Ipt sk1
Ipt sk1
MM Demam
1.1.
Definisi
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung
dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai
rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan rangsangan pirogenik
lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat
ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi
bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh.
(sherwood,2001)
1.2.
Jenis
1. Demam septik : pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal
pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten : pada tipe demam remiten, suhu badan apat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
pada demam septik.
3. Demam intermiten : pada tipe demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap
dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu : pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik : pada tipe demam ini terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
1.3.
Etiologi
Demam dapat disebabkan oleh:
Radang
Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan
mencegahnya dengan pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan
limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini,
tubuh akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen
yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat
keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang
dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).
Antigen Vi atau K dapat hilang sebagian atau seluruhnya dalam proses transduksi.
2.2.
Klasifikasi
Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella :
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Family : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella enterica, Salmonella Arizona, Salmonella typhi,
Salmonella choleraesuis, Salmonella enteritidis
Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi:
Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, S.paratyphi A, B, dan C penyebab
demam enteric (typhoid) pada manusia . Kelompok ini telah beradaptasi pada
manusia.
Salmonella non-tifoid yaitu S. Dublin (sapi), S. cholera suis (babi) ,
S.gallinarum dan S.pullarum (unggas), S.aborius equi (kuda) dan S. aborius ovis
(domba). Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang
menimbulkan penyakit pada manusia.
Sifat Bakteri Salmonella
Host reservoar: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan,
dsb.
Menghasilkan hasil positif terhadap reaksi fermentasi manitol dan sorbitol.
Memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase,
urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrosa, laktosa, dan
adonitol.
Pada agar SS, Endo, EMB, dan McConkey, koloni kuman berbentuk bulat, kecil,
dan tidak berwarna. Pada agar Wilson-Blair, koloni kuman berwarna hitam.
Dapat masuk ke dalam tubuh secara oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.xDosis infektif rata-rata untuk menimbulkan infeksi klinis atau
subklinis pada manusia pada manusia adalah 105108 organisme.
Faktor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalah
keasaman lambung, flora mikroba normal usus, dan kekebalan usus setempat.
Dapat bertahan dalam air yang membeku untuk waktu yang lama (+ 4 minggu).
Mati pada suhu 56oC, juga pada keadaan kering.
Hidup subur dalam medium yang mengandung garam empedu.
Resisten terhadap zat warna hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium
deoksikolat yang menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawasenyawa tersebut dapat digunakan untuk inklusi isolat Salmonella dari feses pada
medium.
2.3.
Transmisi
Penyebaran dan Siklus hidup:
Infeksi terjadi dari memakan makanan yang tercontaminasi dengan feses yang
terdapat bakteri Sal. typhimurium dari organisme pembawa (hosts).
Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka Sal. typhimurium menyerang
dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.
Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat
menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain seperti hati, paru-paru, limpa,
tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembusnya sehingga menyerang fetus
pada wanita atau hewan betina yang hamil, dan ke membran yang menyelubungi
otak.
Subtansi racun diproduksi oleh bakteri ini dan dapat dilepaskan dan
mempengaruhi keseimbangan tubuh.
Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi Sal. typhimurium, pada fesesnya
terdapat kumpulan Sal. typhimurium yang bisa bertahan sampai bermingguminggu atau berbulan-bulan.
Bakteri ini tahan terhadap range yang lebar dari temperature sehingga dapat
bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.
Makanan yang mengandung Salmonella belum tentu menyebabkan infeksi
Salmonella, tergantung dari jenis bakteri, jumlah dan tingkat virulensi (sifat racun
dari suatu mikroorganisma, dalah hal ini bakteri Salmonella).
Misalnya saja Salmonella enteriditis baru menyebabkan gejala bila sudah
berkembang biak menjadi 100 000. Dalam jumlah ini keracunan yang terjadi bisa
saja menyebabkan kematian penderita. Salmonella typhimurium dengan jumlah
11.000 sudah dapat menimbulkan gejala. Jenis Salmonella lain ada yang
menyebabkan gejala hanya dengan jumlah 100 sampai 1000, bahkan dengan
jumlah 50 sudah dapat menyebabkan gejala. Perkembangan Salmonella pada
tubuh manusia dapat dihambat oleh asam lambung yang ada pada tubuh kita.
