LAPORAN PBL
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOVEMBER 2013
UNIVERSITAS PATTIMURA
INFEKSI
OLEH :
KELOMPOK I
Tutor :
Josephine Mainase
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2012/2013
KELOMPOK PENYUSUN
KETUA:
Natalia Luturmas
2012-83-004
SEKERTARIS I:
Grachelia Akyuwen
2012-83-002
SEKERTARIS II:
Fidya A. Muhamad
2012-83-035
2012-83-001
Marsya Y. Loppies
2012-83-003
Rizaldi Umasangadji
2012-83-005
Lorina W. Aitameru
2012-83-031
Yosua T. Unmehopa
2012-83-032
Wahyu Syafiah
2012-83-033
Norma M. Dewi
2012-83-034
ANGGOTA:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YME, karena atas berkah, rahmat,
karunia, kehendaknya kami kelompok I dapat menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini akan membahas tentang anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
laboratorium yang meliputi tujuan,indikasi, serta langkah-langkah pemeriksaan, dan
hubungan antara pemeriksaan lab dan diagnosa diferensial. Tujuan dari penulisan laporan ini
adalah supaya kita dapat mengatasi masalah pada skenario, dan dapat mendiagnosa penyakit
sesuai masalah pada skenario.
Adapun dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan maupun kekeliruan, kami
mohon maaf.untuk itu,kritik dan saran sangat kami butuhkan Mengingat kami masih dalam
tahapan proses belajar. Semoga makalah ini bermanfaat dan menunjang studi kami kedepan.
TERIMA KASIH.
PENULIS
SKENARIO
Seorang anak perempuan 7 thn dibawa ibunya ke UGD karena demam yang tidak
turun dalam 7hari. Ibunya telah memberikan parasetmol namun demam turun tetapi tidak
hilang. Dokter UGD meminta dilakukan pemeriksaan blood smear, complete blood count,
dan rapid diagnostic test.
STEP I
IDENTIFIKASI KATA SUKAR
KATA SUKAR:
1. Pemeriksaan blood smear: pemeriksaan darah menggunakan mikroskop, apusan darah
2. Complete blood smear: pemeriksaan darah lengkap eritrosit, leukosit, trombosit
3. Rapid diagnostic test: tes diagnosa cepat untuk deteksi Ag infeksi P. falciparum, P. vivax
( + = merah, - = tdk berwarna )
KATA KUNCI:
1. Demam tdk turun selama 7 hari
2.
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa demam tdk turun selama 7 hari ?
2. Mengapa sudah diberikan paracetamol tetapi demam tdk turun?
3. Bagaimana cara pemeriksaan blood smear, complement blood count, dan rapid
diagnostic test?
4. Apa saja dd yang berkaitan dengan keluhan utama demam?
5. Bagaimana mekanisme demam?
STEP III
JAWABAN PERTANYAAN
1.Bloodsmear:
eritrosit:
P:4,2-5,7juta/ul
W:4,6-6,2juta/ul
leukosit:4000-10000sel/ul
trombosit:150000-400000sel/ul
complete blood count: Hb, trombosit, eritrosit, leukosit, laju endap darah, indek eritrosit
(MCV,MCH, MCHC)
2. DBD demam dengue, malaria, demam tyfoid
4. Karena paracetamol hanya menurunkan demam, tetapi tidak menghilangkan penyebab
demam.
- paracetamol menghambat PGE2 set level tetapi penyebab demam masih ada
6. Tipe-tipe demam: demam septik,remiten, interemiten, continue, dan siklik.
anak tersebut menderita demam continue karena pada demam continue terjadi
penurunan/perubahan suhu setiap hari. Penyebabnya: infeksi P. falciparum
7. Karena di duga pasien mengalami infeksi cacing demam
8. Pemeriksaan limpa, hepar
12. anamnesis:
keluhan utama: demam 7 hari tdk
keluhan tambahan:
7.
7.
STEP IV
MIND MAPPING
STEP V
LEARNING OBJECTIVES
1. Menjelaskan anamnesis dan pemeriksaan fisis untuk penyakit infeksi sesuai skenario
2. Menjelaskan langkah-langkah dari ketiga pemeriksaan lab, indikasi, serta tujuannya
3. Menjelaskan nilai normal dan abnormal dari 3 indikasi pemeriksaan lab
STEP VI
BELAJAR MANDIRI!
STEP VII
HASIL BELAJAR MANDIRI
I.
1. ANAMNESIS
Sesuai dengan gejala yang di alami oleh penderita khususnya pada pasien malaria,
typhoid, DBD, dan cikumunya maka di dapatkan anamnesis sebagai berikut ini:
e. Apakah anak ibu sering mengeluh kepala sakit dan merasa nyeri di belakang
mata?
f. Apakah anak ibu pernah mimisan dan gusi berdarah selama sakit
g. Bagaimana dengan nafsu makan anak ibu?
h. Apakah ia dapat merasakan makanan yang d makan atau tidak?
i. Apakah selama sakit anak ibu mual dan muntah :
1. Jika muntah, sudah sejak kapan dan dalam sehari bisa berapa kali?
2. Apakah yang dimuntahkan anak ibu hanya berupa cairan atau makanan
3. Kumudian bagaimana dengan warnanya? Apakah bening, hijau, kuning
atau berwarna merah karna adanya darah
4. Apakah anak ibu bisa minum dan tidak memuntahkan cairan.
j. Bagaimana pola kebiasaan BAB anak ibu selama ia sakit :
1. apakah anak ibu susah atau sering buang air besar? BAB lunak?
Encer? Atau keras (harus mengedan)
2. Bagaimana dengan volume tinjanya menngkat? Apakah sangat berair?
Adakah makanan yang tidak tercerna dalam tinja?
3. Seberapa sering dia buang air besar dan sudah sejak kapan
4. Bagaimana dengan warnanya? Adakah darah, lendir atau nanah
6. Apakah sebelumnya anak ibu pernah mengalami sakit dengan gejala seperti ini?
Misalnya malaria, DBD, dan typhus?
7.
anemia,
dingin,
dan pusing,
nyeri
muntah,
mual
dan muntah,
atau
menggigil
diare,
serta bifosik),
dan
disertai
batuk
ditemukan
disertai
terus
sakit
epistaksis
napsu
makan, mual-mual
10
dan
dan
hematemesis,
diare,
menggigil,
2. PEMERIKSAAN FISIS
1. SKALA KOMA GLASGOW
merupakan ukuran perkembangan tingkat kesadaran yang menilai 3
komponen, yaitu membuka mata, respons verbal, respons motorik, secara
lengkap skala tersebut tercantum pada tabel di bawah ini;
B.
mengucapkan
kata,
2
hanya
mengerang )
Tidak ada jawaban
C. Respons Motorik (Gerakan )
Menurut perintah
Mengetahui lokasi nyeri
Reaksi mengindar
Reaksi fleksi ( dekortikasi )
1
6
5
4
3
11
Nilai
Reaksi ekstensi
2
Tidak ada reaksi
1
Nilai maksimal adalah 15, sedangkan nilai minimal adalah 3 ( koma )
Pada pasien malaria, khususnya dengan malaria berat biasanya di temukan pasien
dengan tingkat kesdaran GCS <11.
2. TANDA TANDA VITAL
Tekanan darah :
Normal : 120/80 mmHg
Denyut nadi :
Normal : 60 100 x/menit
Bradikardi : < 60 x/menit
Takikardi : > 100 x/menit
Suhu
Normal : 37,50C
Pernapasan
Normal : 12 20 x/menit
TYPHOID
Gagal Tekanan
Tekanan darah
menurun
Gejala
( hipotensi )
demam
Denyut
Denyut nadi :
nadi
Bradikardi
Suhu :
Demam diatas 38
takikardi
DBD
CIKUNGUNYA
Tekanan darah :
relative
Pernapasan
Meningkat
12
biasanya
Denyut nadi :
timbul
Cepat
mendada
lemah
Suhu :
Suhu
dan
k secara
tiba-tiba
demam
39 0C
Suhu :
dengan
Demam dangue
derajat
meningkat
tinggi
40
Pernapasan
( >40C).
