Anda di halaman 1dari 2

Saya pernah bertanya, Kenapa saya suka kopi?

Kopi dan Mbah Uti


Kopi mengingatkan saya pada Mbah Uti (nenek) saya. Beliau memang bukan yang
pertama memperkenalkan saya dengan kopi, tapi beliaulah yang mengajarkan saya
bagaimana memperlakukan kopi dari buah biji kopi pilihan hingga menjadi kopi
yang bisa diseduh. Nenek memang bukan petani kopi, dahulu kami memiliki
beberapa batang kopi di kebun kami. Saya yang masih kecil ikut sibuk membantu
mbah uti memilih buah-buah kopi yang baru dipetik. Lalu saya memperhatikan
bagaimana beliau menjemur biji-biji kopi yang habis dikupas dan dicuci di bawah
terik. Setelah beberapa hari, biji biji kopi yang sudah kering disortir, dipilih sesuai
dengan ukuran, aroma, bentuk dan warna hingga bisa dikatakan biji kopi yang
bagus. Dahulu masih sangat tradisional, saya membantu mbah uti mengadukngaduk kopi di atas kuali panas tanpa minyak atau pun air (kami sebut proses ini
sangrai). Proses penyangraian kopi inilah yang membuat biji kopi yang berwarna
cokelat gelap menjadi hitam dan mulai beraroma pahit-legit. Saya semakin
bersemangat berjam jam di dapur. Sehabis disangrai, biji kopi ditumbuk di lesung
hingga halus lalu diayak untuk mendapatkan bubuk kopi seperti kopi-kopi di
kemasan. Kopi- kopi yang sudah siap seduh itu benar-benar mengeluarkan aroma
menenangkan (bagi saya). Kopi hitam ini yang selalu mengingatkan saya pada
masa kecil saya dan mbah uti.
Americano Pertama
Cinta saya kepada kopi sesederhana kenikmatan kopi hitam, original. Saya cukup
jarang nongkrong di kedai-kedai kopi semacam st*rb*ck atau The C*ff** B**n meski
saya suka ngopi. Mungkin beberapa orang menggandrungi kopi karena tempat atau
merknya, tapi saya suka kopi karna itu kopi, akan lebih menyenangkan mengeksplor
aroma-aroma dan racikan kopi di setiap sudut warung kopi. Suatu siang di salah
satu kampus di Mahasarakham, Thailand. Saya mampir ke kedai kopi kecil yang
semua ornamen warungnya berbahan kayu dengan aksen vintage. Melihat daftar
menu, saya langsung tertuju pada Iced Coffee Americano di baris paling atas.
Harganya sekitar 60 bath (seingat saya) dengan ditemani dua potong biscuit kering
bertabur choco chip. Sekitar 20 menit, Iced Coffee Americano saya telah tersedia
dan saya cukup kaget kalau ternyata Americano itu adalah kopi hitam tanpa gula.
Tegukan pertama membuat saya sedikit nyengir karna pahit, tapi lama kelamaan
saya menemukan kesegaran alami kopi hitam, saya suka Americano. Mungkin bagi
sebagian orang meminum kopi hitam yang pahit agak mengganggu, tapi bagai saya
ini sungguh menyegarkan. Saya ketagihan dengan Americano, jadi malam harinya
saat kami punya kesempatan untuk mampir ke pasar malam, saya mampir di kedai
kopi pinggir jalan seberang pasar. Kedai ala retro, hanya ada dua kursi panjang busa
dan beberapa pajangan kaos kaos dan denim yang ternyata dijual. Saya memesan
kopi yang sama, Americano. Kali ini saya tidak akan sekaget sebelumnya, tapi saya
akui Americano di kedai ini lebih kuat dari aroma dan kafeinnya. Benar saja, tidak
lama setelah menghabiskan kopi, saya merasa pusing tidak kepalang.
Kopi O Oh ternyata kopi item
Saya suka duduk di warung kopi dan mencoba segala rasa kopi. Di akhir tahun 2015
saya diberi kesempatan main-main ke Manggar, kota yang disebut dengan kota

