BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Konsep Dasar Penyakit Nyeri Kepala ( Migren)
1. Definisi
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu dari serangan
sakit kepala berat yang berulang-ulang.
Migren merupakan salah satu bentuk sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah. (Keperawatan Medikal Bedah,)
Migren adalah nyeri kepala berulang yang idiopatik, dengan serangan nyeri yang
berlangsung 4-27 jam, biasanya sesisi,sifatnya berdenyut, intensitas nyeri sedang-berat, di
perhebat oleh aktivitas fisik rutin, dapat disertai nausea,fotofoia dan fonofobia. Migern dapat
terjadi pada anak-anak dengan lokasi nyeri lebih sering bifrontal. (Kapita selekta,edisi
ketiga,jilid 2,2000)
Migren merupakan suatu kondisi yang kronis dan kumat-kumatan.
2. Epidemiologi
Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75 % diantaranya
adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10
40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih
sering diabndingkan migren yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1.
3. Etiologi
Penyebab migren tidak di ketahui jelas, tetapi ini dapat menyebabkan oleh gangguan
vascular primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan
kuat dalam keluarga. Sakit kepala migren juga disebabkan oleh terjadinya suatu kombinasi
antara vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan dilepaskannya suatu zat kimia dari serat
serat saraf yang menyelimuti pembuluh darah tersebut. Saat migren menyerang, arteri
temporal (arteri yang berjalan disekitar pelipis) akan melebar. Pelebaran ini akan
menyebabkan terjadinya peregangan pada serat saraf disekitar arteri sehingga merangsang
serat saraf ini melepaskan zat kimia. Zat ini akan menyebabkan terjadinya peradangan, dan
rasa sakit kepala sebelah (migren) yang luar biasa.
Berbagai factor dapat memicu serangan migren ditentukan oleh adanya defek biologis
herediter pada system saraf pusat. Antara lain :
a. Hormonal
Fluktuasi hormone merupakan factor pemicu. adanya glukosa meningkat 14% wanita hanya
mendapat serangan selama haid. Serangan migren berkurang selama kehamilan karena kadar
estrogen yang relative tinggi dan konstan, sebaliknya minggu pertama porspartum, 14 %
pasien mengalami serangan yang hebat karena turunnya kadar ekstradion. Pemakaian pil
kontrasepsi juga menyebabkan frekuensi serangan migren.
b. Menopause
c.
d.
e.
f.
g.
Umumnya nyeri kepala migren akan meningkatkan frekuensi dan berat ringannya pada saat
menjelang menopause. Tetapi , beberapa kasus membaik setelah menopause. Terapi hormonal
dengan estrogen dosis rendah dapat diberikan untuk mengatasi serangan migren pasca
menopause.
Makanan.
Berbagai makanan / zat dapat memicu timbulnya serangan migren. Pemicu migren tersering
adalah alcohol berdsasarkan efek vasodilatasinya dimana anggur merang dan bir merupakan
pemicu yang kuat. Makanan yang mrngandung tiramin, yang berasal dari asam amino
tiroksin, seperti keju, makanan yang diawetkan atau diragi, hati, anggur merah, yogurt,dll.
Makan lain yang pernah dilaporkan dapat mencetuskan migren adalah coklat (karena
mengandung feniletilamin) telur, kacang,bawang,pizza,alpokat,pemanis buatan (aspartame),
jeruk,pisang,daging babi,kopi,dan coca cola yang berlebihan.
Monosodium Glutamat
Adalah pemicu migren yang sering terjadi yaitu nyeri kepala yang disertai kecemasan ,
pusing,parastesia dan tangan, serta nyeri perut dan nyeri dada.
Obat-obatan
Seperti Nitrogliserin, nifedipin sublinguar, isosorbin-dinitrat, tetrasiklin, vitamin A dosis
tinggi, fluoksetin dll.
