Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terdapat korelasi yang jelas antara negara hukum,yang bertumpu pada konstitusi dan
peraturan perundang-undangan dengan kedaulatan rakyat yang dijalankan melalui sistem
demokrasi
konstitusional,sebagaimana
disebutkan
diatas.dalam
sistem
demokrasi,penyelenggaraan negara itu harus bertumpu pada partisipasi dan kepentingan
rakyat.Implementasi negara hukum itu harus ditopang dengan sistem
demokrasi.Hubungan antara negara hukum dan demokrasi tidak dapat
dipisahkan.Demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan
arah,sedangkan hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna.Menurut Magnis
Suseno,demokrasi yang bukan hukum bukan demokrasi dalam arti yang sesungguhnya.
Demokrasi merupakan cara paling aman untuk mempertahankan kontrol atas negara
hukum. Dengan demikian, negara hukum yang bartopang pada sistem demokrasi dapat
disebut sebagai negara hukum demokratis (democratische rechtsstaat), sebagai
perkembangan lebih lanjut dari demokrasi konstitusional.disebut negara hukum karena
didalamnya mengakomodasi prinsip-prinsip negara hukum dan prinsip-prinsip negara
demokrasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Negara Demokratis?
2. Apa pengertian dari Demokrasi?
3. Bagaimana peran Demokrasi sebagai Sistem Pemerintahan?
4. Apa saja yang termasuk Prinsip-prinsip Demokrasi?
5. Apa saja yang termasuk Ciri-ciri Negara Demokratis?
6. Apa Pengertian dari Negara Hukum?
7. Apa pengertian dari Hukum?
8. Apa saja yang termasuk dalam Ciri-ciri Hukum?
9. Bagaimana Kekhususan Norma-norma Hukum?
10. Bagaimana Keabsahan Hukum?
11. Apa saja Fungsi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat
12. Bagaimana Pengakuan Masyarakat tentang norma hukum?
13. Bagaimana Prinsip prinsip Negara Hukum?
14. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila?
15. Apa saja Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui mengenai Negara Hukum Demokratis agar menambah pengetahuan
yang lebih mendalam tentang makna hukum dan Demokrasi.

BAB II
1

PEMBAHASAN

2.1 Negara Demokratis


Yang dimaksud dengan negara demokratis adalah negara yang berporos pada
rakyat; di dalamnya, rakyat memegang peran kunci dan kedudukan sentral. Rakyat
adalah pemegang kedaulatan tertinggi negara serta menjadi norma dan arah dasar
seluruh penyelenggaraan kehidupan bernegara dalam berbagai aspeknya.
Pada hakikatnya, negara dengan sistem pemerintahan demokratis sudah seharusnya
ADALAH sebuah Negara Hukum. Sebab, tanpa hukum (yang baik, adil, dan pasti),
pemerin-tahan demokratis sulit mencapai apa yang menjadi intisari dan cita-cita
demokrasi.
2.1.1 Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari kata Yunani demokratia, dari akar kata
demos yang berarti rakyat, dan kratein atau kratos yang berarti kekuasaan
atau pemerintahan. Jadi, secara etimologis, demokrasi berarti kekuasaan
rakyat, atau pemerintahan oleh rakyat (government by the people), atau seperti
yang dikatakan Abraham Lincoln: the government from the people, by the
people, and for the people (pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat).
Para pemimpin Negara atau wakil rakyat dipilih dari kalangan rakyat, oleh
rakyat, dan untuk bekerja bagi rakyat. Ada juga ahli yang memberi definisi
etimologis istilah demokrasi sebagai kewenangan untuk mengatur
masyarakat/rakyat.rakyat-lah kriteria dasar demokrasi: pemegang kekuasaan atau
kedaulatan negara, sumber utama kekuasaan, kewenangan dan kepentingan, dan
rakyat jugalah yang menjadi tujuan utama terbentuknya negara dan
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Memang tak dapat disang-kal, bahwa
dalam demokrasi modern, dengan diterapkannya model demokrasi tak langsung
dan/atau demokrasi perwakilan, kedaulatan rakyat itu didelegasikan kepada para
wakil rakyat dan pemerintah, sehingga keduanya mempunyai kewenangan
mengatur rakyat. Namun secara linguistik-etimologis, pengertian rule of the
people itu keliru.
2.1.2 Defenisi Demokrasi Menurut Para Ahli
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Mendefenisikan demokrasi sebagai :
1. Bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta
memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya
2. Pemerintahan rakyat;
3. Gagasan atau pandangan hidup yang menguta-makan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
The Advanced Learners Dictionary of Current English mengemukakan bahwa
yang dimaksudkan dengan demokrasi adalah :
2

