Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorpsi Gas
Absorpsi gas merupakan suatu proses di mana campuran gas dikontakkan
dengan likuid yang bertujuan untuk memisahkan satu atau lebih komponen dari
gas. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke likuid.
Kecepatan larut gas dalam absorben tergantung pada kesetimbangan yang ada,
karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-likuid. Laju absorpsi
dapat dinyatakan dengan 4 cara yang berbeda, yaitu:
1. Menggunakan koefisien individual
2. Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair.
3. Menggunakan koefisien volumetrik.
4. Menggunakan koefisien persatuan luas.
2.2 Tipe-Tipe Absorber
Absorber digolongkan menjadi beberapa bagian berdasarkan klasifikasi
dan pemakaian pada operasinya. Pemakaiannya harus disesuaikan dengan kondisi
yang diinginkan. Absorber diklasifikasi ke dalam 5 tipe utama yang metodenya
digunakan untuk menghasilkan kontak interfase.
2.2.1. Spray Tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar di mana fase gas mengalir
dan masuk serta kontak dengan likuid terjadi di dalam spray nozzles. Aliran fase
di dalam spray tower dimulai dari likuid masuk ke dalam spray dan jatuh karena
gaya gravitasi, serta kontak secara countercurrent dengan aliran gas yang masuk.
Untuk ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed
powder, tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray turun dengan
cepat. Adanya kemungkinan terjadinya interfase aktif yang sangat besar pada saat
terjadinya

sedikit

penurunan,

ternyata

pada

prakteknya

ditemukan

ketidakmungkinan untuk mencegah terjadinya hubungan ini.


Spray nozzles didesain untuk aliran likuid yang mempunyai bilangan
pressure drop yang besar maupun kecil, untuk aliran likuid yang mempunyai flow

rate kecil, maka cross area kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai
drop fals menentukan waktu kontak dan sirkulasinya disertai dengan influensasi
perpindahan massa antara dua fase dan harus kontak secara kontinu. Hambatan
pada transfer yaitu pada fase gas dikurangi dengan gerakan swirling dari falling
likuid droplets. Spray tower digunakan untuk perpindahan massa larutan gas yang
tinggi dengan dikontrol laju perpindahan masa secara normal pada fase gas.
2.2.2. Bubble Tower
Pada bubble tower, gas terdispersi menjadi fase likuid di dalam fine bubble.
Small gas bubble merupakan bagian untuk menentukan luas area. Kontak
perpindahan massa terjadi di dalam bubble formation dan buble rise up melalui
likuid. Arah aliran countercurrent di mana gas terdispersi di bottom tower.
Gerakan bubble mengurangi hambatan fase likuid. Penggunaan bubble tower
dengan sistem di mana pengontrol laju dari perpindahan masa pada fase likuid
yang absorpsinya adalah relatif fase gas. Mekanisme dasar perpindahan massa
terjadi di dalam bubble tower dan demikian juga dengan aliran counter di dalam
tank bubble batch di mana gas itu terdispersi di dalam bottom tank.
2.2.3. Packed Tower
Packed tower merupakan tipe absorber yang digunakan untuk memperbesar
luas permukaan kontak antara gas dan likuid. Keuntungan dari penggunaan
packed tower, antara lain:
1) Pressure drop aliran gas rendah.
2) Lebih ekonomis di dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk packing
keramik.
3) Biaya kolom dapat lebih murah dari plate column pada ukuran diameter yang
sama.
4) Cairan hold up kecil.
2.2.4. Plate Column
Plate column merupakan tipe absorber yang digunakan lebih luas
dibandingkan dengan packed column terutama untuk destilasi. Keuntungan dari
penggunaan plate column, antara lain:
1) Menyiapkan kontak lebih positif antara dua fase likuid.

2) Dapat meng-handle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.


