Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Pada tanggal 10 oktober 1965, Men/Pangad Letjen Ahmad Yani dan lima orang staf
umumnya diculik dari rumah mereka di jakarta dan dibawa dengan truk ke areal
perkebunan di lubang buaya. Ahmad Yani dan dua staf lainnya dibunuh pada saat
penangkapan berlangsung sedangkan tiga jenderal lainnya dibunuh saat tiba di areal
perkebunan kemudian jasad mereka di lempar ke dasar sumur.
Komandan RPKAD Kol Sarwo Edhie Wibowo segera membebaskan RRI yang
dikuasi G 30S/PKI, mengamankan PAU Halim Perdanakusuma yang menjadi markas G
30S/PKI, mencari jenazah para jenderal yang dibunuh dan menghabisi para pendukung G
30S/PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali (Julius Pour,2010:233-235).
Narasi resmi Peristiwa 1965 yang dikembangkan rezim Orde baru tidak melihat
peristiwa itu sebagai tragedi kemanusiaan. Tetapi sebagai sebuah peristiwa kemenangan
ideologi Pancasila terhadap kejahatan komunisme. Soeharto dan rezim Orde Baru dianggap
sebagai penyelamat Indonesia dari cengkeraman bahaya komunisme (Josef Djakababa,
2014: 361).
Sehingga dengan pembentukan makalah ini dapat mengetahui terjadinya peristiwa
G 30S/PKI, keterlibatan Sarwo Edhie Wibowo dalam peristiwa tersebut dan mengetahui
latar belakang tercetusnya paham Nasakom

BAB 1
PERJALANAN KARIER SARWO EDHIE WIBOWO
Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu Pon 25 Juli 1925. Ia
angka bungsu dari empat bersaudara keluarga Kepala Rumah Gadai Purworejo
Kartowilogo. Dalam diri ayahnya mengalir darah bangsawan dan pejuang yang gigih
melawan penjajah Belanda. Sedangkan ibunda Sarwo Edhie Wibowo, RAy Sutini
Kartowilogo adalah keturunan bangsawan yang menjadi laskar Pangeran Diponegoro.
Sarwo Edhie Wibowo sangat senang ketika ayahnya mendaftarkannya di HIS, sekolah
dasar selama tujuh tahun yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Belanda. Hanya
anak-anak priyayi dan keturunan Belanda yang bisa masuk HIS.
Setelah tamat MULO, ia mohon izin pada ibunya RAy Sutini Kartowilogo untuk
menjadi Heiho (pembantu tentara). Ketika ia pergi ke Surabaya untuk dididik menjadi
Heiho, selama beberapa hari ibunya menagis. Berbeda dengan tentara PETA, Heiho tidak
mempunyai perwira dari kalangan mereka. Perwira-perwira mereka semuanya orang
Jepang. Di asrama, kerja Sarwo Edhie Wibowo hanya memotong rumput, membersihkan
WC dan mengatur tempat tidur tentara Jepang yang membuatnya nyaris keluar. Tiga bulan
disana, ajudan Kohara Butai membawanya ke Magelang untuk mengikuti latihan calon
bintara PETA. Belum selesai dididik di sana, ia diboyong ke Bogor buat mengikuti latihan
sebagai calon perwira. Ternyata ia memang berbakat dan menjadi salah satu lulusan
Shodancho (Letda) terbaik.
Sarwo Edhie Wibowo mengikuti ajakan Achmad Yani, sahabatnya semasa
pendidikan PETA dan bergabung dalam Batalyon III BKR yang dikomandani oleh Achmad
Yani sendiri. Ia pun terlibat dalam pertempuran melawan sekutu yang datang untuk
melucuti tentara jepang yang diboncengi tentara NICA di Magelang. Setelah pengakuan
kedaulatan, karier Sarwo Edhie Wibowo mulai menanjak. Ia menjadi Komandan Kompi
Bantuan Resimen 13 TT IV/Diponegoro (1952-1953) dan Komandan Batalyon 439 TT
IV/Diponegoro (1955-1957). Ia terpilih sebagai Wakil Komandan Resimen Taruna AMN
(1958-1959) dan Komandan SPKAD (1959-1961). Akhirnya, ia menjadi Komandan
RPKAD yang merupakan masa paling gemilang dalam perjalanan pengabdiannya terhadap
2