Lingkungan
Perubahan lingkungan dalam tubuh yang meliputi fluktuasi hormone pada siklus haid dan
perubahan hormonal bangun tidur dapat menimbulkan serangan akut migren. Perubahan
lingkungan eksternal meliputi cuaca, musim, tekanan udara, ketinggian dari permukaan laut,
dan terlambat makan.
Rangsangan Sensorik
Cahaya yang berkedap-kedip, cahaya silau, cahaya matahari yang terang, atau bau farfum, zat
kimia pembersih, rokok, sura bising dan suhu yang ekstrim.
4. Patofisiologi
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskemia
kortikal yang bervariasi. Serangan yang khas di mulai dengan vasokontriksi arteri kulit
kepala dan pembuluh-pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh-pembuluh darah
ekstrakranial dan intracranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan. Penelitian menyatakan bahwa dilatasi arteri menyebabkan hiperpermeabel
dan yang mensterilkan radang local,yang menyebabkab nyeri di sekitarnya dan dilatasi arteri.
Keadaan ini bertujuan untuk mengaktifkan zat-zat yang ada pada pembuluh darah
(histamine,serotin,plasmokinin) yang berpartisipasi dalam membersihkan reaksi inflamasi.
Serangan migren umumnya akan mengaktifkan saraf simpatis. Yang dimaksud dengan
saraf simpatis adalah saraf yang menjadi bagian dari sistem saraf manusia yang bertugas
untuk mengendalikan respon tubuh terhadap stress dan nyeri. Peningkatan aktifitas saraf
simpatis pada usus akan menyebabkan rasa mual, muntah dan diare. Aktifitas simpatis juga
akan menyebabkan lambatnya pengosongan lambung yang mengakibatkan penyaluran obat
ke usus halus untuk diserap juga akan terhambat. Hambatan penyerapan obat inilah yang
menjadi masalah bagi penderita migren bila diberikan obat secara oral. Peningkatan aktifitas
simpatis juga akan menurunkan aliran darah sehingga kulit akan tampak pucat dan dingin.
Peningkatan aktifitas saraf ini juga akan menyebabkan terjadinya peningkatan sensitifitas
terhadap cahaya dan suara.
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teori vaskular, adanya
gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak berkonstriksi sehingga terjadi
hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual dan menyebar ke depan. Penyebaran
frontal berlanjuta dan menyebabkan fase nyeri kepala dimulai. Teori cortical spread
depression, dimana pada orang migrain nilai ambang saraf menurun sehingga mudah terjadi
eksitasi neuron lalu berlaku shortlastingwave depolarizationol eh pottasium-liberating
depression(penurunan pelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi
neuron yang memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan
aktivitas neuron ketika melewati korteks serebri. Teori Neovaskular (trigeminovascular),
adanya vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf
trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene related).
CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang
pengeluaran mediator inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga bekerja
pada arteri serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain
itu, CGRP akan bekerja pada post junctional site second order neuron yang bertindak sebagai
transmisi impuls nyeri.
6. Manisfestasi klinis
Migren merupakan suatu kondisi yang khronis dan kumat kumatan. Sebagian besar
serangan migren juga disertai dengan sakit kepala yang lain. Sakit kepala migren sering
digambarkan sebagai sebuah sakit kepala yang hebat, berdenyut dan menyerang kepala pada
satu sisi. Kadang kadang sakit dirasakan di dahi, sekitar mata dan dibelakang kepala sehingga
mengaburkan gejala dengan sakit kepala yang lain. Walau sebagian besar migren menyerang
pada satu sisi kepala, namun sering juga dijumpai gejala migren pada kedua sisi kepala. Sisi
kepala yang terserang migren pun sering bergantian pada setiap kali serangan. Hati hati bila
sisi kepala yang terserang selalu sama, kemungkinan lain adalah terjadinya suatu tumor otak.