3) Lebih mudah dibersihkan.
2.2.5. Wetted Wall Column
Wetted wall column telah digunakan oleh sejumlah pekerja dan mereka telah
membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor dan mengadakan basis dari
hubungan yang telah dikembangkan untuk packed tower.
2.3

Kriteria Pemilihan Solven


Dalam absorpsi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti solven

yang akan digunakan. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan solven, antara lain:
1) Gas solubility (kelarutan gas) di mana kelarutan gas haruslah tinggi karena
selain dapat meningkatkan laju absorpsi juga dapat menurunkan kuantitas
solven yang dibutuhkan.
2) Volatility, solven haruslah mempunyai tekanan uap yang rendah sehingga jika
telah keluar dari proses absorpsinya solven tersebut masih merupakan
saturated solvent. Semakin kecil volatility, maka make up solven akan
semakin kecil.
3) Corrosiveness (tidak korosif), konstruksi material yang digunakan untuk
peralatan tidak terlalu mahal.
4) Cost (harga), harga dari solven tersebut murah dan selalu tersedia di pasaran.
5) Viskosity, penggunaan solven dengan viskositas rendah lebih menguntungkan
karena :
a)

Mempercepat laju absorpsi

b)

Memperbaiki flooding pada kolom absorpsi

c)

Pressure dropnya rendah

d)

Transfer panas berlangsung dengan baik

6) Miscellaneous, solven haruslah tidak beracun, tidak mudah terbakar,


mengandung bahan kimia yang stabil, dan mempunyai freezing point yang
rendah. Tipe kolom absorber digolongkan ke dalam beberapa bagian yang
masing-masing memiliki klasifikasi

dan pemakaian yang berbeda pada

operasinya. Di mana pemakaian harus disesuaikan dengan kondisi yang


diinginkan.
2.4. Perpindahan Massa dalam Weted Wall Column
Data yang paling baik untuk operasi perpindahan massa antara luas
permukaan pipa dan aliran fluida sebaiknya digunakan wetted wall column, alasan
penggunaan column ini adalah dalam pengamatan perpindahan massa yaitu
kontak luas permukaan antara dua fase yang hasilnya dapat akurat. Persamaan
dasar pada wetted wall column ada 2, yaitu:
2.4.1. Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas dapat ditunjukkan oleh
persamaan :

KC . D . B . I M
0 ,83
0 , 44
0,23. Re . Sc
DAB .
.................... (1)
di mana :
B = densitas likuid B
Re = Reynold Number
DAB = massa difusivitas komponen A yang menjadi likuid
Sc = bilangan number Schmidt.
2.4.2. Koefisien Perpindahan Massa untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian
dan Peaceman)
Koefisien perpindahan massa untuk lapisan film ditunjukkan oleh
persamaan Vivian dan Peaceman:

KI .Z
2 gz 3
0,5
0,433. Sc .
DAB
2

. Re

0,4

.................... (2)
di mana :
z

= panjang kotak

= gravitasi

Re

= Reynold Number

DAB

= massa difusivitas komponen A yang menjadi likuid

= viskositas likuid B

Sc

= Schmidt Number.

4r/ di mana r adalah massa flowrate likuid per unit wetted parameter. Koefisien
film likuid terletak antara 1020% lebih rendah daripada persamaan teoritis untuk
absorpsi di dalam aliran laminar film.
2.5

