Anda di halaman 1dari 36

BLOK 13 PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATHY 1

MODUL 4 GIGI TIRUAN LENGKAP

Disusun oleh :
Kelompok 4

Aji Ayu Nurbianti

1310015108

Annisa Fairus Syafira

1310015094

Shalahudin Al Amin

1310015113

Madherisa Paulita

1310015099

Tutor : drg. Imran Irsal

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena terselesaikannya
laporan belajar mandiri Blok 13 Modul 4 tentang Gigi Tiruan Lengkap. Laporan ini dibuat sesuai
dengan sasaran pembelajaran yang sudah diberikan untuk setiap kelompoknya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
bekerjasama dengan kami dalam proses pembuatan laporan belajar mandiri ini. Pertama, kami
berterima kasih kepada drg. Imran Irsal selaku penanggung jawab dalam modul ini yang telah
dengan sabar menuntun kami selama proses berlangsungnya pembelajaran ini . Terima kasih pula
kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok4. Tidak lupa juga kami berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi maupun
membuat laporan belajar mandiri ini.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu,
kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga laporan
ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan pengetahuan.

Samarinda, 14 Desember 2016


Hormat kami,

Kelompok 4

DAFTAR ISI

Kata pengantar ....................................................................................................... 2


Daftar isi.................................................................................................................. 3

BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2. Tujuan............................................................................................................. 4
1.3. Manfaat .......................................................................................................... 4

BAB 2 Pembahasan
1. Definisi GTL.. 5
2. Indikasi dan Kontraindikasi GTL..

3. Faktor Keberhasilan Perawatan GTL ..6


4. Overdenture dan Immediate Denture.

5. Pemeriksaan dalam Perawatan GTL .22

BAB 3 Penutup
3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 35
3.2. Saran ............................................................................................................... 35

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 36

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi
asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang semua gigi
geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat
mempengaruhi keadaan psikis.
Tujuan pembuata gigi tiruan lengkap adalah untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang
sehingga dapat memperbaiki atau mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis,
serta memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan
edentulous.Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geligi, maka prosessus alveolaris akan
mengalami penyusutan yang disebut residual ridge. Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3
minggu, tetapi ada yang sampai berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan
(atropi processus) alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang
disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik.
Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan rahang atas (RA)
sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik.
Mandibula menjadi protusif dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint.

1.2 Tujuan
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar dapat memahami indikasi dan
kontraindikasi, faktor-faktor keberhasilan dalam perawatan, overdenture dan immediate denture
serta pemeriksaan yang diperlukan dalam membuat perencanaan perawatan GTL.

1.3 Manfaat
Makalah ini berisi materi indikasi dan kontraindikasi, faktor-faktor keberhasilan dalam
perawatan, overdenture dan immediate denture serta pemeriksaan yang diperlukan dalam
membuat perencanaan perawatan GTL. Hal itu diharapkan akan lebih memudahkan mahasiswa
dalam memahami dan mencari bahan referensi lain terkait perawatan gigi tiruan lengkap (GTL).
4

BAB II
PEMBAHASAN

Gigi Tiruan Lengkap Lepasan (GTL)

1. Definisi
Geligi tiruan lepas dibagi menjadi geligi tiruan lengkap dan geligi tiruan sebagian. Bila
seorang individu kehilangan seluruh giginya dan minta dibuatkan geligi tiruan, maka geligi
tiruan yang akan dibuat adalah geligi tiruan lengkap lepas (Itjingningsih,2012).
Selain itu juga untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki
dan mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis serta memperbaiki kelainan,
gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous. (Itjingningsih,2012).

2. Indikasi dan Kontraindikasi GTL

A. Indikasi
1) Adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai
beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin
diperbaiki,
2) Keadaan processus alveolaris masih baik.
3) Keadaan mulut dan kondisi umum pasien baik.
4) Tidak sedang menderita penyakit sistemik.
5) Pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap dan adanya persetujuan mengenai
waktu, biaya serta prognosa dalam perawatan gigi tiruan lengkap. (Tomlin HR.
1996.)

B. Kontra Indikasi
1). Pasien yang tidak kooperatif dan tidak setuju meluangkan waktu dan biaya selama
perawatan gigi tiruan lengkap.
2). Pasien dengan usia lanjut, harus mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien tersebut
3). Adanya penyakit sistemik yang diderita pasien
5

4). Oral Hygine yang buruk


5). Riwayat alergi bahan
3. Faktor-Faktor Keberhasilan dalam Perawatan Gigi Tiruan Lengkap
Suatu perawatan

prostodontik dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa

persyaratan, antara lain retensi dan stabilisasi gigitiruan yang baik, dukungan yang cukup, oklusi
harmonis, estetik serta nyaman dan tidak menimbulkan rasa sakit pada jaringan rongga mulut.
Retensi merupakan daya tahan terhadap gaya yang melepaskan gigitiruan dalam arah yang
berlawanan dengan arah pemasangan. Retensi disebut juga sebagai usaha mempertahankan
posisi gigitiruan didalam rongga mulut yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adhesi,
kohesi, tegangan permukaan antar fasial, daya tarik-menarik kapiler, tekanan atmosfer dan otototot rongga mulut dan wajah. Stabilitas merupakan kemampuan gigitiruan untuk dapat bergerak
secara horizontal dengan baik dan konstan posisinya bila tekanan jatuh padanya. Kestabilan
gigitiruan didapat dari kontak rapat antara basis gigitiruan dengan mukosa, besar dan bentuk
daerah pendukung, kualitas cetakan fisiologis, bentuk permukaan yang dipoles serta lokasi dan
susunan anasir gigitiruan.
Sedangkan dukungan merupakan daya tahan gigitiruan terhadap komponen vertikal dari
pengunyahan atau tekanan-tekanan lain yang dijatuhkan ke arah daerah pendukung. Dukungan
terhadap gigitiruan didapat dari tulang rahang atas dan rahang bawah serta jaringan mukosa yang
menutupinya. Dukungan akan bertambah dengan pemberian tekanan selektif yang serasi dengan
kekenyalan jaringan yang tersedia untuk dukungan
Retensi dan Stabilisasi bagi pasien edentulus penuh, kesuksesan perawatan gigi tiruan
penuh dipengaruhi oleh fenomena biomekanikal terhadap dukungan, stabilitas dan retensi.
Masalah utama dalam konstruksi gigitiruan penuh adalah berkurangnya tulang alveolar rahang
bawah yang mengakibatkan kurangnya retensi dan stabilisasi.
Retensi didefinisikan sebagai ketahan gigitiruan untuk tidak terlepas dalam arah vertikal
atau daya tahan gigitiruan terhadap gaya yang menyebabkan pergerakan ke arah yang
berlawanan dengan arah pemasangannya. Retensi pada gigitiruan penuh rahang atas jarang
memperlihatkan masalah yang begitu serius disebabkan lokasi area seal yang cukup konstan dan
tidak bergerak selama rongga mulut berfungsi. Sedangkan pada rahang bawah, retensi
bergantung pada sealdalam gaya yang sama dengan gigitiruan penuh rahang atas, namun area
6