Penderita migren sering tersiksa dalam melakukan aktifitas sehari hari terutama saat serangan
terjadi. Gejala lain yang menyertai migren antara lain, mual, muntah, diare, wajah pucat, kaki
tangan dingin, serta penderita akan sensitif terhadap cahaya dan suara. Akibat terjadinya
peningkatan sensitifitas terhadap cahaya dan suara maka penderita migren harus berbaring di
ruangan yang sepi dan gelap. Serangan migren biasanya akan mereda dalam 4 sampai 72 jam.
Hampir 70% memiliki riwayat migren dalam keluarga. Sebagian besar wanita. Serangan
pertama migren biasanya di mulai saat remaja dan dewasa muda, kemudian cenderung
berkurang pada usia decade ke 5 dan 6. Biasanya terdapat factor memicu. Umumnya pasien
memiliki kepribadian yang perfeksionis,kaku,dan impulsive.
Gambaran klinis migren biasanya berupa nyeri kepala berdenyut yang bersifat unilateral
tetapi dan bilateral atau berganti sisi. Serangan migren umumnya 2-8 kali per bulan, lamanya
sekali serangan antara 4-24 jam atau isa lebih lama, intensitas nyeri sedang-berat, gejala
penyerta antara lain,: mual, muntah, fotofobia, dan / atau fonofobia,wajah pucat, vertigo,
tinnitus, iritabel. Pada migren dengan aura, gejala prodromalnya adalah
skotomata.teikopsia(spekta fortifikasi), fotofobia (kilatan cahaya) parestesia serta halusinasi
visual kehabisan tenaga, rasa lelah, sangat lapar dan rasa gugup / gelisah.
Sakit kepala sering muncul pada saat bangun tetapi hal ini dapat terjadi sewaktu-waktu.
7. Klasifikasi
a. Migren klasik
Didahului aura visual berupa skotoma, Kilatan cahaya, penglihatan kunang-kunang
atau garis-garis hitam putih,atau penglihatan kabur selama 10-20 menit. Kemudian timbul
nyeri kepala berdenyut unilateral yang makin berat berlangsung antara 1-6 jam. Biasanya
akan reda dalam waktu 6-24 kam tapi kadang-kadang lebih lama. Gejala penyerta yang sering
di jumpai adalah mual, muntah, fotofobia, fonofobia, iritabel dan malaise.
9. Penatalaksaan
Secara umum tata laksana berupa :
a. Saat serangan beri terapi simtomatik
b. Bila factor pencetus dikenali maka harus dihindari
c. Ansietas dan depresi harus diobati.
d. Relaksasi dan latihan pernafasan
Terapi untuk sakit migren dibagi dalam pendekatan abortif (simpatomatik) dan
pencegahan. Pendekatan abortif sangat baik dilakukan pada pasien yang sering mendapat
serangan dan ditujukan untuk mengurang dan membatasi serangan sakit kepala atu terjadinya
keadaan nyeri. Pendekatan pencegahan digunakan untuk pasien yang sering mengalami
serangan teratur atau interval yang dapat diramalkan dan terapi obortif digunakan dalam
menghindari keadaan medis ini.
Pelaksanaan serangan akut. Preparat ergotamine (digunakan per oral, sublingual, sub
kutan, intrmuskular, rectal atau melalui inhalasi) efektif dalam menghilangkan sakit kepala
jika digunakan pada awal proses migren. Ergotamine tatrat bekerja pada otot-otot polos, yang
menyebabkan kontriksi yang lama pada penbuluh darah cranial. Masing-masing dosis pasien
diberikan sesuai dengan kebutuhan individu. Efek samping yang terjadi terdiri dari sakit pada
otot-otot, parestesia, mual dam muntah. Kavergot adalah kombinasi ergotamine dan kavein
dapat, menahan atau mengurangi beratnya sakit kepala mencapai 90 % pada serangan migren,
ter4utama jika diberikan awal.
Sumatriptan (imitriks) adalah obat yang digunakan untuk mengobati migren akut dan
sakit kepala klaster pada satu sisi. Hasilnya lebih efektif daripada kavergot oral untuk migren
sedang sampai berat pada sebagian besar pasien. Untuk subcutan tersedia dalam bentuk
autoinjeksi untuk penggunaan segera. Intruksi cermat pada pasien penting untuk mencegah
reaksi obat.
