PEMBAHASAN
A. ANALISIS GRAVIMETRI
Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia
analitik untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah
diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni,
setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari
penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsure atau radikal
senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor dapat
digunakan, Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya.
Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua phenomena yang berbeda.
Sebagai contoh pada postpresipitasi, semakin lama waktunya maka
kontaminasi bertambah, sedangkan pada kopresipitasi sebaliknya. Kontaminasi
bertambah akibat pengadukan larutan hanya pada postpresipitasi tetapi tidak
pada kopresipitasi (Khopkar, S. M,1990).
Dalam analisis Gravimetri terdapat tiga metode yang digunakan yaitu
metode pengendapan, metode penguapan, dan metode elektrolisis. Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen
dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan. Untuk metode
pengandapan prinsip kerjanya yaitu senyawa yang akan dianalisis diendapkan
dengan menambahkan pereaksi yang sesuai dan selanjutnya dipisahkan
endapannya. Untuk metode Penguapan prinsipnya yaitu zat yang mudah
menguap diadsorpsi dengan adsorben yang sesuai, dimana sebelumnya bisa
ditambahkan pereaksi untuk membuat suatu zat menjadi lebih mudah menguap
atau lebih sulit menguap. Untuk metode elektrolisis prinsipnya senyawa ion
yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada elektrode-elektrode
yang sesuai (Day dan Underwood, 2001).
Metode gravimetri ditujukan untuk memisahkan suatu sampel menjadi
komponennya. Proses yang dilibatkan adalah proses dimana zat yang
dipisahkan itu digunakan untuk membentuk suatu fase baru yaitu endapan
padat zat yang sukar larut dalam air (mengendap) berada dalam kesetimbangan
dengan ion-ionnya yang larut dalam air.
Dalam analisis melalui pengendapan untuk mendapatkan endapan
yang sempurna maka dilakukan penambahan ion sejenis. Adanya ion sejenis
dalam larutan menyebabkan kelarutan menjadi lebih kecil. Larutan jenuh
adalah suatu keadaan ketika suatu larutan telah mengandung suatu zat dengan
konsentrasi yang maksimum. Nilai konsentrasi maksimum yang dapat dicapai
oleh suatu zat inilah yang dimaksud dengan kelarutan. Larutan yang masih bisa
melarutkan zat terlarut disebut larutan kurang jenuh. Larutan yang tidak dapat
lagi melarutkan zat terlarut sehingga terbentuk endapan disebut larutan lewat
jenuh. Semakin besar kelarutan suatu zat, makin zat tersebut larut (Day dan
Underwood, 2001).
Prinsip Dasar dalam Analisis Gravimetri
A +R
P( endapan)
Keterangan :
B. METODE PENGENDAPAN
harus
Pengotoran endapan
Macam-macam pengotor yang dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya adalah:
Pengendapan bersama (simultaneous precipitation). Kotoran mengendap
bersama waktu dengan endapan analit. Contoh: Al(OH) sebagai pengotor
Fe(OH)3.
Pengendapan susulan (post precipitation). Kotoran yang mengendap
dalam beberapa selang waktu setelah endapan sampel terbentuk karena
untuk
sebuah
pengaduk.
Sampel
yang
tersisa
dalam
botol
timbang/kaca arloji disemprot dengan 6 air suling. Bila sampel mudah larut
dalam air, penambahan air pembilas cukup 100-150 ml atau seperti yang
tertulis dalam instruksi.Untuk sampel yang sukar larut dalam air dibubuhiasam
sesuai kebutuhan untuk melarutkan sampel tersebut.Karbonat dan fosfat
dilarutkandengan HCl (1:1).Besi, seng dan logam-logam yang kurang mulia
dilarutkan menggunakan HNO3(1:1). Untuk logam setengah mulia atau mulia
dipakai aqua regia (campuran HNO3 dan HCl pekat 1:1). Untuk silikat harus
dilebur dengan soda atau HF. Sewaktu melarutkan asam setngah pekat, helas
7
piala ditutup kaca arloji, setelah selesai kaca arloji dibilas air suling agar
jumlah analat tidak berkurang.
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi bentuk dan terjadinya endapan
dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, diantaranya suhu dan pH atau
keasaman.
a) Suhu, kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, suatu endapan terbentuk
apabilahasil kali kelarutannya (ksp) terlampaui. Pada umumnya,
pengendapan dilakukandalam keadaan panas, misalnya BaSO4, Cu(OH)2 dan
Fe(OH)3, akan tetapi NH4 M gPO4 harus dalam keadaan dingin
(menggunakan es).
b) Keasaman/pH, keasaman sangat berpengaruh pada terbentuknya suatu
endapan atautidak. Larutan garam yang berasal dari basa lemah dapat
dihidrolisis dan terendapsebagai hidroksida. Agar logam tidak terendap
sebagai hidroksidanya dapatdilakukan pengaturan pH agar hanya
hidroksida yang diinginkan yang mengendap,sedangkan yang lain tetap
larut. Selain hidroksida, pengendapan garam asam lemah juga dipengaruhi
pH. Misalnya oksalat yang diendapkan sebagai CaC 2O4 pada pH > 4,
sedangkan karbonat sebagai CaCO3 diendapkan pada pH 9,6.