Disamping itu dapat dihambat pula oleh bakteri lain. Gejala dapat terjadi dengan
cepat pada anak-anak, bagaimanapun pada manusia dewasa gejala datang dengan
perlahan. Pada umumnya gejala tampak setelah 1-3 minggu setelah bakteri ini
tertelan. Gejala terinfeksi diawali dengan sakit perut dan diare yang disertai juga
dengan panas badan yang tinggi, perasaan mual, muntah, pusing-pusing dan
dehidrasi. Gejala yang timbul dapat berupa: tidak menunjukkan gejala (long-term
carrier), adanya perlawanan tubuh dan mudah terserang penyakit denga gejala:
inkubasi (7-14 hari setelah tertelan) tidak menunjukkan gejala, lalu terjadi diare.
3. MM Demam Typhoid
3.1.
Definisi
Demam typhoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh salmonella typhi.
3.2.
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi enteritica serovar/
Salmonella typhi yang menular dari manusia ke manusia melalui makanan atau air
minum yang terkontaminasi. Ketika bakteri melewati bagian bawah usus besar,
mereka menembus melalui mukosa usus ke jaringan di bawahnya. Jika sistem
kekebalan tubuh tidak dapat menghentikan infeksi di sini, bakteri akan
berkembang biak dan kemudian menyebar ke aliran darah, setelah itu tanda-tanda
pertama dari penyakit diamati dalam bentuk demam. Bakteri kemudian menembus
lebih lanjut ke sumsum tulang, hati dan empedu, dari mana bakteri diekskresikan
ke dalam isi usus. Pada tahap kedua penyakit, bakteri menembus jaringan
kekebalan tubuh dari usus kecil, dan gejala kerusakan usus kecil dimulai.
3.3.
Patogenesis
Kuman bisa masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama
cairan empedu dieksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian
kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi
setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, karena makrofag
yang telah teraktivasi, hiperaktif; maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi
pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan
gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialga, sakit kepala,
sakit perut, gangguan vaskular, mental, dan koagulasi.
3.4.
Epidemiologi
Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular
lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang di mana higine pribadi dan
sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevelensi kasus bervariasi tergantung lokasi,
kondisi lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka insidensi di seluruh
dunia sekitar 17juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini.
WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia.
Indonesia merupakan negara endemic demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800
penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun.
Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh
antar daerah. Serangan penyakit lebih bersifat sporadic dan bukan epidemic. Dalam
suatu daerah terjadi kasus yang berpencar-pencar dan tidak mengelompok. Sangat
jarang ditemukan beberapa kasus pada satu keluarga pada saat yang bersamaan.
3.5.
Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
Komplikasi Intestinal:
Komplikasi Ekstraintestinal
A.Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok,sepsis),
miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
B. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi
intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
C. Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis
D. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis
E. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
F. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis
G. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia
3.6.
. Leptospirosis
. Influenza
. Tuberculosis
. Meningoensephalitis
. Typhus
. Endokarditis
3.7.
Tatalaksana
Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi
antibiotik yang adekuat, angka mortalitas < 1 %. Di negara berkembang, angka
mortalitasnya > 10% biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan
pengobatan. Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau
perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang
berat seperti :
a.
Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu
b.
Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium
c.
Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)
4. MM antibiotik untuk demam typhoid
KLORAMFENIKOL
CH 2
OH
Rumus umum molekul
OH
C
Kloramfenikol : R = -
NO2
Tiamfenikol
CH 3 SO 2
:R=-
O
CCl2
1.1. Farmakodinamik
Efek anti mikroba
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein
kuman. Obat ini terikat pada ribosom sub unit 50s dan
menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida
- Neisseria,
- Bartonella,
- Brucella,
- P. Multocida,
- C.diphteria,
- Chlamidya,
- Mycoplasma,
- Rickettsia,
- Treponema,
(dan kebanyakan kuman anaerob)
Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui
inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh
faktor-R (dikendalikan oleh plasmid). Resistensi terhadap
P.aeruginosa. Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan
permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam
sel bakteri.
1.2. Farmakokinetik
1. Pemberian oral kloramfenikol diserap dengan cepat ( dalam
darah 2 jam ) bentuk ester kloramfenikol palmitat atau
stearat ( untuk anak-tidak pahit ) mengalami hidrolisis
dalam usus dan membebaskan kloramfenikol
sebagian di reduksi jadi arilamin ( tidak aktif ) 24 jam, 8090% kloramfenikol ( secara oral ) diekskresikan ginjal.
Interaksi
1.3. Farmakoterapi
Demam Tifoid
Salep mata 1 %
Salep kulit 2 %
dosis )
d. Tiamfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
1.4.