Selama serangan akut, pasien dapat mengalami perbedaan dengan berbaring diam dalam
ruangan gelap dengan kepala sedikit dinaikan. Minum kopi hitam juga dapat menolong
beberapa pasien. Terapi simtomatik untuk migren terdiri dari analgetik, sedative, zat-zat anti
ansietas dan antiemetic.
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis dan fisiologis, mencegah
berlanjutnya dilatasi ekstrakranial, menghambat aksi media humoral ( misalnya serotonin dan
histamin), dan mencegah vasokonstriksi arteri intrakranial untuk memperbaiki aliran darah
otak.
Terapi tahap akut adalah ergotamin tatrat, secara subkutan atau IM diberikan sebanyak
0,25 0,5 mg. Dosis tidak boleh melewati 1mg/24 jam. Secara oral atau sublingual dapat
diberikan 2 mg segera setelah nyeri timbul. Dosis tidak boleh melewati 10 mg/minggu. Dosis
untuk pemberian nasal adalah 0,5 mg (sekali semprot). Dosis tidak boleh melewati 2 mg (4
semprotan). Kontraindikasi adalah sepsis, penyakit pembuluh darah, trombofebilitis, wanita
haid, hamil atau sedang menggunakan pil anti hamil. Pada wanita hamil, haid atau sedang
menggunakan pil anti hamil berikan pethidin 50 mg IM. Pada penderita penyakit jantung
iskemik gunakan pizotifen 3 sampai 5 kali 0,5 mg sehari. Selain ergotamin juga bisa obat
obat lain (lihat tabel 6). Terapi profilaksis menggunakan metilgliserid malead, siproheptidin
hidroklorida, pizotifen, dan propanolol. Selain menggunakan obat obatan, migren dapat
diatasi dengan menghindari aktor penyebab, manajemen lingkungan, memperkirakan siklus
menstruasi, yoga, meditasi, dan hipnotis.
10. Prognosis
Prognosis migrain adalah buruk. Kasus migrain masih terus dipelajari dan penelitian
dalam hal ini masih berlangsung. Migrain merupakan gangguan kronis dengan serangan
episodik dengan prognosis jangka panjang sangat bervariasi. Migrain mungkin memiliki
remisi sangat jinak (lengkap) atau relatif jinak (remisi parsial) prognosis. Dalam beberapa
kejadian , migrain menetap dan tidak dapat dihilangkan. Sebuah studi populasi baru-baru ini
menunjukkan bahwa, selama periode 1-tahun, 84% dari pasien dengan migrain bertahan
dengan diagnosis (ketekunan migrain); sekitar 10% mengalami remisi 1-tahun klinis lengkap,
dan 3% mengalami remisi parsial ; 3% migrain kronis lainnya dikembangkan. studi jangka
panjang mendukung konsep bahwa kasus migrain meningkat dengan usia dan juga bahwa
faktor risiko yang telah diidentifikasi (misalnya terlalu sering menggunakan obat, obesitas,
dll).
11. Pencegahan
Pencegahan migren adalah dengan mencegah kelelahan fisik, tidur cukup, mengatasi
hipertensi, mengurangi makanan (seperti keju, coklat, alkohol, dll.), makan teratur, dan
menghindari stress.
Askep meningitis
Askep meningitis
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Meningitis adalah radang umum araknoid dan piameter disebabkan
ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu
disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
meningitis purulenta dan meningitis serosa.macam-macam penyebab meningitis:
Meningitis Bakterial Adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau
semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis. Bakteri yang paling sering
menyebabkan meningitis adalah Eschericia Coli, Streptococcus group B, L.
monocytogenesis, Haemofilus influenza, Stapilokokus pneumoniae ,Nersseria meningitidis,
Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, Gram negative bacilli, Klebsiela dan
Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon
dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat
yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan
terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis
menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial.
