelainan/hal2 patologis: di bawah lapisan2
tubuh/integumentum, di dalam rongga2
tubuh, pada organ. Serta mengukur dan
menimbang organ serta cairan/substansi
yg ditemukan.
Tahapan untuk melakukan pemeriksaan
dalam:
Dimulai dengan seksi/irisan kulit. (
irisan I, Y, Y modified )
Membuka, mengamati bagian dalam
rongga tubuh (dada dan perut) dan
kepala.
Mengangkat, melepaskan, mengukur,
menimbang,
memeriksa
organ
(termasuk membedah organ).
Pada otopsi leher, cek apakah ada
tanda
asfiksia
seperti
adanya
perdarahan petekie di laring dan
trakea, tanda strangulasi yakni
patahnya tulang hyoid atau kartilago
trakea, dan bukti adanya benda yang
mengobstruksi jalan nafas.
Setelah
selesai
melakukan
pemeriksaan kembalikan semua organorgan yang dikeluarkan dan untuk
kosmetik dilakukan penjahitan pada
kulit yang tadi diinsisi.
Hasil utama adalah menemukan:
1. Sebab Kematian
Sebab
kematian
adalah
luka/trauma/penyakit/racun
yang
mengganggu proses fisiologis dalam
tubuh yang berakhir dengan kematian
individu. Sebab kematian akan
menjawab pertanyaan mengapa dia
meninggal
(misal
pada
kasus
perdarahan eksternal masiv). Misalnya
luka tembak, luka kekerasan tajam,
luka kekerasan tumpul, dll.
Contoh kasus:
Pada korban meninggal kasus
kebakaran,
harus dibuktikan
ada/tidaknya jelaga pada saluran
napas. Jika ada jelaga berarti dia
meninggal
dengan
mekanisme

asfiksia. Selanjutnya harus dibuktikan


adanya kandungan racun (mis CO,
CN) pada sampel darahnya. Contoh
kasus yang lain pada kasus gantung
harus dicari ada/tidaknya tanda-tanda
kekurangan oksigen (mis. Sianotik
pada ujung2 jari). Jika ditemukan jejas
dari tali/jejas alat gantung pada leher,
harus dicari adanya tanda2 intravital
pada jejas tsb. Bila tak ada tanda
intravital berarti korban meninggal
sebelum ter/digantung. Pada kasus
gantung diri biasanya pelaku memilih
tali yang sekiranya nyaman saat
pertama kali menjeratkan talinya ke
leher, selain itu ciri lain pada bunuh
diri yakni posisi mayat yang
tangannya mencoba melepaskan ikatan
pada lehernya, beda dengan posisi
orang yang dibunuh terus digantung
yakni kedua tangan lurus dan rapi.
Pada
kasus
tenggelam
harus
ditemukan bukti bahwa dalam jalan
napas serta paru dan lambung korban
ditemukan air yang cocok dengan
tempat dia tenggelam (diatom tes).
Harus
ditemukan
tanda-tanda
perdarahan dalam paru sebagai bukti
usaha korban untuk tetap bernapas
dalam air.
Adanya hal2 di atas
membuktikan suatu kasus tenggelam.
2. Mekanisme Kematian
Mekanisme
kematian
adalah
bagaimana
penyebab
kematian
mengganggu proses fisiologis di dalam
tubuh.
Mekanisme
kematian
tergantung dari sebab kematian yang
terlibat mis. Kerusakan otak akibat
tembakan di kepala.

Mekanisme Kematian: Perdarahan,


Asfiksia, Emboli, Kerusakan Organ, Vagal
reflex

3. Kemungkinan
cara
kematian
korban.
Cara kematian adalah bagaimana suatu
sebab kematian mengenai/sampai pada
korban. Bisa alamiah mis. penyakit
atau non-alamiah mis. Pembunuhan,
bunuh diri, dll.
Ada 4 kategori cara kematian:
- Alamiah: Penyebab mayoritas kematian
individu. termasuk antara lain karena
penyakit, mis ada riwayat sakit jantung,
dll. Otopsi klinik akan membuktikan
adanya penyakit tersebut.
- Kecelakaan: Terjadi akibat keadaan
yang tak disengaja. Dapat terjadi di tempat
kerja, di rumah, dll.

- Pembunuhan : Kematian sesorang


akibat sengaja dilakukan oleh orang lain,
merupakan suatu kejahatan. Contoh umum
seperti kasus penembakan, penusukan,
pencekikan, dll. Termasuk kategori ini
adalah Manslaughter, dimana seseorang
melakukan penganiayaan tanpa bermaksud
membunuh tapi korbannya meninggal.
- Bunuh diri : Kematian sesorang karena
perbuatan dan niatnya sendiri. Jika usaha
bunuh diri tapi gagal mati, pelaku dapat
dikenai
hukuman
sebagaimana
manslaughter.
Untuk proses-proses pemeriksaan dalam lebih
lengkapnya pada video session ya...hehe
EKSHUMASI
Penggalian jenazah (Exhumation) berasal dari
bahasa Latin yaitu Ex yang berarti keluar dan
Humus yang berarti tanah. Dapat dilakukan
secara tunggal maupun masal. Alasan
dilakukannya ekshumasi diantaranya Pindah
Kubur dan Peradilan (Ekshumasi Forensik)
Ekshumasi forensik
Ekshumasi berasal dari kata ex yang berarti
keluar, dan kata humus yang artinya tanah jadi
bisa diartikan pengeluaran dari tanah. Lebih
lengkapnya adalah pemeriksaan terhadap
mayat
yang
sudah
dikuburkan
untuk membantu peradilan. Dimana tujuan
dari ekshumasi sendiri yakni untuk
mengetahui sebab kematian korban.

Beberapa alasan perlu dilakukannya


ekshumasi forensik:
- Kejahatan terhadap korban terkuak
setelah penguburan
- Penyembunyian mayat oleh pelaku
kejahatan
- Kesalahan identifikasi mayat
- Studi toksikologi yang tidak lengkap
- Jejak bukti hilang atau terabaikan
- Analisis luka yang tidak benar atau
tidak lengkap
beberapa sisi mayat yang telah dikuburkan.
Saat masuk menggali tanah ambil sampel dari
bagian utara dan selatan mayat, kemudian
setelah digali mulai nampak jenazahnya ambil
dari bagian sisi kepala, kaki, kanan dan kiri,
bagian perut dan punggung dari jenazah.
Kemudian sampel tanah diuji kadar arsennya
yang di tanah lebih tinggi maka merupakan
sebuah proses difusi.
Pada kondisi-kondisi tertentu, ketika mayat
sudah diotopsi dan sudah dimakamkan dapat
dilakukan ekshumasi apabila dianggap proses
otopsi yang pertama tidak lengkap dan masih
banyak kejanggalan dari hasil otopsi yang
pertama. Namun, perlu diperhatikan bahwa
tindakan ekshumasi serta merta dapat
dilakukan seenaknya, hal ini sangat diperlukan
persetujuan dari pihak keluarga apakah
diperbolehkan penggalian makam si korban
atau tidak.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi


untuk ekshumasi yaitu:
1. MEDIKOLEGAL
Permintaan tertulis dari penyidik.
Permintaan dari pengadilan: untuk
otopsi ulang dan untuk mendapatkan
bukti forensik baru
Izin dari pemegang otoritas setempat
Izin keluarga
2. TEKNIS
Keterangan lengkap tentang peristiwa
kematian
Perlengkapan alat untuk melakukan
otopsi
Kendaraan
Tenda lengkap dengan dinding
penutup, meja pemeriksaan, air,
wadah, perlengkapan dan tenaga
pengangkatan mayat.
3. WAKTU
Jika baru dikubur (1 bulan)
ekshumasi secepatnya dilakukan
Jika sudah lama dikubur (>1 bulan) tak
perlu tergesa-gesa
Pagi hari atau saat cuaca baik dan
penerangan alami baik.
4. Perlu Kehadiran:
Petugas Penyidik
Ahli waris
Aparat Muspika Setempat
Juru Kunci Makam
5. Lain-lain:
Jika di Pemakaman Umum maka
penunjuk lokasi adalah ahli waris dan
juru kunci makam
Jika di tempat sembarangan maka
perlu kehadiran Tersangka untuk
menunjukkan lokasi.
Otopsi dilakukan sebagaimana teknik
otopsi biasa
Rekonstruksi dan perawatan jenazah
ulang
Ketika melakukan ekshumasi jangan lupa
untuk mengambil 8 sampel tanah dari
untuk dibandingkan antara kadar arsen di
tanah dengan kadar arsen di jenazah. Kalau
misal kadar arsen di jenazah lebih tinggi
daripada kadar arsen sampel tanah maka
kemungkinan besar korban tersebut meninggal
karena diracuni, sedangkan apabila kadar
arsen
Pertanyaan mahasiswa: sebatas apa peran
seorang dokter umum dalam proses otopsi di
daerah terpencil?
Jawab: ketika berada di daerah terpencil,
dokter umum boleh melakukan otopsi baik
luar maupun dalam dimana statusnya adalah
sebagai dokter ahli. Ketika menemukan
kesulitan dalam menentukan hasil otopsi boleh
dilakukan pengiriman sampel dari jenazah
yang susah-susah ke dokter forensik yang
lebih expert dibidangnya.