Demam
Meningkat
Pernapasan:
dan cepat.
kemudia
n
Napas cepat
menurun
setelah 23
hari
dan bisa
kambuh
kembali
1
hari
berikutny
a
KULIT
Lembab,
CONJUNGTIVA
dingin, Pucat,
Typhoid
DBD
beringat , pucat.
berkeringat dan pucat, Pucat
dingin,
lembab, Merah
Cikungunya
berkeringat
adanya
bercak
kemerahan
makulopapuler
yang
bersifat non-pruritic
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Pemeriksaan rektum
Teknik khusus
Inspeksi
inspeksi abdomen
kontur abdomen harus diperiksa. Abdomen yang skafoid, atau konkaf,
mungkin berkaitan dengan kakesia; abdomen protuberan mungkin disebabkan
oleh distensi usus oleh gas, asites, organomegali, atau obesitas. Kalau seorang
pasien dengan asites berdiri, cairannya masuh kedalam perut bawah; kalau ia
berbaring terlentang, cairannya menonjol di pinggul. Jika pasien dengan asites
berbaring pada sisi tubuhnya, cairannya mengalir kesisi yang disebabkan oleh
asiten karsinoma.
Pemeriksaan harus memusatkan perhatiannya kepada abdomen untuk
melukiskan secara memadai adanya ketidaksimestrisan, distensi, massa, atau
gelombang paristaltik yang dapat dilihat. Kemudian pemeriksa harus mengamati
abdomen dari atas, untuk mencari tanda-tanda yang sama. Inspeksi abdomen
untuk mencari adanya stria dan parut dapat memberikan data yang berharga. Stria
perak adalah tanda peregangan yang konsisten dengan penurunan berat badan.
Stria ungu-merah muda adalah tanda klasik kelebihan adrenokortikal.
14
15
Bunyi usus normal timbul kira-kira tiap 5-10 detik dan bernada tinggi. Jika setelah 2
menit tidak terdengar bunyi usus, dapat dibuat penyataan bahwa tidak ada bunyi usus.
Tidak adanya bunyi usus mengarah kepada ileus paralitik yang disebabkan oleh iritasi
peritoneum difus. Mungkin ada arus denting benada tinggi yang disebut borborigmi, yan
gberkaitan dengan hiperperistaltik. Ini sering dijumpai pada obstruksi usus akut dini
Perkusi
Perkusi dipakai untuk memeperlihatkan adanya distensi gas, cairan, atau massa padat.
Pada pemeriksaan normal, biasanya hanya ukuran dan lokasi hati dan limpa yang dapat
ditentukan. Sebagai pemeriksa lebih suka melakukan palpasi sebelum perkusi, terutama jika
pasien mengeluh nyeri perut; kedua-duanya benar.
Perkusi Abdomen
Pasien berbaring telentang. Keempat kuadran abdomen dipeiksa dengan perkusi.
Timpani merupakan bunyi perkusi yang paling sering ditemukan pada abdomen. Ini
disebabkan oleh adanya gas di dalam lambung, usus kecil dan kolon. Daerah suprapubis
mungkin redup pada perkusi jika kandung kemih distensi atau, pada wanita jika uterusnya
membesar.
Perkusi Hati
Batas atas hati diperkusi di garis midklavikula kanan, dimulai dari pertengahan dada.
Ketika perkusi dilakukan di dada dari atas ke bawah, bunyi resonan dada menjadi redup
ketika mencapai hati. Kalau perkusi dilanjutkan kearah bawah, bunyi redup ini menjadi
timpani karena perkusi sekarang dilakukan di atas kolon. Batas atas dan bawah hati tidak
boleh lebih dari 10 cm. Distensi kolon pada kuadran kanan atas dapat mengaburkan redup
hari dibagian bawah. Oleh karena itu, pemeriksa dapat menaksir terlalu rendah ukuran hati.
Perkusi Limpa
Meskipun daerah limpa lebih sulit untuk diperkusi, penentuan ukuran limpa harus
diusahakan. Ruang traube adalah daerah gelembung udara lambung pada kuadran atas kiri.
Tepat di sebelah lateral ruang traube ada daerah redup yang berkaitan dengan adanya limpa.
Daerah ini kira-kira terletak pad iga ke sepuluh, di sebelah posterior garis mid-aksila.
16
Garis schuffner, yaitub garis yang menghubungkan titik pada arkus kosta kiri
dengan umbilikus dan garis ini diteruskan sampai SIAS kanan yang merupakann titik
VIII. Garis ini digunakan untuk menyatakan pembesaran limpa. 2
Palpasi
Palpasi Hati
17
Palp
Gambar palpasi hepar
Palpasi hati dilakukan dengan meletakan tangan kiri di bagian posterior di
antara iga kedua belas dan krista iliaka, di sebelah lateral muskulus paraspinosus.
Tangan kanan diletakan di kuadaran kanan atas sejajar dan lateral muskulus rektus
dan dibawah darah redup hati. Pasien disuruh menarik napas dalam ketika memeriksa
menakan kedalam dan keatas dengan tangan kanannya dan menarik ke atas dengan
tangan kirinya. Tepi hati mungkin terasa bergeser pada jari-jari tangan kanan ketika
pasien bernapas. Penting untuk memulai pemeriksaan sampai sejauh pinggir pelvis
dan secara berangsur-angsur bergerak ke atas. Jika pemeriksaan tidak dimulai dari
tempat yang rendah, tepi hati sangat membesar tidak akan teraba.
18
Tepi hati normal mempunyai batas yang keras dan teratur. Dengan permukaan
yang halus. Jika tepi hati tidak teraba, ulang tindakan ini setelah menyesuaikan tangan
kanan lebih mendekati margo costa. Pembesaran hati disebabkan oleh kongesti
vascular, hepatitis, neoplasma, atau sirosis.
Teknik lain untuk palpasi hati dikenal sebagai metode kaitan. Pemeriksa
bediri di dekat kepala pasien dan meletakan kedua tangan bersama-sama di bawah
margo costa kanan dan daerah redup. Pemeriksa menekan kedalam dan keatas dan
mengkait disekitar tepi hati ketika pasien disuruh menarik napas dalam-dalam.
Kadang-kadang hati tampaknya membesar tetapi batas yang sebenarnya sulit
ditentukan. Tes garuk (scratch test) mungkib bermanfaat dalam memastikan tepi hati.
Bel stetoskop dipegang dengan tangan kiri dan diletakan dibawah margo kosta kanan
di atas hati. Sementara pemeriksa mendengarkan melalui stetoskop, jari telunjuk
kanan menggaruk dinding perut pada titik-titik dalam setengah lingkaran yang
jaraknya sama dari stetoskop. Ketika jari itu menggaruk di atas tepi hati, intensitas
bunyi akan sangat mengingkat.
Menyingkirkan kemungkinan nyeri tekan hati
Gambar
ketukan pada hepar untuk menentukan nyeri tekan
Nyeri tekan hati diperiksa dengan meletakan telapak tangan kiri atas kuadran kanan
atas dan dengan lembut mengetuknya dengan permukaan ulnar kepalan tinju tangan kanan.
Proses peradangan yang menyerang hati atau kantung empedu akan mengakibatkan nyeri
tekan pada palpasi dengan tinju ini.
