Referat THT Rezza Jadi
Referat THT Rezza Jadi
PENDAHULUAN
Ototoksisitas merupakan keadaan gangguan pada telinga yang
disebabkanoleh obat atau zat kimia yang merusak telinga bagian
dalam atau saraf vestibulocochlear, yang mengirim info keseimbangan
dan pendengaran daritelinga bagian dalam ke otak. Otoksisitas dapat
menyebab gangguan pendengaran,keseimbangan, atau keduanya baik untuk
sementara waktu atau permanen.Banyak zat kimia yang berpotensi
bersifat ototoksik, baik itu berupa obat atau zatkimia yang ada di
lingkungan kita. Obat apapun yang berpotensi menyebabkanreaksi
toksik terhadap struktur dalam telinga, yang mencakup koklea,
vestibulum,kanalis semisirkularis, dan otolit, dianggap sebagai obat
ototoksik.1
Beberapa obat dapat menyebabkan reaksi toksik pada struktur
telingadalam, termasuk koklea, vestibulum, semisirkular kanal, dan
otolit, dianggapsebagai ototoksik. Obat dapat menginduksi struktur
pendengaran dan sistemkeseimbangan yang dapat menyebabkan terjadinya
kehilangan pendengaran,tinnitus dan pusing. Gangguan pendengaran
akibat toksisitas kadang bersifatsementara tetapi kebanyakan bersifat
menetap pada sebagian besar golonganAminoglikosida. Telah
diketahui bahwa gangguan pendengaran atau ketulianmempunyai
dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga, masyarakatmaupun
Negara.
Penderita
akan
mengalami
kesulitan
dalam
akhirnya
berakibat
pada
rendahnya
kualitashidup yang
bersangkutan.
Obat-obat ototoksik yang menyebabkan kerusakan sistem
pendengarandan keseimbangan dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran, tinnitus, danpusing. Kelas obat-obat tertentu yang
menyebabkan ototoksisitas telah ditetapkan,dan lebih dari 100 kelas
obat telah dikaitkan dengan toksisitas. Factor yangmempengaruhi
ototoksisitas
mencakup
dosis,
durasi
terapi,
penyakit
yang
telah
terbukti
memiliki
efek
toksik
pada
Kehilangan
pendengaran
atau
gangguan
keseimbangan
yang
apakahkeuntungannya
lebih
banyak
daripada
untuk
menyembuhkan
kerusakan
akibat
obat-obatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI TELINGA DALAM
Auris
interna
(telinga
bagian
dalam)
atau
organum
endolimfe
dan
organ-organ
akhir
untuk
pendengaran
Cochlea
Bagian labyrinthus osseus unu yang berbentuk seperti keong,
berisi duktuscochlearis, bagian auris interna yang berhubungan
dengan pendengaran. Cochleamembuat 2,5 putaran, mengelilingi
sumbu tulang yang disebut modiolus danberisi terusan-terusan untuk
pembuluh darah dan saraf. Putaran cochlea basalyang lebar
menyebabkan terbentuknya promontorium pada dinding medial
cavitastimpani.
Vestibulum
Ruang yang kecil dan jorong ini (panjangnya kira-kira 5 mm)
berisiutriculus dan sacculus, bagian-bagian peranti keseimbangan. Ke
anteriorvestibulum bersinambungan dengan cochlea tulang, ke
posterior dengan canalssemicirculares ossei, dan dengan fossa crani
posterior melalui aqueductusvestibule. Aqueductus vestibule melintas
ke permukaan posterior pars petrosa dandi sini bermuara di sebelah
postero-lateral meatus acusticus internus. Di dalamnyaterdapat ductus
endolymphaticus dan dua pembuluh darah kecil.
Labyrinthus Membranaceus
Labyrinthus membranaceus terdiri dari urut-urutan kantung dan
pipa yang saling berhubungan dan terbenam di dalam labyrinthus
osseus. Di dalam labyrinthus membranaceus terdapat endolimfe,
cairan yang menyerupai air komposisinya berbeda dari perilimfe
dalam
labyrinthus
osseus
yang
meliputinya.
