Ilustrasi Kasus
Belakang Keluarga
Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Sejak umur 1 tahun
klien sudah tinggal bersama nenek dan kakeknya sudah meninggal.
Sedangkan, orang tua klien beserta adiknya kini tinggal di Jakarta.
Ayahnya bernama Suprianto, menurut keterangannya, namun dalam data
dari guru bernama Aceng, ayahnya berusia 35 tahun bekerja sebagai buruh
pabrik dan menjadi tukang ojek sebagai kerja sambilan. Ibu klien bernama
Siti Kurnia berumur 33 tahun bekerja sebagai buruh cuci. Pendidikan ayah
klien sampai SMP, ibunya sampai SMA. Dia memiliki adik laki-laki
berumur 10 tahun bernama Yudianto Klien sudah lama tidak bertemu
orang tuanya, selalu dia yang ke Jakarta. Perekonomian keluarga kurang
mampu, meskipun dulu tergolong mampu. Karena kebutuhan semakin
mendesak, maka mobil keluarga pun dijual. Untuk makan sehari-hari,
nenek klien dibiayai oleh pakdhenya, sampai sekarang orangtua klien
masih hidup, hanya saja klien merupakan anak yang dititipkan pada nenek,
sehingga klien merasa menjadi anak terbuang.
Latar Belakang Pendidikan
Klien pernah tidak naik kelas selama empat kali dan tidak pernah
mendapat peringkat. Di kelas klien jarang memperhatikan saat guru
menerangkan, tapi jarang ramai. Klien termasuk rajin masuk sekolah, dan
klien menyukai semua pelajaran.
Latar Belakang di Panti
Klien menempati kamar nomor 14, yang dihuni bersama tiga teman
barunya, berarti dalam kamar ada empat anak. Pada awalnya klien tidur di
ranjang bawah, kemudian pindah ke ranjang atas.
Pada saat klien pertamakali tiba di panti, klien masih menunjukkan sikap
yang arogan, dan sangat tidak bisa dikendalikan. Klien menunjukkan
1
Hasil Tes sikap yang dijalani oleh klien menghasilkan sebagai berikut :
marah sesaat
Kurang dapat mengindahkan nasehat sesaat.
Selalu mengulangi kesalahan yang sama.
Susah diatur, kekanak-kanakan, manja.
2
II.
Identifikasi Masalah
Analisis pada kasus AA dijelaskan berawal dari latar belakang keluarga
mendominasi permasalahan yang muncul dalam diri klien yang dapat
mengganggu perkembangan klien, sehingga klien menjadi seperti
sekarang. Saat usia klien menginjak 15 tahun, namun klien masih bersikap
selayaknya anak kecil. Apalagi, di rumah klien lebih banyak bergaul
dengan teman yang lebih kecil darinya. Klien yang merasa dibuang oleh
ayah dan ibunya, akhirnya ia mencari perhatian kepada setiap orang.
Pendidikan di keluarganya yang keras dan selalu menjustifikasi klien
selalu salah, membuat perkembangan klien terhambat. Klien menjadi tidak
percaya diri, dan kecemasan yang sangat tinggi menghinggap pada diri
klien. Sehingga, klien takut untuk berbuat apapun. Kemudian, emosi klien
yang tidak stabil dimana setiap saat bisa berubah, dan mudah meledak.
Untuk melampiaskan amarahnya, selain klien agresif verbal, ia juga tak
segan melakukan agresif non-verbal.
III.
Kriteria Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk retardasi mental menurut DSM-IV-TR (2004)
adalah:
1. Fungsi intelektual secara signifikan: IQ lebih kurang 70 atau dibawah
pada seorang individu melakukan tes IQ.
2. Kekurangan yang terjadi bersamaan atau hendaya yang muncul pada
fungsi adapatif (keefektifan seseorang dalam memenuhi standar yang
diharapkan untuk usianya oleh kelompok masyarakat) dalam minimal
dua dari bidang berikut: komunikasi, perawatan diri, pemenuhan
kebutuhan
hidup,
kemampuan
sosial/interpersonal,
penggunaan
IV.
Multiaksial Diagnosis
Axis 1
:
Axis 2
:
Axis 3
:
Axis 4
:
V.
Definisi
Menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD) retardasi
mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) adalah suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial.
Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu
penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Penurunan fungsi intelektual secara umum menurut definisi Rick Heber
diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi
standar (1 SD) di bawah rata-rata. Periode perkembangan mental menurut
definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun.
Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan dengan adanya
penurunan fungsi intelektual. Menurut definisi ini tidak ada kriteria bahwa
retardasi mental tidak dapat diperbaiki seperti definisi retardasi mental
sebelumnya.
Banyak pakar menyatakan bahwa definisi ini terlalu liberal, karena dengan
batasan tes intelegensia di bawah satu deviasi standar (1 SD) terdapat
hampir 16% dari populasi dapat digolongkan sebagai retardasi mental.
Pada tahun 1973 melalui Manual on Terminology and Classfication in
Mental Retardation Grossman merevisi definisi Heber tersebut. Menurut
Grossman retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang
menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan
adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan. Menurut
Epidemiologi
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia
1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui
karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak
usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden
tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14
tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan.