19
Kadang-kadang selama palpasi hati nyeri timbul selama inspirasi dan pasien secara
tiba-tiba menghentikan usaha inspirasi. Hal in disebut tanda murphy dan mengarah kepada
kolesistitis akut. Pada waktu inspirasi, kandung empedu yang meradang turun menyentuh
tangan yang melakukan palpasi; timbul nyeri, sehingga pernapasan berhenti.
Palpasi Limpa
P
Gambar palpasi limpa
Palpasi limpa sulit ketimbang palpasi hati. Pasien berbaring terlantang, dengan
pemeriksaan pada sisi kanan pasien. Pemeriksa meletakan tangan kirinya diatas dada pasien
dan mengangkat iga kiri pasien. Tangan kanan diletakan mendatar di bawah margo kosta kiri
dan menekan kedalam dan keatas ke arah garis aksila anterior. Tangan kiri mendorong ke
anterior untuk memindahkan limfa ke anterior.
Pasien disuruh untuk menarik napas dalam-dalam ketika pemeriksa menekan kedalam
dengan tangan kanannya. Pemeriksa harus berusaha meraba ujung limpa ketika ia turun
selama inspirasi. Ujung limpa yang membesar akan mengangkat jari-jari tangan kanan ke
atas.
Pemeriksaan limpa diulangi dengan pasien berbaring pada sisi kanan tubuhnya.
Tindakan ini menyebankan gravitasi membantu membawa limpa ke anterior dan kebawah
kedalam posisi yang lebih menguntungkan untuk palpasi. Pemeriksa meletakan tangan
20
kirinya pada margo costa kiri sementara tangan kanan melakukan palpasi pada kuadran kiri
atas.
Karena limpa membesar secara diagonal didalam abdomen dari kuadran kiri atas
kearah umbilikus, adalah penting bahwa tangan kanan selalu melakukan palpasi mulai dari
dekat umbilikus yang secara berangsur-angsur bergerak kearah kuadran kiri atas.
Hal ini sangat penting jika limpa sangat membesar, karena kalau palpasi dimulai
terlalu tinggi dapat membuat pemeriksa tidak dapat meraba batas limpa.
Dalam keadaan normal limpa tidak dapat dipalpasi, tetapi kedua teknik ini harus
dilakukan untuk berusaha mempalpasinya. Pembesaran limpa dapat disebabkan oleh
hiperplasia, kongesti, infeksi, atau infiltrasi oleh tumor atau unsur mieloid. Splenomegali
masif pada pasien leukimia mielositik kronis.3
II.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. BLOOD SMEAR
Blood smear adalah suatu pemeriksaan darah yang memberikan informasi tentang jumlah
dan bentuk sel darah. Pemeriksaan darah perifer (blood smear) sering digunakan sebagai tes
tindak lanjut hasil abnormal pada hitung darah lengkap (CBC). Apusan darah terutama dibuat
untuk mengevaluasi populasi sel darah ketika CBC dengan diferensial dan dilakukan dengan
counter sel darah otomatis, untuk menunjukkan adanya sel-sel abnormal atau belum.
Pengambilan darah pada pemeriksaan ini paling sering dari tusukan jari. Ada dua jenis
apusan darah, yaitu: apusan darah tebal dan apusan darah tipis. Apusan darah tebal paling
berguna untuk mendeteksi adanya parasit karena mereka memeriksa sampel darah yang lebih
besar (sering ada beberapa parasit ada dalam darah pada saat tes dilakukan). Apusan darah
tipis membantu dokter menemukan apa jenis parasit yang menyebabkan infeksi. Apusan
darah tebal dan tipis akan membantu dokter mengetahui persentase sel darah merah yang
terinfeksi (densitas parasit) dan parasit jenis apa yang ada. Parasit biasanya ada dalam sel
darah merah. Misalnya pada malaria, yang teridentifikasi adalah spesies Plasmodium. Juga,
persentase sel darah merah yang terinfeksi oleh parasit Plasmodium (kerapatan) dapat
ditentukan.4,5,6
21
22
23
bola terdapat sebutir kaca merah. Pipet Thoma untuk mengencerkan lekosit sama dengan
pipet eritrosit, namun di dalam bola terdapat sebutir kaca putih. (lab klinik)
Cara menghitung eritrosit didalam kamar hitung improved Neubaur dapat dilihat pada
gambar. Mulai menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan; kemudian turun ke bawah dan
dari kanan ke kiri; lalu turun lagi ke bawah dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini
dilakukan pada 5 bidang sedang tersebut. Semua sel yang menyentuh garis batas sebelah atas
dan kiri, dianggap masuk ke dalam ruangan dan dihitung. Sedangkan sel yang menyentuh
garis batas sebalah kanan dan bawah dianggap tidak masuk dan tidak dihitung.12
Hitung jumlah eritrosit dapat diperoleh dari perhitungan:
Luas 80 petak kecil=80x1/400 mm2 = 1/5 mm2
Tinggi kaca penutup 1/10 mm.
Jadi isi 80 petak kecil = 1/5x1/10=1/50 mm 3 yang didalamnya terdapat N eritrosit.
Pengenceran 200x. Jadi rumus perhitungan jumlah eritrosit :
S eritrosit per mm3 = N x 50 x 200
= N x 10000/l darah
= N x 104/l darah
= 0,01 N x 1012/L
28
darah dari tabung EDTA yang kemudian dilarutkan dan dicampurkan sebelum pengukuran
masing-masing parameter dilakukan.12
Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dapat dilakukan menggunakan alat analisis sel
darah automatic yaitu BC-2600 Auto Hematology Analyzer yang merupakan suatu
penganalisis hematologi multi parameter untuk pemeriksaan kuantitatif maksimum 19
parameter dan 3 histogram yang meliputi WBC (White Blood Cell atau leukosit), sel tengah
(monosit, basofil, eosinofil), limfosit, granulosit, persentase limfosit, persentase sel tengah,
persentase granulosit, RBC (Red Blood Cell), HGB (Hemoglobin), MCV (Mean Cospuscular
Volume), MCH (Mean Cospuscular Hemoglobin), MCHC (Mean Cospuscular Hemoglobin
Concentration), RDW-CV, RDW-SD, HCT (Hematocrit), PLT (Platelet), MPV (Mean Platelet
Volume), PDW (Platelet Distribution Width), PCT (Plateletcrit), WBC Histogram (White
Blood Cell Histogram), RBC (Red Blood Cell Histogram), PLT Histogram (Platelet
Histogram).12
Pengukuran WBC menggunakan metode impedansi yang dihitung dan diukur
berdasarkan pada pengukuran perubahan hambatan listrik yang dihasilkan oleh sebuah
partikel, yang dalam hal ini adalah sel darah yang disuspensikan dalam pengencer konduktif
saat melewati lubang dimensi. Setiap partikel yang melewati lubang mengalami perubahan
sementara dalam perlawanan antara elektroda yang diproduksi. Perubahan ini menghasilkan
dorongan listrik yang terukur. Amplitude setiap pulsa sebanding dengan volume setiap
partikel, setiap pulsa diperkuat dan dibandingkan dengan saluran tegangan acuan internal,
yang hanya menerima dorongan dari amplitude tertentu. Jika getaran pulsa melebihi range
WBC, maka dihitung sebagai WBC. Pengukuran HGB ditentukan oleh metode
kolorimetrik.12
Pengenceran WBC/HGB tersebut dikirim ke bak WBC yang dicampur dengan jumlah
tertentu yang mengubah hemoglobin menjadi hemoglobin komplek yang diukur pada 525
nm. Sebuah LED dipasang di salah satu sisi bak yang memancarkan sinar monokromatik
yang mempunyai panjang gelombang 525 nm, kemudian diukur dengan sensor-foto yang
dipasang di sisi yang berlawanan. Sinyal tersebut kemudian diperkuat dan tegangan diukur
lalu dibandingkan dengan referensi bacaan kosong (bacaan yang diambil ketika hanya ada
pengencer di bak). HGB tersebut dihitung dan dinyatakan dalam g/L.12
Pengukuran RBC/PLT dihitung dan diukur dengan metode impedansi, metode ini
berdasarkan pada pengukuran perubahan daya tahan elektris yang di produksi sebuah
partikel, dalam hal ini adalah sel darah. Tergantung konduksi diluent dalam melewati
celah/lubang yang disebut dimensi, sebuah elektroda terendam dalam cairan di kedua sisi dari
29
celah/lubang yang menghasilkan arus listrik. Setiap partikel yang melewati celah ini akan
mengalami perubahan pada daya tahannya diantara elektroda-elekrtoda yang di produksi.