sealtidak langsung siap untuk ditempati dan juga memiliki pergerakan yang cukup besar selama
dilakukannya fungsi umum dari mulut. Stabilitas adalah ketahanan gigitiruan terhadap perubahan
yang disebabkan oleh kekuatan ketika gigitiruan berfungsi. Stabilitas merupakan kemampuan
gigitiruan untuk bertahan terhadap gaya horizontal. Stabilitas akan semakin besar ketika
kekuatan untuk menjaga gigitiruan tetap pada tempatnya lebih besar daripada kekuatan untuk
melepaskannya. Kurangnya stabilitas digambarkan pasien dengan gigitiruan penuh yang terasa
longgar.
Faktor yang Mempengaruhi Retensi dan Stabilisasi Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap retensi gigitiruan penuh adalah:
1. Faktor anatomi, yang meliputi:
a. Ukuran denture bearing area
b. Kualitas denture bearing area
2. Faktor fisiologis Viskositas saliva menentukan retensi gigitiruan penuh. Saliva yang kental
yang terakumulasi diantara permukaan jaringan gigitiruan penuh dan palatum menyebabkan
kehilangan retensi. Sementara saliva yang encer akan mempengaruhi retensi gigitiruan penuh.
3. Faktor fisis, yang meliputi:
a. Adhesi merupakan daya tarik fisik pada molekul yang berbeda antara yang satu dengan
lainnya. Pada gigitiruan penuh didapati antara saliva dengan permukaan gigitiruan penuh
dan mukosa.
b. Kohesi adalah daya tarik fisik pada molekul yang sama antara satu dengan lainnya.9,40
Gaya kohesif ini terdapat pada lapisan tipis saliva, dimana viskositas saliva memainkan
peranan penting terhadap kohesi tersebut.
c. Tegangan permukaan interfasial merupakan daya tahan terhadap pemisahan yang
dipengaruhi oleh lapisan cairan antara dua permukaan yang beradaptasi dengan baik.
d. Daya tarik kapiler adalah gaya yang dihasilkan dari tekanan permukaan yang dapat
menyebabkan naik turunnya permukaan cairan saat berkontak dengan benda padat.
e. Tekanan atmosfer berperan dalam melawan gaya yang melepas gigitiruan penuh jika
memiliki seal yang efektif disekeliling batas gigitiruan penuh. Retensi oleh tekanan
atmosfer secara langsung sebanding dengan area yang ditutupi oleh basis gigi tiruan
penuh..

4. Faktor mekanis, yang meliputi:


a. Undercut /gerong
b. Pegas retentif
c. Gaya magnetik
d. Gigi tiruan adesif
e. Suction chambers dan suction disc
5. Faktor otot dapat digunakan untuk meningkatkan retensi pada gigitiruan penuh. Otot
buksinator, orbikularis oris, otot instrinsik dan ekstrinsik dari lidah merupakan otot yang
dimanfaatkan dokter gigi untuk mencapai tujuan ini dengan bantuan teknik mencetak.Terdapat
keseimbangan antara aksi gaya dari otot-otot bukal dan lidah yang disebut dengan neutral
zone. Neutral zone merupakan ruangan antara lidah, bibir dan pipi dalam rahang yang
edentulus.
Beresin dan Schisser menganjurkan agar gigi tiruan penuh sebaiknya disusun dalam
neutral zone untuk mencapai retensi yang baik Dengan memanfaatkan konsep neutral zone,
daya melepaskan dari otot akan dengan mudah menjadi gaya retensi pada gigitiruan penuh.
Selama aktifitas fungsional mulut, tekanan dari lidah dinetralkan menggunakan tekanan pipi
dan bibir dalam neutral zone ini.38 Sebaliknyaposisi lidah yang menyentuh permukaan
lingual dari gigi merupakan aksi lidah untuk menetralkan tekanan yang berasal dari pipi
maupun bibir. Lidah memiliki beberapa bentuk dan posisi selama berbicara, mengunyah serta
menelan dan seluruh fungsi ini konstan terhadap kontak dengan permukaan lingual gigi,
prosesus alveolar dan palatum. Oleh karena kontak inilah lidah menjadi faktor yang dominan
dalam menetapkan neutral zone. Lidah yang berkontak dengan sayap lingual anterior pada
gigi tiruan penuh rahang bawah merupakan hal yang sangat penting terhadap retensi gigi
tiruan penuh.
Selain itu ketika posisi lidah rendah dihubungkan dengan puncak linggir rahang bawah
atau posisi yang retracted dihubungkan dengan linggiranterior maka retensi dari gigitiruan
penuh rahang bawah akan buruk.Ukuran dan posisi gigi geligi gigitiruan penuh serta kontur
permukaan poles memberikan pengaruh terhadap stabilitas gigitiruan penuh rahang bawah
apabila dihadapkan pada gaya tidak stabil yang dihasilkan lidah, bibir dan pipi.

Faktor yang berpengaruh terhadap stabilisasi gigitiruan penuh adalah:


a. Hubungan dari permukaan eksternal dan batas luar gigitiruan terhadap otot orofasial sekitar.
b. Hubungan basis gigitiruan terhadap jaringan-jaringan dibawahnya.
c. Hubungan antara permukaan oklusal yang berlawanan.

3. Overdenture dan Immediate Denture Gigi Tiruan Lengkap

Immediate Denture dan Overdenture


Immediate Denture
Immediate denture didefinisikan sebagai gigi tiruan lengkap atau gigi tiruan sebagian
lepasan yang dibuat untuk dipasang segera setelah pencabutan gigi- GPT. Immediate denture
merupakan gigi tiruan yang dibuat sebelum semua gigi dicabut dan dipasang segera setelah
pencabutan gigi. Mereka juga dapat menjadi overdenture. Pada umumnya immediate denture
dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu:

Interim Immediate denture (Gigi Tiruan Immediate sementara)

Convensional immediate denture (Gigi Tiruan Immediate konvensional)

Interim Immediate Denture


Interim Immediate denture dapat didefinisikan sebagai sebuah protesa gigi yang akan
digunakan untuk jangka waktu yang singkat untuk alasan estetika, pengunyahan (mastikasi),
dukungan oklusal, atau kenyamanan atau untuk kondisi pasien yang gigi aslinya sudah hilang
sampai gigi tiruannya tersedia - GPT.
Immediate denture ini bersifat sementara, selama masa penyembuhan pasien dan untuk
9

menjaga kontur linggir, sampai gigi tiruan permanen dapat dibuat. Terutama diindikasikan pada
pasien dengan penyakit periodontal untuk ekstraksi seluruhnya. Mereka membantu menjaga
kontur linggir sampai gigi tiruan permanen dapat dibuat.
Keuntungan dari Interim Immediate denture

Bentuk dan tinggi linggir terjaga

Secara psikologi bermanfaat untuk pasien

Dapat digunakan sebagai pengganti gigi tiruan sementara ketika gigi tiruan permanen
sedang dibuat atau mengalami perbaikan atau di-rebasing

Dokter gigi akan mudah mendapatkan dimensi vertikal dan relasi rahang pasien.

Pada pasien yang menunjukkan perubahan atrofi karena kehilangan gigi dalam jangka
panjang

interim

immediate

denture

membantu

untuk

memperbaiki

sendi

temporomandibular dan otot-otot mulut.

Prosedur Perawatan

Membuat cetakan alginat dan diduplikasikan. Duplikasi model untuk membuat gigi
tiruan. Master model untuk membuat base plate, oklusal rim, dan mencatat relasi rahang
dan susunan gigi.

Sebelum menuangkan gips batu pada duplikasi model, lilin cair dituangkan ke dalam gigi
yang akan diekstraksi. Setelah lilin mendingin , sisa ruangan dalam cetakan dituangkan
gips batu. Duplikasi model akan mempunyai struktur anatomi dalam gips batu kecuali
gigi yang akan dicabut, yang telah berisi lilin.

10

Master model langsung dituangkan gips batu tanpa harus memasukkan lilin. Master
model yang seluruhnya terbuat dari gips batu digunakan untuk membuat adaptasi base
plate, membuat oklusal rim, dan penyusunan gigi.

Base plate diadaptasikan dan oklusal rim telah dibuat pada master model.

Relasi rahang dicatat. Master model diartikulasikan menggunakan catatan relasi rahang
dan dilakukan penyususnan gigi artificial.

Lakukan try-in

Setelah try-in, gigi tiruan dipasangkan pada master model, perlu diingat gigi yang diganti
dengan lilin pada model. Maka, kita mempunyai gigi tiruan percobaan, yang
menggantikan gigi yang hilang dan berbentuk lilin, yang menggantikan gigi yang akan
diekstraksi.

Pola lilin di pendam dan pembuangan lilin. Gigi yang akan diekstraksi akan menjadi
cekungan dalam flask mould. Protesa gigi dihilangkan. Akrilik self-cure ditempatkan ke
semua model gigi yang akan diekstraksi dan yang sudah diekstraksi di dalam flask
menggunakan metode sprinkle-on. Hal ini dilakukan sehingga semua gigi memiliki
11

warna yang sama karena tidak mungkin untuk mencocokkan gigi self-cure dengan gigi
buatan pabrik.

Heat-cure gigi tiruan basis resin memenuhi model yang tersisa dan dipolimerisasi. Gigi
tiruan akan menyerupai gigi yang akan diekstraksi.

Pemasangan gigi tiruan dilakukan setelah ekstraksi gigi selesai dilakukan. Gigi yang akan
ekstraksi kemungkinan akan mengalami trauma. Perawatan harus dilakukan untuk
menjaga jaringan lunak dan menghindari metode terbuka, penjahitan, alveoloplasty dan
lain-lain.

Insersi pada gigi tiruan sementara merupakan awal dan bukan akhir dari perawatan.
Pasien harus melakukan kontrol untuk melakukan penyesuaian oklusal dan penyesuaian
jaringan dengan material dan lain-lain.

Immediate Denture Konvensional


Immediate Denture Konvensional merupakan sebuah Immediate Denture, yang kemudian
dapat dimodifikasi sebagai permanen protesa. Biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami
ekstraksi total. Garis besar persiapan perawatan Immediate Denture Konvensional terdiri dari
12

ekstraksi gigi posterior diikuti oleh ekstraksi gigi anterior. Ridge pada regio posterior
diperhitungkan sembuh sebelum ekstraksi gigi anterior. Insersi gigi tiruan dilakukan pada saat
ekstraksi gigi anterior.
Indikasi

untuk pasien dengan gigi yang rapuh karena jaringan periodontalnya, indikasi ekstraksi

untuk orang yang aktif secara sosial yang sangat sadar diri akan penampilannya

Keuntungan

memberikan keuntungan psikologi pada pasien. Pasien tidak terlihat tidak bergigi pada
satu waktu pun

muscle tone dan dimensi vertikal dipertahankan

relasi sentrik mudah dicatat

nyeri pasca pencabutan berkurang, karena soketnya segera ditutup

mencegah pendarahan dan infeksi pasca pencabutan karena aksinya yang protektif.
Kerjanya seperti splint untuk jaringan

pemilihan dan penyusunan ukuran dan bentuk gigi lebih mudah dilakukan

memberikan kemudahan kepada pasien untuk beradaptasi pada protesa permanennya

Kerugian

membutuhkan waktu yang lebih lama pada kunjungan

lebih mahal

13

karena perbedaan posisi gigi, relasi sentrik dan oklusi sentrik sulit untuk dicatat

prosedur try-in tidak dapat dilakukan. Maka dokter tidak dapat memperkirakan hasil
akhir gigi tiruan

pasien akan sulit bicara dan mengunyah untuk sementara

Prosedur Perawatan

gigi posterior diekstraksi dan soket akan sembuh (ini tidak mempengaruhi estetik pasien)

bahan cetak alginat dibuat dengan bantuan sendok cetak. Model diagnosa dipersiapkan
dari cetakan tersebut

dua lapisan lilin digunakan untuk menutupi undercut dari area tidak bergigi dari model.
Cetakan dibuat menutupi model diagnostic yang digambarkan pada bab 6. Batas cetakan
dipotong 1 mm dibawah sulkus untuk border moulding

border moulding diselesaikan dengan menggunakan greenstick compound

ruang kosong dihilangkan dan perforasi dibuat pada badan cetakan untuk mengeluarkan
sisa bahan cetak selama pembuatan cetakan

light bodied elastomer digunakan sebagai bahan cetaknya

oklusal rim dibuat pada dasar temporary denture yang menutupi area endentoulus

penyesuaian gigi posterior selesai dilakukan


14

gigi anterior pada model utama dipotong hingga margin servikal dan dihaluskan. Bagian
ridge lap (servikal) pada gigi artifisial dipotong dan disusun pada model yang utama

gigi artifisial disusun pada area gigi yang akan diekstraksi. Penyusunan gigi harus sesuai
dengan gigi yang ada pada protesa gigi

gigi tiruan dibuat dengan proses flasked, de-waxed, packed, processed and finished

selama insersi, sisa gigi anterior diekstraksi. Gigi tiruan ditempatkan pada mulut pasien

jika gigi tiruan tidak ditempatkan dengan baik, permukaan jaringan pada gigi tiruan harus
dikurangi hingga gigi tiruan ditempatkan dengan benar

oklusi harus diperbaiki. Jika gigi tiruan mempunyai adaptasi yang buruk, tissue
conditioners harus digunakan untuk membatasi permukaan jaringan gigi tiruan

Intruksi Pasien

pasien harus disarankan untuk selalu memakai gigi tiruan selama 48 jam kedepan

disarankan diet lunak

kompres dingin digunakan untuk mengurangi nyeri dan bengkak postekstraksi

pasien harus dipanggil lagi untuk memeriksa adanya ulser, iritasi jaringan lunak dan
untuk melapisi kembali gigi tiruan.

