Lap. Distek Any Keper
Lap. Distek Any Keper
II.Teori Dasar
2.1 Anyaman
Kain tenun terbentuk dari anyaman tertentu dari benang-benang. Anyaman adalah
silangan antara benang ke arah panjang kain (benang lusi/warp) dengan ke arah lebar
kain(pakan/weft). Anyaman ini akan berpengaruh terhadap mengkeret, karena semakin
banyak gerakan naik turun suatu benang pada panjang tertentu akan semakin besar pula
mengkeretnya dan begitu sebaliknya. Anyaman pada tekstil di golongkan menjadi 5
bagian :
1 Anyaman dasar, dimana terdiri dari :
Anyaman polos .
Anyaman Keper
Anyaman satin .
2 Anyaman turunan
Anyaman ini merupakan turunan dari anyaman polos,yang pada anyaman polos
dan keper terbagi atas turunan langsung dan tidak langsung .Sedangkan pada satin
hanya turunannya saja.
3 Anyaman campuran
4 Anyaman dengan benang berwarna
5 Anyaman dengan tenunan rangkap
6
Anyaman khusus, misalnya; anyaman pique, anyaman handuk, anyaman berbulu, anyaman
dengan benang pengisi, anyaman permadani dan lain-lain.
Nomor benang adalah merupakan suatu ukuran kehalusan atau kekasaran dari
suatu benang.
Nomor benang adalah perbandingan antara panjang dan berat atau sebaliknya.
Sistem Penomoran Benang
Ada dua sistem untuk Penomoran Benang.
a. Sistem Langsung
Sistem ini digunakan untuk pengukuran berat per satuan panjang benang.
Ketika nomor benang meningkat, maka kehalusan benang akan menurun. (Nomor
benang kehalusan )
Unit yang biasa digunakan dalam sistem ini pengukuran adalah:
1) Tex (1 Tex = 1g / 1000m)
2) Denier (1 Denier = 1g / 9000m)
b. Sistem Tidak Langsung
Sistem ini digunakan untuk pengukuran panjang per satuan berat benang.
Ketika nomor benang meningkat, maka kehalusan juga meningkat. (nomor benang
kehalusan )
Subsistem umum digunakan sistem tidak langsung adalah:
1) Sistem Inggris (1 Ne = 1 Hank / lb)
2) Sistem Metrik (1 Nm = 1 Km / kg)
c. Tetal lusi/ pakan
Tetal lusi/pakan adalah jumlah helai benang lusi/pakan untuk suatu panjang
tertentu dari kain ( untuk lusi kearah lebar kain dan untuk pakan ke arah panjang
kain).
d.Mengkeret lusi/ pakan
Mengkeret lusi/pakan adalah perbandingan antara selisih panjang benang dan
panjang kain dengan panjang benang dinyatakan dalam persen (%).
Karena kain dibentuk dari suatu anyaman tentunya ada saat dimana suatu benang harus
bergerak naik dan bergerak turun. Gerakan tersebut akan mempengaruhi kebutuhan bahan
baku untuk menghasilkan suatu kain. Akibat gerakan tersebut maka panjang benang
dengan kain yang dihasilkan akan berbeda. Perbedaan itulah yang disebut dengan
mengkeret.
Pada kain tenun dengan anyaman keper, float benang yang membentuk garis
keper akan menunjukkkan kecenderungan untuk merubah bentuk, dari bentuk lurus ke
bentuk belok pada ujung-ujungnya. Perubahan bentuk ini akan tampak jika float dilihat
dengan bantuan kaca pembesar atau loop. Selanjutnya perubahan bentuk ini disebut
Defleksi.
Apabila float terdiri dari benang dengan putaran S, maka defleksinya akan sesuai
dengan bentuk huruf S. Demikian pula float yang terdiri dari benang dengan putaran Z,
defleksinya akan sesuai dengan bentuk huruf Z.