country with principles of government in which all adult citizens share


through their ellected representatives [negara yang menerapkan prinsipprinsip pemerintahan, dalamnya semua warga negara dewasa mengambil
bagian dalam proses-proses politik melalui wakil-wakil mereka yang telah
dipilih];
country with government which encourages and allows rights of citizenship
such as freedom of speech, religion, opinion, and association, the assertion of
rule of law, majority rule, accompanied by respect for the rights of minorities
[negara yang menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang mendorong dan
menghargai hak-hak kewarganegaraan seperti kebebasan berbicara, kebebasan
agama, kebebasan berpendapat dan berserikat, penegasan rule of law, pemerintahan mayoritas, dilengkapi hormat terhadap hak-hak golongan minoritas];
society in which there is treatment of each other by citizens as equals
[masyarakat yang di dalamnya terdapat perlakuan yang sama antar para warga
negara].

2.2 Demokrasi sebagai Sistem Pemerintahan


Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan yang bertumpu pada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi untuk membuat keputusan-keputusan politik, bukan
pada seseorang (diktator) atau sekelompok orang (oligarki, entah para aristokrat atau
para teknokrat, dll.) yang berpendidikan, berkedudukan, dan berpengaruh dalam
masyarakat. Rakyatlah kriteria dan norma kekuasaan dalam sistem pemerintahan
demokratis.
Hal ini berarti bahwa legi-timasi suatu kekuasaan politis atau wewenang untuk
memerintah rakyat secara sah terdapat di dalam:
1 Sejauh mana kekuasaan itu dipercaya, didukung, dan diakui oleh rakyat (legiti-masi
demokratis).
2 Sejauh mana kekuasaan politis itu bekerja untuk menciptakan apa yang menjadi
aspirasi dan cita-cita rakyat dan negara, sehingga dapat terus dipercaya, didu-kung,
dan diakui masyarakat. Dengan kata lain: wewenang untuk memerintah rakyat harus
berdasarkan penugasan, pengakuan, dan persetujuan para warga masyarakat sendiri.
Di luar persetujuan masyarakat, tidak ada orang atau kelompok orang yang berhak
untuk menentukan apa yang harus dilakukan oleh orang lain, atau menentukan
bagaimana masyarakat sebagai keseluruhan harus ditata dandikembangkan
Di dalam kedaulatan rakyat dan legitimasi demokratis itu tersirat pula kewenangan
penuh dari rakyat untuk :
1. Mengawasi jalannya penyelenggaraan pemerintahan beserta semua perilaku
penyelenggara negara;
2. Rakyat pun mempunyai kekuasaan untuk menyetujui atau menolak kebijakankebijakan politik yang dibuat oleh pemerintah
3. Rakyat pula akhir-nya bisa menarik kembali dukungan, penugasan, pengakuan dan
persetujuan yang telah diberikannya, entah pada saat kekuasaan itu masih sedang
bekerja, atau pada pemilihan umum berikutnya.

Dasar dari kedaulatan rakyat itu adalah :


1

Kesamaan semua anggota masyarakat sebagai manusia dan sebagai warga negara,
serta hak setiap orang untuk menen-tukan dirinya sendiri, dan untuk turut serta
dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut seluruh masyarakat;
Keyakinan bahwa tidak ada orang atau kelompok orang yang begitu saja berhak
untuk memerintahi orang lain.

Namun kedaulatan rakyat tidak berarti tidak perlu ada kekuasaan di atas para warga
negara (seperti yang dikemukakan Rousseau). Ini bukan maksud dari kedaulatan rakyat,
dan karena itu, bukan tuntutan dasar kedaulatan rakyat. Sebaliknya, kedaulatan rakyat
dalam sistem pemerintahan demokratis lebih dalam arti bahwa :
1
2

Kekuasaan itu harus dikontrol oleh rakyat.


Segala keputusan dan kebijakan politik harus diambil dan dibuat langsung oleh
rakyat, sebagaimana dimaksudkan oleh model demokrasi absolut dan demokrasi
langsung.