15

TOOTH-SUPPORTED OVERDENTURE

Didefinisikan sebagai prostesis gigi yang menggantikan struktur gigi hilang pada rahang
atas dan/atau rahang bawah yang menerima dukungan parsial atau stabilitas dari satu atau
beberapa gigi asli yang dimodifikasi. Dikenal sebagai hybrid dentures atau tooth-supported
complete denture.

Tooth-supported overdenture

Mempertahankan gigi asli sebagai gigi penyangga untuk gigi tiruan dapat mengurangi
perkembangan resorpsi residual ridge. Beberapa gigi penyangga dapat digunakan untuk tujuan
ini, bahkan penyangga dengan saluran akar yang telah dimodifikasi dapat digunakan. Perawatan
endodontik biasanya dilakukan sebagai perawatan saluran akar.

Konsentrasi tegangan dapat dibagi antara dukungan daerah gigi tiruan dengan gigi
penyangga. Overdenture dapat mengurangi resorpsi residual ridge, fungsi stabilitas yang lebih
besar untuk menjaga bentuk linggir tersisa yang dekat dengan gigi sandaran, retensi yang lebih
baik khususnya bila kaitan digunakan pada protesa di rahang bawah, peningkatan efisiensi
pengunyahan karena stabilitas dan retensi yang lebih baik, dan tekanan pada mukosa berkurang.

Indikasi dari Overdenture


- Untuk dukungan yang lebih baik ;
- Pasien dengan gigi yg sudah rusak ;
- Untuk anomali congenital seperti microdontia, amelogenesis imperfecta, dentinogenesis
imperfecta, dan partial anodontia ;
- Pasien dengan ukuran dan posisi rahang yang abnormal dimana kontraindikasi perawatan
orthognathic surgery.
16

Perawatan ini biasanya diindikasi untuk :


Grup 1 :
Pasien dengan gigi yang tersisa yang masih mungkin dirawat baik saluran akar maupun
periodontal yang terlibat.

Grup 2 :
Pasien dengan gigi yang sudah sangat parah. Ekstraksi selektif harus dilakukan setelah
pemeriksaan menyeluruh dari intraoral pasien.

Pertimbangan Umum Selama Diagnosis dan Perencanaan Perawatan Overdenture


Pemeliharaan kesehatan periodontal
Setelah perencanaan overdenture sebuah direncanakan dan dikonstruksi, tugas dari pasien
untuk mempertahankan gigi bebas dari plak. Dokter gigi harus memeriksa pocket seluruh gigi
penyangga. Kegagalan untuk melakukan hal ini dapat menyebabkan kehilangan sebuah gigi
penyangga

Pengurangan rasio mahkota-akar


Pengurangan ukuran mahkota selama persiapan gigi penyangga dapat bermanfaat bagi gigi,
karena mengurangi rasio mahkota-akar dan mengurangi kekuatan leverage yang bekerja pada
gigi.

Keberhasilan terapi endodontik


Terapi endodontik mungkin diperlukan untuk gigi penyangga sebagian besar karena mereka
membutuhkan pengurangan mahkota luas. Interval dua minggu sampai empat harus disediakan
setelah selesai terapi endodontik untuk menentukan keberhasilannya sebelum menjalankan
perawatan lebih lanjut.

Adaptasi dan memperluas landasan dari dukungan daerah gigi tiruan


Basis gigi tiruan harus disesuaikan juga dengan jaringan lunak untuk mencegah akumulasi
sisa-sisa makanan dan pemerataan gaya yang bekerja pada gigi tiruan.

17

Desain gigi tiruan


Sebagai basis gigi tiruan untuk overdenture yang tipis, maka harus diperkuat dengan logam.

Mudah digunakan
Pasien harus dengan mudah dapat memasukkan dan mengeluarkan gigi tiruan tanpa
mengganggu pada dasar gigi tiruan atau gigi penyangga.

Keuntungan dari Overdenture


- Mempertahankan integritas residual ridge ;
- Meningkatkan retensi dan stabilitas gigi tiruan ;
- Meningkatkan

proprioception

guna

menuntun

untuk

memperbaiki

pengendalian

neuromuskular. Ini membantu dalam mengatur kekuatan gigitan pada gigi tiruan ;
- Efek psikologis pada pasien seperti ekstraksi dapat dihindari ;
- Hampir dapat digunakan secara universal ;
- Jika ada kegagalan penyangga, yang penyangga dapat diekstraksi dan overdenture dapat
relined dan dijadikan gigi tiruan lengkap konvensional.

Kerugian dari Overdenture


- Melakukan konsultasi gizi, mengukur kebersihan mulut dan aplikasi fluoride harus dilakukan
secara berkala ;
- Tinggi insiden karies dan penyakit periodontal di sekitar gigi penyangga gigi tiruan ;
- Review berkala diperlukan untuk memverifikasi kesehatan jaringan pendukung dari
penyangga overdenture ;
- Lebih mahal dari gigi tiruan konvensional karena:
1. terapi endodontik dan restorasi koronal mungkin diperlukan untuk penyangga overdenture
tertentu;
2. sebagian kasus membutuhkan basis gigi tiruan logam cor, jika landasan akrilik terlalu lemah
untuk digunakan;
3. desain tambahan dan pekerjaan laboratorium diperlukan.
- Tidak dapat digunakan dalam kasus-kasus dengan ruang interarch berkurangnya, undercut
bony berdekatan dengan gigi penyangga ;
18

- Maintance yang tidak tepat overdenture dapat mengakibatkan kerusakan periodontal dari gigi
penyangga overdenture dan pasien mungkin kehilangan semua gigi yang tersisa.

Pemilihan Pasien
Kemungkinan gigi tiruan sebagian tetap atau removable
Jika kondisi periodontal dan posisi gigi yang tersisa mendukung penggunaan gigi tiruan
sebagian tetap atau gigi tiruan sebagian lepasan, maka suatu overdenture tidak boleh
dipertimbangkan untuk pasien tersebut.

Kondisi gigi penyangga


Mahkota gigi harus bebas dari karies. Harus ada ketersediaan cukup attached gingiva di
sekitar gigi penyangga. Gigi penyangga harus bebas dari penyakit periodontal.

