Anda di halaman 1dari 15

BAB I

DERET

1.1 PENDAHULUAN; DERET GEOMETRI


Dalam banyak kasus, solusi eksak masalah fisis sangat sulit bahkan mustahil
didapatkan, maka solusi alternatif yaitu solusi pendekatan (aproksimasi) yang sering muncul
dalam bentuk deret pun dapat dimanfaatkan.
Deret yang sudah kita kenal adalah deret geometri. Sebelumnya, perhatikan dahulu
i.

2, 4, 8, 16, 32,

ii. 1,
iii.

2 4 8 16
, ,
,
...
3 9 27 81

a, ar, ar2, ar3, ar4,

(1.1)

Bilangan di atas disusun membentuk baris dan dikenal sebagai barisan geometri. Bila bilangan
tersebut dijumlahkan, sebagai contoh,
1

2
4
8
16

...
3
9
27
81

(1.2)
maka bilangan tersebut dikatakan membentuk deret. Karena penjumlahan dilakukan terus
menerus tanpa hanti (dinyatakan oleh tiga titik dibelakangnya) maka deret tersebut disebut
deret tak-hingga (infinite series). Kemudian, karena deret (1.2) dapat ditulis sebagai
a + ar + ar2 + ar3 +
dalam hal ini a = 1 dan r =

(1.3)

2
maka deret disebut deret geometri.
3

Bila deret dipotong sampai n-suku maka jumlahnya Sn,


Sn = a + ar + ar2 + ar3 + + arn-1

(1.4a)

Diberikan oleh hubungan


Sn = a

1 rn
1 r

(1.4b)

Jika n , maka
Sn
S = nlim

(1.5)
DERET 1

Dan deret hanya akan mempunyai jumlah (berhingga) jika dan hanya jika

1.

1.2 DEFINISI DAN NOTASI


Banyak deret tak-hingga yang bukan deret geometri, sebagai contoh :
i.

1 + 4 + 9 + 16 +

ii.

1
2
3
4

...
2
4
8
16

iii.

x2
x3
x4

...
2
3
4

(1.6)
Jelas bahwa deret-deret (1.6) tidak dapat diungkapkan dalam bentuk deret geometri seperti
(1.3). Secara umum, deret-deret tersebut ditulis sebagai :
a1 a 2 a 3 ... a n

(1.7a)

atau dalam bentuk singkat

a
n 1

(1.7b)

Dalam notasi (1.7a) atau (1.7b), deret-deret (1.6) berturut-turut memberikan a n = n2, an =

dan an = (-1)n+1

n
2n

xn
. Jadi, sebagai contoh,
n

1
2
3
4

... =
2
4
8
16

n 1

n
2n

(1.8)

sebagaimana deret geometri, didefinisikan Sn


S n a1 a 2 a3 ... a n

(1.9)
Yang disebut jumlah parsial. Sedangkan jumlah keseluruhan S diberikan sebagaimana
persamaan(1.5),
Sn
S = nlim

(1.10)
dan disebut jumlah dari deret. Jika S ada yaitu berupa satu nilai tertentu maka deret dikatakan
konvergen, dan jika tidak, deret dikatakan divergen. Didefinisikan juga sisa R n (yaitu sisa
setelah n-suku),
Rn = S - S n

(1.11)
DERET 2

Contoh 1.1 :
Selidiki jumlah S dari deret contoh (i) pada persamaan (1.6)
Jawab :
Deret

1 + 4 + 9 + 16 + =

n 1

Untuk n , maka n dengan demikian S =


2

dan dikatakan bahwa jumlah S tidak

ada, dan deret divergen.