ASPHYXIAL DEATH
By: Nuardi
Definisi
Asfiksi merupakan kondisi dimana sel atau
organ kekurangan O2. Secara etimologi,
asfiksi berarti tidak adanya pulsasi. Dalam
konteks hukum, asfiksi berarti mati lemas
karena kekurangan oksigen. Asfiksi bisa
parsial (hipoksia) atau total (anoksia).
Penyebab asfiksi

Disebabkan oleh kekurangan O2 di suatu


ruangan, misalnya terjebak dalam suatu
ruangan yang kadar O2 nya 9,6%. Bisa juga
disebabkan oleh lingkungan yang penuh
dengan organisme seperti jamur. Kejadian
asfiksi ini kebanyakan karena accidental.
2. Smothering

3. Keracunan

Disebabkan oleh obstruksi mekanis atau


penutupan jalan nafas luar. Misalnya pada
kasus orang yang dibekap di mulut dan
hidungnya. Kejadian ini biasanya ditemukan
pada kasus pembunuhan uataupun bunuh diri,
jarang sekali karena accidental.

Fase asfiksi

3. Choking

1. Dyspneu: ditandai dengan tachipneu, tensi


naik, dan takikardi karena kadar oksigen
menurun

Disebabkan oleh sumbaatan jalan nafas,


misalnya tersedak. Cara kematiannya bisa
alamiah, pembunuhan, ataupun accidental.
Penegakkan diagnosis kematian karena
choking dilakukan dengan otopsi, dimana
dapat ditemukan benda yang menyumbat jalan
nafas. Jika benda tersebut ditemukan di
orofaring disebut choking, jika ditemukan di
laringofaring disebut gagging.

1. Penyakit alamiah
2. Trauma mekanis

2. Convulsion: kejang-kejang karena otak


kekurangan pasokaan O2
3. Apneu: henti napas
4. Paralysis: ditandai dengan relaksasi pada
sfingter ani (ditemukan feses), sfingter pada
vesica urinaria.
Tanda klasik dari asfiksi
1. Sianosis
terlihat pada bibir, di bawah kuku
2. Petechiae Haemorrhages
vasa-vasa pecah karena terjadi tekanan yang
hebat, dapat dilihat pada konjungtiva dan
sklera
3. Visceral Congestion
obstruksi pada vena dan kapiler sehingga
terjadi dilatasi vasa dan diikuti stasis darah.
Darah akan terlihat lebih gelap, diikuti edema
pada organ dalam seperti jantung, paru-paru
dan otak
4. Fluidity of blood

4. Mechanical Asphyxia
Kondisi ini disebabkan oleh adanya tekanan
dari luar tubuh yang mengganggu pernapasan.
Asfiksi mekanis dibedakan menjadi 3 tipe:
1. Traumatic asphyxia: adanya benda berat
yang menekan dada/ perut
2. Positional asphyxia: dimana tubuh terjebak
di ruang sempit. Misalnya pada kasus
kecelakaan mobil yang pengemudinya terjepit
setir mobil
3. Riot-crush atau human pile death:
contohnya pada kasus demonstrasi atau nonton
konser, dimana penontonnya rusuh dan saling
menginjak
sehingga
dada
penonton
kemungkinan juga terinjak.
5. Traumatic Asphyxia Combined With
Smothering

Tipe asfiksi

Kombinasi dari penekanan dada karena benda


berat + penutupan jalan nafas luar. Bisa
ditemukan accidental pada kasus bayi yang
tidur satu kasur dengan orang yang lebih
besar, yang secara ga sadar tidurnya grasakgrusuk sampe menindih dada bayi ditambah
menutup hidung dan mulut bayi.

SUFFOCATION

6. Suffocating Gases

1. Entrapment/environmental suffocation

Disebabkan oleh terhirupnya gas seperti CO


dan methan secara berlebihan. Adanya gas-gas

disebabkan oleh meningkatnya aktivitas


fibrinolisin sehingga darah lebih encer dan
warnanya terlihat lebih gelap. Hal ini
menyebabkan lebam terlihat lebih luas.

tersebut dapat
lingkungan.

mengurangi

kadar

O2

STRANGULATION
Ditandai dengan adanya sumbatan vasa dan
jalan nafas di leher sebagai hasil dari
penekanan langsung pada daerah tersebut.
Terdaapat 3 bentuk strangulation, diantaranya:
1. Hanging (Gantung diri)
Pada kasus gantung diri, terdapat penekanan
leher karena jeratan/ikatan tali yang
Homicide hanging

dipengaruhi berat badan tubuh. ). Kita dapat


melihat ligature mark berupa bentuk oval atau
bentuk V terbalik. Gantung diri ada yang
dalam posisi komplit (terdapat jarak yang jauh
antara kaki dan lantai) dan posisi inkomplit
(lutut/kaki masih menyentuh lantai. Umumnya
gantung diri ditemukan pada kasus bunuh diri
dan pada kasus pembunuhan jarang
ditemukan. Berikut merupakan perbedaan
suicide hanging dan homicide hanging:

Suicide hanging

Dalam posisi komplit: jarak kaki dan


lantai jauh

Jarak kaki dan lantai lebih dekat (padahal


jauh dekat kan sama2 Rp 3000,- red:
transjogja)

Terdapat luka lain selain di leher

Luka hanya di leher

TKP: berantakan, pintu terkunci dari luar

TKP: teratur, pintu terkunci dari dalem

Pake simpul mati untuk mengikat talinya

Pake simpul hidup


+++ ada surat pesan terakhir

2. Ligature Strangulation
Berbeda dari kasus bunuh diri diatas, pada
ligature strangulation terdapat tekanan yang
kuat di leher karena korban dijerat oleh pelaku
dan bukan karena pengaruh berat badan.
Ditemukan pada kasus pembunuhan
3. Manual Strangulation
Ditemukan pada kasus pencekikan dimana
tangan pelaku menekan struktur leher. Pada

leher korban dapat ditemukan luka lecet tekan


kecil seperti bulan sabit (semilunar) karena
penekanan dari kuku korban.
CHEMICAL ASPHYXIA
Kondisi ini terjadi karena substansi kimia
seperti CO dan sianida, dimna substansi
tersebut dapat mengurangi jatah ikatan O2
kepada Hb.

Examination of Scene of Incident


Based on a lecture from dr. Lipur Riyantiningtyas, Sp.F
Karis
TKP didefinisikan sebagai tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan / terjadi atau akibat yang
ditimbulkannya, dan tempat-tempat lain dimana tersangka atau korban dan atau barang-barang bukti
yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut dapat diketemukan.
TINDAKAN PERTAMA di TKP
Pasal 7 ayat (1) huruf b KUHAP
Selamatkan nyawa / harta kekayaan
Tangkap pelaku bila dlm jangkauan
penyidik
Tutup
TKP
bagi
yang
tidak
berkepentingan agar TKP tetap berada
dalam keadaan yang asli untuk mudahkan
penyelidikan & penyidikan.

Temukan, Selamatkan, Kumpulkan dan


Ambil BARANG BUKTI
Temukan saksi yang dapat membantu
penyidik untuk memecahkan persoalan
yang sedang ia hadapi (Pisahkan saksisaksi agar tidak dapat berbicara satu
dengan yang lain, dll.)
PENTINGNYA PEMERIKSAAN TKP
BARANG BUKTI di TKP sangat mudah
hilang dan rusak, (terinjak kedalam tanah,

tertendang, tersentuh oleh tangan atau


benda lain)
Pelaku akan meninggalkan bukti-bukti dan
bekas-bekas di TKP
Tidak satupun BARANG BUKTI/bekas
di TKP yang tidak berguna untuk
mengungkapkan peristiwa yang telah
terjadi
berhasil tidaknya ungkap peristiwa
tergantung pada berhasil tidaknya temu,
kumpulkan dan amankan BARANG
BUKTI/bekas di TKP
BARANG BUKTI jangan disentuh,
dipindahkan/diangkat sebelum dipotret,
digambar dalam sketsa, dicatat tempat
ditemukannya utk mudahkan pembuatan
berita acara
semua benda yang ditemukan ditempat
kejadian itu harus diberikan tanda

PRINSIP PEMERIKSAAN
sedapat mungkin tidak mengubah, merusak
keadaan di tempat kejadian agar bukti-bukti
tidak hilang atau menjadi kabur
TIM TKP
sabhara,
reserse,
dokumentasi/fotografi
dactiloscopy
dokter
para medis
sering kali ditanbah dengan pamong desa
Pemeriksaan tkp sebagai tim hasilnya adalah
BAP. Dalam BAP, ada kolom untuk
pemeriksaan medis, disitulah bagian kita. Jgn
pernah mau menandanangani BAP yang
kosong.
DASAR HUKUM

KUHP pasal 20 ->minta bantuan dokter,


apakah kasus pidana atau tidak
Jika dokter tidak mau sanksi ->
KUHP pasal 24

URUTAN PENGOLAHAN TKP


1) Pengamatan umum
2) Pemotretan
3) pembuatan sketsa
4) Penanganan korban, saksi & pelaku