Adapun mekanisme pembentukan endapan yakni :
Terbentuknya endapan dimulai dari terbentuknya larutan lewat jenuh
(jarang)
Agen pengendap selektif: bereaksi dengan spesi tertentu.
Dalam endapan terdapat ukuran partikel yang dimana endapan harus
Untuk mendapatkan endapan sesuai dengan yang diinginkan dan hasilnya bagus,
maka perlu ditentukan terlabih dahulu keadaan optimumnya. Untuk memperoleh
keadaan optimum tersebut, maka harus mengikuti aturan sebagai berikut :
a) Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan
untuk memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.
b) Pereaksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.
c) Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk
stabil padatemperatur tinggi.
d) Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan
menggunakanpemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.
e) Endapan harus dicuci dengan larutan encer.Untuk menghindari
postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukanpengendapan ulang.
Endapan yang Dikehendaki
a) Mudah disaring dan dibersihkan dari pengotor.
b) Memiliki kelarutan cukup rendah sehingga tidak ada analat yang terbuang
pada saat penyaringan dan pencucian.
c) Tidak reaktif terhadap udara.
d) Setelah dikeringkan atau dibakar, menghasilkan produk yang diketahui
komposisinya.
e) Endapan yang dapat disaring harus memiliki ukuran partikel yang cukup
besar.
AgCl + NaNO3
c) Apabila nukleasi yang lebih dominan maka partikel kecil yang banyak,
bila particle growth yang lebih dominan maka partikel besar yang
dihasilkan.
10
C. METODE PENGUAPAN
Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk
menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah
menguap. Cara yang dilakukan dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara
pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereaksi tertentu
sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan
suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah
menguap. Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar
air(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat
sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal
yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 110-130
derajat celcius, garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis
sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air kristal.
Pemanasan dalam udara atau gas tertentu penambahan pereaksi
sehingga mudah menguap Penambahan pereaksi sehingga tidak mudah
menguap zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu
absorben yang sesuai dan telah diketahui berat tetapnya. Untuk penentuan
kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan
memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110oC- 130oC. Berkurangnya berat
sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air
kristalnya. Asal senyawa tidak terurai oleh pemanasan. Atau bisa juga
menggunakan zat pengering seperti : CaCl2, Mg(ClO4)2.
Penentuan CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan
penambahan HCl berlebih, kemudian dipanaskan.gas CO2 yang sudah terjadi
dialirkan dalam larutan alkali yaitu KOH (25-30%) atau larutan CaOH2 yang
11
telah diketahui beratnya. Penentuan NH3 dalam garam Amonium, yaitu garam
ditambahkan larutan alkali kuat berlebih dan dipanaskan. Gas NH3 yang terjadi
dialirkan dalam larutan standar asam berlebih kemudian kelebihannya dititrir
dengan larutan standar basa. Penentuan Nitrogen dalam protein, mula-mula
senyawa didestruksi dengan H2SO4 pekat. Hasilnya ditambahkan basa
berlebih dan dipanaskan. Selanjutnya kelebihan asam dititrir dengan larutan
standar dan basa Penentuan unsur Natrium atau Kalium, yaitu larutan itu
diuapkan dengan H2SO4 sampai kering. Kemudian sisanya berupa garam
sulfat ditimbang. Dan segitulah berat unsur yang dicari. Unsur-unsur lain yang
mengganggu seperti Si, dapat ditentukan dengan memanaskan cuplikan
bersama H2SO4 dan HF dalam krus platina. Dimana Si berubah menjadi SiF4
yang menguap.
Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air
(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat
sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal
yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 105-130 oC,
garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat
ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air kristal.
12
D. METODE ELEKTROLISIS
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam
terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation
apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu
maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi nol.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan
beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair
dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel
yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam
terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation
apabila dialiri dengan arus listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu
maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan
beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair
dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel
yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Sebagian analisis gravimetri menyangkut unsur yang akan ditentukan
menjadi senyawa murni yang stabil dan mudah diubah ke dalam bentuk yang
dapat ditimbang. Berat analat dapat dihitung dari rumus dan berat atom
senyawa yang ditimbang. Pengendapan merupakan teknik yang paling luas
penggunaannya. Hal terpenting dalam pengendapan suatu analit adalah
kemurniannya dan kemudahan penyaringan yang pasti dilakukan dalam teknik
pengendapan (Underwood, 1998).
13
a) Hukum Faraday I
Menyatakan hubungan antara banyaknya zat yang terendap atau terbebas pada
elektroda dengan banyaknya listrik yang diperlukan pada proses tersebut.