Labyrinthus
2.2
GANGGUAN
PENDENGARAN
AKIBAT
OBAT
OTOTOKSIK
2.2.1 Patogenesis
Mekanisme gangguan pendengaran akibat obat ototoksik masih
belum begitu jelas. Patologinya meliputi hilangnya sel rambut luar
yang lebih apikal, yang diikuti oleh sel rambut dalam. Hal ini
permulaannya menyebabkan gangguan pendengaraan frekuensi tinggi
yang dapat berlanjut ke frekuensi rendah. Pasien-pasien tertentu tidak
diuretik
kuat
dapat
pulih
dengan
menghentikan
dini
gangguan
pendengaran
pada
ototoksisitas
2.2.3 Penatalaksanaan
Tuli yang diakibatkan oleh obat-obat ototoksik tidak dapat
diobati. Bila pada waktu pemberian obat-obat ototoksik terjadi
gangguan pada telinga dalam dapat diketahui secara audiometrik,
maka
pengobatan
dengan
obat-obatan
tersebut
harus
segera
2.2.4 Pencegahan
Berhubung tidak ada pengobatan untuk tuli akibat obat
ototoksik, maka pencegahan menjadi lebih penting. Dalam melakukan
pencegahan ini termasuk mempertimbangkan penggunaan obat-obat
ototoksik, menilai kerentanan pasien, monitoring ketat level obat
dalam serum dan fungsi ginjal harus baik sebelum, selama dan setelah
terapi. Cara lain adalah dengan mengukur fungsi audiometri sebelum
terapi,
memonitor
efek
samping
secara
dini,
yaitu
dengan
2.2.5 Prognosis
Prognosis sangat tergantung kepada jenis obat, jumlah dan lamanya
pengobatan, kerentanan pasien, adanya faktor resiko seperti gagal
ginjal akut ataupun kronis dan penggunaan obat ototoksik yang lain
secara bersamaan akan tetapi pada umumnya prognosis tidak begitu
baik dan malah makin memburuk.4
tobramisin,
sisomisin,
netilmisin.
Antibiotic
besar
basil
gram-negatif
aerob
lainnya,
dan
juga
untuk
penanganan
tuberculosis.
Streptomisin
adalah
B. Epidemiologi
Walaupun
ototoksisitas
merupakan
efek
samping
dari
angka
kejadian
pastinya
masih
kontroversial.
C. Patofisiologi
Toksisitas aminoglikosida paling sering terjadi pada ginjal dan
system kokleovestibular; akan tetapi, tidak ada keterkaitan antara
tingkat keparahan nefrotoksisitas dengan ototoksisitas. Toksisitas pada
koklear yang menyebabkan kehilangan pendengaran mulai pada
frekuensi tinggi dan disebabkan oleh kerusakan yang menetap pada
sel rambut bagian luar pada organ corti. Mekanisme ototoksisitas
aminoglikosida dimediasi oleh gangguan pada sintesis protein
mitokondira, dan pembentukan radikal oksigen bebas. Dasar seluler
pada kehilangan pendengaran akibat aminoglikosida adalah kerusakan
sel rambutkoklear, terutama sel rambut di bagian luar. Aminoglikosida
tampaknya membentuk radikal bebas didalam telinga bagian dalam
dengan mengaktivasi sintetase nitrit oksida sehingga meningkatkan
menyebabkan
pola
ototoksisitas
yang
berbeda
dengan
toksisitas
vestibular
biasanya
mencakup
E. Pencegahan
Pencegahan
pengawasan
ototoksisitas
kadarobat
aminoglikosida
dalam darah
dan fungsi
melibatkan
renal
serta
2.3.3 Cisplatin
A. Definisi
Cisplatin merupakan obat anti kanker yang digunakan untuk
mengobati sejumlah keganasan seperti kanker testis, kanker ovarium
dan beberapa keganasan pediatric. Dosis pemeliharaan membatasi
efek samping cisplatin yaitu ototoksisitas dan neurotoksisitas. Jika
dikombinasikan dengan vinblastin dan bleomisin atau etoposide dan
bleomisin, terapi cisplatin dapat menyembuhkan kanker testis
nonseminomatous. Cisplatin adalah senyawa platinum yang paling
B. Epidemiologi
Cisplatin
memiliki
potensi
ototoksik
yang
tertinggi