Republik Indonesia umumnya dan AD khususnya. Ada aturan tidak tertulis, seorang
Komandan RPKAD harus berasal dari kalangan perwira yang berlatih komando di
Batujajar, Jawa Barat atau pelatihan setara di luar negeri. Sebaliknya, pendidikan yang
pernah dijalani Sarwo Edhie Wibobwo bukanlah sekolah komando. Belakangan demi
melengkapi syarat itu, Sarwo Edhie Wibowo dikirim ke Batujajar menjalani pelatihan
singkat komando. Hal itu kemudian berguna baginya dalam menjalankan operasi
penumpasan G 30S/PKI (Tempo, 2012: 35 dan Ken Conboy, 2003: 115).
Banyak keberhasilan dalam operasi yang dilakukan oleh pasukan RPKAD
berkaitan dengan operasi penerjunannya di antaranya di Pekanbaru dan Belawan di masa
pemberotakan PRRI/Permesta. Penerjunan bersama pasukan lain itu untuk menumpas
kaum pemberontak dan menghalangi maksud AS untuk mendaratkan Armada Ke-7 dengan
dalih akan melindungi warganya di daerah itu. Keberhasilan yang lain adalah penerjunan
pasuakan RPKAD di lapangan terbang Padang, pertempuran di Lubuk Jambi, perebutan
lapangan terbang Mapanget dan penerjunan pasukan RPKAD di hutan belantara Irian
Barat. Salah satu tugas penting RPKAD di bawah komando Kol Sarwo Edhie Wibowo
adalah Operasi Dwikora yang merupakan kebulatan tekad politik berkonfrontasi terhadap
pembentukan negera Federasi Malaysia, yaitu penggabungan bekas negara jajahan Inngris
di Asia Tenggara. Setelah proklamasi Federasi Malaysia, pemerintah RI memutuskan
hubungan diplomatik dengan Malaysia . Sementara itu di Malaysia sendiri muncul upaya
menentang pembentukan Federasi Malaysia. Setelah langkah diplomasi mengalami jalan
buntu, pendekatan militer pun ditingkatkan. Pada akhir 1964, RPKAD mengirim Tim
Khusus di bawah pimpinan Lettu Muhadi ke daerah Kuching. Pada Februari 1965,
Komandan RPKAD Kol Sarwo Edhie Wibowo membentuk beberapa Tim Khusus dengan
anggota dari Batalyon Tim Khusus yang ditangani dan dikendalikannya langsung.

BAB 2
3

PERISTIWA TERJADINYA G30S/PKI


2.1 Penyebab Terjadinya G30S/PKI
Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan yang
dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia.
Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban yang berasal dari para Jenderal AD.
Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan pertanggung jawaban Presiden
Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya laporan Presiden Soekarno ini, maka
Indonesia kembali ke pemerintahan yang berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945.
1. PKI merupakan partai terbesar di Indonesia
Dengan melakukan pendekatan kepada kaum berjunis, PKI berhasil menarik
anggota cukup besar, tercatat pada tahun 1965 anggota PKI sudah mencapai 3,5
juta. Hal ini membuat PKI menjadi partai yang besar dan kuat.
PKI melakukan beberapa cara untuk mengembangkan diri, antara lain :
1. Melakukan gerakan gerilia dipedesaan dan melakuan prapagandaprapaganda menyesatkan.
2. Melakukan gerakan revosioner oleh kaum buruh di perkotaan.
3. Membentukan pekerja intensif dikalangan ABRI.
4. Menyusup ke berbagai organisasi lain untuk mentransparansikan organisasi
5.

PKI.
Mendekati Presiden Soekarno.

2. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur
Pada masa demokrasi terpimpin, indonesia menganut politik NEFO,
sehingga PKI dapat memperoleh dukungan dari Cina dan Unisoviet.
3. Konsep Naskom (Nasionalis, Agama, Komunis)
Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia, sehingga
PKI memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan aksi kudeta.
2.2 Proses Terjadinya Peristiwa G 30S/PKI
Para pimpinan PKI telah mengalami pertemuan rahasia selama beberapa kali untuk
menyusun rencana kudeta pada tanggal 30 September 1965. Gerakan ini secara fisik
dilakukan oleh Kolonel Untung. Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Kolonel Untung
4

memerintahkan anggotanya untuk menculik, menyiksan dan membunuh 7 perwira tinggi


AD, yaitu :
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjabat sebagai Menteri I Panglima
Angkatan Darat.
2. Mayor Jenderal R. Soeprapto yang menjabat sebagai Deputi II Panglima
Angkatan Darat.
3. Mayor Jenderal Haryono Mas Tirtodarmo yang menjabat sebagai Deputi III
Panglima Angkatan Darat.
4. Mayor Jenderal Suwondo Parman yang menjabat sebagai Asisten I Panglima
Angkatan Darat.
5. Brigadir Jenderal Donald Izaus Panjaitan (Asisten IV Panglima Angkatan Darat).
6. Brigadir Jenderal Soetoyo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman Ioditur).
7. Letnan Satu Piere Andreas Tendean (Ajudan Jendral A.H. Nasution).
Jenderal A.H. Nasution behasil menyelamatkan diri setelah kakinya tertembak, tetapi
putrinya Ade Irma Suryani ditembak kemudian gugur. Korban lainnya adalah Letanan
Polisi Karel Satsuit Tubun yang gugur pada saat melakukan perlawanan terhadap
gerombolan yang berusaha menculik jendral A.H. Nasution. PKI juga menyerbarkan
pengaruhnya di berbagai daerah dan mengumumkan berdirinya Dewan Revolusi melalui
siaran berita RRI di Yogyakarta yang dilakukan oleh Letnan Kolonel Untung.
2.3 Persaingan PKI dengan Angkatan Darat
Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara memiliki kepentingan untuk
mempertahanakan ideologi Pancasila dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun dari
luar, sedangkan dari pihak PKI memiliki kepentingan untuk mendirikan negara komunis.
Persaingan yang menjadi di antara mereka dapat dilihat dalam hal-hal berikut ini:
1. Tindakan provokasi yang dilakukan PKI yaitu,
1. Menghasut kaum tani dan buruh untuk mengambil alih tanah luas milik
perkebunan.
2. Menggalang demonstrasi menuntut kenaikan upah diperkebunan dan
pabrik-pabrik.
3. Melakukan penyerangan baik secara politis maupun kekerasan terhadap
berbagai kelompok yang di nilai antikomunis.
4. Pada Januari 1965, PKI mengajukan gagasan agar buruh dan petani
dipersenjatai dan menjadi angkatan kelima. Tujuan PKI melakukan hal itu
5

adalah untuk menggalang kekuatan menghadapi Nekolim Inggris dari


dalam Dwikora.
5. Pada bulan Mei 1965, PKI mengeluarkan desas-desus munculnya Dewan
Jendral dalam Angkatan Darat.
2. Tindakan Angkatan Darat dalam menghadapi PKI antara lain,
1. Pada bulan September 1965, Panglima Ankatan Darat memperingatkan
Presiden untuk berhhati-hati terhadap tindakan yang dilakukan PKI.
2. Angkatan Darat secara tegas menentang pembantukan Kabinet GotongRoyong. Sebab melalui kabinet tersebut, PKI dapat bertindak seluas-luasnya
tanpa ada pembatasan.
3. Angkatan Darat secara tegas menolak gagasan angkatan kelima.
4. Panglima Angkatan Darat berusaha meyakinkan Presiden akan kesetiaan
mereka terhadap masyarakat dalam menghadapi desas-desus munculnya
Dewan Jendral
2.4 Penumpasan G 30S/PKI
Pada tanggal 1 Oktober 1965, dilakukan operasi penumpasan G 30S/PKI yang
dipimpin oleh Mayjen Soeharto.
Ada beberapa langkah penting yang dlakukan dalam penumpasan tersebut yaitu,
1. Menetralisir pasukan yang bearada di Medan Merdeka yang dimanfaatkan PKI.
Pasukan yang dimafaatkan oleh PKI berasal dari Batalyon 503/Brawijaya dan
Batalyon 545/Diponegoro. Kedua pasukan tersebut akhirnya berhasil ditarik
mundur dan berhasil disadarkan dari pengaruh PKI.
2. Pasukan RPKAD berhasil menduduki kembali gedung RRI pusat, gedung
telekomunikasi, dan mengamankan seluruh wilayah Medan Merdeka tanpa terjadi
bentrokan senjata atau pertumpahan darah.
3. Pasukan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi berhasil menguasai Lapangan Banteng dan
mengamankan Markas Kodam V/Jaya.
4. Batalyon I Kavaleri berhasil mengamankan BNI Unit I dan percetakan uang di
daerah kebayoran.
5. Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menduduki Pangkalan
Udara Halim Perdana kusuma dengan batuan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi dan
Batalyon I Kavaleri.
6. Pembersihaan kekampung-kampung disekitar Lubang Buaya dari pengaruh PKI.

7. Pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil ditemukan jenazah para Jenderal yang
menjadi korban G 30S/PKI yang kemudian dibersihkan dan disemayamkan di
Markas Besar Angkatan Darat dan baru dimakamkan pada tanggal 5 Oktober 1965.
Untuk menentramkan segala ketakutan dan kegelisahan masyarakat, dilakukan siaran RRI
yang menghimbau agar rakyat tetap tenang dan waspada.
2.5 Pengaruh G 30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta
a. Pengaruh G 30S/PKI di Jawa Tengah
Kolonel Suhirman yang merupakan Asisten Kodam VII/Diponegoro berhasi
menguasai markas Kodam VII/Diponegoro di Jawa Tengah serta menunjuk beberapa
orang sebagai pimpinan di beberapa daerah seperti Mayor Supardi memimpin pasukan
di Salatiga dan Mayor Kadri memimpin pasukan di Solo. Mereka juga menempatkan
pasukan di beberapa tempat strategis seperti di Markas Kodam Diponegoro, RRI, dan
telekomunikasi.
Letnan Kolonel Sastrobroto mengambil alih pimpinan Kodam VII/Diponegoro
dan beberapa tempat seperti,
1. Markas Kodam Resort Militer 071/Purwokerto yang di pimpin oleh Kepala Staf
Letnan Kolonel Soemitro.
2. Makorem 072/Yogyakarta yang dipimpin oleh Kepala Seksi 5 Mayor Mulyono.
3. Markas Brigade Infantri 6 yang dipimpin oleh Komandan Kompi Markas Kapten
Mintraso.
b. Pengaruh G 30S/PKI di Yogyakarta
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Mayor Mulyono mengumumkan dukunganya
terhadap G 30S/PKI. Mereka berhasil menguasai Makorem 072 dan menculik Letnan
Kolonel Sugiono. Aksi yang mereka lakukan pertama-tama mengeluarkan perintah
agar seluruh rakyat Yogyakarta mendukung G 30S/PKI, membagi-bagikan senjata
kepada anggota veteran setempat, serta melakukan demonstrasi secara besar-besaran
bersama dengan organisasi massa di depan Makorem 072 untuk mengatakan
dukungannya terhadap G 30S/PKI.
c. Pengaruh G 30S/PKI di Solo
Pada tanggal 2 Oktober 1965 Walikota Solo Oetomo Ramelan melalui siaran di
RRI menyatakan dukungannya terhadap G 30S/PKI. Mereka menduduki tempattempat strategis seperti kantor RRI, telekomunikasi, dan bank-bank negara. Gerkan
7

operasi penumpasan dimulai pada tanggal 2 Oktober 1965 dan berhasil merebut RRI,
markas Kodam Diponegoro, dan kota-kota di Jawa Tegah yang telah dikuasai oleh
PKI.

