Pada tanggal 10 oktober 1965, Men/Pangad Letjen Ahmad Yani dan lima orang staf
umumnya diculik dari rumah mereka di jakarta dan dibawa dengan truk ke areal
perkebunan di lubang buaya. Ahmad Yani dan dua staf lainnya dibunuh pada saat
penangkapan berlangsung sedangkan tiga jenderal lainnya dibunuh saat tiba di areal
perkebunan kemudian jasad mereka di lempar ke dasar sumur.
Komandan RPKAD Kol Sarwo Edhie Wibowo segera membebaskan RRI yang
dikuasi G 30S/PKI, mengamankan PAU Halim Perdanakusuma yang menjadi markas G
30S/PKI, mencari jenazah para jenderal yang dibunuh dan menghabisi para pendukung G
30S/PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali (Julius Pour,2010:233-235).
Narasi resmi Peristiwa 1965 yang dikembangkan rezim Orde baru tidak melihat
peristiwa itu sebagai tragedi kemanusiaan. Tetapi sebagai sebuah peristiwa kemenangan
ideologi Pancasila terhadap kejahatan komunisme. Soeharto dan rezim Orde Baru dianggap
sebagai penyelamat Indonesia dari cengkeraman bahaya komunisme (Josef Djakababa,
2014: 361).
Sehingga dengan pembentukan makalah ini dapat mengetahui terjadinya peristiwa
G 30S/PKI, keterlibatan Sarwo Edhie Wibowo dalam peristiwa tersebut dan mengetahui
latar belakang tercetusnya paham Nasakom
BAB 1
PERJALANAN KARIER SARWO EDHIE WIBOWO
Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu Pon 25 Juli 1925. Ia
angka bungsu dari empat bersaudara keluarga Kepala Rumah Gadai Purworejo
Kartowilogo. Dalam diri ayahnya mengalir darah bangsawan dan pejuang yang gigih
melawan penjajah Belanda. Sedangkan ibunda Sarwo Edhie Wibowo, RAy Sutini
Kartowilogo adalah keturunan bangsawan yang menjadi laskar Pangeran Diponegoro.
Sarwo Edhie Wibowo sangat senang ketika ayahnya mendaftarkannya di HIS, sekolah
dasar selama tujuh tahun yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Belanda. Hanya
anak-anak priyayi dan keturunan Belanda yang bisa masuk HIS.
Setelah tamat MULO, ia mohon izin pada ibunya RAy Sutini Kartowilogo untuk
menjadi Heiho (pembantu tentara). Ketika ia pergi ke Surabaya untuk dididik menjadi
Heiho, selama beberapa hari ibunya menagis. Berbeda dengan tentara PETA, Heiho tidak
mempunyai perwira dari kalangan mereka. Perwira-perwira mereka semuanya orang
Jepang. Di asrama, kerja Sarwo Edhie Wibowo hanya memotong rumput, membersihkan
WC dan mengatur tempat tidur tentara Jepang yang membuatnya nyaris keluar. Tiga bulan
disana, ajudan Kohara Butai membawanya ke Magelang untuk mengikuti latihan calon
bintara PETA. Belum selesai dididik di sana, ia diboyong ke Bogor buat mengikuti latihan
sebagai calon perwira. Ternyata ia memang berbakat dan menjadi salah satu lulusan
Shodancho (Letda) terbaik.
Sarwo Edhie Wibowo mengikuti ajakan Achmad Yani, sahabatnya semasa
pendidikan PETA dan bergabung dalam Batalyon III BKR yang dikomandani oleh Achmad
Yani sendiri. Ia pun terlibat dalam pertempuran melawan sekutu yang datang untuk
melucuti tentara jepang yang diboncengi tentara NICA di Magelang. Setelah pengakuan
kedaulatan, karier Sarwo Edhie Wibowo mulai menanjak. Ia menjadi Komandan Kompi
Bantuan Resimen 13 TT IV/Diponegoro (1952-1953) dan Komandan Batalyon 439 TT
IV/Diponegoro (1955-1957). Ia terpilih sebagai Wakil Komandan Resimen Taruna AMN
(1958-1959) dan Komandan SPKAD (1959-1961). Akhirnya, ia menjadi Komandan
RPKAD yang merupakan masa paling gemilang dalam perjalanan pengabdiannya terhadap
2
Republik Indonesia umumnya dan AD khususnya. Ada aturan tidak tertulis, seorang
Komandan RPKAD harus berasal dari kalangan perwira yang berlatih komando di
Batujajar, Jawa Barat atau pelatihan setara di luar negeri. Sebaliknya, pendidikan yang
pernah dijalani Sarwo Edhie Wibobwo bukanlah sekolah komando. Belakangan demi
melengkapi syarat itu, Sarwo Edhie Wibowo dikirim ke Batujajar menjalani pelatihan
singkat komando. Hal itu kemudian berguna baginya dalam menjalankan operasi
penumpasan G 30S/PKI (Tempo, 2012: 35 dan Ken Conboy, 2003: 115).