5) penangan barang bukti


PEMERIKSAAN TKP
PERSIAPAN
permintaan tertulis/tidak
(khusus
pemeriksaan tkp bisa permintaan lisan
karena barang bukti cepat hilang)
catat tanggal permintaan
siapa peminta
lokasi dimana
alat pemeriksa TKP
Biaya: ditanggung yang meminta
Korban Masih Hidup
identifikasi secara visual:
pakaian
perhiasan,
dokumen,
kartu pengenal lainnya
identifikasi medik :
dari ujung rambut sampai kaki
termasuk gigi dan identifikasi sidik
jari
Korban Mati
Sketsa
& foto
situasi ruangan,
(porak-poranda atau tenang)
Identifikasi (Visual, Medik)
Tanatologi: suhu rektal, lebam mayat,
kaku mayat
Periksa lukanya
lokasi luka,
garis tengah luka,
banyak luka,
ukuran luka (cm),
sifat luka:
tepi luka (jika ditautkan berbentuk
garis atau tidak)
sudut luka (tumpul atau tidak)
jembatan jaringan (terpotong atau
tidak)
ada lecet atau memar di sekitar
luka
tanda: fraktur atau krepitasi tulang
dasar luka (bersih atau tidak)
koordinat luka
Darah
warna : merah/tidak
tetesan, genangan, atau garis
(arteri atau vena?)
bentuk/sifat darah (sumber darah)

IDENTIFIKASI LANJUTAN
Sperma ada atau tidak
sperma kering atau tidak -> secara
visual dengan sinar UV
Sperma basah : bau seperti bunga
akasia,
bentuk
bercak
dengan
pinggiran yang lebih tebal daripada
tengah bercak
Air ludah, bekas gigitan -> bisa
tentukan golongan darah
Rambut
Pengambilan darah :
di dinding kering (dikerok),
jika pada pakaian (digunting)
darah basah/segar masukan termos es --- kirim ke lab kriminologi

WHEEL : titik pusat di tengah,


beberapa orang menyebar ke arah luar

SPIRAL : dari luar mutar semangin


mengecil ke tengah

ZONE/GRID : ruangan dibagi


beberapa kotak kecil, tiap orang
memeriksa

GARIS : beberapa orang berjalan


luruus mengambil barang bukti yg ada
di depannya

METODE PENCARIAN BARANG BUKTI


STRIP METODE:

DOUBLE STRIP METODE : satu orang


memeriksa dari arah kiri-kanan, satu
depan belakang

Biasanya kalo Luas, digunakan kombinasi,.


Dibagi dulu jadi grid, lalu ditelusuri dengan
metode2 lain. Barang bukti diberi tanda dulu,
orang kedua mencatat koordinasinya berapa
cm sumbu x dan y untuk mempermudah sketsa
SKETSA: gambar ruangan secara 3D, seperti kalo kita mau bikin kubus.

Sudah. Sekian. Maaf kalo telat, cari slide ini gak ketemu2. Semoga sukses. Lekas belajar ya nak.

Sudden Death
dr. Yudha Nurhantari, Ph.D, Sp.F
Kanatamiyoura
Mati mendadak adalah kematian yang tidak
disangka-sangka biasanya dikarenakan adanya
penyakit kronis terminal atau orang dengan
usia lanjut.
Macam-macam kematian yakni:
Instant death : langsung meninggal
seketika. Misalnya pada sindroma cafe
(makan-makan terus terjadi kejang, sudah
dilakukan resusitasi tapi tidak tertolong),
serangan jantung lama sehingga dapat
terjadi ventrikular aritmia.
Sudden but not instant : misal ketika
terkena angina pectoris susah nafas,
lemah, keringat dinginm mual, pusing
muntah dan untuk kejadian ini ada waktu
beberapa jam untuk menuju ke kematian.
Tidak semua kematian sudden death akan
masuk ke kasus forensik. Ketika ada pasien
dengan nyeri dada merasa susah nafas dan
pada EKG tampak miokard infark serta
adanya peningkatan cardiac enzym dan
akhirnya meninggal, karena sudah dapat
ditegakan diagnosis penyakitnya maka tidak
masuk ke ranah forensik. Kecuali jika pada
pasien ini tidak sempat dilakukan EKG dan
pemeriksaan cardiac enzym maka diperlukan
penegakan diagnosis penyebab kematian
dengan memasukkan kasus ini ke forensik.
Pada 10 tahun yang lalu kejadian sudden death
di sarjito berkisar 250 kasus/tahun. Dan pada 4
tahun terakhir ini berkisar 100-150
kasus/tahun. Sedangkan kasus kecelakaan lalu
lintas terjadi penurunan. Kalau pada populasi

dewasa
muda
kematian
mendadak
dikarenakan toksikologi (alkohol, narkoba).
Polisi menyerahkan mayat ke forensik untuk
mengetahu
kewajaran
meninggalnya
seseorang. Apakah memang dia meninggal
karena natural death atau karena campur
tangan manusia(dibunuh/bunuh diri).
Di Indonesia pasien yang pulang dari RS
sebelum benar2 sembuh dan dilakukan
penanganan ideal untuk pasien atau pasien
yang pulang atas permintaanya sendiri apabila
meninggal di rumah maka tidak dilakukan
otopsi, sedangkan di luar negeri pada kasus
yang sama seperti diatas tetap akan dilakukan
otopsi.
ada juga sudden death related to disease
1. Cardiovascular Disease
2. Death due to intracranial lesion
3. Urogenital and gastrointestinal Tracts
4. Tumor
5. Exercise and climate
6. Psychiatric Patients
Cardiovascular Disease
Paling sering menyebabkan kematian di
amerika. Angka kejadiannya berkisar 300.000400.000 kasus/tahun. Biasanya terjadi di pagi
hari karena peningkatan aktivitas nervus
simpatik di pagi hari sehingga menyebabkan
cardiac arrhytmia.
Coronary atherosclerosis

Penyakit yang paling sering menyebabkan


kematian pada gangguan kardiovaskular. Dari
500 kasus otopai pada penelitian usia 20-29
tahun yang meninggal karena coronary
atheroskerosis hanya 67 kasus yang
mengalami trombosis akut. Terjadinya
obstruksi 75% pada lumen a. Coronarius
sangat punya andil dalam terjadinya kematian.
Pada orang tua terjadi lumen pembuluh
darahnya patent dan rigid karena adanya
kalsifikasi akibat penumpukan kalsium di
dinding-dindingnya.
Pada
pemeriksaan
mikroskopis terkadang ditemukan occlusive
dysplasia of intramural coronary artery . pada
atherosklerosis terjadi penebalan vasa karena
adanya disorganisasi otot polos dari vasa
sehingga menyempitkan lumen vasa dan
akhirnya mengganggu sirkulasi darah. Arteri
yang paling sering terkena atherosklerosis
adalah arteri coroner kiri anterior descenden.
Mekanisme mati mendadak dengan coronary
artery disease dikarenakan ventricular
fibrillation,
progresses
to
ventricular
vibrilation (80%), dan karena asystole (20%).
Untuk pengecekan apakah memang terjadi
obstruksi, jantung dilakukan pemeriksaan
secara utuh. Apakah terjadi aneurysm, katup
apakah masih bagus dengan mengalirinya
dengan air kalau masih bagus maka tidak ada
gelembung, cek apakah ada sumbatan dengan
menggunting arteri koroner kalau ada tahanan
krek krek krek gitu berarti ada sumbatan.
Pada beberapa orang, a. coroner epicardial
tidak occluded kemudian di cek dengan PA
akan ada tampakan penebalan tunika media,
otot polos tidak teratur dan lumen menyempit.
Bridging
Sering pada the left anterior descending
coronary artery (sangat jarang pada right
coronary), membentang pada lemak pada
epicardium jantung, masuk ke dalam
myocardium. Kasus ini akan menyebabkan
Epilepsi
menyebabkan 3-4% kematian alami di AS.
Biasanya kematian karena epilepsi yakni
berusia muda dan hasil toksikologi negatif.
Jika kematian disaksikan, perhatikan apakah
ada serangan kejang atau hanya satu kejang
dengan
collapse.
Tidak
ada
tanda
pathognomonis temuan dalam otopsi. Namun,
dari klinis terdapat aritmia, lidah tergigit, tidak
ada kekerasan, jantung normal, riwayat adanya
epilepsi. Mungkin hanya didapatkan tanda
gigitan lidah yang menunjukkan dia kejang.
Beberapa kematian karena epilepsi dari
disengaja, Epilepsi serangan sementara dalam
air dan tenggelam. Mekanisme kematian pada
epilepsi yang paling sering karena aritmia
jantung dipicu oleh autonomic discharge. Pada
kasus death in bed in morning karena adanya
serangan epileptic provocative.
Subarachnoid hemorrhages nontraumatik
merupakan kejadian terbanyak ke dua di US

penekanan saat sistol pada pembuluh darah


koroner baik partial maupun total sehingga
terjadi oklusi dan akan terjadi hambatan arteri
koroner saat diastol. Klinisnya adanya
takikardia, shortening diastole perfusion.
Hypertensive Cardiovascular Disease
Biasanya
tetap
berhubungan
dengan
atherosklerosis arteri koroner. Pada hipertensi
terjadi hipertrofi ventrikel kiri dengan atau
tanpa atherosklerosis pembuluh darah koroner.
Kasus hipertensi dapat menyebabkan cardiac
arrythmia dan fibrilasi ventrikular.
Valvular disease
Biasanya termasuk prolaps katup mitral,
stenosis aorta, dan acute bacterial valvilitis.
Pada prolaps katup ditemukan adanya
voluminus, penebalan, redundant valve leaflet,
dan dilatasi annulus mitral. Secara klinis, ada
protrusi dari mitral leaflet ke atrium kiri
selama systole. Pada stenosis aorta terdapat 4
etiologi yaitu:
- congenial malformation
- rheumatic inflamation
- secondary calcification of congenital
bicuspid valves
- Primary degenerative
Aortic dissection
Darah didiseksi antara dua pertiga tengah dan
luar media aorta, membuat pembuluh darah
penuh dalam dinding aorta. Biasanya timbul di
aorta asendens, dimanifestasikan oleh intimal
tear kemudian menyebabkan pecahnya aorta
ke pericardial sac. kematian jantung mendadak
juga terlihat dalam sindrom interval QT.
Mekanisme kematian pada anorexia nervosa
dan diet dengan diet protein cair adalah
pengembangan pemanjangan Interval QT
dengan
aritmia
ventrikel
berikutnya.

yang menyebabkan kematian mendadak.