BAB 3
HUBUNGAN G 30S/PKI DENGAN NASIONALISME DI INDONESIA
3.1 Latar Belakang Tercetusnya Paham Nasakom
Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) tidak lebih dari ideologi yang
harus dipahami sebagai konsepsi pemikiran yang digunakan untuk melawan penjajahan
dan penindasan atau imperialisme. Sebagai pemikiran politik, yang mulai ditangkap
Soekarno setelah pemberotakan radikal babak pertama (di bawah pimpinan PKI akhir
tahun 1926 dan awal tahun 1927) yang dapat diberangus oleh kolonialis Belanda, maka
pada akhir tahun 1920-an Soekarno muncul sebagai aktivis gerakan yang memiliki

kepemimpinan yang lihai dalam menangkap kehendak dan tuntutan rakyat akan
kemerdekaan dari penjajahan.
Pada 1956 Sukarno secara terbuka mengkritik demokrasi parlementer, yang
menyatakan bahwa itu didasarkan pada konflik inheren yang berlawanan dengan gagasan
Indonesia harmoni sebagai keadaan alami antar hubungan manusia. Sebaliknya, ia mencari
sistem yang didasarkan pada sistem tradisional desa dengan menampilkan diskusi dan
konsensus, dibawah bimbingan para tetua desa. Ia mengusulkan campuran antara tiga
unsur nasionalisme, agama dan komunisme menjadi pemerintah koperasi Nas-A-Kom.
Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia
tentara, kelompok-kelompok Islam, dan komunis. Dengan dukungan dari militer, pada
bulan Februari ia menyatakan Demokrasi Terpimpin, dan mengusulkan kabinet yang akan
mewakili semua partai politik penting (termasuk PKI).
Bung Karno mengajarkan azas Nasionalisme, Agama/ Islam, dan Marxisme/
komunisme (Nasakom) dengan tujuan mengikat seluruh himpunan masyarakat untuk
berjuang bersama-sama.
3.2 Makna dari Paham Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom)
Nasakom terdiri dari 3 konsep yang sangat berbeda satu sama lain. Pertama adalah
konsep Nasionalis yang berpandangan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia yang diciptakan dan dipertahankan dalam kedaulatan sebuah negara atau nation.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan
tersebut terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak
beranjak dari situ. Misalnya, saat Indonesia mengalami gejala nasionalisme pertama secara
bangsa pada tahun 1908 di mana organisasi Boedi Oetomo berdiri, ada perasaan yang
muncul bahwa mereka prihatin dengan keadaan sesama mereka. Yaitu orang-orang yang
kesulitan keuangan yang mereka lihat sebagai saudara sebangsa. Kemudian nasionalisme
itu berkembang terus saat Indonesia memerdekakan diri sebagai satu bangsa sebagai
bentuk pertahanan diri dari kolonialisme. Itulah yang melandasi mengapa konsep
Nasionalisme selalu tidak jauh dari Soekarno, karena beliau lebih memikirkan bagaimana

mempertahankan negara Indonesia dari kolonialisme melalui pembangunan militer. Karena


hal itu pula, konon Soekarno bertengkar dengan Hatta.
Karena Nasakom adalah sebuah konsep politik ala Soekarno dalam
mempertahankan kedudukannya, maka Agama pun dimasukkan ke ranah politik. Indonesia
yang memiliki penduduk beragama Muslim sehingga konsep Agama di sini merujuk
kepada Muslim yang notabene adalah agama dengan jumlah penduduk terbesar. Menurut
salah satu sumber, golongan agama diwakili oleh 2 kelompok yaitu Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama (NU). Mengenai Agama, kita tahu bersama bahwa konsep Agama
berbeda dengan konsep Nasionalisme. Agama, menurut KBBI, adalah sistem yang
mengatur tata keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan YME. Fungsi Agama
dalam kehidupan adalah sebagai pedoman hidup, mengatur cara antara hubungan manusia
dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Seharusnya landasan Agama ini akan cocok
jika digabungkan dengan konsep Nasionalisme dalam menjalankan hidup antara sesama
bangsa. Agama adalah pedoman keberadaan, di mana kita meyakini keberadaan Tuhan
melalui agama. Dalam Pancasila, konsep keagamaan merupakan Sila Pertama.
Konsep terakhir dari Nasakom adalah Komunisme. Komunisme lahir sebagai
sebuah koreksi terhadap paham Kapitalisme. Dalam ajaran Komunisme yang berlandaskan
pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis oleh karenanya tidak
bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul, dan agama. Prinsip Komunisme adalah
agama dianggap candu. Tuhan pun dianggap mitos ataupun takhayul sehingga konsep
Komunisme sangatlah ditentang oleh kaum Muslim ataupun kaum Militer yang mewakili
golongan Nasionalisme. Komunisme dipandang oleh Soekarno sebagai alat untuk
mempertahankan kekuasaanya di Indonesia. Poros Jakarta-Beijing-Pyongyang merupakan
poros Komunisme. Prasangka liberalisme adalah alat kolonialisme membuat Soekarno
berlari kepada konsep Komunisme. Banyak orang yang beranggapan bahwa Nasionalisme,
Islam, dan marxisme-sosialisme-komunisme tidak dapat disatukan. Secara singkat,
Nasakom bertemu dalam suatu proyek anti penjajahan asing. Jadi, kaum nasionalis yang
tidak anti-penjajahan asing tidak mungkin setuju dengan Nasakom, Islamis yang tak anti
penjajahan asing mustahil ia akan pro-Nasakom, dan komunis yang tak tahu bahwa
semangat nasionalisme dan agama juga dapat digunakan untuk melawan imperialisme,
10