Demokrasi absolut dan demokrasi langsung tidak hanya tidak dapat direalisasikan,
lebih-lebih dalam negara modern dewasa ini, melainkan juga secara etis tidak perlu.
Alasannya antara lain, karena jumlah rakyat yang menjadi warga negara dalam suatu
negara modern dewasa ini sudah sangat banyak dan beragam, dan banyak pula
persoalan kehidupan bernegara yang harus diperhatikan negara, termasuk di dalamnya
hubungan saling-tergantung antar negara yang semakin rumit.
2.3 Prinsip-prinsip Demokrasi
prinsip-prinsip demokrasi yang berfungsi sebagai pilar-pilar penyanggah sistem
pemerintahan demokratis: kedaulatan rakyat (popular sovereignty), kesamaan politik
(political equality), kesamaan kedudukan di muka hukum (equality before the law),
pemilihan umum yang bebas, jujur dan adil (general election), konsultasi rakyat
(popular consultation), kekuasaan mayoritas (majority rule), pembatasan pemerintahan
secara konstitusional (contitutional restriction of government), pluralisme sosial,
ekonomi, dan politik (social, economic, and political pluralism), dan nilai-nilai
toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

Prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas selaras dengan apa yang oleh United State
Information Agency (USIA) disebut sebagai 11 pilar demokrasi:
1 Kedaulatan rakyat
2 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
3 Kekuasaan mayoritas;
4 Hak-hak minoritas;
5 Jaminan hak-hak asasi manusia;
6 Pemilihan (umum) yang bebas, adil, dan jujur;
7 Persamaan di depan hukum;
4

8
9
10
11

Proses hukum yang wajar;


Pembatasan pemerintahan secara konstitusional;
Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
Ni lai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

2.4 Ciri-ciri Negara Demokratis


Pendapat para Ahli
G. Bingham Powell Jr.
Menurut G. Bingham Powell Jr, demokrasi memiliki lima criteria terwujudnya
demokrasi :
1. Pemerintah mengklaim mewakili hasrat para warga Negara
2. Klaim itu berdasarkan pada adanya pemilihan kompetitif secara berkala antara
calon alternatif.
3. Kebanyakan orang dewasa dapat ikut serta, baik sebagai pemilih maupun sebagai
calon untuk dipilih;
4. Pemilihan bebas
5. Para warga Negara memiliki kebebasan-kebebasan dasar, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berkumpul dan berorganisasi, serta membentuk
partai politik.
Robert A. Dahl.
Menurut Robert A.Dahl demokrasi memiliki tujuh ciri hakiki :
1 Pejabat yang dipilih
2 Pemilihan yang bebas dan fair.
3 Hak pilih yang mencakup semua
4 Hak untuk menjadi calon suatu jabatan
5 Kebebasan pengungkapan diri secara lisan dan tertulis
6 Informasi alternative
7 Kebebasan membentuk asosiasi.
Afan Gafar
Menurut Afan Gafar, Demokrasi memiliki lima ciri pokok berikut :
1. Akontabilitas
2. Rotasi kekuasaan
3. Rekrutmen politik yang terbuka
4. Pemilihan umum
5. Menikmatihak-hak dasar.
2.5 Negara Hukum
Di atas telah dikatakan, bahwa sebuah negara demokratis harus merupakan sebuah
negara hukum. Dengan hukum, tersedia norma-norma objektif yang membatasi
kelakuan, baik rakyat maupun pemerintah, dalam menyelenggarakan kehidupan negara.
Semua norma objek itu, dalam negara modern dewasa ini, sudah tertuang di dalam
Kitab Undang-Undang Tertulis, tidak lagi seperti dalam masyarakat primitif tempo dulu
di mana hukum masih berupa tradisi lisan dan kebiasaan-kebiasaan.
2.5.1

Pengertian Hukum
Hukum adalah sebuah aturan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita
sehari-hari. Setiap sudut dalam kehidupan kita pasti terkait atau ada dalam
5

naungan hukum. Hukum memiliki pengertian yang sangat luas. Hukum adalah
aturan yang memayungi kita dari adanya penyalahgunaan terhadap kekuasaan.
Dan hukum juga adalah alat yang bisa digunakan untuk menegakan atau mencari
keadilan. Indonesia adalah salah satu dari yang termasuk sebagai negara hukum.
Hukum Menurut Para Ahli
Achmad Ali
Hukum adalah norma yang mengatur mana yang benar dan mana yang salah,
yang eksistensi atau pembuatannya dilakukan oleh pemerintah, baik itu
secara tertulis ataupun tidak tertulis, dan memiliki ancaman hukuman bila
terjadi pelanggaran terhadap norma tersebut.
Plato
Hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun dengan baik
serta juga mengikat terhadap masyarakat maupun pemerintah.
Tullius Cicerco : Hukum merupakan sebuah hasil pemikiran atau akal yang
tertinggi yang mengatur mengenai mana yang baik dan mana yang tidak.
Thomas Aquinas
Hukum adalah petunjuk akal untuk kepentingan umum, yang dikeluarkan
oleh mereka yang dipercayakan untuk memimpin dan mengatur kehidupan
bersama. Dalam bukunya, On Law, and Politics (2002), Thomas menegaskan
bahwa hukum adalah peraturan dan ukuran tindakan yang mendorong untuk
melakukan atau mencegah tindakan. Hukum sebagai petunjuk akal adalah
perintah atau aturan. Jadi, hukum itu mene-tapkan kewajiban, tidak sekadar
sebagai nasihat. Ia mewajibkan orang untuk bertindak.
2.6 Ciri-ciri Hukum
Dari ciri-ciri hukum disebutkan bahwa sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah
tegas, maka dari itu setiap orang wajib mentaati hukum, agar senantiasa tercipta
kehidupan yang aman dan damai. Ciri-ciri hukum, diantaranya adalah
1. Adanya perintah dan/ atau larangan.
Bahwa hukum itu merupakan aturan yang berisi perintah atau larangan yang ditujukan
kepada objek hukum.
2. Perintah dan/ atau larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang.
Bahwa hukum itu harus dipatuhi setiap orang, karena telah menjadi kesepakatan
bersama di dalam kontrak social. Dan bagi objek hukum yang melanggarnya akan
mendapat sanksi berdasarkan hukum yang berlaku. Setiap orang wajib bertindak
sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga tata tertib dalam masyarkat itu tetap
terpelihara dengan sebaik-baiknya.
2.7 Kekhususan Norma-norma Hukum
2.7.1 Norma-norma Hukum dan Norma-norma Lain
Bersama dengan norma-norma sopan-santun dan moral, norma-norma hukum
termasuk dalam kelompok norma umum kelakuan manusia. Di samping normanorma umum itu terdapat juga pelbagai macam norma khusus, seperti misalnya
6

aturan-aturan permainan atau segala macam norma teknis. Disebut khusus, karena
hanya berlaku dalam wilayah atau pada waktu yang tertentu saja. Misalnya,
peraturan kampus sebuah universitas hanya berlaku di kampus; ketika
meninggalkan kampus, aturan itu tidak lagi berlaku. Lain halnya dengan 3 macam
norma umum, yaitu sopan-santun, moral, dan hukum. Disebut umum, karena di
mana pun dan kapan pun, tak seorang pun bisa menghindari tuntutan aturan
sopan-santun, kewajiban moral, dan ketentuan hukum. Walaupun norma-norma itu
berbeda dari masyarakat ke masyarakat, namun di mana-mana tiga sistem norma
itu ada, dan kalau kita bosan dengan negara kita dan lari ke negara lain, peraturanperaturan sopan-santun, moral, dan hukum lain sudah menantikan kita.
Apa yang membedakan norma-norma hukum dari norma-norma umum
lainnya? Jawabannya sangat sederhana, yaitu SANKSI, HUKUMAN,
PUNISHMENT. Kalau kita berlaku tidak/ kurang sopan, kita barangkali akan
dipukul orang. Kalau kita berlaku amoral, misalnya selalu mengejek orang yang
cacat fisiknya, kita akan ditegur atau dijauhi orang. Tetapi kalau kita melanggar
hukum, kita akan ditangkap, dihadapkan ke pengadilan dan dijatuhi hukum-an.
Jadi, perbedaan antara norma hukum dan norma-norma lain tidak terletak
dalam isinya, melainkan dalam sanksi yang akan dikenakan atas
pelanggarannya.
2.8 Keabsahan Hukum
Uraian tentang kekhususan norma hukum di atas membawa kita kepada beberapa
kriteria mengenai keabsahan hukum dalam suatu masyarakat. Keabsahan hukum
mempertegas bahwa hukum itu eksis dan berlaku dalam masyarakat itu. Di bawah ini
dikemukakan lima kriteria keabsahan hukum :
1. Persetujuan masyarakat akan berlakunya suatu peraturan hukum.
Persetujuan meng-andaikan bahwa masyarakat diikutsertakan dalam proses
pembuatan hukum. Sekurang-kurangnya apa yang diperundangkan diumumkan agar
ditanggapi oleh masyarakat luas. Suatu peraturan hukum menuntut ketaatan
masyarakat disertai dengan sanksi bagi pelang-garannya. Apabila suatu peraturan
hukum yang diundangkan tidak menyebabkan bahwa masyarakat menaatinya dalam
berperi laku (behavioral criteria), maka peraturan itu de facto tidak berlaku. Atau
kalau peraturan tertentu tidak disertai dengan sanksi yang mengikat, dengan kata lain
tidak efektif, maka norma hukum itu tidak valid.
2. Suatu peraturan hukum yang berlaku mensyaratkan, bahwa masyarakat
paham akan apa yang mewajibkannya. Dengan begitu, menaati kewajiban hukum
tidak menghilangkan kebe-basan individu dan tidak merusak martabatnya sebagai
manusia. Sebaliknya, menaati hukum yang baik membebaskan orang dari
kesewenang-wenangan kekuasaan yang korup, yang justru merendahkan
martabatnya sebagai manusia.
3. Hukum yang valid menuntut pelaksanaan oleh semua orang, disertai sanksi
terhadap semua pelanggarannya. Hukum yang membeda-bedakan warga negara dari
kewajiban hu-kum tanpa alasan yang kuat melawan hakikat hukum itu sendiri, yaitu
bahwa kewajiban hukum mengikat semua anggota masyarakat dengan sanksi yang
7