Meningitis Tuberkulosa Adalah reaksi keradangan yang mengenai salah satu atau
semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis yang disebabkan oleh karena
kuman tuberkulosa.
Meningitis virus Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez
simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan
terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan
otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
C.
PATOFISIOLOGI
Infeksi langsung dengan adanya penetrasi trauma seperti fraktur tengkorak dan luka
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Trauma kepala
2.
Infeksi sistemik
3.
4.
Kelainan anatomi
5.
E.
MENIFESTASI KLINIS
Menifestasi klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala
Nyeri kepala yang kumat-kumatan, Nyeri pada otot-otot. Bingun yang kumat-kumatan,
perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku dan kaku kuduk biasanya terjadi 1 3
minggu sesudah keluhan
2.
Stadium lanjut
Kebingungan bertambah, delirium berfluktuasi dan gejala fokal makin menghebat dan
nyata.
F. PENCEGAHAN
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor
presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat
menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dalam rangka menegakan diagnosa meningitis bakterial,perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang,yaitu:
1.
3.
mikroorganisme
4.
MRI atau CT-Scan dengan atau tanpa kontras:untuk mengetahui adanya kelainan
H.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada meningitis bakterial adalah sebagai berikut:
1. Ventrikulus atau abses intraserebral dapat menyebabkan obstruksi pada CSS dan
mengalir keforamen antara ventrikel dan cairan serebral sehingga menyebabkan
hidrosefalus.eksudasi purullen yang menyebabkan penurunan CSS didalam granulasi
arakhnoid juga dapat menyebankan hidrosefalus.
2. Trombosis septik dari vena sinus dapat terjadi,mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial yang dihubungkan dengan hidrosefalus.
3.
4.
Stroke dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan hemisfer pada batang otak
5.
6.
Komplikasi lanjutan yang dapat dialami oleh klien adalah menjadi tuli akibat kerusakan
I.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Xylocain 1-2 %
Band-aid (pembalut)
Fase persiapan
1.
feses)
2.
3.
Untuk posisi terlentang,atur klien dalam posisi miring dengan bantal dibawah kepala dan
Intruksikan klien miring dengan dengan punggung membungkuk dan kaki ditekuk ke
abdomen dengan kedua taangan perawat membantu klien mengaatur posisi dengan menahan
lutut dan leher dibelakang
5.
6.
pemeriksaan
Rasional
1.
2.
3. Tulang punggung mengatur posisi horisontal.bantal diantara kedua kaki mencegah kaki
bagian atas jatuh ke depan
4.
Posisi ini memberikan pelebaran maksimal permukaan dan memudahkan jalan masuk
Memungkinkan klien dan mereka yang sulit mengatur posisi samping.posisi ini
Fase kerja
1.
Bersihkan permukaan kulit dengan cairan antiseptik,lakukan anestesi lokal dengan obat
anestesi lokal dengan obat anestesi pada permukaan kulit dan subkutan
2.
Jarum pungsi spinal dilalukan lumbal 3 dan lumbal 4 .jarum dimasukkan hingga
3.
perlahan
4.
Intruksikan klien untuk bernafas secara perlahan (tidak menahan nafas) dan tidak bicara
Sekutar 2-3ml cairan spinal dimasukkan kedalam ketiga tabung.aamati dan bandingkan
2.
3.
Manuver ini mencegah penurunan tekanan intraspinal palsu.tegangan otot dan kompresi
Dengan bernafas secara normal terjadi fluktasi cairan spinal didalam manometer.baatas
normal tekanan cairan spinal pada klien dengan posisi recumbent yaitu 70-200mlH2O
6.
Cairan spinal berwarna bening dan tidak berwarna .cairan spinal yang mengandung darah
Manset spigmomanometer dilingkarkan pada leher klien dan menaikkan tekanan sebesar
20mmHg (atau dengan bantuan tekanan vena jugular atau vena selama 10 menit)
2. Tekanan dapat terbaca dengan interval 10 detik
3.