Tetal benang dalam anyaman keper
Tetal maksimum (firm setting) dalam kain akan mengakibatkan setiap silangan
pakan mengurangi banyaknya lusi sebesar l diameter pakan (dp). Sehingga apabila
dalam 1 raport anyaman terdapat l = 8 maka tetal tetal lusi berkurang sebanyak 8 dp dari
tetal maksimum diluar kain.
Pada kain biasa, umumnya terdapat perbedaan antara tetal lusi dengan tetal pakan.
Tergantung benang mana yang akan ditonjolkan pada permukaan kain, maka benang
yang harus menonjol tersebut diberi tetal yang lebih tinggi.
Mistar
Timbangan
3.2 Bahan
Kain contoh yang akan diuji.
IV.Cara kerja
4.1 anyaman
1. Tentukan arah lusi dan pakan dari kain dengan berpedoman pada hal-hal berikut ini:
- Arah lusi selalu sejajar dengan pinggiran kain
- Pada kain biasanya masih dapat dilihat bekas-bekas dari sisir yang berupa
-
garis lurus
Arah garis-garis bekas sisir ini adalah arah lusi
Bila salah satu arah benang dalam kain adalah gintir maka benang gintir
4. Dari panjang dan berat benang maka nomornya dapat dihitung sesuai dengan SNI 080268-1989 cara uji nomor benang kapas
4.3 Tetal lusi/pakan
1. Dengan kaca pembesar dan dibantu jarum , jumlah lusi atau pakan dihitung untuk setiap
2,5 cm
2. Pengujian dilakukan paling sedikit pada lima tempat secara merata
3. Kalau tetal lusi/pakan kurang dari 10 helai tiap cm maka perhitungan lusi/pakan
dilakukan setiap 7,5 cm
4. Kalau lebar kain 7,5 cm atau kurang maka seluruh benang dihitung
4.4 Mengkeret lusi/pakan
1. Contoh uji dipotong sejajar dengan benang-benangnya (lusi/pakan) dengan ukuran 20 x
20 cm
2. Diambil 20 helai benang lusi/pakan, masing-masing 10 helai dari kedua bagian
pinggirnya
3. Masing-masing benang lusi/pakan diberi pembebanan sesuai dengan SNI 08-0262-1989.
Kondisi contoh uji untuk pengujian serat, benang dan kain kapas. Meteran panjangnya
diukur dan dihitung panjang rata-ratanya
4. Mengkeret lusi/ pakan dapat dihitung dengan rumus:
V. Data Percobaan
Anyaman Keper
Tetal
Panjang benang
Lusi (cm)
(
hl/inchi
Pakan (cm)
20
20
20
20,1
20,4
20,2
20
20,2
20,2
20,3
20
20,3
20,3
20,3
20
20,3
20,2
20,2
20
20,2
20,2
20,2
20
20
20
20,1
20
20,3
20,3
20,3
20,3
20,2
20,2
20,1
20,2
20,3
20,1
20,2
20,3
20,1
L = 403,8
Pjg lusi =
P = 402,8
Pjg pakan =
20,19
20,14
Mengkeret Lusi=
Mengkeret Pakan=
20,1420
100 =0,69
20,14
berat ( gr)
0,085
Tex=
Td=
1000 1000
=
=21,0526
Nm 47,50
9000 9000
=
=189,4736
Nm 47,50
Pakan
panjang( m) 4,028
Nm=
=
=50,35
berat ( gr)
0,080
Tex=
1000 1000
=
=19,8609
Nm 50,35
Td=
9000 9000
=
=178,7487
Nm 50,35
Berat kain
a. Berat kain / m2
1. Penimbangan
Berat kain/m2 =
Berat kain/m2 =
100
100 cm/m
( cmhl ) 100 cm/m 100mL
NmLusi100 cm/m
90,6
100
100 cm/m
100 cm/m
2,54
1000,94
Berat Lusi=B 2=
47,50 100 cm/m
100
100 cm/m
99,06
47,50 100 cm/m
Tetal
Berat Pakan=B 3=
100
100 cm/m
( cmhl ) 100mcm 100mP
NmPakan 100 cm/m
64,3
100
100 cm/m
100 cm/m
2,54
1000.69
Berat Pakan=B 3=
50,35 100 cm /m
100
100 cm/m
99,31
50,35 100 cm/m
25,31100 cm/m
Berat Pakan=B 3=
Berat kain
=B 2+ B 3
m2
Berat kain
=75,78+50,61=126,39 gram
m2
BbBk
126,39110
100 =
100 =12,96
Bb
126,39
Selisih=
2
1
1
VI.Diskusi