sahih. Kewajiban terhadap norma hukum adalah kekhasan hukum dan hal itu
merupakan tuntutan formal bagi pem-buatan hukum.
4. Hukum yang valid tidak bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat, dan
karena itu mengikat, sebab masyarakat mengetahui bahwa kewajiban itu tidak
bertentangan perasaan moral mereka. Dengan menaati hukum, mereka mewujudkan
nilai-nilai moral seperti keru-kunan, solidaritas, kebebasan, dll. Dalam hubungan ini
berlaku dengan terpenuhinya tuntut-an moral minimum (minimum content),
misalnya hukum melarang kejahatan yang dilakukan secara bebas dalam masyarakat.
5. Berdasarkan pandangan deontologis mengenai negara, validnya hukum
ditentukan oleh kenyataan, bahwa ada pembagian kekuasaan di mana hukum atau
peraturan hukum secara hukum ditetapkan oleh lembaga yang berwewenang.
2.9 Fungsi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat
Masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam sehingga fungsi hukum di dalam
masyarakat juga beraneka ragam tergantung keadaan masyarakat tersebut. Fungsi
hukum di dalam kelompok masyarakat yang belum maju tentu saja berbeda dengan
fungsi hukum pada masyarakat yang sudah maju.
Fungsi hukum secara umum dalam masyarakat, diantaranya :
a. Fungsi Menfasilitasi, yaitu hukum berfungsi menfasilitasi pihak-pihak tertentu
sehingga tercipta suatu ketertiban.
b. Fungsi Represif, yaitu hukum digunakan oleh penguasa elite sebagai alat untuk
mencapai tujuan mereka.
c.
Fungsi Ideologis, yaitu hukum berfungsi menjamin pencapaian legitimasi,
dominasi, hegemoni, kemerdekaan maupun keadilan dalam hidup bermasyarakat.
d. Fungsi Reflektif, yaitu hukum berfungsi merefleksi keinginan bersama di dalam
masyarakat sehingga hukum menjadi bersifat netral.
Fungsi hukum dalam masyarakat menurut Aubert, yaitu :
a. Hukum berfungsi sebagai pengatur
b. Hukum berfungsi sebagai distributor sumber daya
c. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik
d. Hukum berfungsi sebagai safeguart terhadap ekspektasi masyarakat
e. Hukum berfungsi sebagai ekpresi dari cita-cita dan nilai-nilai di dalam masyarakat.
Fungsi hukum dalam masyarakat menurut Podgorecki , adalah :
a

Fungsi Integrasi, yaitu Bagaimana agar hukum terealisasi (mutual expectation)


dalam masyarakat.
b Fungsi Petrifikasi, yaitu Bagaimana hukum menyeleksi perilaku manusia untuk
mencapai tujuan sosial.
c Fungsi Reduksi, yaitu Bagaimana hukum menyeleksi sikap manusia yang
beranekaragam sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hukum berfungsi
mereduksi kompleksitas menjadi pembuatan putusan-putusan tertentu.
d Fungsi Memotivasi, yaitu Hukum mengatur agar manusia berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat.
8

Fungsi Edukasi,yaitu Selain menghukum dan memotivasi masyarakat, hukum juga


melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.