Perubahan yang dihasilkan dapat diukur getaran elektrisnya. Jumlah getaran menghasilkan
sinyal jumlah partikel yang melewati celah/lubang.12
Setiap getaran diperkuat dan di bandingkan dengan saluran voltasi referensi yang hanya
diterima oleh getaran dengan amplitude tertentu. Jika getaran yang di bandingkan melebihi
range terendah RBC/PLT maka dihitung sebagai RBC/PLT.12
Reagen yang diperlukan dalam pemeriksaan hematokrit cara automatic dengan
menggunakan analyzer BC-2600 antara lain diluent sebagai larutan pengencer dan sebagai
medium penghantar, reagen lyse yang dapat melisiskan eritrosit, rinse diformulasikan untuk
membilas/mencuci bak dan tabung pengukur serta untuk menetapkan miniskus yang tepat
pada tabung pengukur, pembersih E-Z (enzimatik) adalah enzim isotonik untuk
membersihkan larutan dalam bak.12
Langkah-langkah Mengisi Grid pada Hemositometer
Sel Darah Merah
Langkah 1
Memeriksa hasil hemositometer pasien pada dua halaman berikutnya. itu menunjukkan
apa yang akan dilihat melalui mikroskop ketika menghitung sel-sel darah. Garis
merupakan bagian dari grid hemositometer dan digunakan untuk membuat menghitung
lebih mudah.
Langkah 2
Hitung sel darah merah untuk setiap pasien. Mulai dari kiri atas dan memindahkan kotak
dengan kotak ke kanan, baris demi baris. Rekam hasil Anda pada "# sel darah merah di
Grid" Kolom pada Tabel 1.
Langkah 3
Untuk menentukan jumlah sel per mm3, kalikan dihitung sel darah merah oleh 100.000.
Catat jumlah RBC untuk setiap pasien pada Tabel 1.
Langkah 4
Gunakan informasi di bagian latar belakang mengenai nilai normal untuk menghitung
RBC untuk menentukan apakah pasien memiliki nilai RBC normal. Catat normal Hasil
pada Tabel 2.10
Langkah 5
30
Hitung sel darah putih untuk setiap pasien . Mulai dari kiri atas dan memindahkan kotak
dengan kotak ke kanan , baris demi baris . Rekam hasil Anda pada " # leukosit di Grid "
Kolom pada Tabel 1.
Langkah 6
Untuk menentukan jumlah sel per mm3 , kalikan dihitung sel darah putih oleh 1.000 .
Catat jumlah WBC untuk setiap pasien pada Tabel 1.
Langkah 7
Gunakan informasi di bagian latar belakang pada nilai normal untuk hitungan WBC untuk
menentukan apakah pasien memiliki nilai WBC normal. Catat normal Hasil pada Tabel 2 .
Trombosit.
Platelet
Langkah 8
Hitung trombosit untuk setiap pasien. Mulai dari kiri atas dan memindahkan kotak dengan
kotak hak, baris demi baris. Rekam hasil Anda pada " # dari Trombosit di Grid " kolom
dalam Tabel 1.
Langkah 9
Untuk menentukan jumlah sel per mm3 , kalikan trombosit dihitung dengan 10.000 . Catat
jumlah trombosit untuk setiap pasien pada Tabel 1.
Langkah 10
Gunakan informasi di bagian latar belakang pada nilai normal untuk trombosit menghitung
untuk menentukan apakah pasien memiliki nilai trombosit normal. Catat hasil abnormal pada
Tabel 2.
Complete diagnosis
Langkah 11
Setiap pasien juga memiliki gambar dengan Pengamatan tambahan. Baca pengamatan
dan membuat catatan pada Tabel 2 dari setiap pengamatan yang dapat membantu Anda
dengan diagnosis.
Langkah 12
Gunakan keluhan pasien, hasil penghitungan sel darah, dan pengamatan tambahan untuk
membuat diagnosis. Ini mungkin membutuhkan beberapa penelitian internet. Rekam Anda
diagnosis hipotesis untuk setiap pasien pada Tabel 2.
Uji Perangkat
Assay Buffer
Petunjuk Penggunaan
Bahan yang Tidak Diberikan :
Dikalibrasi pipet
Lanset
Timer
Spesimen & Persiapan
32
2 ) Jika spesimen tidak segera diuji , spesimen harus didinginkan pada suhu 2 -8 C. untuk
penyimpanan periode lebih dari tiga hari , pembekuan yang direkomendasikan. spesimen
harus dibawa ke suhu kamar sebelum digunakan. menggunakan spesimen setelah
penyimpanan jangka panjang lebih dari tiga hari dapat menyebabkan reaksi non-spesifik.
3 ) Bila disimpan pada suhu 2-8 C , seluruh darah sampel harus digunakan dalam waktu tiga
hari.
b. pengambilan spesimen menggunakan lanset
1 ) Bersihkan area yang akan di lanced dengan alkohol.
2 ) Remas ujung jari dan tusuk dengan lancet steril yang telah disediakan.
3 ) Seka penurunan pertama darah dengan kasa steril atau kapas .
4 ) Gunakan pipet yang disediakan untuk mengambil darah.
Petunjuk Penggunaan :
Uji perangkat, penyangga, spesimen, dan/atau kontrol untuk menyeimbangkan suhu kamar
sampai (15-30C) sebelum pengujian .
1 ) Tambahkan 5 ml seluruh darah ke dalam sampel dengan baik.
2 ) Tambahkan dua tetes (80 Ls) buffer assay dan menjadi pengembang juga.
3 ) Baca hasil tes dalam 20 menit .
33
Interpretasi Hasil :
( Silakan lihat ilustrasi )
1 ) Reaksi Positif P.falciparum dengan adanya dua garis warna (c dan 1) menunjukkan positif
hasil untuk P.falciparum. Pf HRP-2 hadir dalam sampel bereaksi dengan Pf HRP-2 yang
terkonjugasi dan bergerak melalui alat tes yang dimana Pf HRP-2 di ikat oleh antiP.falciparum spesifik histidin kaya protein-2 (Pf HRP-2).
2 ) P.vivax atau Plasmodium sp lainnya . vivax , malariae dan ovale , reaksi positif dengan
adanya dua garis warna (c dan 2) menunjukkan hasil positif untuk P. vivax atau Plasmodium
sp lainnya. malariae atau ovale PAN-LDH ada dalam sampel dan bereaksi dengan anti-PANLDH yang terkonjugasi dan bergerak melalui alat tes di mana PAN-LDH di ikat oleh PAN
spesifik anti-PAN-LDH.
3 ) Adanya tiga garis warna menunjukkan hasil positif untuk P.falciparum dan P.vivax. Pf
HRP-2 ada dalam sampel dan bereaksi dengan Pf HRP-2 yang terkonjugasi dan bergerak
melalui alat tes di mana Pf HRP-2 di ikat oleh anti-P.falciparum spesifik histidin kaya
protein-2 (Pf HRP-2). PAN-LDH ada dalam sampel bereaksi dengan anti-PANLDH yang
terkonjugasi dan bergerak melalui alat tes di mana PAN-LDH di ikat oleh anti-PAN-LDH.