Selain jarum dicabut ,pasang pembalut pada bekas tusukan jarum lumbal pungsi
Rasional
1.
vetebra,atau dislokasi).pada orang yang normal terjadi peningkatan CSS yang cepat sebagai
respon tekanan vena jugular seberapa normal kembali ketika kompresi dilepaskan.jika
tekanan vena jugular menurun atau meningkat secara perlahan ,berarti blokade berhubungan
dengan lesi kompresi jaringan subaraknoid.pemeriksaan ini dilakukan jika diperkirakan
terdapat lesi intrakranial.
3.
Fase follow up
1.
Rasional
1.
2.1 Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah sindrom
klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/
atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer,
2000).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah
gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh
darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan
aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.
kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak
dibagi dua, yaitu :
1. Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan serebri yang disebabkan hipertensi
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan serebellum.
1. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini beradal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini
berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
parenkim otak (Juwono, 1993). Pecahnya arteri dan kelurnya ke ruang subarakhnoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme
pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya).
2. Stroke Nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema sekunder.
Kesadaran umumnya baik.
Klasifikasi stroke dibedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
1) TIA. Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa
jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang
dari 24 jam.
2)
Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan neurologis
terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3)
Stroke komplet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
2.3 Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian
yaitu:
1. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain.
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi.
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh
penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat
menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan
kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak.
Disamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan
pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yaitu terjadinya peningkatan
viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya
kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada
pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.
6. Policitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga
perfusi otak menurun.
2.4 Patofisiologi
a. Stroke non hemoragik
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal
(trombosis, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan faktor penting
untuk otak, trombus dapat berasal dari plak aterosklerosis, atau darah dapat membeku pada
area yang stenosis, tempat aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat
pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus
mengakibatkan :
1. Iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan,
Gejala (Anamnesa)
Awitan (onset)
Waktu (saat terjadi awitan)
Peringatan
Nyeri kepala
Kejang
Muntah
Kesadaran menurun
Stroke Nonhemoragik
Sub-akut kurang
Mendadak
Bangun pagi/istirahat
+ 50% TIA
+/-
Kadang sedikit
+/Hari ke-4
Tanda adanya aterosklerosis
di retina, koroner, perifer.
Emboli pada kelainan katub,
fibrilasi, bising karotis
+
Angiografi
Oklusi, stenosis
CT scan
Koma.kesadaran menurun
Kaku kuduk
Tanda kernig
Edema pupil
Perdarahan retina
Bradikardia
Penyakit lain
Oftalmoskop
Stroke Hemoragik
Sangat akut/mendadak
Saat aktivitas
+++
+
+
+++
+++
++
+
+
+
Sejak awal
Hampir selalu hipertensi,
aterosklerosis, penyakit
jantung hemolisis (HHD)
+
Kemungkinan pergeseran
glandula pineal
Aneurisma, AVM, massa
intrahemister.vasospasme
Massa intrakranial densitas
bertambah (lesi hiperdensi)
Perdarahan retina atau korpus
vitreum
Tekanan
Normal
Meningkat
Jernih
Merah
< 250/mm3
>1000/mm3
Warna
Eritrosit
Arteriografi
EEG
Oklusi
Di tengah
Ada pergeseran
Bergeser dari bagian tengah
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak
yang terkena.
1. Pengaruh terhadap status mental
Tidak sadar : 30% 40%
Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar
1. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:
Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)
Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)
Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)
1. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)
inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena
1. Daerah arteri serebri posterior
Nyeri spontan pada kepala
Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)
Gejala
PIS
PSA
Dalam 1 jam
1-2 menit
Hebat
Sangat hebat
Umum
Sering fokal
Menurun
Menurun
+ (tidak ada)
Sementara
++
+++
+ (tak ada)
Timbulnya
Nyeri Kepala
Kejang
Kesadaran
Tanda rangsangan meningen
Hemiparese
Ganguan saraf otak
2.6 Prognosis
Banyak penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan fungsi normalnya.
Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan menatal dan tidak mampu bergerak,
berbicara atau makan secara normal. Sekitar 50% penderita yang mengalami kelumpuhan
separuh badan dan gejala berat lainnya, bisa kembali memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
Mereka bisa berfikir dengan jernih dan berjalan dengan baik, meskipun penggunaan lengan
atau tungkai yang terkena agak terbatas.
Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit. Yang berbahaya adalah stroke yang disertai
dengan penurunan kesadaran dan gangguan pernafasan atau gangguan fungsi jantung.
Kelainan neurologis yang menetap setelah 6 bulan cenderung akan terus menetap, meskipun
beberapa mengalami perbaikan.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
oksigen sesuai kebutuhan
4. Bed rest
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
2.8 Rehabilitasi
Rehabilitasi intensif bisa membantu penderita untuk belajar mengatasi kelumpuhan/kecacatan
karena kelainan fungsi sebagian jaringan otak. Bagian otak lainnya kadang bisa
menggantikan fungsi yang sebelumnya dijalankan oleh bagian otak yang mengalami
kerusakan.
Rehabilitasi segera dimulai setelah tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan penderita
stabil. Dilakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot, mencegah kontraksi otot dan
luka karena penekanan (akibat berbaring terlalu lama) dan latihan berjalan serta berbicara.
2.9 Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokkan berdasarkan :
1. Dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan tromboflebitis;
2. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas, dan
terjatuh;
4. Hidrosefalus
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah:
1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian
oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat
diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi
ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah
jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani, bermanifestasi
dengan kejang otot secara paroksisimal dan diikuti oleh kekakuan otot seluruh badan,
khususnya otot-otot massester dan otot rangka.
B. Penyebab
Spora bacterium clostridium tetani (C. Tetani). Kuman ini mengeluarkan toxin yang bersifat
neurotoksik (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat.
Termasuk bakteri gram positif. Bentuk: batang. Terdapat: di tanah, kotoran manusia dan
binatang (khususnya kuda) sebagai spora, debu, instrument lain. Spora bersifat dorman dapat
bertahan bertahun-tahun (> 40 tahun)
C. Tanda dan gejala
Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul:
1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut
(trismus)
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
a. Otot leher
b. Otot dada
c. Merambat ke otot perut
d. Otot lengan dan paha
e. Otot punggung, seringnya epistotonus
3. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
4. Iritabilitas
5. Demam
Gejala penyerta lainnya:
1. Keringat berlebihan
2. Sakit menelan
3. Spasme tangan dan kaki
4. Produksi air liur
5. BAB dan BAK tidak terkontrol
6. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang
Berdasarkan tipe tetanus
1. Tetanus local
o Kekakuan sekelompok otot yang dekat dengan invasi kuman
o Nyeri terus menerus, unyreling awal kelainan general
o anti toksin yang beredar tidak cukup menetralkan toksin yang menumpuk di sekitar tempat
masuk
o Dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan hilang tanpa bekas
o Tetanus ringan, kematian 1%
2. Tetanus sefalik
o Port dentre di kepala, leher, mata, telinga atau (jarang) pasca tonsilektomi
o Inkubasi 1-21 hari
o Kelumpuhan saraf II (optikus), IV (troklearis), VII (fasialis), IX (glosofaringeus), X (S.