Umur pasien
Overdenture direkomendasikan untuk pasien muda karena mereka memiliki efek psikologis
yang baik.

Pemilihan gigi sandaran


Tujuan dari perawatan bukan berdasarkan jumlah gigi yang disangga, seorang dokter gigi
harus mengevaluasi biaya perawatan, sehingga dapat mempertahankan gigi yang masih ideal dan
mengekstraksi gigi yang tersisa untuk mengurangi biaya pembuatan protesa. Faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan antara lain:

Status periodontal

Pasien dengan periodontal-compromised dengan kehilangan tulang secara horizontal


memiliki prognosis yang lebih baik dari pada kehilangan tulang secara vertikal

Pada kasus dengan sedikit terdapat mobility, harus memiliki rasio mahkota-akar yang
baik (berhubungan dengan pemilihan gigi sandaran pada fixed parsial denture).

Keadaan sekitar pada attached gingiva yang baik, merupakan hal yang dibutuhkan untuk
sandaran overdenture

19

Lokasi sandaran

Gigi molar dan premolar merupakan gigi yang paling sering dipilih sebagai gigi sandaran
overdenture

Gigi anterior jarang dipilih karena mudah mengalami resorbsi tulang alveolar apabila
mendapat tekanan

Gigi insisif rahang atas dapat digunakan sebagai gigi sandaran apabila lengkung gigi
mandibular intak

Minimal satu gigi harus dipertahankan pada satu kuadran untuk mempertahankan
kesehatan jaringan mulut

Jumlah dan lokasi gigi sandaran dan keadaan gigi yang berlawanan harus dievaluasi
selama rencana perawatan

Status endodontik dan prostodontik

Biasanya gigi anterior (kaninus dan premolar) lebih sering dijadikan sandaran
overdenture karena lebih mudah dipreparasi dan lebih ekonomis

Ketika pulpa mengalami resesi atau kalsifikasi, hindari perawatan endodontic.

Prinsip-prinsip dasar yang harus diikuti

Gigi sandaran harus didukung jaringan periodontal yang sehat

Pengurangan daerah koronal yang maksimum dilakukan untuk mencapai rasio mahkota
dan akar yang lebih baik dan menghindari penghalang saat penempatan gigi artifisial.
Perawatan endodontik dapat dilakukan bila perlu

Preparasi simpel dapat dilakukan satu kali kunjungan pada gigi tanpa internal
attachment.hal ini dapat dilakukan pada pasien usia lanjut dan dengan medicalcompromised. Hal ini sedikit lebih mahal daripada coping

Perawatanharus disertaidengan aplikasi floride gel dan tindakan oral hygiene lainnya.

Gold coping atau crown dan sleeve coping retainer dapat dilakukan untuk gigi sandaran
dengan kerusakan yang besar setelah memastikan bahwa pasien rentan mengalami karies.
Gold coping dapat dipreparasi dengan post dan retentif pin setelah dilakukan evaluasi
terhadap struktur gigi diatas attachment gingiva.

Attachment dapat ditambahkan pada cast copping sebagai retensi tambahan, attachment
ini dapat berupa tipe resilien maupun non-resilien.
20

Desain tambahantersebut merupakan desain yang kompleks dan menambah biaya


perawatan.

Status oral hygiene

Pasien harus diberi motivasi agar selalu meningkatkan oral hygiene-nya, karena oral
hygiene yang buruk dapat menyebabkan hilangnya tumpuan

Kontrol rutin harus dilakukan untuk memantau oral hygiene dan apabila perlu
pemeliharaan kesehatan jaringan mulut harus ditingkatkan

Pasien disarankan menggunakan aplikasi fluoride gel secara rutin

Tipe-tipe overdenture
Terdapat 3 tipe overdenture berdasarkan gigi pendukungnya:

tooth supported conventional complete overdenture

tooth supported immidiate insertion complete overdenture

Prosedur klinis untuk tooth supported conventional complete overdenture


Gambaran umum untuk prosedur kilinis antara lain:

ekstraksi gigi dengan prognosis yang buruk

perawatan jaringan periodontal

perawatan endodontik pada gigi sandaran

pengurangan mahkota pada gigi sandaran

aplikasi fluoride pada gigi yang dipreparasi

penggunaan coping dari pabrikan apabila perlu

cetakan dibuat dan denture dari pabrik sama dengan conventional complete overdenture

pada permukaan anatomis dari denture pabrikan, daerah adjoin pada margin gingiva di
trim/dikurangi untuk menghindari impingement. Daerah ini kemudian di lining dengan
resilient liner untuk menutup daerah kosong antara gingiva dan denture

21

Prosedur klinis untuk tooth supported immidiate insertion complete overdenture


Prosedur ini sama dengan conventional complete overdenture, kecuali hal-hal berikut:

mahkota gigi yang digunakan sebagai sandaran dikurangi untuk mendapatkan bentuk
cetakan utama. Gigi yang akan diekstraksi dipotong hingga margin gingiva pada cetakan
utama

overdenture yang digunakan yang dibuat di pabrik

perawatan endodontik dilakukan beberapa hari sebelum dilakukan insersi

pengurangan mahkota pada gigi sandaran telah diselesaikan selama dilakukan insersi.
Pengurangan mahkota berdasarkan preparasi pada cetakan utama

gigi yang akan diekstraksi, diekstraksi dengan trauma yg minimal dan kemudian
immidiate overdenture diinsersi.

4.

Pemeriksaan dalam Perawatan Gigi Tiruan Lengkap

A. ANAMNESIS
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan pada
ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik/dental (Gunadi,
Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

22

Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada Auto
Anamnesis, cerita mengenaikeadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien. Disamping itu
terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang
bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain. Keadaan seperi ini dijumpai umpamanya
pada paien bisu, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anakanak kecil. Cara ini disebut Allo Anamnesis (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, &
Setiabudi, 2012).
Dai segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula Anamnesis Pasif dimana pasien
sendirilah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya, pada Anamnesis
Aktif penderita perlu dbantu pertanyaan-pertanyaan dalam menyampaikan ceritanya (Gunadi,
Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Pada saat anamnesis biasanya ditanyakan hal-hal sebagai berikut :
1. Nama penderita. Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seseorang penderita dari yang
lainnya, di samping untuk mengetahui asal suku dan rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras
antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang eropan(ras kaukasus)
mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang asia (ras mongoloid) cembung (Gunadi, Margo,
Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

2. Alamat.

Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi

sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Pemanggilan kembali
penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga membantu mengetahui latar
belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya
(Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

3. Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat
diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar tuntutannya
terhadap faktor estetik (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

4. Jenis Kelamin. Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku
untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini sebaiknya diperhatikan. Wanita pada
umumnya cenderung lebih memperhatikan factor estetik disbanding pria. Sebaliknya pria
23

membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka menunjukkan kekuatan mastikasi yang
lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman, disamping factor fungsional geligi
tiruan

yang

dipakainya.