4 ) Reaksi Negatif di tandai dengan ada hanya satu garis. hasil menunjukkan hasil negatif .
5 ) Tes ini tidak valid jika garis kontrol tidak muncul. Jika ini terjadi, Tes harus diulang
dengan menggunakan strip baru. 13
Demam dangue
Virus dengu, virus milik Flavavirus yang kelompok virus, adalah salah satu yang paling
signifikan pada penyakit. Penularan terutama disebabkan oleh nyamuk Aedes jenis Aegypti
dan Aedes albopictus, umumnya virus ini ditemukan di seluruh daerah tropis dan subtropis di
dunia. Ada empat yang dikenal sebagai serotipe dengue. Gejala demam berdarah termasuk
demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan terdapat ruam pada kulit. Komplikasi sering
dikaitkan dengan infeksi adalah demam berdarah dengue atau demam berdarah shock
syndrome . Respon imun terhadap virus ini termasuk di produksinya antibodi IgM yang tetap
berada dalam sistem peredaran darah selama 30-60 hari. Antibodi IgG muncul di Hari ke-14
infeksi dan tetap bertahan. Sebuah Infeksi sekunder sering menyebabkan demam tinggi dan
dalam banyak kasus terjadi kejadian hemoragik dan kegagalan sirkulasi. Sebuah infeksi
sekunder juga menginduksi respon antibodi IgM setelah 20 hari infeksi dan antibodi IgG
meningkat dalam waktu 1-2 hari setelah onset gejala. Oleh karena itu, pasien dengan infeksi
34
sekunder akan memiliki hasil IgG positif, biasanya dengan hasil IgM positif juga. Dengan
demikian, penggunaan tes serologi yang handal dan cepat yang sensitif secara bersamaan
dapat mendeteksi keberadaan anti-dengue IgG dan Antibodi IgM dalam utilitas klinis yang
besar.
Biocan TELL ME RAPID IgG / IgM rapid test Dengue menyediakan metodologi yang sangat
baik untuk khusus mendeteksi IgG ant-dengue dan antibodi IgM. Adanya titer antibodi yang
tinggi IgG tidak mengganggu deteksi antibodi IgM dalam sampel. Dengan menggunakan
campuran sangat murni protein demam berdarah, tes ini dapat mendeteksi semua 4 Dengue
serotipe .
Penyimpanan & Stabilitas
alat yang dikemas dalam kantong tertutup pada suhu 4-30C dan tidak terkena sinar matahari
langsung . Tes ini stabil melalui tanggal kedaluwarsa tercetak pada kantong tertutup. Itu tes
harus tetap dalam kantong tertutup sampai digunakan. DO TIDAK FREEZE . Jangan
gunakan di luar berakhirnya date.
bahan
Bahan yang disediakan :
Uji Perangkat Kaset
Petunjuk Penggunaan
Uji Buffer
Bahan yang dibutuhkan tetapi tidak disediakan :
Spesimen koleksi kontainer
Timer
Pipet yang mampu memberikan 5-10 sampel uL volume
Persiapan dan Pengambilan Spesimen
Pisahkan serum atau plasma dari darah sesegera mungkin untuk menghindari hemolisis.
Yang jelas , spesimen non-hemolyzed dapat digunakan .
Pengujian harus dilakukan segera setelah spesimen telah dikumpulkan. tidak meninggalkan
spesimen pada suhu kamar dalam waktu yang lama. Spesimen dapat disimpan pada 2-8C
hingga 3 hari . Untuk jangka panjang penyimpanan, spesimen harus disimpan dala suhu di
bawah -20 C.
35
Bawa spesimen ke suhu kamar sebelum pengujian. Ketika spesimen beku harus benar-benar
dicairkan dan dicampur dengan baik sebelum pengujian. Spesimen tidak boleh dibekukan dan
dicairkan berulang-ulang.
Jika spesimen akan dikirimkan, spesimen harus dikemas sesuai dengan peraturan federal
untuk transportasi agen etiologi.
Petunjuk Penggunaan :
Lakukan uji perangkat, spesimen dan / atau buffer pada suhu kamar (15-30 C) sebelum
pengujian.
1. Bawa kantong ke suhu kamar sebelum membukanya. Lepaskan perangkat uji dari kantong
yang disegel dan menggunakannya sesegera mungkin.
2. Tempatkan perangkat tes pada temapat yang bersih. gunakan Pipet untuk meletakkan 5 uL
serum, plasma atau seluruh darah ke dalam sampel dengan baik.
3. Tambahkan 4 tetes (160 uL) buffer tes.
4. Tunggu garis merah (s) untuk muncul. Hasilnya harus dibaca antara 15 dan 20 menit. Hasil
apat dibaca hingga 30 menit.
Catatan: Jangan menginterpretasikan hasil setelah 60 menit.
Interpretasi Hasil :
( Silakan lihat ilustrasi )
IgM POSITIF : Dua garis merah yang berbeda muncul. Yaitu garis kontrol (C) dan IgM (M)
yang terlihat pada Uji kaset . Tes positif untuk antibodi IgM. Ini merupakan indikasi dari
infeksi dengue primer.
IgG POSITIF : Dua garis merah yang berbeda muncul. Yaitu garis kontrol (C) dan IgG (G)
garis yang terlihat pada Uji kaset . Tes positif untuk antibodi IgG. Ini merupakan indikasi dari
infeksi dengue sebelumnya.
IgM dan IgG POSITIF : Tiga garis merah yang berbeda muncul. Yaitu garis kontrol (C), IgM
(M) dan IgG (G) garis yang terlihat pada kaset tes. Tes ini positif IgM dan IgG antibodi. ini
indikasi dari infeksi dengue sekunder.
NEGATIF : Satu garis merah yang berbeda muncul. Yaitu garis kontrol (C) adalah satusatunya garis terlihat pada tes kaset. Tidak ada IgG atau IgM yang terdeteksi. Hasilnya tidak
mengecualikan infeksi dengue. Sebuah sampel baru harus diambil dari pasien dalam 3-5 hari
dan kemudian harus diuji ulang.
INVALID : baris Kontrol gagal untuk muncul. Hasil tes INVALID , jika tidak ada garis
kontrol (C) terlihat, terlepas dari kehadiran atau tidak adanya garis IgG (G) atau IgM (M) di
wilayah kaset. Ulangi percobaan menggunakan kaset baru.
CATATAN : Intensitas warna merah di daerah garis uji (G) dan (M) akan bervariasi
tergantung pada konsentrasi IgG dan IgM yang ada dalam spesimen. Namun, baik nilai
kuantitatif maupun tingkat peningkatan IgG atau IgM dapat ditentukan dengan uji kualitatif
ini .
Kontrol kualitas:
Kontrol prosedural disertakan dalam pengujian. Sebuah garis merah muncul di daerah kontrol
(C) adalah kontrol prosedural internal. Ini menegaskan Volume spesimen yang cukup dan
teknik prosedural yang benar. sebuah latar belakang yang jelas juga diperlukan.
Standar kontrol ini tidak disertakan dengan KIT, namun , hal tersebut direkomendasikan
bahwa kontrol positif dan negatif diuji sebagai praktik laboratorium yang baik untuk
mengkonfirmasi prosedur tes dan untuk memverifikasi kinerja proper test .14
4. TES WIDAL
PENDAHULUAN :
37
Demam enterik spesifik agglutinins spesifik (antibodi) yang terdeteksi dalam pasien setelah
15 hari demam. BCG divaksinasi serum pasien dapat menunjukkan peningkatan titer ketiga
agglutinins 'H'. Pewarnaan antigen salmonella digunakan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi antibodi spesifik dalam sampel serum dari pasien yang menderita demam
enterik.
