Anda di halaman 1dari 4

Nama

: Ahmad Edi Wibowo

NIM

: A92214077

Kelas

:VD

MatKul

: Metodologi Riset
Akulturasi Budaya Sedekah Bumi Sebagai Islamisasi di Indonesia

A; Latar Belakang
Hasil pemikiran, cipta, rasa, dan karsa manusia merupakan kebuadayaan yang
berkembang pada masyarakat. Pikiran dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia secara
terus-menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi. Sejalan dengan adanya penyebaran
agama, tradisi yang ada pada masyarakat dipengaruhi oleh ajaran agama yang berkembang.
Hal itu misalnya, terjadi pada masyarakat jawa yang jika memulai suatu pekerjaan senantiasa
diawali dengan membaca doa dan mengingat kepada tuhan yang Maha Esa, serta mayakini
adanya hal-hal yang bersifat gaib.1
Sedekah bumi atau bersih desa adalah suatu ritual budaya peninggalan nenek moyang
sejak ratusan tahun lalu. Dahulu pada masa Hindu ritual tersebut dinamakan sesaji bumi/ laut.
Pada masa Islam, terutama masa Wali songo (500 tahun yang lalu) ritual budaya sesaji bumi
tersebut tidak dihilangkan, malahan dipakai sebagai sarana untuk melestarikan /mensyiarkan
ajaran Allah yaitu ajaran tentang iman dan takwa atau didalam bahasa jawa diistilahkan eling
lan waspodo yang artinya tidak mempersekutukan Allah dan selalu tunduk dan patuh
mengerjakan perintah dan menjauhi larangan AIIah. Untuk mensyiarkan dan melestarikan
ajaran iman dan takwa, maka para Wali menumpang ritual budaya sesaji bumi/laut yang
dulunya untuk alam diubah namanya menjadi sedekah bumi yang diberikan kepada manusia
khususnya anak yatim dan fakir miskin tanpa membedakan suku, agama, ras, atau golongan.2
Ketika Islam datang ke indonesia, khususnya di pulau jawa yang disebarkan oleh para
Ulama (Wali Songo), dalam mendakwahkan agama Islam mereka menggunakan cara dengan
memasukkan niai-nilai ajaran Islam ke dalam Budaya Pra-islam. Hal itu berakibat agama
Islam mudah diterima oleh masyarakat Jawa.

1 Kuentjaraningrat, kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984). Hlm. 322.


2 Slamet DS, Upacara Tradisional Dalam Kaitan Peristiwa Kepercayaan, (Depdikbud, 1984), hlm.
168

Dengan adanya berbagai ritual dalam tradisi budaya yang dilaksanakan secara Islami
di Jawa, telah memperkokoh eksistensi ajaran Islam di tengah masyarakat Jawa, karena
berbagai tradisi Islam di Jawa terkait dengan siklus Islam tersebut, kemudian berkembang
hampir keseluruh pelosok tanah air, bahkan di desa-desa lain dimana komunitas orang-orang
muslim Jawa juga berkembang. Sebaliknya, ajaran Islam justru menjadi kuat ketika ia telah
mentradisi dan membudaya di tengah-tengah kehidupan masyarakat setempat.3
Bagi masyarak jawa sedekah Bumi tidak hanya sekedar rutinitas tahunan atau sebuah
perayaan. Akan tetapi Upacara Sedekah Bumi sedah menjadi kultur budaya lokal. Oleh
karena itu jelas bahwa salah satu tujuan dari pelalsanaan Upacara Sedekah Bumi ini
dikamsudkan untuk mempertahankan warisan budaya leluhur yang kaya akan simbol dan
makna.
Uapacara sedekah bumi yang tadiya merupakan ajaran murni Hindu-Budha, tetapi
setelah agama Islam datang banyak sekali unsur-unsur islam yang yang masuk dan dijadikan
bagian dari ritual upacara tersebut. Ini semu tidak lepas dari proses islamisasi yang dilakukan
oleh para Ulama dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Pertemuan antara Islam
dan Budaya Lokal berjalam secara alamiah dan memakan waktu yang lama, di tengah-tengah
kebudayaan modern yang terus berkembang, kebudayaan yang telah berakulturasi deng Islam
ini masih tetap bertahan dan dijalankan oleh masyarakat.
Koentjaraningrat juga mengartikan akulturasi sebagai suatu kebudayaan dalam
masyarakat yang dipengaruhi oleh suatu kebudayaan asing yang demikian berbeda sifatnya,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tadi lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan
ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dan kebudayaannya.4
Akulturasi antar suku yang berhubungan dan berbeda kebudayaan biasanya salah satu
dari bangsa yang berhubungan itu menduduki posisi yang dominan. Mula-mula istilah
tersebut dipakai dalam hubungan antara bangsa timur dan barat. Penduduk timur yang
didatangi barat akhirnya menyatakan diri jejak-jejak hubungan itu dalam segi
kehidupannya. Misalnya dalam pakaian, perumahan, pendidikan, pergaulan, ekonomi,
kesenian, dan lain-lain.

3 Ibrahim Buchari, Sejarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia (Terjemahan),
(Jakarta: FIS UI, 1983), hlm. 89
4 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II, (Jakarta: UI Press, 1990), hlm. 91

Malinowski dalam buku, The Dynamics Of Culture Change mengemukakan teori


untuk meneliti suatu proses akulturasi dengan pendekatan fungsional terhadap akulturasi
(fungsional approach to acculturation). Merupakan suatu kerangka yang terdiri dari tiga
kolom,

Pertama;

menjelaskan

tentang

keterangan

mengenai

kebutuhan,

maksud,

kebijaksanaan, dan cara-cara yang dilakukan oleh agen atau ulama untuk memasukkan
pengaruh kebudayaan asing ke dalam suatu kebudayaan tradisional. Kedua; menjelaskan
tentang jalannya proses akulturasi dalam suatu kebudayaan tradisional. Ketiga; menjelaskan
tentang reaksi masyarakat terhadap pengaruh kebudayaan Islam yang keluar dalam bentuk
usaha atau gerakan untuk menghindari pengaruh budaya asing, atau sebaliknya untuk
menerima dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan
mereka sendiri.5
B; Rumusan Masalah
Adapun masalah pokok dalam kajian tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1; Bagaimana Proses Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal Sedekah Bumi sebagai
sarana Islamisasi di Indonesia?
C; Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
1; Menjelaskan Prosesi Akulturasi Islam dengan budaya Lokal sedekah Bumi
sebagia sarana Islamisasi di Indonesia.

5 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II, (Jakarta: UI Press, 1990), hlm. 95

Anda mungkin juga menyukai