Banyak keberhasilan dalam operasi yang dilakukan oleh pasukan RPKAD
berkaitan dengan operasi penerjunannya di antaranya di Pekanbaru dan Belawan di masa
pemberotakan PRRI/Permesta. Penerjunan bersama pasukan lain itu untuk menumpas
kaum pemberontak dan menghalangi maksud AS untuk mendaratkan Armada Ke-7 dengan
dalih akan melindungi warganya di daerah itu. Keberhasilan yang lain adalah penerjunan
pasuakan RPKAD di lapangan terbang Padang, pertempuran di Lubuk Jambi, perebutan
lapangan terbang Mapanget dan penerjunan pasukan RPKAD di hutan belantara Irian
Barat. Salah satu tugas penting RPKAD di bawah komando Kol Sarwo Edhie Wibowo
adalah Operasi Dwikora yang merupakan kebulatan tekad politik berkonfrontasi terhadap
pembentukan negera Federasi Malaysia, yaitu penggabungan bekas negara jajahan Inngris
di Asia Tenggara. Setelah proklamasi Federasi Malaysia, pemerintah RI memutuskan
hubungan diplomatik dengan Malaysia . Sementara itu di Malaysia sendiri muncul upaya
menentang pembentukan Federasi Malaysia. Setelah langkah diplomasi mengalami jalan
buntu, pendekatan militer pun ditingkatkan. Pada akhir 1964, RPKAD mengirim Tim
Khusus di bawah pimpinan Lettu Muhadi ke daerah Kuching. Pada Februari 1965,
Komandan RPKAD Kol Sarwo Edhie Wibowo membentuk beberapa Tim Khusus dengan
anggota dari Batalyon Tim Khusus yang ditangani dan dikendalikannya langsung.
BAB 2
3
PKI.
Mendekati Presiden Soekarno.
2. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur
Pada masa demokrasi terpimpin, indonesia menganut politik NEFO,
sehingga PKI dapat memperoleh dukungan dari Cina dan Unisoviet.
3. Konsep Naskom (Nasionalis, Agama, Komunis)
Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia, sehingga
PKI memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan aksi kudeta.
2.2 Proses Terjadinya Peristiwa G 30S/PKI
Para pimpinan PKI telah mengalami pertemuan rahasia selama beberapa kali untuk
menyusun rencana kudeta pada tanggal 30 September 1965. Gerakan ini secara fisik
dilakukan oleh Kolonel Untung. Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Kolonel Untung
4
7. Pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil ditemukan jenazah para Jenderal yang
menjadi korban G 30S/PKI yang kemudian dibersihkan dan disemayamkan di
Markas Besar Angkatan Darat dan baru dimakamkan pada tanggal 5 Oktober 1965.
Untuk menentramkan segala ketakutan dan kegelisahan masyarakat, dilakukan siaran RRI
yang menghimbau agar rakyat tetap tenang dan waspada.
2.5 Pengaruh G 30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta
a. Pengaruh G 30S/PKI di Jawa Tengah
Kolonel Suhirman yang merupakan Asisten Kodam VII/Diponegoro berhasi
menguasai markas Kodam VII/Diponegoro di Jawa Tengah serta menunjuk beberapa
orang sebagai pimpinan di beberapa daerah seperti Mayor Supardi memimpin pasukan
di Salatiga dan Mayor Kadri memimpin pasukan di Solo. Mereka juga menempatkan
pasukan di beberapa tempat strategis seperti di Markas Kodam Diponegoro, RRI, dan
telekomunikasi.
Letnan Kolonel Sastrobroto mengambil alih pimpinan Kodam VII/Diponegoro
dan beberapa tempat seperti,
1. Markas Kodam Resort Militer 071/Purwokerto yang di pimpin oleh Kepala Staf
Letnan Kolonel Soemitro.