Selanjutnya,

bentuk

gigi

wanita

relative

lebih

banyak

lengkungan/bulatannya, disbanding ria yang member kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan
perawatan penderita wanita dalam masa menopause membutuhkan pertimbangan lebih teliti.
Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa seperti terbakar (Gunadi,
Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

5. Usia. Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi bahan
pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot,
mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang mahkota klinis. Usia juga menentukan
bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang. Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap
geligi tiruan biasanya lebih tinggi disbanding penderita usia lanjut. Pada penderita usia lebih dari
empat puluh tahun, adaptasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia
enampuluhan (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

6. Pencabutan Terakhir Gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu
diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin
ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara pencabutan terakhir dengan saat
dimulainya pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil perawatan (Gunadi, Margo,
Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

7. Pengalaman Memakai Geligi Tiruan. Seorang penderita yang pernah memakai geligi tiruan
sudah mempunyai pengalaman, sehingga adaptasinya terhadap geligi tiruan baru akan lebih
mudah dan cepat. Ia juga sudah mengalami prosedur pembuatannya. Sebaliknya, penderita
semacam ini juga sering membanding-bandingkan protesa barunya dengan yang pernah dipakai
sebelumnya. Mereka yang belum pernah memakai geligi tiruan, biasanya membutuhkan masa
adaptasi lebih panjang karena kesulitannya menyesuaikan diri. Kelompok ini belum
berpengalaman dalam prosedur pembuatan protesa; seperti pada waktu pencetakan, penentuan
gigitan, maupun pada saat awal pemakaian, yang sering kali menimbulkan rasa sakit. Itulah
sebabnya penerangan yang diberikan kepada penderita sebelum pembuatan geligi tiruan
24

dilaksanakan menjadi penting sekali (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi,
2012).

8. Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan. Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan pembuatan geligi
tiruannya, apakah dia lebih mementingkan pemenuhan factor estetik atau fungsional. Biasanya
konstruksi disesuaikan dengan kebutuhan penderita (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, &
Setiabudi, 2012).

9. Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan buruk dsb.
Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan tanpa suatu pengamatan yang intensif.
(Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

B. PEMERIKSAAN STATUS UMUM


Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam
perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini
perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang
terlibat dalam perawatan dental, umpamnya diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular,
tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alkohol, dsb (Gunadi, Margo, Burhan,
Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
a. Diabetes Mellitus

Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan
mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada
dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses
periapikal. Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus,
merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis
ini terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria,
haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat
badan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan
25

menyehatkan kembali jaringan mulut.


Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat
dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari tindakan
pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang
bisa mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah
dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat
memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila dibutuhkan,
rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat. Tekankan
kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan
kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali -bahkan kalau perlu lebih sering dari
itu- untuk mempertahankan kesehatan mulut (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, &
Setiabudi, 2012).
b. Penyakit Kardiovaskular

Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian
anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini
dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, &
Setiabudi, 2012).
c. Tuberkulosis dan Lues

Terjadinya gangguan metabolism pada penderita Tuberkulosis dan Lues,


menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar.
Dalam merawat penderita-penderita ini, perlindungan terhadap dokter gigi serta penderita
lain merupakan pertimbangan yang sangat penting; umpamanya jangan memasukkan jari
telanjang ke dalam mulut seorang penderita Lues. Lakukan pemeriksaan dengan
menggunakan Tongue Blade; sedangkan penggunaan sarung tangan karet sangat
dianjurkan (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Cucilah tangan dengan sabun dan air panas, segera sesudah kita merawat
penderita tersebut. Dalam hal ini, menyikat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan
abrasi kecil. Sebagai tambahan, baik sekali untuk mencuci wajah secara hati-hati, karena
mungkin saja setetes darah/ saliva memercik mengenai muka atau sepotong kecil
kalkulus terpental mengnai wajah dapat menyebabkan erosi kulit sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi. Penderita Lues aktif dan tidak dirawat sebaiknya hanya menerima
26

perawatan darurat saja, sedangkan semua pekerjaan lainnya harus ditunda sampai
penyakitnya sembuh (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
d.

Anemia
Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat.
Untuk kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol (cusp)
(Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

e. Depresi Mental

Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang


mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan
berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya
ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.
Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara
realistic. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/
remaja serta mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada
protesa yang akan dibuat (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
f.

Alkoholisme
Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan, pecandu alcohol biasanya
mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alcohol,
tremor, mata dan kulit pada bagian tengah wajah memerah, gugup, dan kurus.
Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik menuntut
pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat. Keyakinan dirinya
serta kerja sama dengan penderita ini dapat dikembangkan, bila hal tadi dapat kita
penuhi. Sebaliknya, bila hal ini gagal, bisa membawa akibat yang buruk.
Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari sampai
kebutuhan ini sudah begitu mendesak, supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk
jangka waktu cukup panjang. Di samping semua problem di atas, seorang penderita
alkoholik cenderung mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena
jatuh atau kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi, Margo,
Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

27

C. PEMERIKSAAN STATUS LOKAL


LUAR MULUT (EXTRA ORAL)
1. Kepala
Dikenal macam-macam bentuk kepala, yaitu Persegi (square), Lonjong (oval) dan
Lancip (tapering). Kadang-kadang ditemukan pula kepala berbentuk Omega dan
Lyra pada mereka yang pada saat kelahiannya mengalami kesukaran, misalnya
karena penggunaan tang. Biasanya bentuk kepala sesuai dengan bentuk lengkung
rahang atas serta bentuk gigi incisivus sentral dilihat dari arah permukaan labial
(Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
2. Muka
a. Bentuk Muka
Leon William menyatakan adanya hubungan antar bentuk muka dengnab
bentuk gigi icisivus sentral atas. Permukaan labial gigi ini sesuai dengan bentuk
muka dilihat drai depan, dalam arah terbalik (Gunadi, Margo, Burhan,
Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Gambaran geometris, yaitu Persegi, Lonjong, Lancip dan kombinasi
antara ketiganya dapat digunakan sebagai langkah awal seleksi bentuk gigi dilihat
dari aspek frontal (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Muka penderita juga harus diperiksa terhadap kemungkinan adanya
abnormlitas seperti asimetri, pembengkakan, hemiatropi, hemihipertropi dsb.
Setiap abnormalitas hendaknya diteliti dengan cermat (Gunadi, Margo, Burhan,
Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
b. Profil
Bentuk muka penderita dilihat dari arah smaping (sagital) merupakan
indikasi hubungan rahang atas dan bawah. Dikenal tiga macam profil muka, yaitu
Lurus (straight), Cembung (convex) dan Cekung (concave). Bentuk profil ini
perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk labial gigi depan dilihat dari arah
proksimal (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Cara pemeriksaan profil wajah dilakukan sebagai berikut ini. Ambilah tiga
buah titik pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung dan
28