PRINSIP :
Suspensi bakteri yang membawa antigen akan menggumpal pada paparan antibodi terhadap
organisme salmonella.
CONTOH :
Serum segar lebih disukai. Dalam hal keterlambatan melakukan tes, serum harus disimpan
pada suhu 20-80 C.
PENYIMPANAN & STABILITAS reagen :
Semua reagen siap digunakan dan suhu yang stabil 20-80C sampai tanggal kadaluwarsa .
Reagen :
1 . Suspensi antigen, S. typhi O.
2 . Suspensi antigen, S. typhi H.
3 . Suspensi antigen, S. paratyphi ' AH ' .
4 . Suspensi antigen, S. paratyphi ' BH ' .
5 . kontrol positif Polyspesifik
6 . Kaca Slides dengan 6 lingkaran reaksi dan tongkat pengaduk.
Bawalah semua reagen pada Suhu Ruangan sebelum pengujian. Kocok antigen baik sebelum
di gunakan.
PROSEDUR:
SLIDE UJI
1. Tempatkan satu tetes kontrol positif pada satu reaksi lingkaran slide.
2. Satu tetes pipet saline isotonik pada lingkaran reaksi berikutnya. (-ve Control)
3. Satu tetes pipet serum pasien yang akan diuji ke sisa empat lingkaran reaksi.
4. Tambahkan satu tetes tes Widal suspensi antigen 'H' untuk dua reaksi lingkaran pertama.
(PC & NC)
5. Tambahkan satu tetes masing-masing antigen 'O', 'H', 'AH' dan 'BH' hingga tersisa empat
lingkaran reaksi.
6. Campur isi dari masing-masing lingkaran di atas dengan tongkat pencampur yang terpisah.
38
7. Batu slide, bolak-balik dengan perlahan dan mengamati untuk aglutinasi makroskopik
dalam satu menit
SEMI KUANTITATIF METODE:
1. Satu tetes pipet saline isotonik menjadi reaksi lingkaran pertama dan kemudian tempat 5,
10, 20, 40, 80 ul tes sampel pada lingkaran yang tersisa.
2. Tambahkan ke setiap lingkaran reaksi, setetes antigen yang menunjukkan aglutinasi dengan
sampel uji dalam metode skrining.
3. Menggunakan tongkat pencampur terpisah, campur setiap isi lingkaran yang dijelaskan di
atas.
4. Batu slide, bolak-balik dengan perlahan, amati untuk aglutinasi makroskopik dalam satu
menit.
METODE PENGUJIAN TABUNG STANDAR
1. Ambil 4 set dari 8 tabung Kann / tabung reaksi dan beri label1 sampai 8 untuk O, H, AH
dan deteksi antibodi BH .
2. teteskan 1,9 ml saline isotonik ke dalam tabung No.1 dari semua set.
3. Untuk masing-masing tabung yang tersisa (2 sampai 8) tambahkan 1,0 ml saline isotonik.
4. Untuk tabung tabung No.1, di setiap baris tambahkan 0,1 ml sampel serum yang akan diuji
dan di aduk rata.
5. Transfer 1,0 ml serum diencerkan dari tabung no.1 ke tabung no.2 dan di aduk rata.
6. Transfer 1,0 ml sampel diencerkan dari tabung no.2 ketabung no.3 dan di aduk rata.
Lanjutkan ini sampai seri pengenceran tabung no.7 di setiap set.
7. Buang 1,0 ml serum yang diencerkan dari tabung No.7 pada setiap set.
8. Tabung No.8 di semua set, berfungsi sebagai kontrol saline. Sekarang pengenceran sampel
serum dicapai dalam setiap set adalah sebagai berikut :
Tabung No : 1 2 3 4 5 6 7 8
(kontrol)
Pengenceran 1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 1:1280
9. Untuk semua tabung (1 sampai 8) dari setiap set tambahkan satu tetes masing-masing
WIDAL TEST suspensi antigen (O, H, AH dan BH) dari botol reagen dan aduk.
10. Tutup tabung dan di inkubasi pada suhu 37C dalam sartu malam (sekitar 18 jam)
11. Mengeluarkan yang mengendap dengan lembut dan mengamati aglutinasi.
39
INTERPRETASI HASIL:
METODE UJI SLIDE
Aglutinasi adalah hasil tes positif dan jika positif reaksi diamati dengan 20 ul uji sampel, ini
menunjukkan
adanya tingkat signifikan secara klinis yang sesuai pada antibodi dalam serum pasien. Tidak
ada aglutinasi adalah hasil tes negatif menunjukkan adanya tingkat signifikan secara klinis
yang sesuai pada antibodi dalam serum pasien.
METODE KUANTITATIF
Titer serum pasien yang menggunakan tes Widal suspensi antigen adalah pengenceran
tertinggi dari sampel serum yang memperlihatkan aglutinasi. Sampel yang menunjukkan titer
1:80 atau lebih harus dianggap sebagai suatu masalah klinis yang signifikan. 15
III.
40
IV.
1. Hub.pemeriksaan BS dengan DD
a. malaria : menentukan keberadaan parasit malaria, menentukan spesies dan stadium
plasmodium, melacak 10-100 parasit/ul darah
b. DBD dan Typhoid tidak menggunakan pemeriksaan BS.
2. hub. Pemeriksaan CBC dengan DD
a. Malaria : mendeteksi anemia hemolitik, leukopenia, trombositopenia
b. DBD : mendeteksi Hb, Hematokrit, trombosit
c. Typhoid : mendeteksi leukopenia
3. Hub. Pemeriksaan RDT dengan DD
Pada Malaria, DBD, Tyfoid RDT digunakan untuk mendeteksi antigen
V.
pada setlevel 37oC (dengan variasi diurnal). Berbeda dengan hipertemia pasif, set
level meningkat ketika demam. Oleh karena itu, dalam keadaan ini mekanisme
pengaturan suhu berperan untuk mempertahankan suhu yang meningkat ini. Hal ini
tampak jelas ketika demam mulai meningkat: karena nilai sebenarnya menyimpang
dari set level yang tiba-tiba meningkat, pengeluaran panas akan dikurangi melalui
penurunan aliran darah ke kulit sehingga kulit menjadi dingin (perasaan dingin).
Selain itu, produksi panas juga meningkat karena menggigil (tremor). Keadaan ini
berlangsung terus sampai nilai sebenarnya mendekati set level yang baru (garis datar).
Bila demam turun, sekali lagi set level akan turun sehingga sekarang nilai sebenarnya
yang menjadi terlalu tinggi. Pada keadaan ini, aliran darah ke kulit meningkat
sehingga orang tersebut akan merasa kepanasan dan mengeluarkan keringat yang
banyak. 16
Demam terutama biasa terjadi pada infeksi sebagai reaksi fase akut. Pada keadaan
ini, zat yang menimbulkan demam (pirogen) menyebabkan perubahan pada set point.
41
Pirogen eksogen merupakan bagian dari patogen, di antaranya yang paling efektif
adalah kompleks lipopolisakarida (endotoksin) bakteri gram negatif. Patogen atau
pirogen seperti itu diopsonisasi oleh komplemen dan difagosit oleh makrofag,
misalnya, sel kupffer di hati. Proses ini melepaskan sejumlah sitokin, di antaranya
pirogen endogen interleukin 1, 1, 6, 8, 11, interferon 2 dan , tumor necrosis factor
TNF (kahektin) dan TNF (limfotoksin), macrophage-inflamatory protein MIP 1,
dll. Sitokin ini diduga (Mf = sekitar 15-30 kDa) mencapai organ sirkumventrikular
otak yang tidak memiliki sawar darah otak. Oleh karena itu, sitokin dapat
menyebabkan reaksi demam pada organ-organ ini atau yang berdekatan dengan area
preoptik dan organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) melalui prostaglandin PGE 2.