Efek samping
Reaksi Hematologik
Terdapat dalam 2 bentuk :
1. Reaksi toksik depresi sumsum tulang belakang.
Berhubungan dengan dosis, progresif dan pulih bila
pengobatan dihentikan.
o Kelainan darah anemia, retikulositopenia, peningkatan
serum iron, dan iron binding capacity serta vakuolisasi
seri eritrosit muda. ( terlihat bila kadar kloramfenikol
dalam serum melampaui 25 g/ml )
kemungkinan leukopeni.
Reaksi Neurologik
Dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium dan sakit
kepala.
1.5.
Kontraindikasi
o Tidak dianjurkan penggunaan untuk wanita hamil dan
menyusui
o Pada pemakaian jangka panjang perlu
pemeriksaan hematologi secara berkala.
dilakukan
AMOXYCILIN
1. Farmakokinetik
Amoxicillin (alpha-amino-p-hydoxy-benzyl-penicillin) adalah derivat dari
6 aminopenicillonic acid, merupakan antibiotika berspektrum luas yang
mempunyai daya kerja bakterisida.Amoxicillin, aktif terhadap bakteri gram
positif maupun bakterigram negatif.
Bakteri gram positif: Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridan,
Streptococcus faecalis, Diplococcus pnemoniae, Corynebacterium sp,
Staphylococcus aureus, Clostridium sp, Bacillus anthracis. Bakteri gram
negatif: Neisseira gonorrhoeae, Neisseriameningitidis, Haemophillus
influenzae, Bordetella pertussis, Escherichia coli, Salmonella sp, Proteus
mirabillis, Brucella sp.
2. Farmakodinamik
Amoxicillin diserap secara baik sekali oleh saluran pencernaan.
Kadar bermakna didalam serum darah dicapai 1 jam setelah pemberian per-oral.
Kadar puncak didalam serum darah 5,3 mg/ml dicapai 1,5-2 jam setelah
pemberian per-oral. Kurang lebih 60% pemberian per-oral akan diekskresikan
melalui urin dalam 6 jam.
3. Indikasi
Infeksi saluran pernafasan atas: Tonsillitis, pharyngitis (kecuali pharyngitis
gonorrhoae), Sinusitis, laryngitis, otitis media.
Infeksi saluran pernafasan bawah: Acute dan chronic bronchitis,
bronchiectasis, pneumonia.
Infeksi saluran kemih dan kelamin: gonorrhoeae yang tidak terkomplikasi,
cystitis, pyelonephritis.
Infeksi kulit dan selapu lendir: Cellulitis, wounds, carbuncles,
furunculosis.
4. Kontraindikasi
Keadaan peka terhadap penicillin.
5. Efek samping
Diare, gangguan tidur, rasa terbakar di dada, mual, gatal, muntah, gelisah, nyeri
perut, perdarahan dan reaksi alergi lainnya.
FLOROKUINOLON
1. Farmakokinetik
Fluorokuinolon diserap lebih baik melalui saluran cerna.
Golongan obat ini hanya didistribusi dengan baik pada berbagai organ.
Golongan obat ini mampu mencapai kadar tinggi dalam jaringan prostat dan masa
paruh eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan 2 kali sehari.
2. Mekanisme kerja
Fluorokuinolon bekerja dengan mekanisme yang sama dengan kelompok
kuinolon terdahulu. Fluorokuinolon baru menghambat topoisomerase II (=DNA
Girase) dan IV pada kuman.
3. Resistensi
Mekanisme resistensi melalui plasmid tidak dijumpai pada golongan kuinolon,
namun resistensi terhadap kuinolon dapat terjadi melalui 3 mekanisme yaitu:
Mutasi gen gyr A yang menyebabkan subunit A dari DNA girase kuman
berubah sehingga tidak dapat diduduki molekul obat lagi
Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit penetrasi obat ke
dalam sel c.Peningkatan mekanisme pemompaan obat keluar sel (efflux)
4. Indikasi
Fluorokuinolon digunakan untuk indikasi yang jauh lebih luas antara lain:
Infeksi Saluran Kemih (ISK): Fluorokuinolon efektif untuk ISK dengan atau tanpa
penyulit. Siprofloksasin, norfloksasin, dan ofloksasin dapat mencapai kadar yang
cukup tinggi di jaringan prostat dan dapat digunakan untuk terapi prostatitis
bakterial akut maupun kronik.
Infeksi Saluran Cerna: Fluorokuinolon juga efektif untuk diare yang disebabkan
oleh Shigella, Salmonella, E.coli dan Campylobacter. Siprofloksasin dan
ofloksasin mempunyai efektivitas yang baik terhadap demam tifoid.