puncak dagu. Bila ke tiga titik ini berada pada satu garis lurus, maka profil disebut
Lurus. Bila titik-titik pada glabella dan punca dagu berada lebih ke depan dari
pada titik pada dasar hidung, profil menjadi Cekung. Profil Cembung terjadi
dalam hal sebaliknya (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi,
2012).
3. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simmetri atau tidak.
Selanjutnya, bila bola mata penderita dapat mengkuti gerakan sebuah instrumen yang
kita gerakkan ke segala arah, hal ini disebut movable in all direction. Bila hal ini tidak
terlaksana, keadaan ini disebut unmovable in all direction.
Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:
a. Garis Inter Pupil, yang dipakai untuk menentukan tinggi gigit secara Sorenson
dan kesejajaran galangan gigit rahang atas bagian anterior.
b. Bidang Horisontal Frankfrut (FHP), yaitu bidang yang melalui titik-titik Infraorbita dan Tragus. Bidang ini penting untuk proses pencetakan rahang dengan
bahan cetak yang cair. Pada penderita yang sensitif dan mudah mual, garis ini
hendaknya diatur sejajar lantai.
c. Garis Tragus-Canthus, yang jadi panduan letak kondil rahang yang letak lebih
kurang setengah inci di depan Tragus pada garis ini.
d. Garis Tengah wajah Penderita
4. Hidung
Dari pernapasan pnderita yang diperiksa sesaat sebelum pencetakan rahang,
dapat diketahui apakah ia bernapas melalui hidung (nose respiration), atau mulut
(mouth respiration).
Pasien yang bernapas melalui mulut biasanya mempunyai palatum dalam.
Selain itu, mukosa mulutnya juga relatif lebih kering, sehingga pada waktu
pencetakan harus kumur-kumur lebih dahulu supaya hasi cetakannya baik. Pada
pencetakan pasien semacam ini, hendaknya jumlah bahan cetak diatur secukupnya
29

dan jangan berlebih sehingga mulut tidak menjadi terlalu penuh. Ingatlah bahwa hal
ini bisa mengakibatkan penderita sulit bernapas atau muntah, sehingga pencetakan
gagal. Mulut yang kering kurang menguntungkan dari segi retensi bagi geligi tiruan
yang akan dipakainya.
Pemeriksaan hidung dilakukan dengan meletakkan sebuah kaca mulutdi depan
lubang hidung penderita. Dengan mulut dalam keadaan tertutup, ia diminta menarik
napas, lalu menghembuskannya. Bila kaca mulut menjadi buram, berarti ia bernapas
melalui hidung. Hidung diperiksa lubang demi lubang. Dengan cara serupa bisa pula
pemeriksaan dilakukan dengan sejumput kecil kapas.
5. Telinga
Telinga diperiksa simetri atau tidak. Peranan telinga dalam proses pembuatan geligi
tiruan adalah:
a. Untuk menentukan garis Camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan tragus
dengan sayap hidung (ala nasi). Guna garis ini adalah pada pencetakan rahang
yang menggunakan bahan cetak yang tidak cair-seperti impression compoundharus sejajar lantai.
b. Untuk menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus). Kondil
rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak lebih kurang setengah inci dari
tragus.
c. Untuk menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini
bermanfaat dalam menentukan posisi penderita pada waktu pencetakan rahang
bawah, dimana garis ini dibuat sejajar lantai.
d. Untuk menentukan Bidang Horisontal Frankfrut (FHP).
6. Bibir
Dalam hal ini dilihat simetris bibir. Bentuk dan panjang bibir pasien sangat
bervariasi. Bibir digunakan sebagai pedoman untuk:
a. Menentukan panjan/tinggi galengan gigit rahang atas, yaitu lebih kurang dua mm
di bawah tepi bawah bibir atas dalam keadaaan istirahat.
b. Menentukan ukuran/lebar gigi depan atas. Lebar ke dua gigi Incisiv Sentral Atas
sesuai dengan lebar Philtrum.
30

7. Kelenjar getah bening


Yang diperiksa disini adalah kelenjar getah bening disekitar rahang, yaitu
kelenjar-kelenjar

Submandibularis/Submaksilaris.

Pemeriksaan

kelenjar

ini

dimaksudkan untuk mengetahui adanya peradanagn yang ditandai dengan


membesarnya kelenjar-kelenjar tadi. Peradangan dapat terjadi, antara lain bila ada
sisa akar gigi yang tertinggal.
Dalam keadaan normal, kelenjar-kelenjar tersebut hampir tak teraba. Bila terjadi
peradangan, kelenjar ini akan membengkak dan terasa sakit (Gunadi, Margo, Burhan,
Suryatenggara, & Setiabudi, 2012). Dapat dibedakan beberapa perabaan:
a. Perabaan yang lunak dan sakit, menunjukkan adanya peradangan akut
b. Perabaan yang keras dan tidak sakit, menunjukkan adanya atau pernah terjadi
peradangan kronis atau adanya neoplasma
c. Bila perabaannya yang keras dan sakit, berarti terjadi peradangan kronis dengan
eksaserbasi akut.
Cara pemeriksaan:
Penderita duduk dengan posisi kepala sedikit menunduk dan dengan jari-jari ke
dua belah tangan kita meraba lehernya bagian atas (= bagian bawah dasar mulut,
medial dari margo inferior mandibula). Dengan cara ini dapat diperiksa kelenjar yang
kiri maupun yang kanan (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
8. Sendi Rahang (= Sendi Temporo Mandibula)
Sendi rahang diperiksa untuk mengetahui adanya pergerakan sendi yang mulus
(smooth), kasar (unsmooth) , bunyi keletuk sendi (clicking) atau keretek sendi
(crepitation) (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Kelainan pada sendi rahang sering terjadi karena tidak sesuaianya dimensi
vertikal, interferensi oklusal, disfungsi karena perubahan neuromuskular otot-otot
yang terkait, atau perubahan-perubahan artritik dalam sendi sendiri (Gunadi, Margo,
Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