Contoh 1.2 :
Tentukan an dan selidiki S deret berikut :
11+11+
Jawab :
11+11+ =

(1)

n 1

n 1

jadi an = ( 1) n 1 . Sedangkan jumlahnya bisa nol atau satu; karena itu S tidak ada dan
deretnya divergen.
Persoalan utama tentang deret adalah konvergensi dari deret.
1.3 UJI KONVERGENSI
Ada empat cara untuk menentukan konvergensi suatu deret. Cara-cara tersebut adalah :
a. Uji / Test Pendahuluan
Uji pendahuluan ini menyatakan bahwa suatu deret
a1 a 2 a 3 ... a n +

adalah divergen jika suku tak-hingga deret tidak menuju nol. Dengan kata lain,
a n 0 maka deret divergen.
jika nlim

(1.12)
Contoh 1.3 :
Tentukan konvergensi deret pada persamaan (1.6i)
Jawab :
Dari contoh 1.,

an = n2, maka
DERET 3

lim a n lim n 2 0
n

karena itu deret divergen (seperti yang telah dibahas pada contoh 1.)
Contoh 1.4 :
Tentukan konvergensi deret :
1

1
1
1

...
2
3
4

n 1

1
n

Jawab :
an =

1
, sehingga
n

lim

1
1

0
n

maka deret nya .?

a n 0 ; karena itu harus diuji dengan


Uji pendahuluan tidak menyatakan apa-apa jika lim
n
cara lain.
b. Uji Integral (Integral Test)
Uji integral (Integral Test) menyatakan :

Deret

n 0

konvergen jika

dn

berhingga dan divergen jika integral tak-

n 0

hingga.
Contoh 1.5 :
Tentukan konvergensi deret pada contoh 4., menggunakan uji integral.
Jawab :
Karena an =

1
,
n

Maka

an d n

n 0

n 0

Dengan demikian deret

dn
ln n
n

ln

adalah divergen.

Dalam proses integrasi batas integrasi yang digunakan hanya batas atas ( ).
DERET 4

Contoh 1.6 :

Tentukan konvergensi deret

n
n 1

n
4

Jawab :
an

n0

n
, maka
n 4
2

n dn
1

n2 4
2

du
u

u 4

1
ln u
2

u 4

1
ln ( n 2 4)

2
n 0

jadi deretnya adalah divergen.


Contoh 1.7 :

Tentukan konvergensi deret

n 2

1
ln n

Jawab :
an

n 0

1
ln n

, maka

dn
?
ln n

Jika digunakan uji pendahuluan

lim
n

1
0
ln n

Maka deret nya . ?


Jelas, dua jenis uji konvergensi di atas tidak bisa menentukan konvergensi deret pada
contoh(7).
c. Uji Banding (Comparison Test)
Di dalam metoda uji banding terdapat dua bagian yaitu (i) bagian yang diselidiki.
Misalnya :
a1 + a2 + a3 +
dan (ii) bagian pembanding yang diketahui konvergensinya,
b1 + b2 + b3 +
DERET 5

Uji banding (Comparison Test) menyatakan : Jika

konvergen; atau jika

a n bn

divergen dan

a n bn

konvergen dan
maka

maka

divergen. Jika

sebaliknnya yang terjadi maka uji banding tidak dapat memberi kesimpulan apa-apa.
Sebagai contoh, kita selidiki konvergensi deret
membandingkannya terhadap deret

ln n

n2

n2

1
n

ln n

pada contoh (7) dengan

yang divergen,

1
1
1

...
ln 2
ln 3
ln 4

1
1
1
1

...
n
2
3
4
1

untuk n 2 , ln n n atau ln n n , karena

1
n

divergen maka

1
ln n

divergen.

d. Uji Rasio (Ratio Test)


Misal perbandingan antara suku ke-(n+1) dan suku ke-n adalah n ,
n

a n 1
an

(1.13)

dan untuk n besar sekali

lim n

(1.14)

Maka, uji rasio/ perbandingan (Rasio Test) menyatakan


Jika :

1, deret konvergen
1, deret tidak tahu
1, deret divergen

(1.15)

Contoh 1.8 :
Tentukan konvergensi deret pada persamaan (1.6ii)
Jawab :
an

n
n 1
a n 1 n 1 , sehingga
n dan
2
2

DERET 6

dan

n 1 n
1
: n
n 1
2
2
2

lim
n

Jadi deret

n 1
n

1 n 1
1
n 1
1

lim

1
n

2
n
2
n
2

n
adalah konvergen.
2n

Contoh 1.9 :

Tentukan konvergensi deret

10 n 1

( n !)
n 1

Jawab :
10 ( n 1) 1
10 n 1
a

dan
n 1
( n !) 2
(( n 1) !) 2

an

sehingga
10 ( n 1) 1
10 n 1
:
((n 1) !) 2 ( n !) 2

10
(n 1) 2

dan
10
0 1
( n 1) 2

lim

karena itu, deret tersebut konvergen.