Dimana;
W = Jumlah zat terendap/terbebaskan (gr)
Q = Jumlah listrik yang dibutuhkan (Colloumb)
e = berat ekivalen Elektrokimia
Berat Ekivalen elektrkimia adalah bilangan yang menyatakan
banyaknya zat yang terendap atau oleh listrik sebanyak 1 colloumb. Contoh :
Arus 0,2 colloumb dialirkan pada dua keping tembaga (Cu) yang telah
ditentukan massa tetapnya. Dan dicelupkan dalam garam Kuprisulfat (CuSO4)
selama t detik. Kemudian dicuci dan dikeringkan serta ditimbang, ternyata
beratnya lebih berat dari pada sebelum dielektrolisis. Karena adanya logam Cu
yang terendapkan pada elektroda. Dimana banyaknya logam Cu yang
terendapkan bertambah setiap penambahan arus maupun waktu. Adapun listrik
yang dibutuhkan adalah : Q = i x t dengan i = arus, t = waktu dan Q = listrik
yang dibutuhkan.
b) Hukum Faraday II
Menyatakan
Hubungan
antara
banyaknya
zat
terendap
atau
14
dan mengalir dalam seri larutan adalah sebanding dengan berat ekivalen
kimianya
Misalnya : arus 1 amper dialirkan dalam suatu seri larutan : kupri sulfat
(CuSO4) dan perak nitrat (AgNO3) dalam waktu t, banyaknya logam Cu dan
Ag yang terendapkan pada masing-masing elektroda.
c) Hukum Ohm
Menyatakan hubungan antar tiga besaran listrik yaitu : tegangan (E),
Contoh:
CuSO4.xH2O
CuSO4 + xH2O
15
pengotor.
Langkah-langkah dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
a) Cuplikan ditimbang dan dilarutakan sehingga partikel yang akan diendapkan
dijadikan ion-ionnya.
b) Ditambahkan pereaksi agar terjadi endapan.
c) Proses pemisahan endapan / penyaringan endapan.
d) Mencuci endapan, cairan pencuci, cara mengerjakan pencucian, cara
memeriksa kebersihan dan mengeringkan endapan.
e) Mengabukan kertas saring dan memijarkan endapan.
f) Menghitung hasil analisa.
Metode gravimetri bukanlah metode analisis yang spesifik, sehingga
dapat digantikan dengan metode instrumen modern spektruskopi dan
kloromedografi. Metode gravimetri dapat juga digunakan untuk analisis
kuantitatif bahan organik tertntu seperti kolesterol, pada cerea dan loktosa pada
produk susu. Proses pengendapan dalam analisis gravimetri. Partikel hasil
proses pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi dan pembentukan nukleus.
Dalam analisa gravimetri harus selalu diupayakan agar terdapat endapan yang
murni dan partikel-partikelnya cukup besar sehingga mudah disaring dan
dicuci.
1) Kemurnian endapan
Endapan yang telah terjadi akan mengandung zat-za pengatur dan itu
akan bergabtung pada sifat endapan dan pada kondisi kondisi dimana endapan
itu terjadi, yang menyebabkan terjadinya kontraminasi dapat terjadi karena
adsorpsi pada permukaan kristal yang berbeda dengan larutan, dan jika luas
permukaannya besar maka juml zat yang terdsopsi bertambah banyak.
Kopresipitasi juga dapat terjadi secara oklusi yaitu zat-zat asing masuk
kedalam kristal pada proses pertumbuhan kristal.
Bila proses pertumbuhan kristal lambat, maka zat pengatur akan larut
dan kristal yang terjadi lebih besar dan murni. Kopresipitasi tidak dapat
16
sampai
beratnya
konstan.
Pengeringan
endapan
untuk
menghilangkan air dan zat yang mudah menguap. Pemijaran untuk merubah
endapan itu kedalam suatu senyawa kimia yang rumusnya diketahui dengan
pasti.
4) Perhitungan gravimetri
Menurut Sodiq (2004). Adapun perhitungan gravimetri, dimana
setelah sampel berisi analit yang dikehendaki diperoleh, lakukan penimbangan,
kemudian tahap berikutnya, merubah sampel ke bentuk yang dapat ditimbang
(dalam hal ini: endapan). Bila endapan yang didapat adalah analit yang
dikehendaki maka:
100% Analit =
berat analit
berat sampel
x 100%
17
Faktor gravimetri =
Berat analit A =
x100%
dan penimbangan.
Pada pembentukan endapan kadang mengandung zat lain yang juga
membentuk endapandengan pereaksi yang digunakan, sehingga diperoleh
hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang
3)
5)
Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah
tereduksi oleh karbon bila disaringdengan kertas saring seperti perak
klorida, sehingga harus disaring dengan menggunakan cawan penyaring
(berpori) dapat juga terjadi kelebihan pemijaran sehingga terjadi
6)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan
komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat
dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Day dan Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:Erlangga.
20
JR, R.A. Day & A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam,
Penerjemah : Dr. Ir. Iis Sopyan, M.Eng. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S. M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
21