DISUSUN OLEH :
DIANA DESI PERTIWI
410015021
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bias juga dari hasil kegiatan
organisme. Menurut R.P koesoemadinata,1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam
golongan utama.
1) Golongan detritus kasar
Batuan sedimen ini diendapkan dengan proses mekanis termasuk dalam golongan ini
anara lain breksi, konglomerat, dan batu pasir.
4) Golongan silica
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk
lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah
diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.Batuan ini
terbentuk daripada proses kimia, iaitu daripada bahan kimia yang larut dalam air
(terutamanya air laut). Bahan kimia ini termendap hasil daripada proses kimia (contohnya
proses perwapan membentuk hablur garam), atau dengan bantuan proses biologi (seperti
pembesaran cangkang oleh hidupan yang mengambil bahan kimia yang ada dalam air).
Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibezakan
antara bahan yang terbentuk hasil daripada proses kimia, atau proses biologi (yang juga
melbatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai kedua-dua jenis sedimen ini
diletak dalam satu klas yang sama (sedimen endapan kimia / biokimia). Batuan sedimen
silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini terhasil dari proses kimiawi dan atau
biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae,
radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan bersilika
apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium karbonat. Kelompok
batuan silika adalah Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan
asam. Berasal dari organisme planktonic yang dikenal dengan diatoms (Diatomaceous
Earth). Rijang (Chert), adalah batuan sedimen silikaan berbutir halus. Batuan keras,
kompak yang terbentuk oleh kristal kuarsa berukuran lanau (mikrokuarsa) dan kalsedon,
sebuah bentuk silika yang terbuat dari serat memancar dengan panjang beberapa puluh
hingga ratusan mikrometer. Lapisan rijang terbentuk sebagai sedimen primer atau oleh
proses diagenesis. Di atas lantai laut dan danau, kerangka silikaan dari organisme
mikroskopik terakumulasi membentuk ooze silikaan. Organisme ini adalah diatom, terdapat
di danau dan mungkin juga terakumulasi dalam kondisi laut, meskipun radiolaria lebih
umum sebagai komponen utama ooze silikaan di laut. Radiolaria adalah zooplankton
(hewan mikroskopik dengan gaya hidup planktonik) dan diatom adalah fitoplankton
(tanaman mengambang bebas dan alga). Jika terkonsolidasi, ooze ini akan membentuk
lapisan rijang. Silika opalin diatom dan radiolaria adalah metastabil dan terekristalisasi
membentuk silika kalsedon atau mikrokuarsa. Rijang yang terbentuk dari ooze sering
berlapis tipis dengan lapisan yang disebabkan oleh variasi jumlah material berukuran
lempung yang ada. Rijang ini sangat umum dalam lingkungan laut dala Beberapa rijang
adalah hasil diagenesis, terbentuk oleh penggantian mineral lain oleh air kaya silika yang
mengalir melalui batuan. Umumnya mengganti batugamping (contoh sebagai
batuapi / flint dalam kapur) dan terkadang terjadi dalam batulumpur. Rijang ini dalam
bentuk nodul-nodul atau lapisan irreguler dan dari sini dengan mudah dapat dibedakan dari
rijang primer. Jasper adalah rijang dengan pewarnaan merah yang kuat karena adanya
hematit.
5) Golongan evaporate
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang
cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang
tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur unsur tertentu. Dan
faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu
endapan dari larutan tersebut. Batuan batuan yang termasuk kedalam batuan ini
adalah gip, anhidrit, batu garam.Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk
sebagai hasil proses penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut
menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan
menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses pembentukan
garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahari
yang cukup lama.
1. Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl).
2. Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H20)
3. Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3), merupakan batuan karbonat.
Batuan travertin umumnya terbentuk dalam gua batugamping dan juga di kawasan air
panas (hot springs).
6) Golongan batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur unsur organik yaitu dari tumbuh tumbuhan.
Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan
yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan.
Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak
sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat
tersebut.