Perlu diketahui bahwa pada contoh-contoh di atas kita selalu membahas deret dengan sukusuku positif. Sekarang kita tinjau deret yang mempunyai suku-suku positif dan suku-suku
negatif. Deret seperti ini disebut deret bolak-balik (alternating series), sebagai contoh :
1

1
2

1
3

1
4

1
5

...

( 1) n 1
...
n

(1.16)

Untuk menyelidiki konvergensi bolak-balik dilakukan uji konvergensi sederhana sebagai


berikut :
an 0
Deret bolak-balik konvergen jika a n 1 a n dan lim
n

Contoh 1.10 :
Tentukan konvergensi deret pada persamaan (1.16)
Jawab :

an

( 1) n 1
n

dan a n

1
,
n

DERET 7

jelas bahwa
1
1

n 1
n

dan
1
0
n

lim
n

dengan demikian deret disebut konvergen.


Deret bolak-balik pada pers.(1.16) adalah deret konvergen tetapi deret positifnya (contoh 5)
divergen; deret seperti ini disebut deret konvergen bersyarat (conditionally convergent)
sedangkan jika keduanya konvergen maka deret dikatakan konvergen mutlak (absolutely
convergent).
1.4 DERET PANGKAT DAN INTERVAL KONVERGENSI
Dua deret pertama pada pers.(1.6) merupakan deret dari bilangan konstan sedangkan
deret ketiga diuraikan dalam variabel x. Deret dalam variabel ini disebut deret pangkat (power
series) dan secara umum didefinisikan oleh :

a
n 0

x n a 0 a1 x a 2 x 2 a 3 x 3 ...

(1.17a)
atau

a
n 0

( x b) n a 0 a1 ( x b) a 2 ( x b) 2 a 3 ( x b) 3 ...

(1.17b)
dengan an dan b konstanta. Sebagai contoh :
i. 1

x
x2
x3
( 1) n

...
...
2
4
8
2n

ii. x

x2
x3
x4
( 1) n 1 x n

...
...
2
3
4
n

(1.18)
iii. 1

( x 2)
2

( x 2) 2
3

( x 2) 3
4

...

( x 2) n
n 1

...

DERET 8

Deret pada persamaan (1.17a) merupakan keadaan khusus dari deret pada persamaan (1.17b)
dengan b=0.
Sebagaimana masalah utama deret konstan, masalah utama deret pangkat juga tentang
konvergensi tetapi karena ekspansi dilakukan terhadap variabel x, maka persoalannya adalah
penentuan daerah konvergensi (interval of convergence). Cara yang digunakan untuk daerah
konvergensi tersebut adalah uji rasio.
Contoh 1.11 :
Tentukan daerah konvergensi dari deret pada persamaan (1.18ii).
Jawab :
Suku ke-n daret, a n

(1) n 1 x n
n

dan suku ke-(n+1), a n 1

( 1) n 2 x n 1
n 1

Sehingga,
n

( 1) n 2 x n 1 ( 1) n 1 x n
:
n 1
n

n
x
n 1

dan
lim
n

n
x x
n 1

Syarat konvergen adalah < 1, karena itu

1.

Dengan demikian deret konvergen antara

-1 < x < 1. Selanjutnya, menentukan konvergensi pada ujung-ujung daerah konvergen yaitu
pada x = 1.
Jika x = 1, maka deret pada persamaan (1.18ii) menjadi menjadi
1

1
1
1

... yang konvergen.