mustahil akan pro-Nasakom. Tak heran jika sejak kelahirannya, Nasakom diserang dan
dimusuhi oleh banyak masyarakat.
Inti ajaran Nasakom adalah persatuan. Empiris konsepsi Nasakom menyatakan
kemerdekaan bangsa Indonesia berarti bebas dari segala bentuk intervensi negara lain,
berjuang dalam tataran multi-kemanusiaan melewati batas-batas negara, serta menjalin
persatuan dengan negara-negara berkembang yang kekayaan alamnya juga dikeruk negara
maju. Persamaan inilah yang tidak diajarkan oleh Orde Baru dan menurun ke era
Reformasi.
Ketiga konsep ini saling bertentangan di Indonesia, banyak sebab yang
menimbulkan pro-kontra selain orang-orang tidak menerima konsep, tetapi juga karena
kisruh politik yang melihat bahwa hanya salah satu konsep yang unggul. Kecemburuan
tersebut membawa Indonesia ke dalam peperangan dalam wilayahnya sendiri. Konsep
Nasakom ini berakhir setelah adanya peristiwa G 30S/PKI yang meruntuhkan dominasi
Komunis di Indonesia.
1. Bentuk Penyelewengan Terhadap Paham Nasakom
2. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom
Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi
parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada masa
demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan pemahaman
mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan ajaran Nasakom
(Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk menggalang persatuan bangsa.
Bagi presiden Nasakom merupakan cerminan paham berbagai golongan dalam
masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan melaksanakan Nasakom maka
persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom mulai disebarkan pada masyarakat.
Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya untuk memperkuat kedudukan
Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja dengan menolak presiden.
11

Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan
ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan
mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela Nasakom. Keterlibatan
PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa
dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi komunis.
Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan kekuasaan pemerintahan yang sah dengan
alat propaganda melalui media massa yang mereka miliki, yakni Harian
Rakyat dan Bintang Merah. Akhirnya PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden
Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
Hubungan antara PKI dan Soekarno sendiri pada masa Demokrasi Terpimpin dapat
dikatakan merupakan hubungan timbal balik. PKI memanfaatkan popularitas Soekarno
untuk mendapatkan massa. Pada bulan Mei 1963, MPRS mengangkatnya menjadi presiden
seumur hidup. Keputusan ini mendapat dukungan dari PKI. Sementara itu di unsur
kekuatan lainnya dalam Demokrasi Terpimpin, TNI Angkatan Darat, melihat
perkembangan yang terjadi antara PKI dan Soekarno, dengan curiga. Terlebih pada saat
angkatan lain, seperti TNI-Angkatan Udara, mendapatkan dukungan dari Soekarno. Hal ini
dianggap sebagai sebuah upaya untuk menyaingi kekuatan TNI Angkatan Darat dan
memecah belah militer untuk dapat ditunggangi. Keretakan hubungan antara Soekarno
dengan pemimpin militer pada akhirnya muncul. Keadaan ini dimanfaatkan PKI untuk
mencapai tujuan politiknya. Sikap militan yang radikal yang ditunjukkan PKI melalui
agitasi dan tekanan-tekanan politiknya yang semakin meningkat, membuat jurang
permusuhan yang terjadi semakin melebar. Konflik yang terjadi itu kemudian mencapai
puncaknya pada pertengahan bulan September tahun 1965.
3.3 Pengaruh Paham Nasakom Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia Saat Itu
Pancasila diimplementasikan secara melenceng dengan adanya Nasakom. Nasakom
dan era kepemimpinan Orde Lama telah menyalahi sila-sila dalam Pancasila itu sendiri,
seperti adanya Demokrasi Terpimpin yang menyalahi sila keempat Pancasila. Selain itu,
memasuki era ini, Pancasila bergeser ke arah sosialis. Di era Orde Baru, implementasi
Pancasila dilakukan secara ketat dan diinterpretasikan sebagai suatu hal yang kaku dan
mutlak. Tindakan menyalahi Pancasila menurut pemerintah saat itu akan dikenai hukuman
12