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil berat kain pada hasil
penimbangan sebesar 110 gram/m2 sedangkan pada hasil perhitungan didapatkan berat kain
sebesar 126,39 gram/m2. Dan selisih keduanya didapat sebesar 12,96%. Berdasarkan teori
yang ada selisih berat kain hasil penimbangan dengan berat kain hasil perhitungan yang
paling baik adalah < 5%. Pada praktikum yang telah dilakukan selisih yang didapat melebihi
5%. Hal ini disebabkan oleh kesulitan saat menentukan arah lusi dan pakan yang akan
mempengaruhi penimbangan, karena apabila salah menentukan arah lusi maka hasil
penimbangan akan terbalik. Oleh karena itu perlu kita pahami cara menentukan lusi, berikut
adalah berbagai cara menentukan lusi. Lusi rata rata lebih banyak dan lebih rapat dari pada
pakan. Tekstur permukaan lusi lebih kasar dibandingkan pakan. Apabila terdapat pinggiran
pada kain maka lusi searah dengan pinggiran kain. Pada saat menggunting kain 20x20 cm
diperlukan kehati-hatian karena apabila hasilnya tidak rata dan sedikit terpotong maka akan
mempengaruhi penimbangan. Selain itu pada saat meniras benang, terkadang didapatkan
hasil tirasan benang yang tidak utuh sehingga akan mempengaruhi penimbangan. Hal lain
yang penyebab adalah pada saat menentukan tetal lusi/pakan. Menentukan tetal lusi/pakan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan lup atau dengan cara di urai. Pada saat
menentukan tetal lusi/pakan menggunakan lup, kain sebaiknya di letakkan diatas meja secara
merata agar memudahkan saat menghitung tetal dan pengujian dilakukan paling sedikit
dilima tempat secara merata, agar tetal yang dihasilkan akurat. Sedangkan pada saat
menentukan tetal lusi/pakan dengan cara diurai, hal yang harus diperhatikan adalah pada saat
mengurai benang lusi dan pakan, sebaiknya benang hasil tirasan dipisahkan antara lusi dan
pakan sebab jika benang lusi dan pakan hasil tirasan tercampur maka akan mempengaruhi
hasil perhitungan.
VII.Kesimpulan
Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari kain contoh uji
yang merupakan kain keper, maka diperoleh :
-
Rata-rata Tetal Lusi adalah 90,6 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan adalah 64,3
helai/inchi.
Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 0.94% dan Mengkeret Benang Pakan (M P) adalah
0,69 %.
Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 47,50 dan Nomor Benang Pakan adalah (Nm) 50,35
Berat Lusi setelah Perhitungan adalah 75,78 gram dan Berat Pakan setelah Perhitungan
adalah 50,61 gram.
Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah dilakukan
perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 12,96 %.
LAPORAN
DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN DASAR
ANYAMAN KEPER
Disusun oleh:
Nama: Silvy Ramadhani
Npm: 15020028
Grup; 2K1
Dosen: Dra. Ae Kusna
Makki, S.ST., MT.
Desti M.,S.ST.
Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, l974.
https://www.scribd.com/document/245422707/ALDDY-ANYAMAN-TURUNAN
http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-desain-tekstil-1.html
http://ekafajrie.blogspot.co.id/2013/11/dekomposisi-kain-anyaman-plain.html