2. Makorem 072/Yogyakarta yang dipimpin oleh Kepala Seksi 5 Mayor Mulyono.
3. Markas Brigade Infantri 6 yang dipimpin oleh Komandan Kompi Markas Kapten
Mintraso.
b. Pengaruh G 30S/PKI di Yogyakarta
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Mayor Mulyono mengumumkan dukunganya
terhadap G 30S/PKI. Mereka berhasil menguasai Makorem 072 dan menculik Letnan
Kolonel Sugiono. Aksi yang mereka lakukan pertama-tama mengeluarkan perintah
agar seluruh rakyat Yogyakarta mendukung G 30S/PKI, membagi-bagikan senjata
kepada anggota veteran setempat, serta melakukan demonstrasi secara besar-besaran
bersama dengan organisasi massa di depan Makorem 072 untuk mengatakan
dukungannya terhadap G 30S/PKI.
c. Pengaruh G 30S/PKI di Solo
Pada tanggal 2 Oktober 1965 Walikota Solo Oetomo Ramelan melalui siaran di
RRI menyatakan dukungannya terhadap G 30S/PKI. Mereka menduduki tempattempat strategis seperti kantor RRI, telekomunikasi, dan bank-bank negara. Gerkan
7
operasi penumpasan dimulai pada tanggal 2 Oktober 1965 dan berhasil merebut RRI,
markas Kodam Diponegoro, dan kota-kota di Jawa Tegah yang telah dikuasai oleh
PKI.
BAB 3
HUBUNGAN G 30S/PKI DENGAN NASIONALISME DI INDONESIA
3.1 Latar Belakang Tercetusnya Paham Nasakom
Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) tidak lebih dari ideologi yang
harus dipahami sebagai konsepsi pemikiran yang digunakan untuk melawan penjajahan
dan penindasan atau imperialisme. Sebagai pemikiran politik, yang mulai ditangkap
Soekarno setelah pemberotakan radikal babak pertama (di bawah pimpinan PKI akhir
tahun 1926 dan awal tahun 1927) yang dapat diberangus oleh kolonialis Belanda, maka
pada akhir tahun 1920-an Soekarno muncul sebagai aktivis gerakan yang memiliki
kepemimpinan yang lihai dalam menangkap kehendak dan tuntutan rakyat akan
kemerdekaan dari penjajahan.
Pada 1956 Sukarno secara terbuka mengkritik demokrasi parlementer, yang
menyatakan bahwa itu didasarkan pada konflik inheren yang berlawanan dengan gagasan
Indonesia harmoni sebagai keadaan alami antar hubungan manusia. Sebaliknya, ia mencari
sistem yang didasarkan pada sistem tradisional desa dengan menampilkan diskusi dan
konsensus, dibawah bimbingan para tetua desa. Ia mengusulkan campuran antara tiga
unsur nasionalisme, agama dan komunisme menjadi pemerintah koperasi Nas-A-Kom.
Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia
tentara, kelompok-kelompok Islam, dan komunis. Dengan dukungan dari militer, pada
bulan Februari ia menyatakan Demokrasi Terpimpin, dan mengusulkan kabinet yang akan
mewakili semua partai politik penting (termasuk PKI).
Bung Karno mengajarkan azas Nasionalisme, Agama/ Islam, dan Marxisme/
komunisme (Nasakom) dengan tujuan mengikat seluruh himpunan masyarakat untuk
berjuang bersama-sama.
3.2 Makna dari Paham Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom)
Nasakom terdiri dari 3 konsep yang sangat berbeda satu sama lain. Pertama adalah
konsep Nasionalis yang berpandangan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia yang diciptakan dan dipertahankan dalam kedaulatan sebuah negara atau nation.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan
tersebut terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak
beranjak dari situ. Misalnya, saat Indonesia mengalami gejala nasionalisme pertama secara
bangsa pada tahun 1908 di mana organisasi Boedi Oetomo berdiri, ada perasaan yang
muncul bahwa mereka prihatin dengan keadaan sesama mereka. Yaitu orang-orang yang
kesulitan keuangan yang mereka lihat sebagai saudara sebangsa. Kemudian nasionalisme
itu berkembang terus saat Indonesia memerdekakan diri sebagai satu bangsa sebagai
bentuk pertahanan diri dari kolonialisme. Itulah yang melandasi mengapa konsep
Nasionalisme selalu tidak jauh dari Soekarno, karena beliau lebih memikirkan bagaimana
mustahil akan pro-Nasakom. Tak heran jika sejak kelahirannya, Nasakom diserang dan
dimusuhi oleh banyak masyarakat.
Inti ajaran Nasakom adalah persatuan. Empiris konsepsi Nasakom menyatakan
kemerdekaan bangsa Indonesia berarti bebas dari segala bentuk intervensi negara lain,
berjuang dalam tataran multi-kemanusiaan melewati batas-batas negara, serta menjalin
persatuan dengan negara-negara berkembang yang kekayaan alamnya juga dikeruk negara
maju. Persamaan inilah yang tidak diajarkan oleh Orde Baru dan menurun ke era
Reformasi.
Ketiga konsep ini saling bertentangan di Indonesia, banyak sebab yang
menimbulkan pro-kontra selain orang-orang tidak menerima konsep, tetapi juga karena
kisruh politik yang melihat bahwa hanya salah satu konsep yang unggul. Kecemburuan
tersebut membawa Indonesia ke dalam peperangan dalam wilayahnya sendiri. Konsep
Nasakom ini berakhir setelah adanya peristiwa G 30S/PKI yang meruntuhkan dominasi
Komunis di Indonesia.
1. Bentuk Penyelewengan Terhadap Paham Nasakom
2. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom
Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi
parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada masa
demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan pemahaman
mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan ajaran Nasakom
(Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk menggalang persatuan bangsa.
Bagi presiden Nasakom merupakan cerminan paham berbagai golongan dalam
masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan melaksanakan Nasakom maka
persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom mulai disebarkan pada masyarakat.
Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya untuk memperkuat kedudukan
Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja dengan menolak presiden.
11
Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan
ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan
mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela Nasakom. Keterlibatan
PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa
dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi komunis.
Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan kekuasaan pemerintahan yang sah dengan
alat propaganda melalui media massa yang mereka miliki, yakni Harian
Rakyat dan Bintang Merah. Akhirnya PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden
Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
Hubungan antara PKI dan Soekarno sendiri pada masa Demokrasi Terpimpin dapat
dikatakan merupakan hubungan timbal balik. PKI memanfaatkan popularitas Soekarno
untuk mendapatkan massa. Pada bulan Mei 1963, MPRS mengangkatnya menjadi presiden
seumur hidup. Keputusan ini mendapat dukungan dari PKI. Sementara itu di unsur
kekuatan lainnya dalam Demokrasi Terpimpin, TNI Angkatan Darat, melihat
perkembangan yang terjadi antara PKI dan Soekarno, dengan curiga. Terlebih pada saat
angkatan lain, seperti TNI-Angkatan Udara, mendapatkan dukungan dari Soekarno. Hal ini
dianggap sebagai sebuah upaya untuk menyaingi kekuatan TNI Angkatan Darat dan
memecah belah militer untuk dapat ditunggangi. Keretakan hubungan antara Soekarno
dengan pemimpin militer pada akhirnya muncul. Keadaan ini dimanfaatkan PKI untuk
mencapai tujuan politiknya. Sikap militan yang radikal yang ditunjukkan PKI melalui
agitasi dan tekanan-tekanan politiknya yang semakin meningkat, membuat jurang
permusuhan yang terjadi semakin melebar. Konflik yang terjadi itu kemudian mencapai
puncaknya pada pertengahan bulan September tahun 1965.
3.3 Pengaruh Paham Nasakom Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia Saat Itu
Pancasila diimplementasikan secara melenceng dengan adanya Nasakom. Nasakom
dan era kepemimpinan Orde Lama telah menyalahi sila-sila dalam Pancasila itu sendiri,
seperti adanya Demokrasi Terpimpin yang menyalahi sila keempat Pancasila. Selain itu,
memasuki era ini, Pancasila bergeser ke arah sosialis. Di era Orde Baru, implementasi
Pancasila dilakukan secara ketat dan diinterpretasikan sebagai suatu hal yang kaku dan
mutlak. Tindakan menyalahi Pancasila menurut pemerintah saat itu akan dikenai hukuman
12
dan lebih jauh sering ditemui pelanggaran yang dilakukan pemerintah saat itu. Interpretasi
Pancasila selain itu juga menjadi alat yang melanggengkan kekuasaan rezim kekuasaan
saat itu. Di era ini, Pancasila mulai mendapat pengaruh ke arah paham liberal. Pancasila
dalam kerangka paham Nasakom terbukti gagal dan dinilai menyebabkan konflik, oleh
sebab itu Pancasila harus dikembalikan secara benar. Namun pada
kenyataannya,pengembalian Pancasila sebagai dasar negara tidak sejalan dengan
implementasinya saat itu.