dan lebih jauh sering ditemui pelanggaran yang dilakukan pemerintah saat itu. Interpretasi
Pancasila selain itu juga menjadi alat yang melanggengkan kekuasaan rezim kekuasaan
saat itu. Di era ini, Pancasila mulai mendapat pengaruh ke arah paham liberal. Pancasila
dalam kerangka paham Nasakom terbukti gagal dan dinilai menyebabkan konflik, oleh
sebab itu Pancasila harus dikembalikan secara benar. Namun pada
kenyataannya,pengembalian Pancasila sebagai dasar negara tidak sejalan dengan
implementasinya saat itu.

PENUTUP
Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan
yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di
Indonesia. Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban
berasal dari para Jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk
menolak laporan pertanggung jawaban Presiden Soekarno kepada MPRS.
13

Dengan ditolaknya laporan Presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali


ke pemerintahan yang berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945.
Para pimpinan PKI telah mengalami pertemuan rahasia selama
beberapa kali untuk menyusun rencana kudeta pada tanggal 30 September 1965.
Gerakan ini secara fisik dilakukan oleh Kolonel Untung. Pada tanggal 1 Oktober
1965 dini hari, Kolonel Untung memerintahkan anggotanya untuk menculik,
menyiksa dan membunuh tujuh perwira tinggi AD.
Setelah SUPERSEMAR di umumkan, perjalanan politik di Indonesia
mengalami masa transisi. Kepemimpinan Soekarno kehilangan supermasinya.
MPRS kemudian meminta Presiden Soekarno untuk mempertanggung jawabkan
hasil pemerintahannya, terutama berkaitan dengan G 30S/ PKI. Dalam
Sidang Umum MPRS tahun 1966 Presiden Soekarno memberikan
pertanggung jawaban pemerintahannya, khususnya mengenai masalah yang
menyangkut peristiwa G 30S/ PKI

Peristiwa
G
30S/PKI
yang
dengan
lebih
peristiwa
dikenal
dilakukan
pemberontakan
yang
menyebarkan
paham
komunis
Pemberontakan
di
Indonesia.
ini
korban,
dan
banyak
korban
para
Jendral
berasal
AD.
dari
laporan
untuk
pertanggung
menolak
jawaban
Presiden
MPRS.
ditolaknya
Dengan
laporan
Presiden
ini,
maka
Soekarno
pemerintahan
yang
berazaskan
pancasila
dan
kepada
UUD
1945.
telah
pertemuan
mengalami
rahasia
selama
beberapa
kali
kudeta
pada
tanggal
30
Gerakan
September
ini
secara
1965.
fisik
Untung.
Oktober
Pada
1965
tanggal
dini
hari,
1
Kolonel
Untung
anggotanya
menculik,
menyiksa
untuk
dan
perwira
membunuh
tujuh
tinggi
AD.
umumkan,
politik
di
Indonesia
perjalanan
mengalami
masa
Soekarno
supermasinya.
kehilangan
MPRS
kemudian
meminta
mempertanggung
untuk
jawabkan
hasil
terutama
30S/
Sidang
PKI.
Umum
Dalam
MPRS
tahun
1966
Presiden
pertanggung
pemerintahannya,
jawaban
khususnya
mengenai
menyangkut
G
30S/
PKI
peristiwa