C. Patofisiologi
Mekanisme ototoksisitas cisplatin dimediasi oleh produksi
radikal bebas dan kematian sel. Senyawa platinum merusak stria
vaskularis dalam skala media dan menyebabkan kematian sel rambut
pada bagian luar radikal bebas dihasilkan oleh NADPH oksidase pada
sel rambut bagian dalam setelah terpapar cisplatin. NADPH oksidase
merupakan
enzim
yang
mengkatalisa
pembentukan
radikal
radikal bebas yang penting dalam koklea, yang dapat berperan dalam
terjadinya kehilangan pendengaran. Radikal bebas yang dihasilkan
melalui mekanisme ini kemudian menyebabkan kematian sel
apoptotik yang dimediasi mitokondria dan dimediasi kaspase, yang
pada
akhirnya
menyebabkan
kehilangan
pendengaran
yang
permanen.3
E. Pencegahan
Lakukan pemeriksaan audiogram dan pemeriksaan audiogram
lanjutan secara berkala selama terapi untuk semua pasien yang
mendapatkan obat ini. Lakukan pemeriksaan ini sesegera mungkin
sebelum siklus obat yang selanjutnya sehingga efek dari siklus yang
sebelumnya dapat diketahui. Yang terakhir, pasieh harus melanjutkan
B. Patofisiologi
Efek ototoksisitas dari loop diuretic tampaknya berkaitan
dengan stria vascularis, yang dipengaruhi oleh perubahan dalam
gradient ionik diantara perilimfe dan endolimfe. Perubahan ini
menyebabkan edema epithelium dari stria vascularis. Bukti juga
memperlihatkan bahwa endolimfatik berpotensi berkurang, akan tetapi
hal ini biasanya bergantung pada dosis dan reversible. Ototoksisitas
yang disebabkan oleh asam ethacrynic tampaknya terjadi secara lebih
bertahap dan lebih lama disembuhkan daripada yang disebabkan oleh
furosemide atau bumetanide. Secara keseluruhan, ototoksisitas yang
disebabkan oleh obat loop diuretic biasanya dapat sembuh sendiri
pada pasien dewasa.3,7
pasien
yang
menderita
gagal
ginjal,
pasien
yang
D. Pencegahan
Pencegahan ototoksisitas yang disebabkan oleh loop diuretic
terdiri dari penggunaan dosis yang paling rendah untuk mencapai efek
yang diinginkan dan menghindari pemberian secara cepat. Selain itu,
faktor resiko yang berkaitan dengan pemberian obat ini harus
diperiksa seteliti mungkin, termasuk pemberian bersama dengan obat
ototoksik lainnya dan riwayat gagal ginjal. Karena potensiasi dan
sinergisme efek ototoksik dari aminoglikosida dan loop diuresis telah
diketahui, pemberian bersama obat-obat ini tidak direkomendasikan.3
2.3.5 Salisilat
Aspirin dan salisilat yang lain sangat berkaitan dengan tinnitus
dan gangguan pendengaran sensorineural. Gangguan pendengaran
bergantung pada dosis dan dapat berkisar dari moderat hingga parah.
Jika konsumsi obat dihentikan, pendengaran kembali normal dalam
waktu 72 jam. Tinnitus terjadi saat mengkonsumsi aspirin dengan
dosis sebesar 6 hingga 8 g/hari dan pada dosis yang lebih rendah pada
beberapa pasien. Tempat terjadinya efek ototoksik tampaknya pada
tingkat mekanik koklear dasar, seperti yang dibuktikan dengan
gangguan pendengaran sensorineural, hilangnya emisi otoakustik,
penurunan aksipotensial koklear, dan perubahan ujung saraf auditori.
Efek-efek ini mungkin disebabkan oleh perubahan pada turgiditas dan
motilitas sel rambut di bagian luar.7
gangguan
pendengaran
sensorineural,
dan
gangguan
BAB III
KESIMPULAN
dapat
menyebab
gangguan
pendengaran,
pengobatan
dengan
obat-obatan
tersebut
harus
segera
DAFTAR PUSTAKA
1. Haybach,
P.J.
2011.
Ototoxicity.
Diakses
dari
http//:
Toxicity: