Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem
perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau
jasa). Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup
aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang
merupakan output dari setiap organisasi industri itu. Produksi adalah bidang yang
terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, di mana produksi
memiliki suatu jalinan hubungan timbal-balik (dua arah) yang sangat erat dengan
teknologi. Produksi dan teknologi saling membutuhkan.
Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah,
meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah
menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai
terobosan dan penemuan baru. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik
merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang
fungsional lain seperti keuangan, personalia, dll.
Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen
struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses
transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual
dengan harga kompetitif di pasar.
Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem
produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional. Sistem
produksi memiliki beberapa karakteristik berikut:
1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling
berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini
berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi
itu.
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan
produk (barang atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga
kompetitif dipasar.

3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input


menjadi output secara efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa
optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.
Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan
fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional
sistem produksi itu. Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem
produksi terdiri dari: bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal,
energi, informasi, tanah, dan lain lain. Sedangkan komponen atau elemen
fungsional terdiri dari: supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan
kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi.
Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek
lingkungan, seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan
pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu.
Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi
sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau
peralatan, dalam suatu lingkungan, guna menghasilkan nilai tambah bagi produk,
agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses itu mengkonversi input
terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang
terorganisasi.
1. 2. Tujuan Sistem Informasi Produksi
Tujuan dari sistem informasi produksi ini :
1) Digunakan dalam merencanakan, monitoring dan mengontrol proses
produksi yg terjadi sehingga lebih efisien
2) Menghasilkan efisiensi proses produksi, kontrol kualitas yg ketat serta
menghasilkan produk yg lebih bagus
3) Mengurangi biaya dari penggunaan berbagai inventarisasi dengan
mendapatkan kontrol material yang baik
4) Produksi yang dihasilkan tepat

1. 3. Cakupan Sistem Informasi Produksi


A. Produksi Atas Dasar Pesanan
Sistem informasi produksi atas dasar pesanan merupakan suatu
strategi yang reaktif, maksudnya menunggu hingga saldo suatu jenis
barang mencapai tingkat tertentu dan kemudian memicu pesanan
pembelian.
Karakteristik Proses Produksi berdasar pesanan adalah sebagai berikut :
a. Sifat produksi

: terputus-putus/intermitten

b. Tujuan produksi : untuk memenuhi pesanan


c. Bentuk produksi : sesuai dengan spesifikasi pesanan
d. Dasar produksi

: atas dasar order

Contoh: perusahaan mebel, perusahaan modiste, industri pesawat


terbang, industri galangan kapal
B. Produksi Untuk Persediaan (Pasar)
Sistem informasi produksi untuk persediaan adalah suatu strategi
material proaktif yaitu mengidentifikasikan material, jumlah dan tanggal
yang dibutuhkan. Sistem informasi produksi untuk persediaan memiliki 4 (
empat ) komponen yakni :
1. Sistem penjadwalan produksi
2. Sistem material requirement planning
3. Sistem capacity requrement planning
4. Sistem pelepasan pesanan
Manfaat sistem informasi produksi untuk persediaan adalah :
a. Perusahaan dapat mengelola materialnya secara lebih esien
b. Perusahaan dapat menghindari kehabisan persediaan barang
c. Perusahaan mengetahui kebutuhan material dimasa depan
d. Pembeli dapat merundingkan perjanjian pembeli dengan pemasok
C. Struktur Organisasi
Salah satu perangkat yang paling penting dari sistem informasi
adalah manusia sebagai pengelola informasi. Oleh karena itu hubungan
antara sistem informasi dengan pengelolanya sangat erat. Sistem informasi
yang dibutuhkan sangat tergantung dari kebutuhan pengelolanya. Oleh

karena itu bentuk atau jenis sistem informasi yang diperlukan sesuai
dengan level manajemennya.
a. Manajemen Level Atas: untuk perencanaan strategis, kebijakan dan
pengambilan keputusan
b. Manejemen Level Menengah: untuk perencanaan taktis dan
pengambilan keputusan.
c. Manejemen Level Bawah: untuk perencanan dan pengawasan
operasi dan pengambilan keputusan.
d. Operator: untuk pemrosesan transaksi dan merespon permintaan.
Kelebihan Dan Kekurangan Struktur Organisasi.
Kelebihan struktur organisasi produk :
a. Penanggung jawab dari produk akan sangat jelas, sehingga fokus
kinerja terhadap konsumen lebih jelas dan memuaskan.
b. Faktor lingkungan yang berubah dengan cepat juga akan sangat
sesuai jika dihadapi dengan jenis sturktur organisasi ini.
Kekurangan struktur organisasi produk :
a. Koordinasi antarproduk akan semakin kesulitan.
b. Keahlian teknik akibat spesialisasi tidak akan tercapai dan
standardisasi produk yang sulit juga merupakan kelemahan yang
dimiliki oleh struktur organisasi ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Informasi Produksi


2.1.1 Pengertian Sistem
a. Menurut Raymond McLeod
Sistem

adalah

himpunan

dari

unsur unsur

yang

saling

berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu.


b. Menurut Bertalanffy
Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berinteraksi
dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
c. Menurut W. Gerald Cole
Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur prosedur yang
saling berhubungan yang disusun sesuai

dengan suatu skema

yang

menyeluruh, untuk melaksanakan fungsi utama dari perusahaan.


Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan
dengan mengkoordinasikan sekelompok sumber daya yang berfungsi
bersama sama untuk
mencapai suatu tujuan.
2.1.2 Pengertian Informasi
Informasi adalah data yang diolah, sehingga lebih beguna, berarti, dan
dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat oleh orang yang
menerimanya.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sekumpulan hardware, software, brainware,
prosedur dan atau aturan yang diorganisasikan secara integral untuk mengolah
data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalah dan
pengambilan keputusan. Sistem informasi adalah satu kesatuan data olahan yang
terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk
gambar, suara maupun tulisan. Sistem informasi adalah sekumpulan komponen
pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan
komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu

bidang tertentu. Dalam sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi,


hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh
pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi antara lain, fleksibel, efektif
dan efisien.
Sistem informasi adalah kumpulan antara subsub sistem yang saling
berhubungan yang membentuk suatu komponen yang didalamnya mencakup input
proses output yang berhubungan dengan pengolaan informasi (data yang telah
diolah sehingga lebih berguna bagi penggunanya). Suatu sistem informasi (SI)
atau information system (IS) merupakan aransemen dari orang, data, proses
proses, dan antar muka yang berinteraksi mendukung dan memperbaiki beberapa
operasi sehari hari dalam suatu bisnis termasuk mendukung memecahkan soal dan
kebutuhan

pembuat

keputusan

manejemen

dan

para

pengguna

yang

berpengalaman di bidangnya. Sebuah sistem informasi merupakan suatu


kumpulan atau seperangkat komponen yang berhubungan dan mendukung dengan
fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi.
Hasil dari proses tersebut digunakan pihak manajemen sebagai suatu dasar dalam
pembuatan keputusan organisasi. Selain itu, sistem informasi yang baik juga dapat
membantu dalam hal penganalisaan dan visualisasi masalah dalam penciptaan
produk baru. Bentuk aplikasi sistem informasi dalam fungsi area bisnis
a) Masing masing bagian dalam suatu corporation (badan hukum) memiliki
struktur organisasi
b) Masing masing bagian area bisnis dalam struktur organisasi memiliki
fungsi dan tugas yang berbeda (sistem informasi)
c) Masing masing area di dukung oleh sistem informasinya sendiri, meski di
antara area dapat saling sharing informasi
d) Untuk melihat macam aplikasi sistem informasi dapat dilihat (bergantung)
Dari bentuk struktur organisasi pada masing masing fungsi area bisnisnya.
Berbagai macam fungsi area bisnis : akuntansi, keuangan, pemasaran,
produksi/operasi dan human resources
2.1.4 Pengertian Produksi
a. Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo
Produksi merupakan penciptaan/ penambahan faedah bentuk, waktu, dan
tempat atas faktorfaktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan
6

manusia. Proses transformasi/ perubahan bentuk faktorfaktor tersebut disebut


proses produksi.
b. Menurut Horngren
Produksi merupakan koordinasi dan pemasangan (assembly) dari sumber
daya untuk menghasilkan barang atau menghantarkan jasa

Produksi adalah suatu proses konversi/perubahan masukan yang berupa


sumber daya untuk menghasilkan keluaran berupa barang atau jasa agar dapat
beguna untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2.1.5 Pengertian Sistem Produksi
Sistem produksi merupakan kumpulan dari subsistem subsistem yang
saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output
produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal,
dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan
berikut hasil sampingannya, seperti limbah, informasi dan lain sebagainya.
Manufacturing Information System merupakan organisme kompleks ini
menerima masukan dari dunia luar (konsep produk dan layanan, pesanan, bahan
dan energi), menggunakan satu set sumber daya untuk menanggapi suatu
masukan, mengubah bahan atau komponen menjadi bentuk yang dibutuhkan atau
diinginkan oleh pelanggan, dan beroperasi dalam kendala yang ditentukan oleh
fisik, keuangan, keterbatasan manusia, dan politik. Subsistem subsistem dari
sistem produksi tersebut antara lain adalah:
1. Perencanaan dan pengendalian produksi
2. Pengendalian kualitas
3. Perawatan fasilitas produksi
4. Penentuan standar standar operasi
5. Penentuan fasilitas produksi
6. Penentuan harga pokok produksi
Subsistem subsistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk
konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini
tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses
produksinya). Cara membuat produk tersebut dapat berupa jenis proses produksi
menurut cara menghasilkan output, operasi dari pembuatan produk, dan variasi
produk yang dihasilkan.
7

1. Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output


Proses produksi merupakan cara, metode, dan teknik untuk menciptakan
atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya
produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dana) yang ada. Sistem produksi
menurut proses menghasilkan output secara ekstrem dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Proses Produksi Kontinyu (continuous process)
b. Proses Produksi Terputus (intermittent process/discrete system)
Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada lamanya waktu setup
peralatan produksi. Proses kontinyu tidak memerlukan waktu setup yang lama
karena proses ini memproduksi secara terus menerus untuk jenis produk yang
sama. Misalnya pada pabrik susu instan. Sedangkan proses terputus memerlukan
total waktu setup yang lebih lama karena proses ini memproduksi berbagai proses
spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan adanya pergantian jenis barang
yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan setup yang berbeda. Misalnya usaha
perbengkelan.
Selain dua jenis ekstrem tersebut, beberapa ahli sistem produksi
mengidentifikasikan adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output
yang cukup

penting,

yaitu

Proses

Produksi

Repetitif.

Heizer

(1988)

mendefinisikan proses produksi repetitif sebagai kombinasi antara proses


kontinyu dan proses terputus.
2. Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya
Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasi dalam hubunganya
dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu:
a) Enginering To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsen untuk
membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa).
b) Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar,
modul modul opsional standar yang sebelumnya dan merakit suatu
kombinasi tertentu dari modul modul tersebut sesuai dengan pesanan
konsumen. Modul modul standar tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe

produk. Contohnya adalah pabrik mobil, dimana mereka menyediakan


pilihan transmisi secara manual atau otomatis.
c) Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhinya
jika dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item
tersebut.
d) Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item item yang
diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan
konsumen diterima.
3. Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk
Ada tiga jenis dasar aliran operasi, yaitu flow shop, job shop, dan proyek
(Kostas, 1982). Ketiga jenis dasar aliran operasi ini berkembang menjadi aliran
operasi modifikasi dari ketiganya, yaitu batch dan continuous). Adapun
karakteristik masing masing aliran tersebut, yaitu
a) Flow Shop, yaitu proses konversi dimana unit unit output secara berturut
turut melalui urutan operasi yang sama pada mesin mesin khusus, biasanya
ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksi. Bentuk umum proses flow
shop dapat dibagi menjadi jenis produksi flow shop kontinyu dan flow
shop terputus. Pada flow shop kontinyu, proses bekerja untuk
memproduksi jenis output yang sama, misalnya pada industri rokok SKM
otomatis. Pada slow shop terputus, kerja proses secara periodik diinterupsi
untuk melakukan setup bagi pembuatan produk dengan spesifikasi yang
berbeda (meskipun dari desain dasar yang sama). Continuous, proses ini
merupakan bentuk ekstrem dari flow shop dimana terjadi aliran material
yang konstan. Contoh dari proses kontinyu adalah industri penyulingan
minyak, pemrosesan kimia, dan industri industri lain dimana kita tidak
dapat mengidentifikasi unit unit output urutan prosesnya secara tepat.
b) Job Shop, merupakan bentuk proses konversi dimana unit unit untuk
pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan
melalui pusat pusat kerja yang dikelompokan berdasarkan fungsinya.
c) Batch, merupakan bentuk satu langkah kedepan dibandingkan job shop
dalam hal standarisasi produk, tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti
produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop.

d) Proyek, merupakan proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit
dengan suatu pendefinisian urutan tugas yang teratur dengan kebutuhan
sumber daya dan penyelesaiannya dibatasi oleh waktu.
2.2 Komponen komponen
Komponen-komponen dari Sistem Informasi,
1. Hardware merupakan peralatan phisik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan, memasukan, memproses, menyimpan dan mengeluarkan
hasil pengolahan data dalam bentuk informasi.
2. Software merupakan kumpulan dari progam progam yang digunakan
untuk menjalankan komputer.
3. Brainware atau sumber daya manusia merupakan sumber daya yang
terlibat dalam pembuatan, sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan
data, pendistribusian dan pemanfaatan informasi.
4. Prosedure adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara
berulang ulang dengan cara yang sama.
5. Teknologi Jaringan Telekomunikasi adalah penggunaan media elektronik
atau cahaya untuk memindahkan data atau informasi dari satu lokasi ke
satu atau beberapa lokasi lain yang berbeda.
2.3 Fungsi dari Bagian Sistem Informasi Produksi
2.3.1 Fungsi dan tugas manajemen keuangan
Fungsi dan tugas manajemen keuanganadalah salah satu kepentingan di
dalam manajemen yang merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan
pemanfaatan sumber daya keuangan dalam kegiatan entitas secara efisien dan
efektif, dalam kerjasama secara terpadu dengan fungsi fungsi lainnya seperti riset
dan penelitian, produksi, pemasaran dan sumberdaya manusia.
Bidang Keuangan mempunyai fungsi :
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan, pengkoordinasian,
penyelenggaran tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, pelaksanaan dan
pengendalian di bidang akuntansi, verifikasi dan perbendaharaan;
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan, pengkoordinasian
penyelenggaran tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, pelaksanaan dan
pengendalian di bidang perbendahaaran;

10

c. Penginventarisasian permasalahan berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan


program kerja Bidang Keuangan.
d. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas dan program Bidang Keuangan.
2.3.2 Fungsi Pemasaran
Pemasaran adalah proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan serta
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa.
Ada tujuh fungsi pemasaran, yaitu:
1. Analisis Konsumen
Merupakan pengamatan dan evaluasai kebutuhan, hasrat dan
keinginan konsumen. Analisis konsumen melibatkan pengadaan survey
konsumen, penganalisisan informasi konsumen, pengevaluasian strategi
pemosisian pasar, pengambangan profil konsumen, dan penentuan strategi
segmentasi pasar yang optimal.
2. Penjualan Produk/Jasa
Penjualan meliputi banyak aktivitas pemasaran, seperti iklan,
promosi penjualan, publisitas, penjualan perorangan, manajemen tenaga
penjualan, hubungan konsumen, dan hubungan diler.
3. Perencanaan Produk dan Jasa
Perencanaan produk dan jasa meliputi berbagai aktivitas seperti uji
pemasaran, pemosisian produk dan merek, pemanfaatan garansi,
pengemasan, penentuan pilihan produk, fitur produk, gaya produk, kualitas
produk, penghapusan produk lama, dan penyediaan layanan konsumen.
Uji pemasaran merupakan salah satu teknik perencanaan produk dan jasa
yang paling efektif karena uji pasar memungkinkan sebuah organisasi
untuk menguji rencana rencana pemasaran alternatif dan meramalkan
penjualan produk baru.
4. Penetapan Harga
Lima

pemangku

kepentingan

(stakeholder)

mempengaruhi

keputusan penetapan harga (pricing): konsumen, pemerintah, pemasok,


distributor, dan pesaing.

11

5. Distribusi
Distribusi mencakup penggudangan, saluran saluran distribusi,
cakupan distribusi, lokasi tempat ritel, wolayah penjualan, tingkat dan
lokasi persediaan, kurir transportasi, penjualan grosir, dan ritel. Distribusi
menjadi sangat penting ketika sebuah perusahaan berusaha menerapkan
strategi pengembangan pasar atau integrasi ke depan.
6. Riset Pemasaran
Riset

pemasaran

adalah

pengumpulan,

pencatatan

dan

penganalisisan data yang sistematis mengenai berbagai persoalan yang


terkait dengan pemasaran barang dan jasa. Aktivitas riset pemasaran
mendukung semua fungsi bisnis yang pokok dari sebuah organisasi.
7. Analisis Peluang
Analisis peluang melibatkan penilaian atas biaya, manfaat dan
resiko yang terkait dengan keputusan pemasaran. Tiga langkah yang
diperlukan untuk membuat analisis biaya manfaat (costbenefit analysis):
(1) menghitung total biaya yang terkait dengan suatu keputusan,
(2) memperkirakan total manfaat dari keputusan tersebut dan
(3) membandingkan total biaya dengan manfaat.
Apabila manfaat yang diharapkan melampaui total biaya, maka
peluang itu menjadi lebih menarik.
2.3.3 Fungsi Persediaan
Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena
berbagai fungsi penting persediaan. Fungsi tersebut menurut Handoko
(2000), antara lain :
a. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi operasi
perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan
decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan
langganan tanpa tergantung pada supplier.
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan
penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih

12

murah, dsb), karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas


yang lebih besar dibandingkan dengan biaya biaya yang timbul karena
besarnya persediaan ( biaya sewa gudang, investasi dan resiko, dsb ).
c. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan, yang dapat
diperkirakan atau diramalkan berdasarkan pengalaman atau data data masa
lalu. Disamping itu, perusahan juga sering menghadapi ketidakpastian
jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang barang selama
periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan
ekstra yang sering disebut persediaan pengaman ( safety inventories ).
Pada kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi
decoupling. Persediaan antisipasi ini penting agar proses produksi tidak
terganggu.
Selain fungsi fungsi di atas, menurut Herjanto (1997) terdapat
enam fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi
kebutuhan perusahaan, antara lain :
a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau
barang yang dibutuhkan perusahaan.
b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan
c. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
sehingga perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak
tersedia di pasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan
kuantitas

( Quantity discount ).

2.3.4 Fungsi SDM (Sumber Daya Manusia)


Fungsi fungsi SDM terwujud dalam empat macam hubungan :
1. Hubungan Administrasi
Disini manajer puncak dan manajer fungsional yang lainnya
menganggap fungsi SDM relatif tidak penting dan memandang manusia

13

bukan sebagai keterbatasan maupun aset perusahaan dalam pengambilan


keputusan bisnis.
2. Hubungan Satu Arah
Terdapat hubugan skuensial antara perencanaan strategis dengan
fungsi fungsi SDM. Fungsi SDM merancang program dan sistem untuk
mendukung tujuan strategis perusahaan. Jadi SDM bereaksdi terhadap
inisiatif strategis tetapi tidak memiliki pengaruh, karena meskipun sudah
dianggap penting namun belum dianggap sebagai mitra bisnis yang
strategis.
3. Hubungan Dua Arah
Ditandai dengan hubungan resiprokal dan saling ketergantungan
antara perencanaan strategi dengan SDM. Fungsi SDM dipandang penting
dan dapat dipercaya. SDM berperan dalam penentuan arah strategis
perusahaan dan sudah dijadikan mitra strategis.
4. Hubungan Integratif
Ditandai oleh hubungan yang dinamis dan inter aktif antar fungsi
fungsi SDM dan perencanaan strategis. Di sini manajer SDM dipandang
sebagai sebenar benarnya mitra bisnis staregis dan dilibatkan dalam
keputusan strategis.
2.3.5 Fungsi Gudang
1. Mencapai ekonomi transportasi.
2. Mencapai ekonomi produksi.
3. Ambil keuntungan dari diskon pembelian kuantitas dan maju membeli.
4. Menjaga sumber pasokan.
5. Dukungan pelanggan perusahaan kebijakan pelayanan.
6. Memenuhi kondisi pasar yang terus berubah (misalnya musiman, fluktuasi
permintaan, persaingan).
7. Mengatasi perbedaan waktu dan ruang yang ada antara produsen dan
pelanggan.
8. Menyelesaikan biaya logistik keseluruhan setidaknya sepadan dengan
tingkat pelayanan yang diinginkan pelanggan.
9. Mendukung program tepat waktu bagi pemasok dan pelanggan.

14

10. Menyediakan pelanggan dengan campuran produk bukan produk tunggal


pada setiap order.
11. Menyediakan penyimpanan sementara bahan yang akan dibuang atau
didaur ulang (reverse logistics).
Sistem

informasi

manajemen

produksi

mendukung

fungsi

produksi/operasi yang meliputi semua aktivitas yang berkaitan dengan


perencanaan dan pengadilan

proses menghasilkan barang atau jasa.

Sistem ini mendapatkan dan memproses data mengenai semua aktivitas


mencakup produksi yang baik dan pelayanan (services) yang dibutuhkan
oleh konsumen.
Tujuan dari sistem informasi produksi ini :
1. Digunakan dalam merencanakan, monitoring dan mengontrol proses
produksi yg terjadi sehingga lebih efisien
2. Menghasilkan efisiensi proses produksi, kontrol kualitas yg ketat
serta menghasilkan produk yg lebih bagus
3. Mengurangi biaya dari penggunaan berbagai inventarisasi dengan
mendapatkan kontrol material yang baik
4. Produksi yang dihasilkan tepat
Dalam suatu perusahaan banyak faktor yang perlu mendapat
perhatian dan dukungan yang cepat dari pengelolaannya dalam upaya
mencapai tujuan operasional secara optimal. Pada saat ini komputer
merupakan salah satu alternatif utama untuk mendukung kegiatan
operasional suatu perusahaan, baik perusahaan besar, menengah, maupun
kecil. Komputer berfungsi sebagai alat bantu dalam menyelesaikan
masalah, baik untuk keperluan administrasi, perhitungan yang rumit, arsip,
pembuatan sistem informasi, pengambilan keputusan, dan lain lain.
Oleh sebab itu pada era globalisasi ini, komputer merupakan
pendukung yang handal dalam kemajuan suatu usaha. Salah satunya
adalah dalam bidang produksi barang. Salah satu fungsi dalam bidang
produksi yang sangat penting adalah menghitung harga pokok produksi.
Ketidakakuratan

dalam

menghitung

harga

pokok

produksi

akan

menimbulkan dampak yang negatif. Sebab harga pokok produksi

15

mempengaruhi harga jual suatu produk. Bila terlalu tinggi maka harga
jualnya pun relatif tinggi. Sehingga mengakibatkan kalah bersaing dengan
produk dari perusahaan lain yang mempunyai harga jual yang lebih
rendah. Sebaliknya, bila harga pokok produksi terlalu rendah, maka jelas
ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Fungsi lainnya yang juga
sangat penting dalam bidang produksi adalah kontrol produksi. Dalam
proses produksi suatu barang, kebanyakan memiliki tahapan tahapan
proses produksi yang cukup banyak.Yaitu mulai dari bahan baku sampai
terbentuk menjadi barang setengah jadi atau bahkan menjadi barang jadi.
Dari setiap tahapan proses produksi harus dikontrol dengan seksama.
Karena kesalahan kecil saja dari salah satu tahap dapat menyebabkan suatu
kerugian yang besar bagi perusahaan.
2.4. Sistem Informasi Produksi Berbasis Komputer
Salah satu sumber daya yang tersedia bagi seorang manager adalah
informasi, dimana informasi ini dapat dikelola seperti sumber daya yang lain yang
membentuk suatu sistem informasi sesuai dengan konsep dasar informasi. Agar
suatu sistem dapat dikenal dengan baik, maka sistem tersebut harus dipelajari.
Sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari beberapa elemen yang berinteraksi
untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem mempunyai susunan dasar, antara
lain: input, output, transformasi, mekanisme pengendalian, dan tujuan. Sistem
adalah suatu kelompok elemen yang berinteraksi atau saling tergantung secara
teratur yang membentuk satu kesatuan menuju pencapaian suatu tujuan. (APICS,
1998; Nauhria and Prakash, 1995) Setiap sistem harus memiliki paling sedikit
tujuh elemen yang saling bekerja sama agar mencapai tujuan dari sistem itu.
Ketujuh elemen dari sistem itu adalah: (1) tujuan (objectives), (2) pelanggan
(customers), (3) output, (4) proses, (5) input, (6) pemasok (supplier), dan (7)
pengukuran (measurements).
Manajemen sistem manufaktur terdiri dari dua konsep, yaitu: (1) konsep
manajemen, dan (2) konsep sistem manufaktur. Suatu sistem manufaktur
mengkonversi input yang berasal dari pemasok menjadi output untuk digunakan
oleh pelanggan, sedangkan manajemen sistem manufaktur memproses informasi
yang berasal dari sistem manufaktur, pelanggan, dan lingkungan melalui proses

16

manajemen

untuk

menjadi

keputusan

atau

tindakan

manajemen

guna

meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari sistem manufaktur itu.


Sistem manufaktur yang efektif dan efisien membutuhkan integrasi dari
banyak subsistem yang mempengaruhi dan mengendalikan proses manufaktur,
guna

memberikan

kemampuan

perusahaan

untuk

mencapai

tujuannya.

Berdasarkan kenyataan diatas, maka perusahaan-perusahaan manufaktur yang


akan mendominasi pasar di abad 21 adalah perusahaan yang memiliki dedikasi
total kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi mereka.
Agar industri manufaktur menjadi kompetitif dalam pasar global yang
dinamik, maka industri itu membutuhkan sistem informasi terintegrasi yang
mampu memberikan informasi secara komprehensif kepada manajemen untuk
membuat keputusan keputusan manajerial secara akurat. Dengan demikian
melalui sistem informasi terintegrasi yang akurat dan proses manajemen
manufaktur yang efektif, akan menghasilkan keputusan manajemen yang tepat
untuk peningkatan terus-menerus dari sistem manufaktur itu. Dengan kata lain
sistem informasi terintegrasi akan memberikan suatu keunggulan kompetitif bagi
sistem manufaktur.
2.5. Computer Integrated Manufacturing (CIM)
Teknologi komputer yang maju saat ini dapat menunjang berbagai macam
kegiatan produksi yang dapat lebih efisien. Berbagai sistem informasi produksi,
banyak yang dijalankan melalui Web, digunakan untuk mendukung manufaktur
terintegrasi dengan komputer (computer intragated manufacturing, CIM).
Manfaat dengan adanya CIM ini adalah :
1. Menyederhanakan (merekayasa ulang) proses produksi, desain produk,
dan organisasi pabrik sebagai dasar yang penting untuk otomatisasi serta
Integrasi.
2. Pengotomatisan Proses Produksi dan berbagai fungsi bisnis yang
mendukung mereka melalui komputer, mesin, dan robot.
3. Pengintegrasian semua proses produksi dan pendukung menggunakan
jaringan komputer, software lintas fungsi bisnis, serta teknologi bisnis
informasi lainya.

17

Tujuan umum dari CIM dan sistem informasi semacam itu adalah untuk
menciptakan proses produksi yang fleksibel dan lincah, yang secara efisien
menghasilkan berbagai produk berkualitas tinggi. Jadi, CIM mendukung berbagai
konsep sistem produksi yang fleksibel, produksi yang bergerak cepat dan
manajemen kualitas total.
Sistem

informasi

produksi

membantu

perusahaan

untuk

menyederhanakan, mengotomatisasi dan mengintegrasikan banyak aktivitas yang


dibutuhkan untuk menghasilkan berbagai jenis produk. Contohnya, komputer
digunakan untuk membantu para teknisi mendesain produk yang lebih baik
dengan

menggunakan

sistem

computeraided

engineering

(CAE)

dan

computeraided design (CAD), serta proses produksi yang lebih baik melalui
computeraided process planning.
Sistem computeraided manufacturing (CAM) adalah berbagai sistem yang
mengotomatisasi proses produksi. Contohnya, hal ini dapat dicapai dengan
memonitor serta mengendalikan proses manufaktur dalam pabrik (manufacturing
execution system MES) Manufacturing execution system (MES) adalah sistem
informasi pemonitor kinerja untuk operasi tempat kerja pabrik. Pengendalian
proses adalah penggunaan komputer untuk mengendalikan proses fisik yang terus
berjalan. Pengendalian mesin adalah penggunaan berbagai komputer untuk
mengendalikan berbagai tindakan mesin. Hal ini juga terkenal disebut sebagai
Pengendalian numerik (numerical control). Jadi sistem komputerisasi saat ini
sangat penting didalam menciptakan keputusan manajemen produksi.
2.6. Manajemen Produksi
Dalam melakukan kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus
dikelola yang sering disebut sebagai faktor faktor produksi yaitu :
1. Material atau bahan
2. Mesin atau peralatan
3. Manusia atau karyawan
4. Modal atau uang
5. Manajemen yang akan memfungsionalisasikan keempat faktor yang lain.
Dengan demikian manajemen operasi berkaitan dengan pengelolaan
faktor faktor produksi sedemikian rupa sehingga keluaran (output) yang

18

dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik kualitas, harga maupun


waktu penyampaiannya. Sekilas telah disebutkan dari uraian di atas bahwa
manajemen produksi operasi bertanggung jawab atas dihasilkannya keluaran
(output) baik yang berupa produk maupun jasa yang sesuai dengan permintaan
dan kebutuhan konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang
terjangkau serta disampaikan tepat pada waktunya. Bertitik tolak dari
tanggung jawab ini maka ukuran kinerja suatu sistem operasi dapat diukur
dari:
1. Ongkos Produksi
Bila dikaitkan dengan tujuan suatu sistem usaha, maka ukuran kinerja
sering diukur dengan keuntungan yang dapat dicapai, namun seperti diuraikan
diatas bahwa sistem produksi hanyalah salah satu dari sub sistem yang ada
dalam suatu sistem usaha, sehingga untuk mengukur seberapa besar kontribusi
sistem operasi di dalam pencapaian keuntungan bukanlah hal yang mudah.
Oleh sebab itu untuk mengukur kinerja sistem produksi diambil ukuran waktu
operasi tertentu (biasanya dalam waktu satu tahun) Ongkos produksi ini
meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk / jasa
ketangan konsumen. Dengan ongkos produksi yang murah diharapkan bahwa
produk / jasa dapat dipasarkan dengan harga yang dapat dijangkau oleh
konsumen.
2. Kualitas Produk / Jasa
Kenyataan menunjukan bahwa konsumen tidak hanya memilih
produk/jasa yang harganya murah namun juga produk/jasa yang berkualitas,
oleh sebab itu baik buruknya suatu sistem produksi juga diukur dari kualitas
produk/jasa yang dihasilkan. Ukuran kualitas produk yang dimaksudkan disini
tentunya yang disesuaikan dengan selera konsumen bukan ukuran kualitas
secara teknologi semata.
3. Tingkat Pelayanan
Bagi konsumen untuk menilai baik buruknya suatu sistem produksi /
operasi lebih dinilai dari pelayanan yang dapat diberikan oleh system produksi
kepada konsumen itu sendiri. Berbicara mengenai tingkat pelayanan (service
level) merupakan ukuran yang tidak mudah untuk diukur, sebab banyak

19

dipengaruhi oleh faktor faktor kualitatif, walaupun demikian beberapa


ukuran obyektif yang sering digunakan antara lain :
1. Ketersediaan (availability) dan kemudahan untuk mendapatkan produk /
jasa.
2. Kecepatan pelayanan baik yang berkaitan dengan waktu pengiriman
(delivery time) maupun waktu pemrosesan (processing time)
Agar dapat dicapai kinerja sistem operasi diatas maka seorang manajer
produksi / operasi dituntut untuk mempunyai sedikitnya dua kompetensi, yaitu
1) Kompetensi

Teknikal

yaitu

kompetensi

yang

berkaitan

dengan

pemahaman atas teknologi proses produksi dan pengetahuan atas jenis


jenis pekerjaan yang harus dikelola. Tanpa memiliki kompetensi teknikal
ini maka seorang manajer produksi / operasi tidak akan mengerti apa yang
sebenarnya harus diperbuat
2) Kompetensi Manajerial yaitu kompetensi yang berkaitan dengan
pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber sumber daya
(faktor faktor produksi) serta kemampuan untuk bekerja sama dengan
orang lain. Kompetensi ini sangat diperlukan mengingat penguasaan
pengelolaan atas faktor faktor produksi serta menjalin koordinasi dan
kerjasama dengan fungsi fungsi lain yang ada didalam suatu unit usaha
merupakan keharusan yang tak dapat dihindarkan.
2.7. Maintenance/Pemeliharaan
Maintenance (pemeliharaan) adalah semua aktivitas yang berkaitan untuk
mempertahankan peralatan sistem dalam kondisi layak bekerja. Sebuah sistem
pemeliharaan yang baik akan menghilangkan variabilitas sistem.
Strategi maintenance (pemeliharaan) adalah :
1. Menerapkan dan meningkatkan pemeliharaan pencegahan
2. Meningkatkan kemampuan atau kecepatan perbaikan
Untuk mengukur kesuksesan manajemen pemeliharaan, maka ada dua
unsur yang harus ditentukan terlebih dahulu, yaitu keterlibatan karyawan dan
prosedur pemeliharaan. Faktor karyawan dalam hal pemeliharaan dapat dilihat
dari informasi yang dimiliki karyawan, keahlian yang dimilikinya, kompensasi

20

yang diterima sebagai faktor penguat motivasi dan kekuatan sinergi yang perlu
dilakukan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan informasi dan keahlian
dalam kaitannya dengan kegiatan pemeliharaan, maka pihak manajemen dapat
menempuh beberapa hal yaitu :
1.

Pertukaran informasi. Melalui penciptaan iklim yang kondusif,


misalnya adanya bank data ( bank prosedur) yang berisikan data serta
prosedur tentang pemeliharaan segala jenis mesin dalam sistem
manufaktur.

2.

Pelatihan keahlian. Bagi karyawan yang belum memiliki keahlian yang


diharapkan, perusahaan dapat memilih untuk mengirimkan ke training
center yang menawarkan pelatihan pelatihan atau langsung dilatih
diperusahaan melalui on the job training.

Adapun tentang prosedur pemeliharaan mesin mesin, faktor yang perlu


diperhatikan adalah prosedur pembersihan dan pelumasan. Pembersihan ini
ditujukan untuk menghindari korosi, kemacetan akibat adanya kotoran dan
kegiatan ini dilakukan secara rutin. Sedangkan pelumasan bertujuan agar tidak
terjadi gesekan material mesin secara langsung, mendinginkan panas mesin pada
kondisi tertentu, dan memperpanjang umur mesin. Prosedur berikutnya adalah
monitor dan penyesuaian. Monitor harus dilakukan secara kontinue dengan jadwal
yang sudah ditentukan. Sistem monitor yang baik akan mampu melakukan
penyesuaian yang diperlukan.
Manfaat dari adanya kegiatan pemeliharaan ( maintenance) antara lain :
1. Perbaikan terus menerus.
Kegiatan ini menjadi kajian yang penting dalam manajemen
operasi, baik manufaktur maupun jasa, terutama pabrik pabrik yang
menggunakan mesin yang berputar dan beroperasi setiap saat.
2. Meningkatkan kapasitas.
Dengan adanya perbaikan yang terusmenerus, maka tidak akan ada
pengerjaan ulang / proses ulang, sehingga kapasitas akan meningkat.
3. Mengurangi persediaan.

21

Karena tidak perlu ada tumpukan bahan baku yang harus disiapkan
untuk melakukan produksi ulang.
4. Biaya operasi lebih rendah.
Akibat kapasitas yang meningkat disertai dengan persediaan yang
rendah, maka secara otomatis akan mengakibatkan biaya operasi lebih
rendah. Tidak perlu penyimpanan bahan baku dan tidak perlu adanya
biaya tambahan karena proses pengerjaan ulang.
5. Produktivitas lebih tinggi.
Jika biaya operasi lebih rendah, maka dari rumus produktivitas
adalah output/input akan diperoleh bahwa produktivitas akan lebih besar
(dengan catatan output konstan). Tentunya produktivitas akan lebih besar
lagi jika output semakin besar.
6. Meningkatkan kualitas.
Akan tercipta cost advantage, artinya dengan kualitas yang sama
baik, harga dapat ditetapkan menjadi lebih murah.
Terdapat dua jenis strategi pemeliharaan :
1. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan sebuah rencana yang meliputi pemeriksaan
rutin, pemeliharaan, dan menjaga fasilitas tetap dalam kondisi baik utuk
mencegah kegagalan. Sebuah tingkat kegagalan awal yang tinggi, dikenal sebagai
tingkat kematian dini (infant mortality), yang mungkin terjadi pada banyak
produk. Yang dimaksud tingkat kematian dini sendiri yaitu tingkat kegagalan di
awal kehidupan sebuah produk atau proses. Hasil yang cacat / gagal akan
menyebabkan tambahan biaya karena harus diproses kembali dan yang lebih besar
resikonya adalah kurangnya kepercayaan konsumen kepada perusahaan akibat
produk gagal. Tambahan yang timbul menyebabkan biaya produksi membengkak
( tidak minimal). Jika biaya produksi membengkak, maka harga barang menjadi
tinggi. Pemeliharaan yang periodik dan terencana sangat diperlukan pada fasilitas
fasilitas produksi, jika tidak akan mengakibatkan kerusakan Unit Kritis
dikarenakan :
a) Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan terhentinya seluruh
aktivitas proses produksi.

22

b) Kerusakan fasilitas tersebut akan mempengaruhi kualitas produk.


c) Investasi yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut cukup besar.
d) Kerusakan fasilitas tersebut akan membahayakan pekerja, baik
kesehatan maupun keselamatannya.
Preventive maintenance ini dapat mengatasi kerusakan yang tiba tiba
terjadi. Hal ini dikarenakan preventive maintenance ini dapat mendeteksi dan
menangkap sinyal kapan suatu system akan mengalami kerusakan serta
menentukan kapan suatu system memerlukan service ( perbaikan).
Dengan teknik pelaporan yang baik, perusahaan dapat menjaga arsip
proses, mesin, atau peralatan individu. Arsip seperti itu dapat menyediakan profil
yang berisi baik jenis pemeliharaan yang diperlukan maupun waktu pemeliharaan
yang dibutuhkan. Sejarah pemeliharaan peralatan merupakan bagian yang sangat
penting bagi sebuah system pemeliharaan pencegahan, seperti halnya catatan
mengenai waktu dan biaya perbaikan. Arsip seperti ini juga memberikan
informasi serupa tentang keluarga peralatan begitu juga pemasok.
2. Pemeliharaan Kerusakan / Perbaikan
Pemeliharaan kerusakan adalah pemeliharaan secara langsung yang terjadi
ketika peralatan gagal dan harus diperbaiki dalam kondisi darurat atau dengan
dasar prioritas.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mesin
produksi, yaitu :
1. Pemilihan rancang bangun yang tidak sesuai
2. Keterampilan operator dan petugas pemeliharaan yang tidak mendukung
dalam pegoperasian mesin produksi
3. Kelalaian dalam pemeliharaan dasar, seperti kebersihan dan pelumasan
4. Kondisi mesin atau peralatan yang sudah aus akibat gesekan, dan
5. Kesalahan menjaga kondisi operasi mesin pada saat beroperasi
Kerusakan yang disebabkan beberapa hal di atas, akan mengakibatkan :
1) Inefisiensi operasi, karena harus melakukan pemrosesan ulang.
2) Reputasi yang buruk, karena berubahnya cara pandang konsumen terhadap
produk.

23

3) Rendahnya profitability, karena berkurangnya permintaan konsumen


dalam jangka panjang.
4) Kehilangan pelanggan yang beralih ke produk lain, karena produk yang
gagal.
5) Menurunnya kualitas produk, karena produk yang gagal.
6) Karyawan menjadi tidak puas, karena menghasilkan produk yang gagal.
7) Keuntungan menjadi semakin rendah akibat menurunnya permintaan.
Karena itu perlu untuk meningkatkan kemampuan memperbaiki.
Memperbesar atau meningkatkan fasilitas pemeliharaan dapat menjadikan sistem
bekerja secara lebih cepat. Sebuah fasilitas pemeliharaan yang baik memerlukan
enam fitur berikut : Personel yang terlatih dengan baik, Sumber daya yang cukup,
Kemampuan untuk menetapkan sebuah rencana perbaikan dan prioritas,
Kemampuan dan otoritas untuk melakukan perencanaan material, Kemampuan
untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan, Kemampuan untuk mendesain cara
untuk memperluas mean time between failures (waktu rata rata kegagalan).
2.8. Reliability (Keandalan)
Reliability (reliabilitas) adalah peluang sebuah komponen mesin atau
produk akan bekerja secara baik untuk waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.
Taktik keandalan adalah :
1. Meningkatkan komponen individual
2. Memberikan redundancy
Tujuan pemeliharaan dan keandalan adalah untuk mempertahankan
kemampuan sistem serta mengendalikan biaya. Strategi Pemeliharaan dan
Reliabilitas yang baik membutuhkan keterlibatan karyawan dan prosedur yang
baik.
Pemeliharaan akan menyebabkan reliabilitas, dan reliabilitas akan
menyebabkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Untuk mengelola masing
masing komponen, maka teknik yang digunakan adalah :
1) Meningkatkan komponen individual
Untuk mengukur keandalan di sebuah sistem di mana setiap komponen
atau individu mungkin hanya memiliki tingkat keandalan tersendiri, digunakan