Terjadinya perdarahan subarachnoid spontan.
Penyebabnya antara lain karena berry
aneurisma di circulus wilisi dan bifurcatio
arteri cerebral, perdarahan intraserebral,
pecahnya malformasi arteriovenosa, overuse
antikoagulan, hbnopathy fenomena emboli dan
sel
sabit.
Perdarahan intracerebral
Cepat sekali menyebabkan kematian. Biasanya
sebelumnya ada riwayat hipertensi. Tempat
kejadiannya biasanya di putamen, capsula
interna, talamus, hemisfer cerebellar, pons,
dan white matter. Adanya perdarahan akan
menyebabkan otak edem sehingga tampakan
gyrus menyempit. Biasanya juga dilakukan
pemotongan otak secara slice untuk
mengetahui adanya perdarahan di parenkim
otak.
Meningitis

Dapat terjadi pada anak anak atau dewasa.


Biasanya kejadian meningitis ini terkait
dengan infeksi telinga dan sinus, alkoholisme,
splenektomi, pneumonia, serta septicemia.
Penyebab paling umum meningitis yakni
Streptococcus pneumonia (40-60%), Neisseria
meningitis (15-25%), Leisteria monocytogene
(10-15%) dan hemophylus influenza(5-10%).
Pada temuan otopsi meningitis terlihat
Sistem pernapasan
Pada kasus kematian mendadak karena sistem
pernafasan dikarenakan proses asfiksia.
Ruptur kehamilan tuba
Tanda-tandanya
yakni
hemoperitonium
massive, HCG +, dan pemeriksaan rahim-

tampakan otak bengkak, meninges yang keruh


dikarenakan
ada
eksudat
purulen.
Psikiatri Pasien
Kematian mendadak dapat terjadi pada
penderita skizofrenia kronik karena pemakaian
fenotiazin dosis tinggi tetapi tidak pada dosis
letal. Karena pemakaian fenotiazin dapat
menyebabkan
aritmia
jantung.
tuba-ovarium.
Olahraga dan Iklim
Biasanya
dikaitkani
kardiovaskuler

dengan

penyakit

Dysbarism and Barotrauma


Based on kuliah dr. Henro Widodo, Sp.F
by: Sarah Pujiasri
Pendahuluan:
Adanya perbedaan tekanan udara di tubuh dan
lingkungan, misalnya saat sedang naik
pesawat atau menyelam menyebabkan respon
tubuh berubah untuk menyesuaikan tekanan.
Dysbarism adalah suatu istilah yang
digunakan untuk semua efek samping dari
adanya suatu perubahan tekanan, sedangkan
barotrauma adalah kerusakan jaringan dan
sekuelanya yang terjadi akibat perbedaan
antara tekanan udara (barometrik) di dalam
rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan
tekanan sekitar. Kondisi seperti ini biasa
terjadi pada perubahan tekanan udara yang
tinggi dan relatif mendadak. seperti saat naIk
pesawat atau menyelam.
Biar lebih enak memahaminya, kita ingat dulu
2 hukum fisika yang mendasari si barotrauma
ini. Yang pertama adalah Hukum Henry
Jadi, pada bejana yang berisi air dan udara,
kemudian tekanan udara kita tingkatkan, maka
akan terjadi pelarutan gas ke dalam zat cair
tersebut. Ketika tekanan udara tadi kita
turunkan perlahan-lahan, maka gas yang
terlarut tadi akan dibebaskan secara perlahan
ke udara tanpa membentuk gelembung udara.
Nah, kalau tekanan tadi kita kurangi dengan
cepat, maka gas yang terlarut di dalam zat cair
tadi akan dilepaskan ke udara dengan
membentuk gelembung udara.
Hukum yang kedua adalah Hukum Boyle
semakin tinggi tekanan udara, maka kepadatan
molekul udara akan semakin padat pada
volume yang sama. Contoh, jika dipermukaan
air ada sebuah balon yang berukuran 1 Liter
berisi satu juta molekul gas, maka pada
kedalaman 30 meter, 1 Liter balon gas tadi
akan berisi 4 juta molekul gas. Hal ini berarti
bahwa semakin dalam kita menyelam maka

kita menghirup lebih banyak molekul gas


ketimbang saat kita tidak menyelam. bila gas
tersebut terdapat dalam struktur yang lentur,
maka struktur tersebut dapat rusak karena
ekspansi atau kompresi.
Ketika menyelam, setiap kedalaman air 10 m
akan meningkatkan tekanan sebanyak 1
atmosphere, sehingga pada pakaian menyelam
yang non-rigid, kita harus memberikan suplai
udara pada tekanan yang cukup terkait dengan
kedalaman tempat kerja tsb. Sebaliknya, tiap
kenaikan 10m, tekanan akan berkurang
sebanyak 1 atm
Kerusakan fisik yang terjadi:
Ada bagian-bagian tubuh yang berbentuk
seperti rongga, misalnya : cavum tympani,
sinus paranasalis, gigi yang rusak, traktus
digestivus dan traktus respiratorius. Bagian
tubuh inilah yang biasanya terkena
barotrauma. Mengapa? Sesuai dengan Hukum
Boyle tadi, saat tekanan udara di sekitar tubuh
menurun/meninggi, terjadi perbedaan tekanan
udara antara di dalam rongga tubuh dengan di
luar, sehingga terjadi penekanan/penghisapan
terhadap mukosa dinding rongga. Jadi, suatu
penurunan
tekanan
lingkungan
akan
memperbesar volume gas dalam suatu rongga,
sedangkan peningkatan tekanan lingkungan
akan menekan volume gas dalam suatu
rongga. Nah, jika di dalam rongga tadi
terdapat struktur yang lentur, maka struktur
tersebut bisa rusak (mengalami barotrauma)
karena ekspansi/melebar (saat penurunan
tekanan misalnya saat naik pesawat) dan bisa
rusak karena kompresi (saat peningkatan
tekanan misalnya saat menyelam)
a. Telinga

Telinga
adalah
suatu
rongga
yang
dihubungkan dengan dunia luar melalui tuba
eustachius. Pilek, rinitis alergi, serta berbagai
variasi anatomis individual, semuanya
merupakan predisposisi terhadap disfungsi
tuba eustachius. Ujung tuba di bagian telinga
tengah akan selalu terbuka, karena terdiri dari
massa yang keras/tulang. Sebaliknya ujung
tuba di bagian pharynx akan selalu tertutup
karena terdiri dari jaringan lunak, yaitu
mukosa pharynx yang sewaktu-waktu akan
terbuka di saat menelan. Perbedaan anatomi
antara kedua ujung tuba ini mengakibatkan
udara lebih mudah mengalir keluar daripada
masuk kedalam cavum tympani. Hal inilah
yang menyebabkan kejadian barotitis lebih
banyak dialami pada saat menurun dari pada
saat naik.
Ketika tekanan meningkat misalnya saat
menyelam atau pesawat turun tadi, tekanan ini
menyebabkan tuba eustachius menutup dan
mencegah penyamaan tekanan melalui
membran timpani, sehingga menimbulkan rasa
sakit. Sehingga untuk membuka tuba, kita
biasanya mencoba mengunyah dan menelan
atau menguap (m.tensor veli palatini berperan
membuka tuba eustachius). Jika manuver ini
gagal, barulah kita lakukan Valsalva
maneuver, dilakukan dengan cara menutup
airway (menutup hidung/mulut) sambil
menghembuskan nafas/ekshalasi (jadi kayak
mau mompa balon, tapi hidung sama mulut
ditutup).
Dengan menurunnya tekanan lingkungan,
udara dalam telinga tengah akan mengembang
dan secara pasif akan keluar melalui tuba
eustakius. Dengan meningkatnya tekanan
lingkungan, udara dalam telinga tengah dan
dalam tuba eustakius menjadi tertekan. Hal ini
cenderung menyebabkan penciutan tuba
eustakiusJ. ika tekanan antar rongga telinga
tengah dengan lingkungan sangatlah besar
(90-100 mmHg), bagian kartilago akan
menciut dan jika tidak ditambah udara, maka
struktur telinga tengah bisa rusak. Terjadi
rangkaian kerusakan, mula-mula membrana
timpani tertarik kedalam Retraksi
menyebabkan membrana dan pecahnya
pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga
tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik
kadang mukosa telinga tengah juga akan
berdilatasi
dan
pecah,
menimbulkan
hemotapimum kemudian, tekanan dapat
menyebabkan ruptur membrana timpani.
Terjadi retraksi dan menyebabkan pembuluh
darah kecil pecah dan bisa menyebabkan
ruptur membran timpani.

Gejala ascent barotrauma : rasa tertekan


atau nyeri dalam telinga, vertigo,
tinnitus/tuli ringan

b. Sinus Paranasalis
Sinus yang paling sering terganggu adalah
sinus maksilaris dan sinus frontalis, sedangkan
sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis
jarang terganggu. Sewaktu di permukaan laut,
tekanan udara di sinus maxilaris sama dengan
di rongga hidung/di udara luar sekitar tubuh,
yaitu 760 mmHg. Bila kemudian orang ini kita
bawa ke ketinggian tertentu, maka akan terjadi
perbedaan tekanan di dalam rongga sinus dan
di rongga hidung. Bila kecepatan naik dari
pesawat demikian besar, maka karena
sempitnya lubang muara sinus itu, aliran udara
yang terjadi tidak akan dapat mencapai
keseimbangan tekanan, berarti tekanan di
dalam rongga sinus lebih tinggi daripada di
rongga hidung, dengan akibat terjadinya
penekanan terhadap mukosa sinus. Inilah yang
mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan
inflamasi, yang disebut Barosinusitis. Hal
yang sebaliknya akan terjadi pada waktu
pesawat menurun.
Semakin kecil muara sinus itu, makin besar
kemungkinan terjadinya barosinusitis. Jadi
pada seseorang yang menderita sakit di
saluran
pernafasan
bagian
atas,
pembengkakan/penebalan
mukosa
mengakibatkan penyempitan muara sinus,
sehingga akan mengalami kesulitan dalam
mencapai keseimbangan tekanan.
c. Gigi
Barodontalgia adalah suatu fenomena dimana
seseorang mengalami sakit gigi pada saat
berada pada ketinggian misalnya saat terbang
atau menyelam pada kedalaman tertentu di
bawah laut. bila terdapat peningkatan volume
gas di dalam rongga gigi, jaringan keras gigi
tidak ikut berekspansi untuk menyesuaikan
dengan tekanan luar, sehingga gas menekan
dan menstimulasi syaraf gigi. Hal ini terjadi
pada gigi pulpitis (karies dalam), dimana
terjadi pembusukan gigi oleh bakteri yang
menghasilkan gas. Selain itu gas yang terjebak
juga dapat terbentuk di bawah tambalan yang
kurang baik/rapi/mengalami kebocoran
Sebenarnya ketiga ini tidak selalu bersifat
fatal, tetapi, rasa sakit dan disabilitas yang
disebabkan justru mengganggu si penyelam
dan menyebabkan tenggelam (ini yang justru
menyebabkan kematian).

Manifestasi Klinis barotrauma telinga:


Komplikasi
-

gejala descent barotrauma : nyeri pada


telinga yang terpapar, bercak darah di
hidung atau nasofaring, rasa tersumbat di
dalam telinga/tuli konduktif

a. Lung Squeeze

Biasanya terjadi pada penyelaman dengan


menahan nafas (breath-hold dive). Ketika
penyelam turun ke bawah, udara di dalam paru
akan terkompresi diikuti dengan penurunan
volume paru. Paru menjadi collapse. Nah
ketika kompresi udara dan volume paru sudah
mencapai penurunan volume yang maksimum,
maka bentuk kompensasinya adalah dengan
engorgement/kongesti dan distensi pembuluh
darah. Pembuluh darah paru hanya memiliki
kemampuan distensi yang terbatas sehingga
kalau udah mencapai batas maksimalnya,
pembuluh akan ruptur dan pulmonary
haemorrhage.
Kalau penyelam memiliki banyak udara yang
terkompresi
saat menyelam
kebawah,
kemudian naik ke atas dengan cepat tanpa
mekanisme pengeluaran udara/ekshalasi yang
tepat, maka paru-paru dapat mengalami
overinflasi. Hal ini juga pada akhirnya bisa
menyebabkan paru collapse
b. Dekompresi
Komplikasi yang lain adalah penyakit
dekompresi yang terjadi karena kadar
nitrogen terdapat dalam aliran darah yang
bertekanan tinggi. Penyelam yang berada pada
tekanan tinggi dalam waktu lama (sehingga
nitrogen sudah larut dalam jaringannya)
kemudian kembali lagi naik ke atas (ke
tekanan normal atmosfer) dalam waktu cepat.
Pada saat naik ke permukaan air, tekanan
atmosfer turun dan volume di paru meningkat.
Gas yang sudah larut tadi akan keluar dari
cairan tubuh kita dalam bentuk gelembung
gelembung udara, seperti hukum Henry tadi
(bayangkan tutup champagne yang dibuka,
gas-gasnya pada keluar semua ke atas :o). Si
gelembung udara ini akan muncul di sirkulasi,
cavitas jaringan dan sendi, dan menyebabkan
decompression sickness. Adanya gelembung
pada sirkulasi dapat menyebabkan emboli gas
yang dapat menutup pembuluh darah kecil dan

menyebabkan terjadinya infark terutama pada


sistem saraf sentral.
Gelembung tsb juga bisa mengganggu sistem
koagulasi menyebabkan agregasi platelet dan
DIC (disseminated intravascular coagulation
kelainan dimana protein yang mengontrol
koagulasi darah menjadi sangat aktif akibatnya
terbentuk fibrin di intravaskular dan
menyebabkan
oklusi
trombotik
pada
pembuluh darai berukuran kecil dan sedang).
Selain itu, juga bisa muncul emfisema
subkutan (gas di bawah permukaan kulit).
Tekanan gas tadi dapat menyebabkan dinding
alveolar ruptur dan mengakibatkan:
- interstitial emphysema air bursting
(ledakan udara) melalui membran respirasi
menuju septum intraalveolar, interlobular
dan interlobar.
- Bulla dapat muncul pada permukaan
pleura, dan jika ruptur, hal ini bisa
menyebabkan pneumothoraks.
- udara juga bisa masuk ke kapiler paru dan
vena terancam mengalami emboli udara
- udara juga masuk ke pembuluh darah di
otak melalui Foramen Ovale. Morfologi
dari edema otak & gas dapat ditemukan di
pembuluh darah
Penyakit dekompresi diklasifikasikan dalam
tipe 1 & tipe 2 atas dasar beratnya penyakit
dan respon terhadap terapi. Tipe 1: nyeri
musculoskeletal, manifestasi kulit dan
limfatik, dan beberapa gejala nonspesifik
seperti malaise, anoreksia, dan rasa lelah. Tipe
1 ini tidak memerlukan terapi atau rekompresi
singkat. Tipe 2 : defek system saraf pusat
(SSP), gangguan kardiorespiratorik, dan
neuropati perifer. Kasus-kasus ini lebih berat
dab perlu penanganan segera.
note : Selesai! Sumber: Knights Forensic
Pathology, lecture dr. Hendro dan beberapa
website di internet. Mohon diberitahu ya kalau
ada yang salah, terima kasih

Catatan Kuliah
DEATH RELATED TO SEXUAL VIOLENCE
dr Beta Ahlam Gizela, sp F
by denise cece
Pembunuhan akibat kekerasan seksual
kebanyakan
akibat
:
pressure
on
neck
head
injury
- stabbing / penusukan jarang
Pada otopsi, spt otopsi pd umumnya, cari
sebab, mekanisme, cara, dan waktu kematian,
serta identitas korban, dan kl memungkinkan
identitas pelaku juga. Px yg dilakukan
meliputi px general, dan px spesifik pada area
perineum. Px internal (open vagina) juga dapat

dilakukan untuk mengekspos laserasi (korban


meninggal).
Pada homosexual :
- Scratches dan memar kebanyakan
terdapat di area punggung, pantat
(terutama di sekitar anus dan celah
pantat) dan paha -> terutama bekas
cakaran dan discoid finger bruise
- Funnel shape anus -> akibat sodomi
yang
berulang-ulang,
mengakibatkan
kerusakan
m.

sphincter ani externus, jaringan


lemak dan subcutan
- Pada korban akut, anusnya masih intak
dan tampak kemerahan.
Pemeriksaan tersangka :
- General exam : cari tanda-tanda
cakaran korban di wajah, leher atau
dada
- Ambil sampel, cross match dengan
tanda-tanda yg terdapat pd korban,
misal adanya epitel kulit atau darah
bekas mencakar di bawah kuku
korban.
- Px genital : pada glans penis/preputium
ada memar (untuk kasus2 baru), dan pd
yg belum dibersihkan, bisa dites dgn tes
lugol iodine (ada epitel vagina yg
mengandung glikogen -> berubah
warna jd coklat)
Pada visum dan otopsi, siapkan satu set
peralatan dan kit untuk mengumpulkan brg
bukti, biasanya udah dlm satu kotak, yg
didalemnya bnyk amplop2 dgn judul debris
collection. Masing2 sampel dari tempat yg
berbeda harus dimasukkan ke dalam amplop
yg berbeda, dan dilabel/diberi tanda dan
keterangan jenis specimen/sampel yang
diambil dan lokasi pengambilannya.
Perhatikan : periksa dengan teliti, dan selalu
gunakan gloves (preferably yg tanpa bedak).
Lakukan intervensi seminimal mungkin, misal
pada saat mau memasukkan speculum,
pelumas yg digunakan cukup air aja, jgn pake
lubrikan dst.
Step pemeriksaan (visum) pada korban hidup :
1. Informed
consent

wajib!
kalau pasien dan dr berlawanan jenis,
sebaiknya didampingi perawat. Untuk
pemeriksaan di anogenital, ulangi
informed consent lagi
2. Anamnesis
kdg perlu dibantu psikolog
3. Outer
clothing
Pasien diminta berdiri diatas alas,
kemudian membuka pakaian luarnya dan
lsg dijatuhkan ke alas tersebut. Alas
kemudian dilpat dan dibungkus bersama
dgn pakaiannya. Ini untuk mencari adanya
kemungkinan rontokan rambut atau debris
lain baik dari korban maupun pelaku.
Kemudian pakaian dalam dimasukkan ke
dalam kantong-kantong yg berbeda dan
diberi tanda
4. Siapkan
alat-alat
Untuk yg belum menikah/masih perawan
gunakan speculum small pederson. Tp ini
berlaku di US, di Indonesia gak boleh
masuk2in speculum pd yg msh virgin.
Lakukan pemeriksaan dgn cara lain.
5. Pengumpulan debris dari kuku jari,
rambut, dan sela-sela jari
6. Px external : memar, bekas bercak sperma
kalau bercak udah kering, tetesi dengan

7.