PENUTUP
Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan
yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di
Indonesia. Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban
berasal dari para Jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk
menolak laporan pertanggung jawaban Presiden Soekarno kepada MPRS.
13
Peristiwa
G
30S/PKI
yang
dengan
lebih
peristiwa
dikenal
dilakukan
pemberontakan
yang
menyebarkan
paham
komunis
Pemberontakan
di
Indonesia.
ini
korban,
dan
banyak
korban
para
Jendral
berasal
AD.
dari
laporan
untuk
pertanggung
menolak
jawaban
Presiden
MPRS.
ditolaknya
Dengan
laporan
Presiden
ini,
maka
Soekarno
pemerintahan
yang
berazaskan
pancasila
dan
kepada
UUD
1945.
telah
pertemuan
mengalami
rahasia
selama
beberapa
kali
kudeta
pada
tanggal
30
Gerakan
September
ini
secara
1965.
fisik
Untung.
Oktober
Pada
1965
tanggal
dini
hari,
1
Kolonel
Untung
anggotanya
menculik,
menyiksa
untuk
dan
perwira
membunuh
tujuh
tinggi
AD.
umumkan,
politik
di
Indonesia
perjalanan
mengalami
masa
Soekarno
supermasinya.
kehilangan
MPRS
kemudian
meminta
mempertanggung
untuk
jawabkan
hasil
terutama
30S/
Sidang
PKI.
Umum
Dalam
MPRS
tahun
1966
Presiden
pertanggung
pemerintahannya,
jawaban
khususnya
mengenai
menyangkut
G
30S/
PKI
peristiwa
Refleksi Kritis
Berdasarkan penjelasan diatas seharusnya kita sekarang menjadikan hal tersebut
suatu hal yang patut direnungkan yang dapat kita amalkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila sebagaimana sudah dijelaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
14
1945 dan dari peristiwa G 30S/PKI kita juga dapat belajar untuk tidak mengulangi hal
tersebut di masa pemerintahan yang akan datang. Terlebih lagi timbul korban jiwa hanya
untuk merebutkan kekuasaan semata, bangsa Indonesia memiliki budi luhur yang baik dan
berwibawa sehingga hal tersebut menjadi pemacu bagi kita untuk dapat mengambil hal
yang baik dari peristiwa tersebut.
Ajaran Nasakom (Nasionalime, Agama, Komunis) yang diakomodasi oleh Ir.
Soekarno sendiri ini menimbulkan benih penyimpangan terhadap ideologi dan konstitusi
bangsa yakni pancasila dan UUD 1945. Hal ini berakibat pada kedudukan PKI yang
semakin kuat. Dengan adanya Nasakom tersebut maka kedudukan pancasila di Indonesia
menjadi pudar. Beberapa kebijakan-kebijakan juga seakan akan memberat sebagian orang
yang tidak mempunyai jabatan. Paham ini sangat bertentangan dengan konsep pancasila
yang telah mempersatukan bangsa ini, sehinnga tidak sedikit orang yang tidak setuju dan
menentang kebijakan yang diusulkan oleh Soekarno. Berbagai polemik yang terjadi di
masyarakat mengharuskan Soekarno harus mundur dari jabatannya sebagai presiden.
Marilah kita menghormati Pancasila ini yang kedudukannya merupakan sumber dari
berbagai sumber hukum dengan mengembangkan sikap-sikap yang sesuai dengan nilainilai Pancasila. Semoga generasi penerus bangsasekarang ataupun yang akan datang dapat
memimpin bangsa ini dengan baik menjadikan bangsa Indonesia lebih maju dari berbagai
aspek kehidupan.
Daftar Pustaka
Peter Kaseda, 27 April 2015, Sarwo Edhie Wibowo dan Tragedi 1965, Jakarta Kompas
http://recifiscarina.blogspot.co.id/2013/09/makalah-g30s-pki.html
http://blog.unnes.ac.id/dewinova13/2016/03/25/makalah-pendidikan-pancasila/
15
http://littledzawi.blogspot.co.id/2011/10/makalah-pembepontakan-g-30spki.html
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN........................................................................................................ .... 1
BAB 1 PERJALANAN KARIER SARWO EDHIE WIBOWO ................................ 2
BAB 2 PERISTIWA TERJADINYA G 30S/PKI......................................................... 4
16
17
Oleh
Desti Natalia 1901523891
Kelas: LD01
Teknik Informatika
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
2016
18
19