24

metode perhitungan keandalan sistem (Rs) sangat sederhana. Perhitungan ini


mencoba menemukan hasil kali dari keandalan individu sebagai berikut:
Rs = R1 x R2 x R3 x x Rn ..(1)
Dengan asumsi bahwa keandalan sebuah komponen individu tidak
bergantung pada keandalan komponen yang lain (setiap komponen berdiri
sendiri). Keterandalan juga dapat diartikan sebagai peluang yang berfungsi dalam
waktu yang telah ditentukan. Ukuran keterandalan yang paling sering dilakukan
adalah tingkat kegagalan produk (product failure rate / FR). Perusahaan yang
memproduksi peralatan berteknologi tinggi sering menyediakan data tingkat
kegagalan produk mereka.
FR (%) = (Jumlah unit yang rusak/Jumlah unit yang diuji) x 100% ..(2)
atau
FR (N) = Jumlah unit yang rusak/Jumlah unit jam waktu operasi ..(3)
Juga menggunakan waktu ratarata antara kegagalan ( mean time between
failures / MTBF), yaitu waktu yang diharapkan di antara perbaikan dan kegagalan
komponen, mesin, proses, atau produk yang berikutnya.
MTBF = 1 / FR (N) ..(4)
2) Menetapkan Redundancy
Untuk meningkatkan keandalan sistem, maka ditambahkan redundancy.
Teknik ini digunakan untuk menyokong komponen dengan komponen
tambahan ( cadangan). Hal ini dilakukan dengan menempatkan unit secara paralel
dan merupakan taktik manajemen operasi standar. Redundancy diberikan untuk
memastikan bahwa jika sebuah komponen gagal, maka sistem memiliki sumber
daya yang lain. Keandalan yang dihasilkan adalah kemungkinan komponen
pertama bekerja ditambah dengan kemungkinan dari komponen cadangan
( komponen paralelnya) yang bekerja dikalikan dengan kemungkinan perlunya
komponen cadangan. Seorang manajer dapat mengevaluasi efektivitas fungsi
pemeliharaan. Untuk mengukur kesuksesan manajemen pemeliharaan, maka ada
dua unsur yang harus ditentukan terlebih dahulu, yaitu keterlibatan karyawan dan
prosedur pemeliharaan.

25

Faktor karyawan dalam hal pemeliharaan dapat dilihat dari informasi yang
dimiliki karyawan, keahlian yang dimilikinya, kompensasi yang diterima sebagai
faktor penguat motivasi dan kekuatan sinergi yang perlu dilakukan.
Dalam suatu perusahaan banyak faktor yang perlu mendapat perhatian dan
dukungan yang cepat dari pengelolaannya dalam upaya mencapai tujuan
operasional secara optimal. Pada saat ini komputer merupakan salah satu alternatif
utama untuk mendukung kegiatan operasional suatu perusahaan, baik perusahaan
besar, menengah, maupun kecil. Komputer berfungsi sebagai alat bantu dalam
menyelesaikan masalah, baik untuk keperluan administrasi, perhitungan yang
rumit, arsip, pembuatan sistem informasi, pengambilan keputusan, dan lain -lain.
Oleh sebab itu pada era globalisasi ini, komputer merupakan pendukung yang
handal dalam kemajuan suatu usaha. Salah satunya adalah dalam bidang produksi
barang. Salah satu fungsi dalam bidang produksi yang sangat penting adalah
menghitung harga pokok produksi.
Ketidakakuratan

dalam

menghitung

harga

pokok

produksi

akan

menimbulkan dampak yang negatif. Sebab harga pokok produksi mempengaruhi


harga jual suatu produk. Bila terlalu tinggi maka harga jualnya pun relatif tinggi.
Sehingga mengakibatkan kalah bersaing dengan produk dari perusahaan lain yang
mempunyai harga jual yang lebih rendah. Sebaliknya, bila harga pokok produksi
terlalu rendah, maka jelas ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Fungsi lainnya yang juga sangat penting dalam bidang produksi adalah
kontrol produksi. Dalam proses produksi suatu barang, kebanyakan memiliki
tahapan-tahapan proses produksi yang cukup banyak.Yaitu mulai dari bahan baku
sampai terbentuk menjadi barang setengah jadi atau bahkan menjadi barang jadi.
Dari setiap tahapan proses produksi harus dikontrol dengan seksama. Karena
kesalahan kecil saja dari salah satu tahap dapat menyebabkan suatu kerugian yang
besar bagi perusahaan.

26

BAB III
PENUTUP

1. Implementasi sistem informasi produksi harus terintegrasi dengan usaha desain


ulang proses bisnis (business process reengineering) serta memposisikan
sebagai suatu bisnis strategik.
2. Perlu diperhatikannya aspek-aspek yang berkaitan dengan sumber daya
manusia melalui manajemen perubahan.
3. Proses implementasi sistem informasi produksi tidak hanya berhenti sampai
selesainya instalasi perangkat lunak, tetapi harus dilanjutkan dengan optimasi
proses secara terus-menerus agar mencapai tujuan perusahaan.

27

DAFTAR PUSTAKA

Adam, E.E. and Ronald J. Ebert, Production and Operations Management, 5th
edition, Prentice-Hall, New Jersey.
Duncan, William L., Manufacturing 2000, American Management Association,
New York, 1994.
Guswana.

2009.

ManajemenOperasi.

http://guswana.blogspot.com/2009/09/inisiasi

manajemenoperasi.html. (diakses tanggal 25 April 2013)


Huda,

Mukhamad.

2011.

Sistem

Informasi

Manufaktur.

Phttp://winartobm90.files.wordpress.com/2010/03/sisteminformasimanufaktur.doc. (diakses tanggal 25 April 2013).

Produk 2005, Yogyakarta, Februari 2005. White, J.A., Production Handbook,


Georgia Institute of Technology.
Santoso, Leo Willyanto, Penerapan metode design for production (DFP) untuk
meningkatkan proses pengembangan produk, Seminar Nasional
Perancangan

28

Anda mungkin juga menyukai