8.

9.

10.

11.

12.
13.
14.
15.

16.
17.
18.

NaCl dulu kemudian diusap dengan lidi


kapas
Breast
swab
tetesi NaCl, ambil apusan, terutama di
daerah sekitar puting. Bisa terdapat saliva
tersangka. [hmm..]
Pubic
hair
disisir,
cari
rontokan
- ambil contoh rambut pubis korban, buat
bedain yg rambut pubis korban dan
tersangka
- ambil contoh rambut pubis yang basah
Cari
tanda-tanda
laserasi
px hymen, pd wanita yg belum menikah,
lakukan rectal tussae, kemudian dorong
dinding
posterior
vagina
untuk
mengekspose hymen
Apusan
vagina
dan
cervix
Speculum dilembabkan dengan air hangat
layak minum (standarnya gitu harusnya),
kemudian dimasukkan mll vagina. Ambil
sampel dari fornix posterior dan cervix,
buat apusan di slide. Stlh itu kapas lidi yg
digunakan disimpan lagi (dimasukin ke
dos kertas). Selain itu juga diambil sampel
untuk pemeriksaan mikrobiologi.
Vaginal
wash
Pake spuit injeksi yg disambung dgn
selang halus (misalnya motong dr kateter),
isi
NaCl
kira2
2cc,
kemudian
disemprotkan kedalam vagina beberapa
kali, nanti NaCl tsb bisa tercampur dgn
ejakulat
Anal swab
Swab dari sampel saliva
Ambil sampel oral dan gigitan
Ambil sampel darah -> px golongan darah,
HIV, Hep B, tes kehamilan, penyakit
menular
Ambil sampel urin
Semua sampel dimasukin kulkas
Pemeriksaan
mikroskopis
:
lihat adanya sperma, ada kepala+ekor, dgn
gerakannya yg khas meliuk2. Bedain sama
gerakan bakteri.

Alur nya dari dokter pemeriksa diserahkan


ke law enforcement (polisi), -> crime lab ->
court
room.
dari masing2 tempat itu harus disertai dengan
Berita Acara yang dibuat rangkap dua dengan
tanda tangan 2 pihak.
Profilaksis untuk kehamilan hanya
diberikan kalau dari hasil test kehamilan
ditemukan (-)
Pemeriksaan lain :
- Colposcopy
menggunakan alat yg bisa memperbesar
(semacam mikroskop) untuk melihat luka2
dgn lebih jelas
- Larutan
toluidine
blue
semprotkan terus di spray dgn air. Nanti

akan tampak cat kebiruan nempel di


laserasi
Woods
lamp
(sinar
UV)
untuk melihat adanya bercak cairan tubuh

Dokumentasi
bite
mark
gunakan penggaris spy tampak jelas
ukurannya. Juga buat cetakan gigi.
Done.

FORENSIC LABORATORY EXAMINATION


Beta Ahlam Gizela
Oleh : andy zulfiqqar
Tujuan dalam melakukan lab test dalam
keperluan forensik adalah untuk :
Menentukan saat kematian atau post
mortem interval yaitu penentuan jarak
kematian antara waktu meninggal dan
waktu
saat
kita
melakukan
pemeriksaan,
indentifikasi
toksikologi (baik terkait racun dan
obat-obatan)
saat kasus-kasus obatan paling banyak ditemui
yakni obat narkotika dan psikotropika, dan
sudah mencakup segala macam strata, tidak
hanya artis, tapi para tuna wisna, sering kali
dijumpai saat ini.
Dan kemudian yang harus diperhatikan adalah
metode pengambilan sampel. Disini adalah
kita nantinya akan mempelajari hal tersebut,
Entomology
Entomologi adalah
ilmu
yang
mempelajari serangga. Dalam keperluan
forensik diperlukan dalam identifikasi
serangga yang terdapat pada jenazah untuk
memprediksikan waktu kematian.
Biasanya serangga ditemukan pada bagian
tubuh yang tidak tertutup atau tidak terlindung
oleh pakaian intinya mudah dihinggapi lalat
dan jenazah pada ruangan yang tidak kedap
artinya ruang tersebut dapat masuk. Kemudian
kita
Cara penentuan saat kematian adalah melalui
identifikasi sifat dari serangga tersebut dan
memalui usia maturitas dari serangga atau
belatung yang terdapat pada jenazah.
Ada beberapa serangga yang dibahas,
diantaranya adalah :
1. Calliphora. : lalat ini suka pada jenazah
yang masih segar bukan jenazah yang
busuk, jadi nanti akan berbeda dalam
interpretasi waktu kematian jenazah,
memiliki sifat khas tidak terbang pada
malam hari jadi jika meninggalnya
malam,maka dia tetap akan menanggalkan

telurnya pada pagi hari, tidak suka pada


hujan dan dingin (<12C) tapi suka sama
kelembaban
2. Sarcophagidae lebih nakal, dia mau
bertelur pada kondisi hujan
3. Musca domestica, suka pada jenazah yang
sudah busuk, jadi kalo kita menemukan
larva musca domestica, jadi dia sudah
busuk baru di teluri.
Kalo diliat bentukannya. Kita akan susah
identifikasinya. Tetapi bagi entomolog
membutuhkan informasi lebih. Maka kita
dalam pengambilan sampelnya lebih dari satu.
Kita akan mengambil dua, yang satu
dimasukan dalam alkohol agar mati dan awet
dan tetap pada kondisi maturitas seperti saat
kita lakukan pemeriksaan. Dan yang satu
dimasukan tabung berserta daging sebagai
makanan larva/lalat nantinya. Kemudian
ditutup pake kassa agar bisa bernafas.
Sehingga nanti kita mengetahui jenis
serangganya dan kapan perkiraan bertelurnya.
Kemudian di catat tempratur, lokasi
penemuan, kondisi tempat penemuan apakah
dalam ruangan. Tanpa atap dll.
IDENTIFIKASI
Ada 3 mayor :
- DNA
- cetak gigi
- sidik jari
Sisanya minor.
Untuk identifikasi yang paling sering
digunakan adalah golongan darah (ABO &
RH). Sebenarnya fungsi hanya sebagai
identifikasi ekslusi. Jadi hanya menyingkirkan
kemungkinan pada pelaku atau korban dengan
jenis golongan darah yang berbeda.
Untuk DNA sudah dijelaskan dikuliah yang
lain dr. Yudha ya?
Selanjutnya identifikasi ada tidaknya
semen, seperti kuliah sebelumnya, pada kasus
kekerasan seksual. Bisa kita identifikasi

adanya sperma atau tidak. Fungsinya sebagai


identifikasi misalnya pelaku azoospermia,
nanti dokter sebagai saksi ahli menjelaskan
azoospermia bisa artificial misalnya pada
orang
vasektomy
dan
bisa
emang
azoospermia. Maka nanti scopenya bisa
diperkecil.
Kemudian kita melakukan identifikasi
ejakulat untuk mencari sperma, jika tidak
ditemukan bisa menemukan semen. Pada saat
pemeriksaan
dapat
digunakan
cawan
elektroforetik. Cawannya khusus yang dapat
dilalui anti-semennya. Nantinya akan ada
reaksi anti-gen P30. Yang merupakan antigen
yang didapatkan dari suntikan semen ke
kelinci. Hasil positif akan membentuk garis
ditengah cawan yang akan tampak terang
putih.
Kemaren saat kuliah dr. Beta. Belau
menjelaskan saat kita mengambil rambut.
Ternyata hal tersebut memiliki tujuan yaitu
untuk identifikasi. Dikarenakan pattern dari
rambut tiap individual berbeda. Pattern
tersebut dapat di identifikasi melalui
mikroskop elekron. Intinya mengamati
sisiknya.
Bite mark.
Kemudian kita bisa melakukan
identifikasi bite mark. Pemeriksaan yang
dilakukan bisa melalui cetak gigi atau melalui
foto. Pada saat difoto kita menggunakan
penggaris dua sisi.
Jika tidak ditemukan penggaris, bisa
menggunakan koin. Nanti saat di print maka
ukuran koin pada foto harus sama dengan
ukuran koin pada foto, sehingga akan sama
hasilnya. Nah idealnya foto tersebut bisa
menggunakan foto film.
Intinya kita menggunakan benda
pembanding. Akan tetapi sifatnya terstandar.
Cetakan gigi dapat ditemukan pada benda
padat atau semi padat. Jika gigitan masih baru
pada tubuh bisa menggunakan lilin cetakan
gigi untuk mencetak gigi pelaku agar dapat
dicocokan nantinya baik arkusnya, anatomi
giginya atau patternnya gigi.
Pemeriksaan toksikologi dapat bisa
digunakan sampel yang bermacam-macam.
Pada kasus racun dan obat kita bisa
mengambil sampel pada berbagai jaringan.
Tapi kita harus mengetahui metabolisme obat.
Supaya kita tau metabolitnya paling banyak
dimana agar dapat diperiksa toksikologinya.