Obat penurun panas (antipiretik) bekerja secara efektif di daerah ini. Jadi, asam
asetilsalisilat. 16
Setelah penyuntikan lipopolisakarida secara intravena, sitokin yang telah disebut
di atas baru ditemukan dalam waktu 30 menit setelah onset demam dan munculnya
sitokin dapat dihambat melalui vagotomi subdiafragma. Tampaknya, pirogen eksogen
merangsang area preoptik dan OVLT juga melalui serabut aferen dari abdomen.
Terdapat kemungkinan bahwa zat pembawa sinyal yang dilepaskan oleh sel kuppfer
di hati (sitokin? PGE2?) merangsang serabut yang dekat dengan saraf aferen vagus,
yang kemudian menjalarkan sinyal pirogen melalui nukleus solitarius ke kelompok sel
noradrenalin A1 dan A2. Selanjutnya, sinyal ini berproyeksi dari traktus noradrenalin
ventral k eke neuron yang mengatur demam di area preoptik dan OVLT. Noradrenalin
yang dilepaskan di daerah tersebut menimbulkan pembentukan PGE2 dan
mengakibatkan demam. Proses ini juga melepaskan adiuretin (ADH; efek reseptor
V1), -melanocyte-stimulating hormone (-MSH), dan corticotropin-releasing
hormone corticoliberin (CRH), yang mengatasi demam dengan membentuk
antipiretik endogen melalui jalur umpan-balik negatif. 16
Akibat yang ditimbulkan oleh demam adalah peningkatan frekuensi denyut
jantung (8-12 menit-1/oC) dan metabolisme energi. Hal ini menimbulkan rasa lemah,
nyeri sendi, dan sakit kepala, peningkatan gelombang tidur lambat (yang berperan
dalam perbaikan fungsi otak), dan pada keadaan tertentu bisa menimbulkan gangguan
kesadaran dan persepsi (delirium karena demam) serta kejang. 16
42
2. POLA DEMAM
Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak telah
mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial dilakukan
di tempat yang berbeda. Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali, walaupun tidak
patognomonis untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi petunjuk diagnosis yang
berguna (Tabel 2.).17
Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik
Pola demam
Penyakit
Kontinyu
Remitten
Intermiten
Quotidian
Double quotidian
Demam rekuren
43
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi derajat
suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons terapi.
Gambaran pola demam klasik meliputi:1,2,6-8
Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu
tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi
diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal
dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling
sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu
(Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh
proses infeksi.
44
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan
puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak
kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan
perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang
terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12
jam)
Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi
selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.
45
Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama demam
melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran
nafas atas.
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu
penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem
organ multipel.
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda
(camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik
dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue,
demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan
African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
o Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang
disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu
(louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF).
46
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba-tiba
berlangsung selama 3 6 hari, diikuti oleh periode bebas demam dengan durasi
yang hampir sama. Suhu maksimal dapat mencapai 40,6oC pada tick-borne fever
dan 39,5oC pada louse-borne. Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala,
nyeri perut, dan perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam dapat disertai
Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama beberapa jam (6 8 jam), yang
umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini disebabkan oleh pelepasan
endotoxin saat organisme dihancurkan oleh antibiotik. JHR sangat sering
ditemukan setelah mengobati pasien syphillis. Reaksi ini lebih jarang terlihat pada
kasus leptospirosis, Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari demam
ringan dan fatigue sampai reaksi anafilaktik full-blown.
o Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum minus dan
Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 10 minggu sebelum awitan
gejala merupakan petunjuk diagnosis.
o Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada 1887,
pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya sedikit pasien
dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH.
Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang berlangsung 3 10 hari, diikuti
oleh periode afebril dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis demam ini mungkin
berhubungan dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan anemia
hemolitik.17
47
dalam
tubuh
manusia,
virus
berkembang
biak
dalam
sistem
rendah)
akibat
kurangnya
hemoglobin,
terjadinya
48
hemakonsentrasi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke tubuh penderita adalah
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit, sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti pembesaran
kelenjar limfa, hepatomegali (pembesaran hati) dan sebagainya.19
UJI TOURNIQUET
Tes tourniquet juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah benar pasien menderita
DBD atau tidak.19
Uji tourniquet merupakan uji ketahanan kapiler darah dengan menggunakan
pembendungan pada vena sehingga darah menekan dinding kapiler. Jadi, pada dinding
kapiler yang oleh beberapa sebab misalnya infeksi, akan menjadi tidak kuat dengan
tahanan yang diberikan sehingga akan rusak. Kapiler yang rusak membuat darah
keluar dan merembes kedalam jaringan sekitar sehingga nampak sebagai bercakbercak kecil (petechia).19
Pandangan mengenai petechia yang normal dan abnormal seringkali berbeda.
Jika terdapat lebih dari 10 petechie pada lingkaran tourniquet, maka tes dianggap
positif. Seandainya, tidak ditemukan petechie pada lingkaran tourniquet, tetapi
terdapat petechie di distal dari lingkaran, maka percobaan ini jua dianggap positif. 19
HUBUNGAN PEMERIKSAAN LAB DENGAN DBD
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis Demam
Berdarah dengue ialah dengan melakukan Complete Blood Count atau pemeriksaan
darah lengkap dan Rapid Diagnostic Test. Kedua pemeriksaan ini mempunyai tujuan
yang berbeda-beda pada pemeriksaan Demam Berdarah.
Pada pemeriksaan Complete Blood Count, yang akan dilihat dari hasil
pemeriksaan ialah :
menurun,
tetapi
akan
meningkat
seiring
meningkatnya
49
>20%.(1)(2)
Leukositosis ringan atau Leukopenia.20
ada atau tidaknya limfosit plasma biru pada gambaran darah tepi.20
Pemeriksaan Hemoglobin, Hematokrit dan Trombosit biasanya dilakukan 2-4
jam pada hari pertama perawatan. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan 6-12 jam
sesuai pengawasan selama perjalanan penyakit.20
Sementara itu, pemeriksaan Rapid Diagnosis Test pada DBD bertujuan untuk
melihat antibody yang sedang berperan dalam melawan agen infeksi. Antibodi yang
muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi
mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada meningkat
(booster effect).19,20
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar
demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan
menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar
antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi
primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari
ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh
karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi
antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan
lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat.19,20
KRITERIA DIAGNOSIS DBD menurut WHO (1975) : 20
Demam tinggi yang mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
50
Manifestasi pendarahan, baik dengan uji tourniquet atau dalam bentuk lain seperti
3. DEMAM TYFOID
Demamnya kontinyu, yang terjadi terjadi berkelanjutan selama 4-7 hari.21
4. CHIKUNGUNYA
Demam chikungunya merupakan penyakit arboviral yang disebabkan oleh virus
chikungunya (CHIKV) dan ditularkan oleh nyamuk. Pertama kali ditemukan dalam bentuk
epidemic pada 1952-1953 di Afrika timur. CHIKV adalah virus yang tergolong dalam genus
Alphavirus dari family Togaviridae, dan CHIKV juga merupakan virus RNA-beruntai positif.