Fungsi hukum menurut masyarakat bahwa hukum menjadi sarana perubahan sosial
yang ada di dalam masyarakat. Hukum hanya berfungsi sebagai ratifikasi dan legitimasi
saja bukan hukum yang mengubah masyarakat, tetapi perkembangan masyarakat yang
mengubah hukum.
2.10 Pengakuan Masyarakat
Walaupun ada tidaknya suatu norma hukum tergantung dari apakah penguasa yang
sah menjamin pelaksanaannya, namun kita bertanya: apakah sembarang tatanan
normatif yang dipaksakan kepada rakyat sudah boleh disebut hukum? Atau dengan kata
lain, apakah sebuah sistem peraturan sudah cukup untuk menyebutkan sebuah sistem
peraturan tertentu sebagai hukum, asal saja seorang penguasa memaksakannya kepada
masyarakat? Ataukah suatu sistem peraturan baru boleh disebut hukum, apabila juga
diakui sebagai sah oleh masyarakat sendiri?
Perbedaan antara dua sistem aturan itu besar. Yang satu hanya ditaati masyarakat
karena takut ditindak. Yang kedua, karena dibenarkan oleh masyarakat sendiri. Tatanan
pertama diterima hanya karena terpaksa oleh sebab takut, dll.; akibatnya, begitu
ancaman penguasa dikendorkan, masyarakat tidak akan menaatinya lagi. Sedangkan
tatanan kedua ditaati karena masyarakat menyetujuinya; di sini ancaman sanksi hanya
berfungsi sebagai penunjang: kesediaan masyarakat sendiri untuk tidak melanggar
tatanan diamankan terhadap rongrongan nafsu atau kepentingan egois. Masyarakat
sudah menyetujui tatanan ini dan memahami ancaman hukuman sebagai pengimbang
terhadap kekuatan asosial gelap yang diketahui selalu mengancam ketekatannya yang
sebenarnya baik.
Kembali kepada hukum, kita dapat bertolak dari pertimbangan bahwa masyarakat
tidak menghendaki hukum, karena ingin kebebasannya dibatasi dengan segala macam
peraturan, melainkan karena tatanan hukum itu menjamin nilai-nilai bersama yang
dianggap paling vital. Jadi, hukum berkembang dari kesadaran masyarakat, bahwa
hukum dibutuhkannya demi suatu kehidupan yang dinilai baik dan bermutu. Jadi, dasar
adanya hukum adalah penilaian masyarakat bahwa hukum itu diperlukan. Walaupun
hukum membawa pelba-gai pembatasan dan pengurbanan, namun tetap dinilai baik,
kalau dibandingkan dengan keadaan tanpa hukum. Dan karena itu, masyarakat bersedia
untuk menerima hukum. Dan karena masyarakat juga sadar, bahwa kadang-kadang
kepentingan individual lebih kuat daripada penilaian itu, tatanan normatif itu
dikokohkan dengan sistem sanksi yang, kalau itu perlu, memaksakan ketaatan anggota
masyarakat yang tidak mau. Karena tatanan itu hanya berguna kalau semua terikat
olehnya.
Maka jelas bahwa bukan sembarang tatanan normatif yang dipaksakan boleh
disebut hukum. Adanya akseptasi dan legitimasi (sosiologis) masyarakat termasuk
hakikat hukum. Hukum adalah tatanan norma-norma yang dipastikan pelaksanaannya
oleh negara, seperlunya dengan paksaan fisik, dan yang sebagai itu diakui sah oleh
masyarakat. Penentuan ini sangat penting. Nilai hukum tidak terletak dalam pembatasan
9