Aliran dalam Pipa


Korelasi untuk perpindahan massa pada dinding dalam harus mempunyai

bentuk yang sama dengan korelasi untuk perpindahan kalor karena persamaan
dasar untuk difusi dan konduksi serupa. Persamaan ini merupakan persamaan
yang paling sederhana dan cocok dengan data publikasi dalam jangkauan
Reynolds Number dan Schmidt Number yang cukup luas. Bentuk alternatif dari
bentuk korelasi didapat dengan membagi persamaan di atas dengan NRe x NSc
sehingga menghasilkan faktor jM sebagaimana ditunjukkan oleh Chilton dan
Colbum sama dengan jH serta f/2. Suku (/w) 0,14 biasanya 1,0 untuk
perpindahan massa oleh karena itu ditinggalkan. Analogi untuk persamaan ini
berlaku umum untuk perpindahan kalor dan perpindahan massa dengan pelarutan
yang sama.
Adanya perluasan analogi di atas dapat menutupi rugi gesek yang dilakukan
untuk pipa saja karena semua rugi disini berasal dari gesek kulit saja. Analogi ini
tidak berlaku untuk rugi gesek di mana tidak terdapat seret bentuk dari pemisahan
aliran, sebagaimana terdapat pada aliran seputar benda. Korelasi yang telah
disajikan untuk berbagai kisaran Schmidt Number. Data untuk penguapan
beberapa macam zat cair di dalam menara di dinding basah dikorelasi dengan
eksponen yang agak lebih tinggi baik untuk Reynold Number maupun untuk
Schmidt Number. Schmidt Number berkisar antara 0,60 dan 0,25 dan dalam
jangkau yang sempit. Perbedaan antara eksponen itu mungkin mempunyai makna
fundamental karena perpindahan ke permukaan zat cair yang mungkin
mempunyai gelombang yang harus berbeda dari permukaan perpindahan padat
yang licin. Korelasi untuk perpindahan massa dan Schmidt Number yang tinggi
(antara 430100.000) didapat dengan mengukur laju kelarutan di dalam tabung
asam benzoat di dalam air dan zat cair viscous. Perbedaan antara eksponen

Schmidt Number dan nilai 1/3 yang biasa mungkin tidak banyak, tetapi eksponen
Reynold Number jelas lebih besar dari 0,80.
2.6

Teori-Teori Pada Absorber

2.6.1.Teori Film
Teori film bersifat elementer di mana semua aliran di dalam aliran fluida
turbulen terkonsentrasi dalam suatu stagnant film. Berikutnya terhadap dinding
atau batas stasioner fluida, menurut model ini semua driving force atau garad
konsentrasi untuk mengurangi stagnant film serta konsentrasi di dalam bulk fluida
adalah konstan, hal ini dikarenakan adanya turbulen yang tingi. Turbulen yang
tingi mengurangi stagnant fluida.
Tebal dari film hayalan yang digunakan untuk masa pada kecepatan aliran
yang sebanding adalah tidak sama kecuali pada kondisi batas. Dari Reynold
Number diketahui koefisien dari transfer massa banyak digunakan, tetapi lebih
sedikit dibandingkan dengan koefisien transfer atau juga apabila dibandingkan
dengan koefisien permukan. Dalam teori film ketebalan film efektif ditentukan
oleh bagaimana kondisi laminer dan turbulen. Gradien konsentrasi merupakan
karakteristik steady state.
Persyaratan kontak antara likuid dan gas merupakan persyaratan yang paling
sulit dicapai, terutama pada tower yang besar. Secara ideal, terdistribusi dari top
packing, mengalir dalam bentuk film tipis dari seluruh permukaan packing turun
ke bawah tower. Sebenarnya film tersebut, cenderung menebal pada beberapa
tempat dan menipis di tempat lain, sehingga likuid itu mengumpul menjadi arusarus kecil dan mengalir melalui lintas-lintas tertentu dalam packing. Begitu juga
pada laju aliran rendah, sebagian besar permukaan mungkin kering atau sedikitnya
diliputi oleh film stagnant liquid. Efek ini disebut sebagai chanelling dan
merupakan penyebab utama dari kerja yang kurang memuaskan pada menara
berukuran besar.
2.6.2.Teori Penetrasi
Suatu gelembung gas yang berada pada likuid yang bergerak ke luar dari
likuid, dituliskan dalam persamaan menjadi:

C A
C
DAB . 2A

.................... (3)