( Danang Endarto, 2005 )
Ciri khas dari teksture nonklastik adalah adnya Kristal Kristal yang saling menjari, atidak ada
ruang pori-pori antar butir, dan umunya monomineralik.
a. Batuan sedimen non-klastik kimiawi
1. Batuan batuan sedimen evaporit
Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlais-lapis. Beberapa
batuan sedimen non klatik kimiawi jenis evaporit yang utama :
a. Batuan gip
Batuan ini terdapat secara kristalin kasar sampai halus granular. Batu gip dapat pula
massif.
b. Batuan anhdrit
Batuan ini lebih banyak terdapat daripada gip, juga berlapis tetapi kadang-kadang
massif, tebal, dan meluas.
c. Halit (batu garam )
Batuan ini terdapat secara massif dan secara kristalin kasar
b. Batuan Sedimen Non Klastik Biologis (Organik)
Batuan karbonat
Semua batuan terdiri dari garam karbonat, dalam praktiknya gamping (limestone) dan
dolomite lebih utama
1. Aragonite: CaCO3 (orthorombik)
Bentuk paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut.
2. Kalsit : CaCO3 (heksagonal)
Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik.
3. Dolomite: CaMg(CO3)2
Juga mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir. Kristal sama dengan kalsit
bedanya pada bidang refraksi.
4. High magnesium kalsit
Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat sering sebagai
bentuk dari dolomite Ls.
5. Magnesit: MgCO3
Biasanya berasosiasi dengan evapori
c. Tekstur Batuan Sedimen Non Klastik
1. Kristalin
Terdiri dari Kristal-kristal yang interlocking yaitu kristal-kristal yang saling mengunci
satu sama lain.
2. Amof
Teksture ini terdiri dari mineral yang tidak membentuk Kristal-kristal atau amorf( non
klastik) umunya berukuran lempung atau koloid.
d. Struktur Batuan Sedimen Non Klastik
Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia maupun organic.
C. PENAMAAN BATUAN
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data deskriptif) yang
meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan sedimen silisiklastika
umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir, struktur dan komposisi (Tabel
3.9), yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen membulat).
Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka penamaaan
tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan tersebut. Misalnya
breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini dapat
ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir
silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir lempung,
batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung atau
batulanau berstruktur laminasi.
Tabel 3.9 Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur
Ciri-ciri khas
Rudit
Komposisi
Fragmen
(2 256 mm)
sejenis
atau Konglomerat
bulat
membulat
batugamping dll.
Breksi
Fanglomerat
umumnya
Kipas
aluvial
yang
atau
agak
mengalami pembatuan
Pecahan
batuan Tillit
bercapur
dengan
semen
Arenit
(1/16 2 mm)
bekas goresan
bersih
batupasir kuarsa
25%.
Pecahan batuan: basal, riolit,
batusabak dll.
Mineral mika, serisit, klorit,
bijih besi.
Arkose
Batupasir felspatik
Graywacke
subgraywacke
Lutit
(1/16 1/256 mm)
Serpih
serpih
Mudah
membelah,
tidak
Batulumpur
Batulempung
Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :
1. Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen batugamping.
2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau lempung).
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non klastika.
Apabila di dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat disebut batugamping
berfosil. Sedangkan batuan karbonat yang sudah tersusun oleh kristal kalsit atau dolomit disebut
batugamping kristalin. Napal adalah terminologi untuk batuan sedimen berbutir lanau dan
lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika dan karbonat (Tabel 3.10 dan Tabel 3.11).
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika yang telah
dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus dan kasar), batulapili,
breksi gunungapi dan aglomerat (Gambar 3.8). Dalam beberapa hal, secara megaskopik,
warna yang sangat khas dapat ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir
merah, batulempung hitam dsb.
Tabel 3.10 Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur
Komposisi
Nama batuan
Ciri-ciri khas
Batugamping
mineral/fragmen
Rapat, afanitik, berbutir Terutama kalsit
kasar, kristalin, porus,
mengandung
bioklastika,
Terutama dolomit
Dolomit
organik,
dengan
HCl,
jarang
mengandung
fosil,
berbutir sedang
Berbutir halus
Kristal
halus
dengan Kapur
mikroorganisme
sangat
rapuh,
mengandung fosil
Karbonat dan lempung Napal
kilap
non
logam,
konkoidal
Terutama gips
Gips
Anhidrit
berasosiasi
dengan mineral/batuan
lain.
Terutama malit
Mineral
fosfat
dan Fosforit
fragmen tulang
Amorf, berlapis, tebal
Humus, tumbuhan
Diperlukan
kadar P2O3
Batubara, lignit
D. GENESIS
penentuan
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa dapat
diinterpretasikan mengenai :
1.
2.
Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di
antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses transportasinya.
3.
4.