31

DALAM MULUT (Intra Oral)


a. Keadaan Umum
Kebersihan mulut yang buruk menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
periodontal, karena itu perawatan periodontal hendaknya mendahului pemberian
perawatan prostodontik. Dengan perkataan lain, penderita yang akan dibuatkan protesa,
keadaan kebersihan mulutnya harus sudah dalam keadaan baik.
b. Vestibulum
Dalam atau dangkalnya vestibulum memepengaruhi retensi dan stabilisasi geligi
tiruan.
Pemeriksaan vestibulum dilakukan dengan kaca mulut nomor tiga; dan disebut
dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, dan menjadi dangkal bila bagian
kaca yang terbenam kurang dari setengahnya (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, &
Setiabudi, 2012). Pemeriksaan dimulai dari dasar fornix sampai puncak ridge.
c. Frenulum
Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi-rendahnya perlekatan masing-masing.
Frenulum lingualis pada rahang bawah dan frenulum labialis pada rahang atas/bawah
merupkan struktur yang perlekatannya sering kali dekat dengan puncak residual ridge.
Perlekatan semacam ini akan mengganggu penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi
tiruan (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Letak perlekatan frenulum dapat digolongkan:
Tinggi : bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge.
Sedang : bila perlekatannya kira-kira di tengah antara puncak ridge dan fornix.
Rendah: bila perlekatannya dekat dengan fornix.
(Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012)
d. Bentuk Palatum
Bentuk palatum keras dibagi menjadi bentuk Quadratic, Ovoid dan Tapering. Bentuk
lengkung palatum seperti huruf U/kuadratik adalah yang paling menguntungkan. Bentuk
32

ini memberikan stabilitas dalam jurusan vertikal maupun horisontalm sebaliknya bentuk
palatum seperti huruf V/tapering yang retensi paling buruk (Gunadi, Margo, Burhan,
Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
e. Torus Palatinus
Tonjoloan ini digolongkan menjadi torus yang besar dan yang kecil. Tonjolan
yang biasanya merupakan kelaianan kongenital ini permukaannya licin dan tidka begutu
sakit

bila

mendapat

tekanan,

dibanding

exostosis

(Gunadi,

Margo,

Burhan,

Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).


Penonjolan tulang seperti ini merupakan hambatan utama bagi kenyamanan
pemakaian geligi tiruan, karena mukosa yang terdapat di atas torus pada umumnya tipis
dan mudah terkena trauma. Pada rahang atas, daerah torus biasanya dirilif atau bila hal ini
tidak mungikn dilakukan, bagian ini dibebaskan dari penutupan plat protesa (Gunadi,
Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
f. Selaput Lendir Mulut
Selaput lendir mulut atau mukosa ini memberikan dukungan bagi geligi tiruan dan
bertindak sebagai bantalan antara geligi tiruan dan tulang (Gunadi, Margo, Burhan,
Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Yang diperiksa disini adalah bergerak atau tidaknya bagian ini terhadap jaringan
di bawahnya. Bila selaput ini bergerak (kendur = flabby), maka protesa tidak akan stabil
dan menyebabkan rasa sakit, selain kesulitan pada waktu mencetak. Mukosa kendur yang
meliputi permukaan yang luas, biasanya perlu suatu tindakan pembedahan.
g. Tuber Maksilaris
Tuber mempunyai peranan penting dalam memberikan retensi kepada suatu geigi
tiruan (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012). Dengan sebuah kaca
mulut nomor tiga, yang diletakkan tegak lurus pada bagian vestibulum, diamati:
1. Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, berarti tuber dalam
2. Tuber sedang akan terliht, bila kaca hanya setengahnya yang terbenam
3. Tuber menjadi rendah bila kaca teerbenam kurang dari setengahnya
h. Exostosis
Exostosis merupakan tonjolan tulang yang tajam pada prosesus alveolaris dan

33

menyebabkan ras sakit pada pemakaian protesa. Pada tonjolan yang tajam dan besar,
sehingga rilif tidak dapat mengatasinya, maka perlu tindakan bedah (Gunadi, Margo,
Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
i. Lidah
Pemeriksaan lidah meliputi ukuran dan aktivitasnya.
1. Lidah normal: cukup besarnya tetapi tidak berlebihan mengisi dasar mulut, dengan
ujungnya berada sedikit di bawah tepi insisial gigi-gigi anterior bawah. Tepi lateral
lidah normal biasanya berkontak dengan permukaan gigi-gigi belakang. Besar dan
posisi lidah seperti ini paling menguntungkan untuk penutupan tepi protesa.
2. Makroglossia: menutupi dasar mulut dan juga prosessus alveolaris yang telah
ditiinggalkan geligi. Pencetakan sukar dilakukan pada penderita dengan tipe lidah
seperti ini. Stabilisasi protesa sulit pula dicapai, karena lidah yang besar akan
cenderung menggerakkan geligi tiruan pada setiap geraknya (Gunadi, Margo, Burhan,
Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
3. Mikroglossia: lidah yang kecil juga tidka memeberikan penutupan tepi yang memadai
untuk protesa rahang abwah. Aktivitas lidah diperiksa dengan cara menyentuhkan
sebuah alat ke salah satu bagiannya. Pada lidah yang aktif, sentuhan ringan sudah
akan menyebabkan gerakan yang aktif. Aktivitas lidah biasanya mempengaruhi
retensi geligi tiruan (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
j. Retromylohyoid
Daerah ini penting untuk retensi geligi tiruan. Pemeriksaanya dilakukan pada
daerah lingual di belakang gigi-gigi Molar 2 & 3 rahang bawah dengan kaca mulut nomor
tiga (Gunadi, Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).
Kaca mulut yang terbenam lebih dari setengahnya menunjukkan daerah retro yang
dalam; sebaliknyapada retro yang dangkal, dimana kaca mulut terbenam kurang dari
setengahnya. Bila kaca terbenam kira-kira setengahya, maka retro sedang (Gunadi,
Margo, Burhan, Suryatenggara, & Setiabudi, 2012).

34

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan
semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah
hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi
fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis, dalam hal membuat gigi
tiruan dibutuhkan retensi dan stabilisasi yang baik agar meningkatkan kenyamanan bagi
pemakai gigi tiruan, retensi dan stabilisasi yang baik akan tercapai jika operator
melakukan pemeriksaan yang lengkap, diagnosa yang tepat dan perawatan yang akurat,
hingga retensi dan stabilisasi dicapai dengan baik, tak luput pula dalam hal pencetakan
karena dengan mencetak batas-batas anatomis gigi akan didapatkan sebagai retensi dan
stabilisasi.

3.2 Saran
Mahasiswa disarankan untuk mencari bahan referensi lain dan membaca terkait
sasaran pembelajaran yang sudah diberikan, diharapkan mahasiswa sebelum melakukan
perawatan harus melakukan anamnesa yang teliti dari pasien dengan melakukan
pemeriksaan subjektif dan objektif dalam melakukan perawatan gigi tiruan lengkap, tidak
lupa juga melihat kondisi pasien apakah menjadi indikasi atau kontraindikasi penggunaan
GTL, serta memperhatikan juga faktor-faktor yang akan menunjang dalam keberhasilan
perawatan GTL.

35

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadi, H.A., Margo, A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., & Setiabudi, I. (2012). Buku
Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta : Hipokrates.
2. Itjiningsih, W.H. (1996). Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

36

Anda mungkin juga menyukai