Refleksi Kritis
Berdasarkan penjelasan diatas seharusnya kita sekarang menjadikan hal tersebut
suatu hal yang patut direnungkan yang dapat kita amalkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila sebagaimana sudah dijelaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
14

1945 dan dari peristiwa G 30S/PKI kita juga dapat belajar untuk tidak mengulangi hal
tersebut di masa pemerintahan yang akan datang. Terlebih lagi timbul korban jiwa hanya
untuk merebutkan kekuasaan semata, bangsa Indonesia memiliki budi luhur yang baik dan
berwibawa sehingga hal tersebut menjadi pemacu bagi kita untuk dapat mengambil hal
yang baik dari peristiwa tersebut.
Ajaran Nasakom (Nasionalime, Agama, Komunis) yang diakomodasi oleh Ir.
Soekarno sendiri ini menimbulkan benih penyimpangan terhadap ideologi dan konstitusi
bangsa yakni pancasila dan UUD 1945. Hal ini berakibat pada kedudukan PKI yang
semakin kuat. Dengan adanya Nasakom tersebut maka kedudukan pancasila di Indonesia
menjadi pudar. Beberapa kebijakan-kebijakan juga seakan akan memberat sebagian orang
yang tidak mempunyai jabatan. Paham ini sangat bertentangan dengan konsep pancasila
yang telah mempersatukan bangsa ini, sehinnga tidak sedikit orang yang tidak setuju dan
menentang kebijakan yang diusulkan oleh Soekarno. Berbagai polemik yang terjadi di
masyarakat mengharuskan Soekarno harus mundur dari jabatannya sebagai presiden.
Marilah kita menghormati Pancasila ini yang kedudukannya merupakan sumber dari
berbagai sumber hukum dengan mengembangkan sikap-sikap yang sesuai dengan nilainilai Pancasila. Semoga generasi penerus bangsasekarang ataupun yang akan datang dapat
memimpin bangsa ini dengan baik menjadikan bangsa Indonesia lebih maju dari berbagai
aspek kehidupan.

Daftar Pustaka
Peter Kaseda, 27 April 2015, Sarwo Edhie Wibowo dan Tragedi 1965, Jakarta Kompas
http://recifiscarina.blogspot.co.id/2013/09/makalah-g30s-pki.html
http://blog.unnes.ac.id/dewinova13/2016/03/25/makalah-pendidikan-pancasila/
15

http://littledzawi.blogspot.co.id/2011/10/makalah-pembepontakan-g-30spki.html

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN........................................................................................................ .... 1
BAB 1 PERJALANAN KARIER SARWO EDHIE WIBOWO ................................ 2
BAB 2 PERISTIWA TERJADINYA G 30S/PKI......................................................... 4
16

2.1 Penyebab terjadinya G 30S/PKI....................................................................... 4


2.2 Proses terjadinya G 30S/PKI............................................................................ 5
2.3 Persaingan PKI dengan Angkatan darat.......................................................... 5
2.4 Penumpasan G 30S/PKI.................................................................................. 6
2.5 Pengaruh PKI di Jawa Tengah dan Jogjakarta................................................. 7
BAB 3 HUBUNGAN PERISTIWA G 30S/PKI DENGAN NASIONALISME....... 9
3.1 Latar Belakang Tercetusnya Paham Nasakom.................................................9
3.2 Makna dari Paham Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom)................. 9
3.3 Pengaruh Paham Nasakom Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia Saat Itu........ 13
PENUTUP ....................................................................................................................... 14
Refleksi Kritis........................................................................................................ 15
Daftar Pustaka....................................................................................................... 16

SARWO EDHIE WIBOWO DAN TRAGEDI G 30S/PKI

17

TUGAS AKHIR MANDIRI


CHARACTER BUILDING KEWARGANEGARAAN

Oleh
Desti Natalia 1901523891
Kelas: LD01

Teknik Informatika
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
2016

18

19

Anda mungkin juga menyukai