Alphavirus terdiri dari 30 spesies yang ditularkan oleh arthropoda. Pada manusia, infeksi
CHIKV terjadi sangat cepat dan biasanya dalam 5-7 hari. Wabah ditandai dengan gejala yang
berat. 22
Vector CHIKV adalah nyamuk aedes yaitu Aedes Albopictus untuk daerah pedesaan, dan
Aedes aegypti untuk daerah perkotaan. Aedes adalah genus nyamuk yang ditemukaan di
daerah tropis dan subtropics yang berarti mewabah pada pada masyarakat di Negara-negara
tersebut, termasuk Indonesia.23
Manifestasi klinis
Infeksi CHIVK merupakan penyakit infeksi yang melumpuhkan, ditandai dengan gejala
demam, sakit kepala,mual, nyeri otot dan nyeri sendi. Masa inkubasi penyakit antara 2-12
hari, tetapi umumnya 3-7hari. Setelah masa inkubasi, suhu tubuh akan meningkat sampai 3940C dan diikuti oleh gejala demam intermiten. Fase akut ini berlangsung 2-3 hari,
selanjutnya demam akan menghilang untuk 1-2 hari dan kemudian akan timbul kembali.
Demam pada CHIKV berlangsung beberapa hari tetapi ada gejala fatigue yang menyertai
penyakit ini dan berlangsung lama seperti pada dengue. Selain gejala demam, gejala lain
yang timbul yaitu myalgia, arthralgia, dan rash. Arthralgia terutama terjadi pada sendi-sendi
kecil pada tangan, kaki, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Pembengkakan sendi
terjadi akibat
kemerahan dan ruam (rash). Pada bayi dan anak-anak biasanya timbul ruam dan urtikaria
yang jelas. Pada infeksi tanpa komplikasi, gejala biasanya akan menghilang pada sekitar 10
51
hari. Gejala-gejala pada Chikungunya seringkali sulit dibedakan dengan DBD secara klinis.
Oleh karena itu sangat penting untuk membedakan manifestasi klinis dari chikungunya dan
demam dengue. Secara umum, manifestasi klinis perdarahan tidak dijumpai pada infeksi
chikungunya.23
KESIMPULAN
Berdasarkan skenario, kita dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa penyakit
dengan keluhan utama demam. Untuk dapat menegaskan diagnosa, kita dapat mendahuluinya
dengan melakukan anamnesis. Dengan anamnesis juga, kita dapat menyingkirkan beberapa
pilihan
diagnosa diferensial kita, dan anamnesis juga membantu kita dalam menyaring
beberapa dugaan penyakit yang kita curigai. Setelah anamnesis, kita selanjutnya melakukan
pemeriksaan fisis, yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, thorax, abdomen, yang disesuaikan
dengan diagnose diferential kita. Setelah
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG, dll. Pada scenario
infeksi, pasien seorang anak perempuan 7 thn dibawa ibunya ke UGD karena demam yang
tidak turun dalam 7 hari. Dari keluhan utama tersebut kami memilih beberapa DD yaitu
Demam berdarah, malaria, demam thyfoid, dan chikungunya. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan yaitu blood smear, complete blood count, dan rapid diagnostic test. Blood smear
dilakukan untuk membuktikan dugaan malaria, karena dengan blood smear kita dapat
menentukan keberadaan parasit malaria, dan sepsis serta stadium dari plasmodium didalam
darah. Pemeriksaan complete blood count dilakukan untuk mendeteksi malaria, dengue, dan
demam thyfoid, karena dengan CBC kita dapat mendeteksi anemia,leucopenia, dan
trombositopenia pada malaria, mendeteksi Hb, perubahan abnormal hematokrit, dan
trombosit pada dengue, serta mendeteksi leucopenia pada demam thyfoid. Pada pemeriksaan
rapid diagnostic test, kita dapat mendeteksi Malaria, dengue, dan demam typhoid. Dengan
pemeriksaan rapid diagnostic test kita dapat mendeteksi antigen penyebab penyakit tersebut.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle Jonathan. At glance anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta:
Airlangga;2005
2. Sudoyo A.W, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1 ed 5. Jakarta: Interna
Publishing
3. Swartz MH. Buku ajar diagnostic fisik. Jakarta: EGC; 1995
4. University of Maryland Medical Center, Blood Smear. [online] diakses dari:
http://umm.edu/health/medical/ency/articles/blood-smear#ixzz2kFfEQzc5
5. http://labtestsonline.org/understanding/analytes/blood-smear/tab/test
6. Healthwise Staff , Kathleen Romito, MD - Family Medicine, W. David Colby IV,
MSc, MD, FRCPC - Infectious Disease, Thick and Thin Blood Smears for Malaria.
[online] diakses dari: http://www.webmd.com/a-to-z-guides/thick-and-thin-bloodsmears-for-malaria
7. Roger S. Riley, M.D., Ph.D. et all, How to Prepare and Interprate Peripheral Blood
Smear [online] diakses dari:
http://www.pathology.vcu.edu/education/PathLab/pages/hematopath/pbs.html
8. http://cal.vet.upenn.edu/projects/dxendopar/techniques/bloodsmear.html
9. www.uvm.edu/~jschall/pdfs/techniques/bloodsmears.pdf+blood+smear
53
10. ASPI Medical Anatomy & Physiology 13c. Complete Blood Cell Count. [Online].
2010 Oktober [cited 2013 Nov 07]. Diakses dari : URL :
http://www.haspi.org/curriculum-library/A-P-Core-Labs/00%20HASPI%20Med
%20A%20&%20P%20Core%20Labs/13b%20CBC%20Count.pdf
11. Unimus. Tinjauan Pustaka tentang Darah dan Pengukurannya. [Online]. 2008. [cited
2013 Nov 08]. Diakses dari: URL: http://www.digilib.unimus.ac.id/download.php?
id=8104
12. Nugroho, Heri Santoso Wahito. Laboratorium Klinik 1 : Pemeriksaan Hematologi.
[Online]. 2011. [cited 2013 Nov 07]. Diakses dari :
URL : http://www.static.schoolrack.com/files/25632/.../lab-klinik.pdf
13. Biocan Tell me Fast. Tell me Fast Malaria Pf (HRP II) / (PANLDH) Antigen
Detection Test Device (Whole Blood) Instructions for Use. Catalog Number: B702C.
Journal. [online] Diakses dari:
http://www.rapidtest.ca/pdfs/mal-pf-pan-antigen-consette.pdf. [diakses pada 5
November 2013].
14. Biocan Tell me Fast.Dengue IgG/IgM Combo Test Device (Serum/Plasma/Whole
Blood) Instructions for Use. Catalog Number: B804C. Journal. [online] Diakses dari:
http://www.rapidtest.ca/pdfs/den-c-test.pdf. [diakses pada 5 November 2013].
15. Swemed diagnostics. Widal test. Journal. [online], 11 (1) Diakses dari:
http://www.swemedbio.com/pdf/WIDAL_TEST.pdf
16. Silbernagl Stefan, Lang Florian. Teks dan atlas berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC;
2003
17. URL: Xa.yimg.com/../monograf
18. URL: http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/Vol.18_no.2_3.pdf
19. Soffiyatun.
Demam
Berdarah
Dengue.
[online]
diakses
dari
www.gobookee.org/demam-berdarah-dengue-tinjauan-pustaka
20. Wiradharma, Danny. Diagnosis Cepat Demam Berdarah Dengue. [online] diakses dari
: www.univmed.org/1995/05/.../diagnosiscepat
21. Price S.A, Wilson LMc. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit vol2. Ed
6. Jakarta: EGC;2010
22. Schwartz Oliver, Albert L. Matthew. Biology and Pathogenesis of chikungunya virus
vol. 8. Journal of macmillan publisher limited. 2010
23. Suriptiastuti. Re-emergensi chikungunya: epidimiologi dan peran vector pada
penyebaran penyakit. Journal of Universa Medicina. 2007.
54