vagus), XI (hipoglosus), sendiri atau kombinasi
o Prognosis jelek
3. Tetanus generalisata
o Port dentri: luka tusuk dalam, furunkulosis, cabut gigi, embedded splinter, ulkus dekubiti,
tusukan jarum tidak steril, fraktura komplikata yang menjadi supuratif
o mengenai seluruh otot skelet
o Tanda: irritable, trismus (kekakuan otot wajah) muka meringis, sulit menelan, kaku kuduk,
otot punggung epistotonus (punggung melengkung) dengan lengan fleksi dan abduksi,
kaku otot abdomen, disfagia, fotofobia
o Kejang generalisata mudah timbul dengan pacu ringan seperti :sentuhan angina, suara, cahaya
terang, hentakan tempat tidur, rabaan
o uji laboratorium tidak mempunyai peran diagnostic
D. Patofisiologi
Waktu inkubasi (mulai masuknya spora sampai munculnya
manifestasi klinik) umumnya 2-21 hari, dapat hanya 1 hari tapi juga dapat sampai berbulanbulan, ada hubungan antara inkubasi dengan jarak tempat invasi kuman sampai SSP (susunan
saraf pusat.
G. Pemeriksaan penunjang
-
EKG: interval CT memanjang karena segment ST. Bentuk takikardi ventrikuler (Torsaderde
pointters)
Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau lebih rendah kadar fosfat
dalam serum meningkat.
Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto Rontgen pada jaringan subkutan atau basas
ganglia otak menunjukkan klasifikasi.
H. Penatalaksanaan
1. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
a.
b. Antitoksin kuda
Serum anti tetanus (ATS) menetralisir toksin yang masih beredar.
Dosis: 100.000 unit, dibagi dalam 50.000 unit IM dan 50.000 unit IV, pelan setelah dilakukan
skin test
2. Perawatan luka
a.
Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan terbuka (jaringan nekrosis
atau pus membuat kondisis baik C. Tetani untuk berkembang biak)
b. Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg BB/24 jam IV) selama 10 hari
c.
Alternatif
Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3 atau 4 dosis
Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.
Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya dapat dihentikan dengan
membasmi kuman tersebut.
3. Berantas kejang
a.
Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2 jam untuk optimum level,
yaitu pasien tenag setengah tidur tetapi berespon segera bila dirangsang
Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15 mg/kg BB/24 jam: mungkin 2-6
minggu
4. Terapi suportif
a.
d. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral, hindari dehidrasi. Selama
pasase usus baik, nutrisi interal merupakan pilihan selain berfungsi untuk mencegah atropi
saluran cerna.
e.
I.
Komplikasi
1. Hipertensi
2. Kelelahan
3. Asfiksia
4. Aspirasi pneumonia
5. Fraktur dan robekan otot
Mortalitas 44-55%. Faktor yang berpengaruh jelek adalah: luasnya otot yang terlibat, panas
tinggi, masa inkubasi yang pendek. Kematian biasanya terjadi pada minggu pertama sakit
J. Pencegahan
1. Imunisasi tetanus
Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah suntukan
a.
tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku
dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul proksimal, dapat
dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul
spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin
bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang
ringan dan biasanya pada stadium akhir
2.5 Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
1). Badan kaku dengan epistotonus
2). Tungkai dalam ekstensi
3). Lengan kaku dan tangan mengepal
4). Biasanya keasadaran tetap baik
5). Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
a
b
Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur
vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang suhu
dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.
2.6 Pemeriksaan diagnostik pada Tetanus
1). Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang
2). Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan otak, deteksi kuman
sulit
3). Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
2.7 Komplikasi pada Tetanus
1). Bronkopneumoni
2). Asfiksia dan sianosis
2.8 Prognosa
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala. Tetanus
memiliki angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada penderita yang sangat
muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya memburuk dengan segera atau jika
pengobatan tertunda, maka prognosisnya buruk.
Dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat memperburuk keadaan yaitu :
1. Masa Inkubasi yang pendek (kurang dari 7 hari)
Umum
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera
diberikan :
1). Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar luka
9tidak boleh diberikan IV).
2). Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip;
Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6 jam,
paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.
3). Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis
ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa.
4). Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg IV
untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan sindroma
overaktivitas sempatis jantung.
5). Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan
yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.
6). Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengan tetraciklin
atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.
11). Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi optot dan
ambulasi selama penyembuhan.
1. b. Pembedahan
1). Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi
trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
2). Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.