terhadap kebebasan masyarakat sendiri, melainkan dalam nilai positif yang dicapai
melalui pembatasan itu. Secara tradi-sional, hal itu diungkapkan dalam tuntutan bahwa
hukum secara hakiki harus adil.
Pengakuan masyarakat adalah hakiki bagi hukum sebagai keseluruhan, tetapi tidak
bagi masing-masing norma hukum sendiri. Karena, pengakuan terhadap hukum sebagai
lembaga normatif menyeluruh memuat kesediaan untuk juga menerima ketetapanketetapan hukum yang pada dirinya sendiri tidak disetujui. Seakan-akan dengan
komentar undang-undang ini buruk dan saya benci padanya, tetapi karena sudah
menjadi bagian hukum kita, maka saya wajib untuk menaatinya dan saya bersedia.
2.11 Prinsip prinsip Negara Hukum
Negara hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai dasar dan adanya hierarki
jenjang norma hukum.
2. Sistem konstitusional, yaitu UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya membentuk kesatuan sistem hukum.
3. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi. Hal ini tampak pada Pembukaan UUD
1945: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan dan pasal 1A ayat 2 UUD 1945: kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar.
4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27A ayat (1)
UUD 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (DPR dan Presiden).
6. Sistem pemerintahannya adalah presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).
8. Hukum bertujuan melindungi untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia (pasal 28A
28J UUD 1945).
2.12 Demokrasi Pancasila
2.12.1
Definisi Demokrasi pancasila
Demokrasi pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional
berdasarkan mekanisme kedaulatan rakyat di setipa penyelenggaraan negara
dan penyelenggaraan pemerintahan menurut konstitusi yaitu UUD 1945.
Sebagai demokrasi Pancasila terikat dengan UUD 1945 dan implementasinya
(pelaksanaannya) wajib sesuai dengan apa yang terdapat dalam UUD 1945.
2.12.2

Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli


Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli - Selain pengertian
secara umum demokrasi Pancasila, terdapat pula pengertian menurut para ahli
yang mengemukakan pendapatnya untuk mendefinisikan pengertian

10

demokrasi Pancasila. Macam-macam pengertian demokrasi Pancasila adalah


sebagai berikut :

Profesor Dardji Darmo Diharjo: Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo,


bahwa pengertian demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang
bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang
perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945.

GBHN Tahun 1978 dan Tahun 1983: Menurut Gari Besar Haluan Negara
Tahun 1978 dan Tahun 1983 yang menetapkan bahwa pembangunan politik
diarahkan untuk lebih memantapkan perwujudan demokrasi Pancasila.
Dalam rangka memantapkan stabiltias politik dinamis serta pelaksanaan
mekanisme Pancasila, maka diperlukan pemantapan kehidupan
kosntitusional kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum.

2.13 Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila


Prinsip yang terdapat dalam demokrasi Pancasila sediki berbeda dengan prinsip
demokrasi secara universal. Ciri-ciri demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut :

Pemerintah berjalan sesuai dengan konstitusi

Terdapat pemilu secara berkesinambungan

Adanya penghargaan atas Hak Asasi Manusia dan perlindungan untuk hak minoritas

Merupakan kompetisi dari berbagai ide dan cara dalam menyelesaikan masalah

Ide yang terbaik akan diterima ketimbang dari suara terbanyak


2.14 Isi Pokok Demokrasi Pancasila
Isi Pokok Demokrasi Pancasila - Isi pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai
berikut :

Pelaksanaan UUD 1945 dan penjabarannya dituangkan Batang Tubuh dan Penjelasan
UUD 1945

Menghargai dan melindungi HAM (Hak Asasi Manusia)

Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan beradsarkan dari kelembagaan

Sebagai sendi dari hukum yang dijelaskan dalam UUD 1945, yaitu negara hukum
yang demokrastif

11

2.15 Fungsi Demokrasi Pancasila


Fungsi Demokrasi Pancasila - Demokrasi Pancasila memiliki banyak fungsi dalam
pelaksanannya terhadap negara Indonesia. macam-macam fungsi demokrasi Pancasila
adalah sebagai berikut :

Menjamin keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara seperti ikut menyukseskan


pemiluh, pembangunan, duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan

Menjamin berdirinya negara RI

Menjamin tetap tegaknya NKRI berdasar sistem konstitusional

Menjamin tetap tegaknya hukum yang berasal dari Pancasila

Menjamin adanya hubungan yang sama, serasi dan simbang mengenai lembaga
negara

Menjamin pemerintahan yang bertanggung jawab

2.16 Prinsip Demokrasi Pancasila


Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila - Demokrasi Pancasila merupakan budaya
demokrasi yang dengan karakteristik khas Indonesia yang mengandung prinsip-prinsip.
Prinsip-prinsip pokok demokrasi pancasila adalah sebagai berikut..
1
2
3

Perlindungan hak asasi manusia


Pengambilan keputusan berdasar musyawarah
Badan peradilan merdeka yang berarti tidak terpangaruhi akan kekuasaan
pemerintah dan kekuasaan lain. Misalnya Presiden, BPK, DPR atau yang lainnya.
4 Terdapat partai politik dan juga organisasi sosial politik yang berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat.
5 Sebagai pelaksanan dalam pemilihan umum
6 Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (Pasal 1 Ayat 2
UUD 1945)
7 Keseimbangan antara hak dan kewajiban
8 Pelaksanaan kebebasan yang bertanggun jawab secara moral kepada Tuhan YME
diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain.
9 Menjunjung tinggi tujuan dan juga cita-cita nasional
10 Pemerintah menurut hukum, dijelaskan dalam UUD 1945 yang berbunyi :
Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstaat dan tidak berdasarkan
kekuasaan belaka (machtstaat)
Pemerintah berdasar dari sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan tidak terbatas)

12

Kekuasaan yang tertinggi ada ditangan rakyat.