Kalo sekarang banyak kasus obatobatan. Umumnya diperiksa melalui sampel


urin dan darah.
Sampel darah menggunakan pengawet
EDTA. Pada PM sebenarnya kita tidak perlu
khawatir penjedalan darah karena aktivitas
fibrin sudah berhenti. Tapi ternyata EDTA
juga berfungsi menghambat enzim mikroba
untuk beraktivitas jadi tetap digunakan. Darah
bisa diambil 5 ml atau jaringan 5 mg. Bisa di
letakan pada kulkas minus 20 derajat tanpa
bahan pengawet.
Tetapi kalo tidak kulkas seperti itu,
sampel dapat dikeringkan. Kalo darah bisa
diteteskan di kertas saring. Pada Sampel basah
bisa di awetkan dengan menggunakan alkohol
95% jika kita tidak akan menuji kadar alkohol.
jika ingin menguji alkohol bisa menggunakan
alkohol.
Selain urin dan darah, kita bisa
menemukan obat-obatan dihati karena hampir
semua zat kan di metabolisme di hati. Atau
jika pada kasus jenazah bisa di biopsi jaringan
ginjal.
Untuk logam berat di timbun di kuku dan di
rambut. pada keracunan kronis sangat
berguna, karena rambut tumbuh 1 cm sebulan.
Pada saat uji toksikologi rambut bisa
dipotongi satu persatu senti untuk mengetahui
riwayat teracuninya .
Pada kasus arsen kronis ada gejala
khas rambutnya jarang-jarang atau agak
rontok-rontok.
ANATOMIC PATHOLOGY
Pemeriksaan lainnya yang lazim adalah
pemeriksaan Anatomic Pathology untuk
mencari tanda intra vital. Untuk mencari
infiltrat dari sel radang sebagai tanda
intravital.
DIATOMS
Selain itu pada kasus tengelam dapat
digunakan uji diatom. Untuk mengetahui
apakah dia dibunuh dulu baru dibuang atau
memang tengelam. Jika diatom ditemukan di
jaringan lain seperti tulang dan otot. Artinya
air sempat terinhalasi dan sempet menyebab
ke beberapa jaringan tubuh. Namun jika hanya
ditemukan di paru bisa jadi jenazah tengelam
pada saat telah meninggal
REFFERAL SAMPEL
Pada saat pengiriman sampel ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara
lain:

Label
Identity
Medical record number
Kind of sample
Date and time of sampling
Sealed (Segel)
Documentation (Berita Acara)

Pada pengiriman sampel forensik


harus dilakukan secara lege artis. BAP dibuat
dua, untuk pengirim dan penerima. Jadi
perpindahan tangan harus jelas rantainya. Kalo
rantainya terputus, bukti tidak dapat
digunakan.

Catatan Praktikum
TOXICOLOGY PRACTICAL WORK : ARSEN, CYANIDA, ALCOHOL
by denise cece
1. Arsen
A. Alat dan Bahan
- Kertas saring yang dicelupkan
mercury chloride
- Petri dish
- Pinset
- Kertas dan kapas yang dicelup asetat
pb
- Tabung reaksi
- Pipet ukur dan suctionnya
- Tabung Erlenmeyer
- Zinc granule
- Larutan Cuprum Sulfat
- H2SO4 - 4N
- sampel
B. Prosedur
Metode yang digunakan adalah metode
Sanger Black
- Masukkan kertas PB asetat pada pipa
sanger black 1
- Tambahkan kapas
- Masukkan kertas Pb asetat pada pipa
sanger black 2
- Tambahkan kapas
- Rangkai kedua pipa sanger black
- Masukkan kertas merkuri chloride
pada pipa udara, ujung kertasnya
disisakan di luar
- Sambungkan dengan rangkaian pipa
sanger black
- Ambil 3 butir granul zinc, masukkan
dalam tabung reaksi
- Masukkan cuprum sulfat, rendam 3-5
menit
- Tunggu sampai bereaksi (berubah
warna menjadi hitam)
- Masukkan butiran Zn kedalam
erlenmeyer
- Masukkan 2 cc sampel
- Masukkan 2 cc H2SO4
- Tutup rapat, kocok.
C. Hasil

+ : ada perubahan warna pada kertas


mercury chloride menjadi
kuning/oranye/coklat/hitam
(makin gelap warna maka kadarnya
makin tinggi)
- : tidak ada perubahan warna
2. Sianida
A. Alat dan Bahan
- Pinset
- Kertas saring yang dicelup asam pikrat
- Pipet dan suctionnya
- Tabung erlenmeyer
- Asam tartrat 10% (5 cc)
- Na carbonat 10%
- Sampel (2 cc)
- Pipet tetes
B. Prosedur
Metode yang digunakan adalah metode
Guignard
- Ambil kertas asam pikrat, dengan
pinset masukkan ke tutup botol yg
terbuat dari karet yg sudah diiris
(dijepitkan)
- Tetesi kertas dengan larutan Na
carbonat 10%
- Masukkan 2 cc sampel ke tabung
erlenmeyer
- Tambahkan 5 cc asam tartrat
- Tutup tabung erlenmeyer dan goyanggoyangkan
C. Hasil
+ : Ada perubahan warna menjadi
merah bata
- : Tidak ada perubahan warna (kertas
tetap kuning)
3. Alkohol
A. Alat dan Bahan
- Cawan Conway
- Pipet dan suction
- Vaseline
- Reagen antie (Kalium bikromat)

- Reagen K2CO3 jenuh


- Sampel
B. Prosedur
Metode yang digunakan adalah metode
mikrodifusi
- Posisikan cawan conway miring 150
- Masukkan 1 cc K2CO3 ke sebelah
kanan sekat
- Masukkan 1 cc sampel ke sebelah kiri
sekat
- Masukkan 2 cc reagen antie ke tengah
- Olesi tutup conway dengan vaseline

- Tutupkan dari sisi samping


- Campurkan K2CO3 dan sampel secara
perlahan
C. Hasil
Dibandingkan dengan standar warna
alcohol
Negative
: oranye/kuning tua
50-250mg%
: gradasi warna hijau
300-400mg% : gradasi warna biru

Praktikum

Expert Witness
oleh : Helvina Vika Etami
Wokay, sekarang kita akan membicarakan saksi ahli (bahasa Inggrisnya expert witness :p).
Sebenarnya, ada apa saja sih komponen-komponen saat siding di pengadilan? Itu tergantung apakah
pidana atau perdata ya. Kalau pada pidana terdapat : panitera, hakim, JPU (jaksa nih), pengacara,
terdakwa, expert witness. Kalau pada perdata komponennya hamper sama, hanya saja tidak ada
JPU. Berikut bagan tempat duduk dari masing-masing komponen.

PANITERA
HAKIM

PENGACARA

JPU

Yang berbicara (terdakwa,


expert witness)

PENONTON
Sorry klo bagannya rada nggak rapi,
kursinya lagi goyah. Saat praktikum, kita
bermain peran (role play), ada yang jadi
hakim, pengacara, terdakwa, JPU, expert
witness. Tujuannya adalah untuk mengetahui
apa tugas expert witness/ saksi ahli
sesungguhnya. Jadi, disini, saksi ahli lah yang
3.
paling banyak berbicara.

Mari kita mengetahui tugas dari masing2


komponen, syaratnya JPU, hakim, pengacara,
saksi ahli, panitera tidak mengenal / ada
hubungan dengan si terdakwa, agar tidak
membela terdakwa:
1. JPU/jaksa ini yang akan menuntut si
terdakwa, umumnya dia yang akan
bertanya-tanya kepada terdakwa.
2. Hakim adalah orang yang akan memberi
keputusan hukuman kepada terdakwa, dia
juga bisa bertanya kepada terdakwa.
Pertanyaan dari hakim ini awalnya
menanyakan adakah korban? Jika ada,

hakim akan menanyakan tentang kondisi


korban terhadap hasil perlakuannya
kepada terdakwa. Dari ini semua,
terdakwa dapat diberi keputusan hukuman
apa yang akan diberikan (ringan, sedang,
berat).
Pengacara akan membuat hukuman
terdakwa lebih ringan (jadi kayak
membela yang bayar gitu ya)
4. Terdakwa orang yang diduga melakukan
kejahatan
5. Saksi ahli adalah pihak yang berwenang
seperti
dokter
yang
melakukan
pemeriksaan korban/tersangka. Jadi, saksi
ahli ini hanya memeriksa korban atau
tersangka
saja,
sedangkan
yang
memeriksa, misalnya sidik jari pada tali
itu adalah petugas unit identifikasi pada
kepolisian.
6. Panitera fungsinya sebagai EO, jadi yang
akan memanggil-manggil untuk masuk
ruangan, dsb adalah si panitera ini.