VII.
Etiologi
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang
seorang anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang seorang
anak pada garis besarnya adalah faktor genetik/heredokonstitusional yang
menentukan sifat bawaan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang
dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang
adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini
lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk
tumbuh kembang.
1. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara garis
besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu: Kebutuhan
fisis-biomedis (asuh)
Pangan (gizi, merupakan kebutuhan paling penting)
Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan bayi
berat
Tampak sejak lahir atau usia dini
Secara fisis tampak berkelainan/aneh
Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
Tidak berhubungan dengan kelas sosial Penyebab psikososial atau
Penyebab pranatal
Kelainan kromosom
Kelainan genetik/herediter
Gangguan metabolik
Sindrom dismorfik
Infeksi intrauterine
Intoksikasi
2.
3.
Penyebab perinatal
Prematuritas
Asfiksia
Kernikterus
Hipoglikemia
Meningitis
Hidrosefalus
Perdarahan intraventrikular
Penyebab postnatal
Infeksi (meningitis, ensefalitis)
Trauma
Kejang lama
Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
penampilan
seperti
mongol
dan
menunjukkan
Latin, dan 20-30 juta Eropa mempunyai risiko defisiensi yodium. Akibat
defisiensi yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium
yang kurang pada ibu hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang
dilahirkan. Kelainan ini timbul bila asupan yodium ibu hamil kurang dari
20 ug ( normal 80-150 ug) per hari. Dalam bentuk yang berat kelainan ini
disebut juga kretinisme, dengan manisfestasi klinis adalah miksedema,
kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis, dan retardasi mental berat.
Di daerah endemis, 1 dari 10 neonatus mengalami retardasi mental karena
defisiensi yodium.
Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan
anomali pada janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada
janin berkurang bila infeksi timbul pada triwulan kedua dan ketiga.
Manifestasi klinis rubela kongenital adalah berat lahir rendah, katarak,
penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental.
Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil tetapi
dapat memberi dampak serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi
klinis antara lain hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan
retardasi mental.
Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan
intoksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman
yang mengandung alkohol, terutama pada triwulan pertama. Di negara
Amerika Serikat FAS merupakan penyebab tersering dari retardasi mental
setelah sindrom Down. Insidens FAS berkisar antara 1-3 kasus per 1000
kelahiran hidup. Pada populasi wanita peminum minuman keras insidens
FAS sangat meningkat yaitu 21-83 kasus per 1000 kelahiran hidup,
padahal di Eropa dan Amerika 8% wanita merupakan peminum minuman
keras.
Penyebab Perinatal
10
11
William Stern pada tahun 1912 membuat konsep intelligence quotient (IQ)
sebagai suatu perbandingan antara mental age (MA) dan chronological age
(CA).
IQ =
MA
CA
X CA
Pada tahun 1939 David Wechsler mempubli- kasikan suatu tes intelegensia
yang mengukur fungsi intelektual yang lebih global. Uji ini kemudian
disebut Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) yang kemudian
direvisi tahun 1976 dan disebut Wechsler Intelligence Scale for Children
Revised (WISC-R), dan direvisi kembali tahun 1990 yang disebut WISC
third edition (WISC-III). Uji intelegensia tersebut dipakai untuk anak umur
6-16 tahun.
Pada tahun 1966 dipublikasikan Wechsler Preschool and Primary Scale of
Intelligence (WPPSI) yang kemudian direvisi tahun 1989 disebut WPPSIR, untuk anak umur 4-61/2 tahun.
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural
Disorders, WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4
golongan yaitu :
12
Tatalaksana
Tatalaksana Medis
13
dekstroamfetamin,
klorpromazin,
flufenazin,
fluoksetin
14
Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun
bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang
terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi
mental.
Pencegahan
Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi
mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental).
Sebab- sebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi,
trauma, intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme,
kelainan genetik.
X.
Prognosis
Seorang anak yang mengalami retardasi mental yang berat,
prognosis kedepannya ditentukan oleh keadaan anak tersebut pada
masa awal kanak-kanaknya. Retardasi mental yang ringan bisa jadi
terjadi hanya sementara. Anak-anak mungkin akan didiagnosa
sebagai retardasi mental pada awalnya, namun pada tahun-tahun
usia
berikutnya,
mungkin
kelainannya
akan
dapat
lebih
XI.
Referensi
WHO. Primary prevention of mental neurological and psychosocial
disorders. Geneva, WHO 1998: h. 8-53.
Payne JS, Patton JR. Mental retardation. Columbus: Bell & Howell
Company,1981. h. 1-466.
15
Sularyo TS. Tumbuh kembang anak dengan minat khusus pada aspek
pencegahan Tuna grahita. Disam- paikan pada seminar sehari jangan
sampai anakku tuna grahita, Jakarta, 21 November, 1992.
Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan retardasi mental.
Disertasi. Surabaya: Universitas Airlangga, 1976.
Lumbantobing SM. Anak dengan mental terbelakang.
16