2.17 Asas Demokrasi Pancasila
Dalam sistem demokrasi Pancasila, terdapat dua asas antara lain sebagai berikut :

Asas Kerakyatan: Pengertian asas kerakyatan adalah asas kesadaran untuk cinta
kepada rakyat, manunggal dengan nasip dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan
atau menghayati keasadaran senasib dan secita-cita dengan rakyat.

Asas Musyawarah: Pengertian asas msyawarah adalah asas yang memperhatikan


aspirasi dan kehendak seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan melalui forum
permusyawaratan untuk menyatukan pendapat serta mencapai kesepatakan bersama atas
kasih sayang, pengobaranan untuk kebahagian bersama.
2.18 Tujuh Sendi Pokok Sistem Demokrasi Pancasila
Dalam sistem pemerintahan demokrasi pancasila terdapat tujuh sendi pokok yang
menjadi landasan, yaitu Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum. Seluruh
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum. Persamaan kedudukan dalam hukum bagi
semua warga negara harus tercermin di dalamnya.

Indonesia menganut sistem konstitusional


Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih
menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau
dibatasi oleh ketentuan konstitusi.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi


negara
Seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada halaman terdahulu,
bahwa (kekuasaan negara tertinggi) ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR. Dengan demikian, MPR adalah lembaga negara tertinggi sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pemegang kekuasaan negara yang
tertinggi MPR mempunyai tugas pokok, yaitu[2]:
1. Menetapkan UUD;
2. Menetapkan GBHN; dan
3. Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden

13

Wewenang MPR, yaitu[2]:

Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga


negara lain, seperti penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan
kepada Presiden

Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelaksanaan


GBHN

Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil


Presiden

Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya


apabila presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar haluan negara dan
UUD;

Mengubah undang-undang.

Presiden adalah penyelenggaraan pemerintahan tertinggi di bawah


Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi. Presiden
selain diangkat oleh majelis juga harus tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis.
Presiden adalah Mandataris MPR yang wajib menjalankan putusan-putusan MPR.

Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat


Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan
mandat (kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling
bekerja sama dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN. Untuk
mengesahkan undang-undang, presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak
DPR di bidang legislatif ialah hak inisiatif, hak amendemen, dan hak budget.
Hak DPR di bidang pengawasan meliputi[2]:

Hak tanya/bertanya kepada pemerintah

Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah

Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah

Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal

Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.

14

Menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung


jawab kepada DPR
Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri
negara. Menteri ini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden.
Berdasarkan
hal
tersebut,
berarti
sistem kabinet kita
adalah
kabinet
kepresidenan/presidensiil.
Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan
pegawai tinggi biasa, menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam
praktiknya berada di bawah koordinasi presiden.

Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas


Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya
kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua
anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan presiden[2].

15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan antara negara hukum dan demokrasi tidak dapat dipisahkan. Demokrasi
tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah, sedangkan hukum tanpa
demokrasi akan kehilangan makna. Menurut Magnis Suseno,demokrasi yang bukan
hukum bukan demokrasi dalam arti yang sesungguhnya. Demokrasi merupakan cara
paling aman untuk mempertahankan kontrol atas negara hukum. Dengan demikian,
negara hukum yang bartopang pada sistem demokrasi dapat disebut sebagai negara
hukum demokratis (democratische rechtsstaat)
3.2 Saran
Adapun kiranya agar makalah ini dapat dijadikan suatu referensi bagi pembaca terutama
mahasiswa agar lebih memahami apa itu sebenarnya Negara Hukum Demokratis.

16

DAFTAR PUSTAKA
https://sutrisnodoswar.wordpress.com/2009/09/30/bab-iv-negara-hukum-demokratis/
http://rafi-thegunners.blogspot.co.id/2010/11/negara-hukum-demokratis.html

17

Anda mungkin juga menyukai