Infeksi tulang dan sendi : Siprofloksasin oral yang diberikan selama 4-6 minggu
efektif untuk mengatasi infeksi pada tulang dan sendi yang disebabkan oleh
kuman yang peka.
5. Efek samping
Beberapa efek samping yang dihubungkan dengan penggunaan obat ini ialah:
Probenesid.
Efeksamping :
Efek saluran pencernaan, manifestasi kulit & neuropsikiatrik.
Indeks keamanan pada wanita hamil :
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila
hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
Kemasan :
Tablet salut selaput 400 mg x 3 x 10 biji.
Dosis:
Infeksi saluran kemih akut tidak berkomplikasi : 2 kali sehari 200 mg.
Infeksi saluran kemih berkomplikasi : 2 kali sehari 400 mg.
Infeksi saluran pencernaan : 2-3 kali sehari 400 mg.
Gonore akut tidak berkomplikasi : 2 kali sehari 600 mg atau 800 mg dalam dosis
tunggal.
Penyajian
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
CEFTRIAXONE
1.Farmakodinamik
Ceftriaxone adalah golongan cefalosporin dengan spektrum luas, yang
membunuh bakteri dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri.Ceftriaxone
secara relatif mempunyai waktu paruh yang panjang dan diberikan dengan injeksi
dalam bentuk garam sodium.
2.Farmakokinetik
Ceftriaxone secara cepat terdifusi kedalam cairan jaringan, diekskresikan
dalam bentuk aktif yang tidak berubah oleh ginjal (60%) dan hati (40%).Setelah
pemakaian 1 g, konsentrasi aktif secara cepat terdapat dalam urin dan empedu dan hal
ini berlangsung lama, kira-kira 12-24 jam.Rata-rata waktu paruh eliminasi plasma
adalah 8 jam. Waktu paruh pada bayi dan anak-anak adalah 6,5 dan 12,5 jam pada
pasien dengan umur lebih dari 70 tahun. Jika fungsi ginjal terganggu, eliminasi biliari
terhadap Ceftriaxone meningkat.
3.Indikasi
Sepsis
Meningitis
Infeksi abdominal
Infeksi tulang, persendian, jaringan lunak, kulit, dan luka-luka
Pencegah infeksi prabedah
Infeksi dengan pasien gangguan mekanisme daya tahan tubuh
Infeksi ginjal dan saluran kemih
Infeksi saluran pernafasan
Infeksi kelamin termasuk gonorrhea
4..Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap Cefalosporin
Hipersensitif terhadap penisilin/antibiotika -lactam
5.Dosis
Dewasa dan anak-anak > 12 tahun: 1x12 g, setiap 24 jam
Pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 4 g (1x sehari)
AZITROMISIN
1.Farmakologi
Azitromisin adalah antibiotik golongan makrolida pertama yang termasuk
dalam kelas azalide.Azitromisin diturunkan dari eritromisin dengan menambahkan
suatu atom nitrogen ke cincin lakton eritromisin A. Pemberian azitromisin secara oral
diserap secara cepat dan segera didistribusi ke seluruh tubuh. Distribusi azitromisin
yang cepat ke dalam jaringan dan konsentrasi yang tinggi dalam sel mengakibatkan
kadar azitromisin dalam jaringan lebih tinggi dari plasma atau serum. Sebuah studi
memperlihatkan bahwa makanan meningkatkan kadar maksimum (Cmax ) hingga
23%
tapi
tidak
ada
perubahan
pada
nilai
AUC.
2.Mikrobiologi
Azitromisin beraksi menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan
mengikat ribosom subunit 50S. Azitromisin tidak mengusik pembentukan asam
nukleat.Azitromisin aktif terhadap mikroorganisme berikut berdasarkan in vitro dan
infeksi klinis.
4.Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap azitromisin atau makrolida lainnya.
5.Dosis& Cara PemberianDewasa dan lansia : 500 mg per hari selama 3 hari
Anak > 6 bulan : dosis tunggal 10 mg/kg selama 3 hari.
6.Efek samping :
Mual, rasa tidak nyaman di perut, muntah, kembung, diare, gangguan pendengaran,
nefritis interstisial, gangguan ginjal akut, fungsi hati abnormal, pusing/vertigo, kejang,
sakit kepala, dan somnolen.
7.Interaksi
Antasid yang mengandung aluminium dan magnesium mengurangi kadar puncak
plasma (rate of absorption) azitromisin, namun nilai AUC (extent of absorption)
tak berubah.Azitromisin mengurangi klirens triazolam sehingga meningkatkan
efek farmakologinya.