1001 Warung Kopi, alangkah surga rasanya. Sore itu sehabis dari Perpustakaan
Andrea Hirata, saya dan keluarga keliling kota Manggar sebelum pulang. Benar saja
disebut 1001 Warung Kopi, di setiap sudut jalan dan pinggir jalan, kita akan sangat
mudah menemukan warung kopi. Kami mampir di warung kopi millennium karena
penataan tempat-tempat duduknya yang cukup memberikan ruang dari satu kursi
ke kursi lain. Saya membaca satu nama kopi yang bagi saya baru, Kopi O.
Sebenarnya bisa saja setiap sebelum memesan saya bertanya kopi macam apa
yang akan saya minum, tapi saya suka membuat diri saya kaget dengan rasa kopi
baru yang saya temui. I do not judge the coffee from its name, it simply because I
am curious, believe me I will make the conclusion after I taste it. Ternyata saat
pesanan datang, saya akhirnya tau kalau Kopi O ternyata kopi hitam. Satu hal yang
menarik dari kopi O, kopi ini tidak sesederhana diseduh dengan air mendidih tapi
Kopi O dimasak atau direbus bersama air, sehingga ikatan molekul air dan bubuk
kopi benar-benar menyatu secara sempurna.
Aroma Arabica, mint tea dan Vanila Madagaskar yang Otentik
Ngomong-ngomong soal kopi, jenis Arabica sebenarnya adalah kopi tipe ideal saya
(eaak). Menurut saya, kopi jenis Arabica rasanya lebih kuat ditambah kalau rasanya
agak keasam-asaman, sedap. Awal tahun 2015, saya diberi kesempatan
mengunjungi Norwegia, salah satu negara di belahan benua Eropa. Kala itu sedang
turun salju, saya membawa buah tangan berupa dua bungkus Kopi Luwak Instant
untuk keluarga baru di sana. Beruntungnya saya, ternyata mereka pendoyan kopi
juga dan host fam saya bahkan menghaluskan sendiri biji-biji kopi yang dia bawa
dari daratan Arab dan Afrika (dia suka bepergian). Setiap malam setelah pulang dari
acara yang saya ikuti, saya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama
mereka dan mencoba setiap jenis teh dan kopi di meja makan. Saya cukup
menggemari teh bunga (lupa nama bunganya) yang biasanya disajikan saat natal,
rasanya sedikit pedas dan segar aroma mint. Adalagi kopi hitam dari Brazil yang
rasanya legit dan aromanya wangi, ini kopi yang biasanya saya seduh untuk bekal
saya di tempat acara. Tidak ketinggalan, di malam pertama saya dan teman
teman saya sampai di rumah mereka, kami disuguhi es krim vanilla dan mencicipi
harumnya biji vanilla dari Madagaskar, aromanya begitu lembut dan otentik.
Sebenarnya saya suka semua jenis kopi, terlepas itu Arabica atau Robusta. Tapi
menurut saya, kopi yang nikmat adalah kopi yang dinikmati bersama orang yang
tepat. Sudah itu saja.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Pemuda Kritis Anti Anarkis
    Pemuda Kritis Anti Anarkis
    Dokumen5 halaman
    Pemuda Kritis Anti Anarkis
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Nyok
    Nyok
    Dokumen1 halaman
    Nyok
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Orang Asing
    Orang Asing
    Dokumen10 halaman
    Orang Asing
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Satu Hal
    Satu Hal
    Dokumen1 halaman
    Satu Hal
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Mimpi
    Mimpi
    Dokumen1 halaman
    Mimpi
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Nyok
    Nyok
    Dokumen1 halaman
    Nyok
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Tukang Ojek
    Tukang Ojek
    Dokumen1 halaman
    Tukang Ojek
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Satu Hal
    Satu Hal
    Dokumen1 halaman
    Satu Hal
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab 7
    Bab 7
    Dokumen3 halaman
    Bab 7
    Athifah Utami
    Belum ada peringkat
  • Kalkulus
    Kalkulus
    Dokumen39 halaman
    Kalkulus
    Surya Fahrozi
    Belum ada peringkat