2
3
4

Jika x = -1, maka deret pada persamaan (1.18ii) menjadi


1

1
1
1
1
1
1

... (1

...)
2
3
4
2
3
4

yang

divergen.
Akhirnya, daerah konvergen deret adalah -1 < x 1.
Contoh 1.12 :
DERET 9

Tentukan daerah konvergensi deret berikut :

( x 1) n

2n
n 1

Jawab :
( x 1) n
an
2n

dan a n 1

( x 1) n 1

2 n 1

sehingga,
n

( x 1) n 1
( x 1) n
:
2 n 1
2n

( x 1)
(karena tidak bergantung n).
2

Deret akan konvergen jika


x 1
2

1 atau

x 1 2

atau 1 x 3

sedangkan pada ujung x = 3, deret berubah

n 1

( x 1) n

2n

n 1

(3 1) n
1 1 1 ... yang divergen.
2n

Pada ujung x = -1, deret menjadi

n 1

( 2) n

2n

(1)

1 1 1 1 1 ... yang (juga) divergen.

n 1

Dengan demikian daerah konvergensi deret adalah 1 < x <3.

1.5 PENJABARAN FUNGSI MELALUI DERET PANGKAT (MC LAURIN DAN


TAYLOR)
Pada sub bab ini akan kita bahas uraian suatu fungsi f(x) sembarang dalam bentuk
deret. Untuk melihat prosedur uraian tersebut kita ambil contoh fungsi cosx; anggap fungsi
cosx mempunyai bentuk ekspansi :
cos x a 0 a1 x a 2 x 2 a 3 x 3 a 4 x 4 a5 x 5 ...

(1.19)

Misal, uraian ini juga berlaku di x = 0, maka a 0 = 1; Selanjutnya, jika didiferensiasi sekali
diperoleh
sin x a1 2a 2 x 3a 3 x 2 ...

Jika x = 0,

0 a1

Diferensiasi sekali lagi,


cos x 2 a 2 2.3a3 x 4.3a 4 x 2 ...

D E R E T 10

1 2a 2

Pada x = 0

maka

a2

1
2

Selanjutnya, didiferensiasi sekali lagi dan sekali lagi ambil x = 0, didapatkan :


sin x 6a 3 4.3.2a 4 x 5.4.3a 5 x 2 ...
0 6a 3 , maka a 3 0
cos x 4! a 4 5.4.3.2a 5 x 5.4.3a 6 x 2 ...
1 4! a 4 , maka a 4

1
4!

sin x 5! a 5 6! a 6 x 7.6.5.4.3a 7 x 2 ...


0 5! a 5 , maka a 5 0

dan seterusnya. Substitusi koefisien-koefisien an ke pers.(1.19), didapatkan :


cos x 1

x2
x4
x6
x8

...
2!
4!
6!
8!

(1.20)
Generalisasi prosedur di atas memberi bentuk umum
f ( x)

f n ( x)

n 0

x 0

n!

f ( 0) f ' ( x )

xn

x 0

f ' ' ( x)
2!

x 0

x2

f ' ' ' ( x)

x 0

3!

x 3 ...

(1.21)
Deret ini disebut deret Mc Laurin atau deret Taylor di sekitar (titik) asal.
Ekspansi f(x) di sekitar x = b, diberikan oleh :

f ( x ) f (b) f ' ( x)

f n ( x)

n0

n!

x b

x b

( x b)

f ' ' ( x)
2!

x b

( x b) 2

f ' ' ' ( x)


3!

x b

( x b) 3 ...

( x b) n

(1.22)
yang disebut deret Taylor. Di sekitar x = b.
Contoh 1.13 :
Ungkapkan ex dalam deret.
D E R E T 11

Jawab :
Karena diferensial n kali terhadap ex memberikan ex kembali dan pada x = 0, e0 = 1,
Maka

( x)

x 0

1.

Karena itu,
ex 1 x

x2
x3
x4

...
2!
3!
4!

(1.23)
dengan daerah konvergensi ditentukan seperti sebelumnya. Dari persamaan (1.23) tampak
bahwa
an

xn
,
n!

maka

x
n 1

sehingga 0 untuk semua x. Hal ini berarti deret pada persamaan (1.23) konvergen untuk
semua x.
Berikut ini disajikan beberapa bentuk deret fungsi yang populer :
i. sin x x

x3
x5
x7

...
3!
5!
7!

; untuk semua x

ii. cos x 1

x2
x4
x6

...
2!
4!
6!

; untuk semua x

iii. e x 1 x

x2
x3

...
2!
3!

x2
x3
x4

...
2
3
4
n(n 1) 2
n(n 1)(n 2) 3
1 nx
x
x ...
2!
3!

iv. ln (1 x) x
v. (1 x ) n

(1.24)

; untuk semua x
; 1 x 1
; x 1

Deret terakhir adalah deret binomial dengan n real sembarang, positif atau negatif.
1.6 PEMAKAIAN DERET UNTUK KOMPUTASI NUMERIK
Persoalan utama perhitungan pendekatan (aproksimasi) adalah menyangkut keabsahan
nilai aproksimasi tersebut terhadap nilai sesungguhnya. Untuk hal itu diperkenalkan konsep
sisa Rn(x) sebagai selisih antara nilai fungsi dan jumlah dari n+1 suku dari deret Taylor :

Rn ( x ) f ( x )

f (b) ( x b) f ' (b)

1
1
( x b) 2 f ' ' (b) ...
( x b) n f n (b)
2!
n!

(1.25)
D E R E T 12

Untuk deret konvergen


lim Rn ( x ) 0

(1.26)

Bentuk eksplisit Rn(x) diberikan oleh :


Rn ( x )

n 1

(c )( x b) n 1
(n 1) !

(1.27)

dengan a < c < x.


Misalkan suku dalam kurung ruas kanan persamaan (1.25) adalah Pn(x)
Pn ( x ) f (b) ( x b) f ' (b)

1
1
( x b) 2 f ' ' (b) ....
( x b) n f n (b)
2!
n!

(1.28)
maka persamaan (1.25) menjadi
Rn ( x ) f ( x ) Pn ( x )

(1.28a)

f n ( x ) Pn ( x ) Rn ( x )

(1.28b)

atau

Jika Pn(x) dipakai untuk menaksir f(x) dan kesalahan atas taksiran adalah > 0, berarti

Rn (x) , atau dari persamaan (1.28a)


f ( x) Pn ( x)
(1.29a)
yang ekivalen dengan

Pn ( x) f ( x) Pn ( x)

(1.29b)

Contoh 1.14 :
Hitung cos (33,6)o sampai suku ke-4, hitung juga besar kesalahannya.
Jawab :
Deret Taylor dari cos x,
Cosx cos b ( x b) sin b

Ambil b = 30o, maka x b

1
1
( x b) 2 cos b
( x b) 3 sin b
2!
3!

3,6


, sehingga
180
50

D E R E T 13

cos (33,6) 0 cos 30 0

50

sin 30 0

cos 30 0

3! 50

sin 30 0

1 1
1 1
3

50 2
2 ! 50 2
3! 50 2
0,8660254 0,03142857 0,001710842 0,00002
0,832905988

1
2

2 ! 50

0,8329

kesalahan taksiran R3(33,60)


cos

4 ! 50

R3 (33,6 0 )

dengan

33,6

180

karena 0 < cos < 1, maka


0 R3 (33,6 0 )

4 ! 50

0,000003

Contoh 1.15 :
Hitung

, teliti sampai 4 desimal.

Jawab :
Jika f(x) = ex, maka menggunakan uraian pada persamaan (1.24iii)
ex 1 x

x2
x3

...
2 ! 3!

atau
e x 1 x

x2
x3

...
2 ! 3!

sehingga harga taksiran ke-n,


Pn ( x) 1 x

x2
x3
( x) n

...
2!
3!
n!

dan sisa Rn,


Rn ( x)

Rn ( x) 0,00005,

diinginkan

Rn ( 12 )

e
x n 1
( n 1) !

n 1

; 0 x

maka

1
1
n 1
0,00005
e (n 1) !
2 (n 1) !

terpenuhi oleh n = 5. Karena itu harga taksiran untuk n = 5,


D E R E T 14

1
1
1
1
1

2
2!2 2
3!3 3
4!2 4
5! 2 5
1
1
1
1
1
1

2
8
48
384
3840
0,625 0,0208333 0,00260417 0,0002604
0,6065

Pn ( 12 ) 1

D E R E T 15

Anda mungkin juga menyukai