Rumus di atas digunakan berdasarkan teori penetrasi. Di mana merupakan


waktu yang diperlukan oleh gelembung gas untuk naik dengan jarak tempuh sama
dengan jarak gelembung, CA merupakan konsentrasi awal, t merupakan fungsi
waktu, dan D merupakan jarak gelembung.
Teori penetrasi digunakan oleh Higbie untuk menganalisa fase cair. Dalam
absorpsi gas di mana cairan diasumsikan sebagai aliran laminer atau stasioner.
Higbie mempertimbangkan bahwa transfer di dalam cairan dengan transport
molekul unsteady state.
Konsep yang dikemukakan oleh Higbie ini menghasilkan suatu persamaan
untuk fluks masa pada titik yang berada pada permukan cairan yang diekspos
untuk absorpsi gas. Berbeda ngan Danckwerte yang menggunakan konsep
unsteady state untuk absorpsi di dalam suatu cairan turbulen dengan mengangap
random surface renewal. Kemudian Marcello, melakukan perbaikan terhadap
model film penetrasi dengan kombinasi dari dua model di atas pada Sc yang
rendah model film steady state kelihatan pada Sc yang tinggi. Sedangkan pada
model unsteady state surface renewal lebih mengambarkan situasi yang
menguntungkan.
2.7

Penggunaan Absorpsi
Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat ini berisi

arang halus yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan misalnya gas
yang beracun. Arang halus yang juga dipergunakan untuk membuat vakum
dengan temperatur yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10-4 mm. Grafit yang
juga dipergunakan sebagai pelumas karena molekulnya yang pipih sehingga
mudah bergeser terhadap satu sama lain.
Grafit memang sangat menguntungkan akan tetapi ternyata pada temperatur
yang tinggi sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi apabila
temperatur direndahkan. Dengan analisis kimia sering diperoleh kesulitan, hal ini

disebabkan oleh karena daya serap dari beberapa endapan terhadap ion-ion dalam
larutan.

2.8

Sistem Absorpsi

2.8.1.Sistem Dua Komponen


Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan likuid yang tidak mudah
menguap yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi gas
yang larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang ada.
Pada temperatur tetap, kelarutan gas akan bertambah bila tekanan dinaikkan pada
absorben yang sama. Gas yang berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda. Pada
umumnya kelarutan gas akan menurun apabila temperatur dinaikkan.
2.8.2.Sistem Multikomponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan likuid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang
dinyatakan dalam tekanan parsiil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas
ada gas yang sukar larut maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas
yang mudah larut. Pada beberapa komponen dalam campuran gas mudah larut
dalam likuid, kelarutan masing-masing gas tidak saling mempengaruhi bila gas
tidak dipengaruhi oleh sifat likuid. Hal ini hanya terjadi pada larutan ideal.
Karakteristik larutan ideal yaitu:
1) Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak berubah,
dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
2) Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang
dilepaskan.
3) Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Dalam absorpsi gas dan beberapa operasi lain alat yang sering digunakan
adalah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk sekunder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedangkan
pengeluaran gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian bawah

serta tower packing. Penyangga harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang
cukup besar untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga itu.
Zat cair yang masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan
encer zat terlarut di dalam pelarut, didistribusikan di atas isian dengan distributor
sehingga pada operasi yang ideal membebaskan permukaan isian secara seragam.
Gas yang mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke ruang pendistribusian
yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah antara isian
berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang
luas untuk kontak zat cair dan gas serta membantu terjadinya kontak antara kedua
fase. Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:
1) Tidak terjadi reaksi kimia dengan fluida di dalam menara
2) Harus kuat tetapi tidak terlalu berat.
3) Mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat
cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
4) Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair
dengan gas.
5) Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang
akan diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan
konsentrasi dan pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju
optimum zat cair untuk absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya
operasi untuk kedua unit dan biaya tetap untuk peralatan.
Bila gas hanya diumpankan ke dalam menara absorpsi maka suhu di dalam
menara itu berubah secara menyolok dari dasar menara ke puncaknya. Kalor
absorpsi zat terlarut menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut
cenderung menyebabkan suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah
peningkatan suhu larutan, tetapi di dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai
melewati maksimum. Bentuk profil suhu bergantung pada laju penyerapan zat
terlarut, penguapan dan kondensasi pelarut, serta perpindahan kalor antara kedua
fase.

Anda mungkin juga menyukai