Sebelum dimulai sidang, orang yang


akan berbicara (terdakwa, saksi ahli) akan
dimintai sumpah terlebih dahulu oleh
rohaiawan sesuai dengan agamanya masingmasing termasuk dokter, posisi penyumpah
ada di paling kanan ya. Tapi, pada pembuatan
visum et repertum ini tidak harus disumpah,
karena dokter sudah melakukan sumpah
dokter.
Menurut KUHAP pasal 180, ada 5 hal
yang dapat digunakan sebagai alat bukti, yaitu
: keterangan saksi, keterangan ahli (saksi ahli),
keterangan terdakwa, surat, dan petunjuk. Jika
di pengadilan visum et repertum belum dapat
dimengerti oleh tim pengadilan (kan bukan
dari
medis
soalnya),
maka
pertanggungjawaban akan diungkapkan secara
langsung di pengadilan oleh saksi ahli ini,
yang menjadi saksi ahli adalah dokter yang
menandatangani visum et repertum. Apabila
dokter pembuat visum et repertum tidak ada,
anggota tim dapat mewakili atau penanggung
jawab menunjuk salah satu atau dua dokter
anggota tim.

Di pengadilan ini, saksi ahli akan


dimintai keterangan tentang hasil pemeriksaan
pada korban dan/atau tersangka. Saat
mengungkapkan
keterangan,
hendaklah
dengan singkat / kesimpulannya saja yang
diungkapkan, dan dengan bahasa awam,
misalnya asphyxia diganti dengan mati lemas.
Ni searching dari artikel di internet
tentang ketentuan-ketentuan saksi ahli :

ketentuan-ketentuan mengenai saksi:


1. saksi adalah orang yang mengetahui
peristiwa atau keadaan yang didengar,
dilihat,dan/atau dialaminya sendiri;
2. keterangan saksi adalah keterangan
yang diberikan oleh seseorang dalam
persidangan tentang sesuatu pristiwa
atau keadaan yang didengar, dilihat,
dan/atau dialaminya sendiri;
3. saksi wajib dipanggil secara sah dan
patut;
4. jika saksi tidak hadir tanpa alasan yang
sah meskipun sudah dipanggil secara
patut menurut hukum, mahkamah
dapat meminta bantuan kepolisian

untuk menghadirkan saksi tersebut


secara paksa.
5. saksi yang telah dipanggil secara patur
dan benar wajib hadir di persidangan
yang telah ditentukan;
6. saksi yang akan diajukan dalam
persidangan, terlebih dahulu harus
menyampaikan
curriculum
vitae
kepada
kepaniteraan
mahkamah
sebelum pelaksanaan sidang;
7. sebelum memberikan keterangan saksi
wajib mengangkat sumpah sesuai
dengan agama atau kepercayaannya;
8. saksi dapat diajukan oleh pemohon,
presiden/pemerintah, dpr, dpd, pihak
terkait, atau dipanggil atas perintah
mahkamah;
ketentuan-ketentuan mengenai ahli
1. ahli adalah orang yang dipanggil
dalam persidangan untuk memberikan
keterangan sesuai keahliannya;
2. keterangan ahli adalah keterangan
yang diberikan dalam persidangan;
3. ahli dapat diajukan oleh pemohon,
presiden/pemerintah, dpr, dpd, pihak
terkait, atau dipanggil atas perintah
mahkamah;
4. ahli wajib dipanggil secara sah dan
patut;
5. ahli wajib hadir memenuhi panggilan
mahkamah;
6. keterangan
ahli
yang
dapat
dipertimbangkan oleh mahkamah
adalah keterangan yang diberikan oleh
seorang
yang
tidak
memiliki
kepentingan yang bersifat pribadi
(conflict interst) dengan subjek
dan/atau objek perkara yang sedang
diperiska;
7. sebelum memberikan keterangannya,
ahli wajib mengangkat sumpah sesuai
dengan agama atau kepercayaannya;
8. pemeriksaan ahli dalam bidang
keahlian yang sama yang diajukan
oleh pihak-pihak dilakukan dalam
waktu yang bersamaan;

Sampai disini dulu ya teman-teman.


Maaf kalau kurang lengkap, kalau ada yang
salah-salah bilang ya . Sekian HSC terakhir
dari saya selama hampir 3,5 tahun ini. Trims.

POJOK HSC
Selamat datang teman-teman di termin 2 forensik, itu artinya kita sudah ada di penghujung blok,
artinya lagi, kita bentar lagi lulus nih, nggak terasa ya teman-teman, kayaknya kapan tu barusan ikut
tes masuk trus bentar lagi mau wisuda. Tapi sebelum wisuda masih banyak rintangan ni, kayak ujian
blok 4.3, pendadaran, OSCE compre, trus masih ada yudisium, sumpah koas, dll. Meskipun begitu
jangan putus semangat ya kawan-kawan, harus tetap semangat :D. Terimakasih buat Sarah, Ira, Vera,
Yusuf, Andy, Tari, Karis, Chenie, Agi, Cece, Ipul, Sita, dan Vika yang telah berkenan untuk
membuat HSC forensik. Semoga HSC tetap selalu di hati, selalu dinanti. Oke, sambil melestarikan
tradisi HSC di tiap pojok HSC ada cerita humornya, meri kita tengok sebentar, atau lama juga boleh.

GA KENAL KOK DITANYA


saat jam pelajaran dimulai.
Bu guru: udin, siapa thomas alfa edition??
udin: tidak tahu bu.
Bu guru: kalau james watt??
udin: tidak tahu juga bu.
Bu guru: udin, kamu tidak belajar ya, dari tadi
ditanya jawabnya tidak tau terus.
udin: belajar kok bu, kalau bu guru tahu tidak
Hasil Ulangan Bahasa Indonesia
Sehabis ulangan Bahasa Indonesia seorang
anak SD kelas 4 pulang ke rumah dan
bertanya ke ibunya:
Anak : "Bu, tadi kayanya aku ulangan Bahasa
Indonesia betul semua deh, tapi ada yg
meragukan sih jawabnya, Bu..."
Ibu : "Apa tuh sayang?"
Anak : "Kalau seorang laki-laki memiliki istri
lebih dari 1 apa namanya bu!?"
Ibu : "Poligami, Nak..."
Anak : "Asyiiik betul!! Kalau perempuan yang
punya suami lebih dari 1?"
Ibu : "Itu Poliandri Nak".
Anak : "Horeee betul lagi!! Iya nih kayanya
betul semua... Eh terus kalo laki-laki cuma
punya 1 istri apa namanya?"
Ibu : "Monogami dong sayang!"
Anak : "Ya sallaahh deh!! Kata Ayah
jawabannya MONOTON..."
Ibu : "Mana bapakmu...!!??"
Perbedaan
Indonesia

Orang

Amerika,

Jepang,

3 Orang tengah terdiam menikmati kehangatan


sauna, yaitu orang dari Amerika, Jepang dan
Indonesia. Keheningan didalam ruangan sauna
dipecahkan oleh bunyi, ..bip,...bip,....bip...
Orang Amerika membuka telapak tangan
kirinya, dan membaca tulisan yang tertulis
ditelapak tangannya itu. Dua rekan se 'sauna'
nya dengan kagum melihat tulisan yang
muncul ditelapak tangan orang Amerika
tersebut.
"Oh, telapak tangan saya telah ditanamkan
chips, saya dapat langsung menerima pesan
SMS tanpa alat , SMS nya langung tampil
ditelapak tangan saya,..." ujar si Amerika
ketika melihat kedua rekannya bengong.
Sesaat kemudian terdengar dering telepon,
orang Jepang mengangkat tangan kanannya,

suparman?
Bu guru: tidak tahu.
udin: kalau mas sumarno tahu tidak bu?
Bu guru: tidak tahu, emang siapa mereka??
udin: lha itu dia bu kenalan-kenalan udin,
lagian saya tidak pernah kenalan dengan
thomas dan james di tanya, ya jelas saya tidak
tahu bu.
Bu guru: ......????!!!!!////!!..
jempol didekatkan ke telinga sedangkan jari
kelingking kebibirnya, "Oh maaf, saya terima
telepon dulu, tangan saya sudah berisi chips,
saya dapat menerima dan berbicara melalui 2
jari saya tanpa menggunakan HP" kata si
Jepang.
Melihat semua itu, orang Indonesia mulai
gugup, Apa yang bisa saya tunjukkan untuk
mengalahkan orang orang ini? pikirnya.
Karena stress, keinginannya untuk buang air
besar tidak tertahankan lagi.
Usai buang air, dia kembali lagi ke ruang
sauna, tetapi karena tidak biasa membasuh
bokongnya dengan kertas toilet, seuntai kertas
toilet masih berjuntai di belahan bokongnya.
Dengan keheranan orang Jepang dan orang
Amerika menunjuk ke untaian kertas 'sisa' tsb
dan berkata: "Kertas apa itu yang tergantung
dibokong anda...?"
"Oh maaf, saya baru terima Fax.." jawab
orang Indonesia tersebut.
Kejahatan Saat Tahun Baru
Hari ini adalah Tahun Baru dan hakim sedang
dalam suasana hati yang gembira saat ia
bertanya kepada tahanan,
"Anda dituntut karena tuduhan apa?"
"Melakukan belanja Tahun Baru terlalu awal",
jawab terdakwa.
"Itu bukan suatu pelanggaran", kata hakim.
"Seberapa awal anda melakukan belanja?"
"Sebelum toko dibuka Pak Hakim."
"Lalu dimana
letak salahnya
Jaksa
Penuntut???" tanya hakim itu
Jaksa Penuntut melongo dengan wajah tak
percaya...
Pesan Karet
Pada suatu hari, saat janjian berkencan,
pacarku telah mengirim sebuah pesan singkat:
"5 menit kemudian aku akan tiba. Kalau
belum juga tiba, maka pesan singkat ini harap
dibaca sekali lagi, oke?"

EDITOR : HELVINA VIKA ETAMI

Anda mungkin juga menyukai