TENTANG
PANDUAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA
Menimbang
Mengingat
: 1.
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan;
3
KESATU
KEDUA
KETIGA
Ditetapkan di
: Cirebon
dr.Nurdin
Lampiran
Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Jantung Hasna Medika
Nomor : 0430/KEP/DIR-RSJHM/V/2016
Tentang Panduan Skrining Pasien
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang
yang sehat dari orang yang memiliki keadaan fatologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed . 25 : 974 ). Menurut Rochjati P
(2008), skrining merupakan pengenalan diri secara pro aktif pada ibu hamil untuk
menemukan adanya masalah atau factor resiko.
Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi
penyakit atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan
kebutuhan pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk
mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan
dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan
pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit .
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, anamnesis (wawancara riwayat
penyakit),, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
pemeriksaan fisik dan psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging
sebelumnya. Skrining dilakukan apabila pasien tiba di rumah sakit, pada saat
pasien di transportasi emergensi atau di sumber rujukan. Hal ini sangat penting
bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah
ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan
berdasarkan
atas
berat
ringannya
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien tidak Gawat tidak Darurat
Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera.Misalnya pasien dengan ulcus
peptikum.TBC kulit, dsb.
10. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datang secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik, mental,
ataupun sosial.
Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut :
a. Mekanisme Kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena efek
kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi).
b. Tempat Kejadian
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat-tempat umum lainnya, misalnya di tempat
rekreasi, perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya.
c. Waktu Kejadian
Waktu perjalanan (travelling/transport time)
Waktu bekerja, sekolah, baermain, dan sebagainya.
11. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebakan oleh alam dan/atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
Skrining dilakukan pada area :
1.
2.
3.
4.
FO
Costumer Service/pendaftaran
Poliklinik
IGD
Kriteria triage
Evaluasi visual atau pengamatan
Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik dan psikologik
Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostic imajing sebelumnya
B. SKRINING KASUS
Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan
kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien
sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang
berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah
pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat
berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi
sebagai berikut:
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
bisa menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan yang tepat
secepatnya
Pasien berada
dalam
keadaan
gawat
tetapi
tidak
memerlukan
tindakandarurat
Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya
2. Pasien dengan kasus False Emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan
pertolongan segera
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat
Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi (keadaan gawat),
tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
Pasien dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa
kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessiveloss of water
and electrolit)
g. Lain-lain
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk didalam daftar
tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang
menangani
pasien.
Kegagalan
sistem
susunan
saraf
pusat,
kardiovaskuler,
pernafasan, dan hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam
waktu yang relatif lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
b. Kecepatan meminta pertolongan
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1) Di tempat kejadian
2) Dalam perjalanan ke rumah sakit
3) Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di Rumah sakit Jantung Hasna
Medika adalah sebagai berikut :
a. Pasien dengan diagnosis
1) TBC dengan XDR / MDR
2) Gaduh Gelisah ec Psikiatri
3) Gagal ginjal on HD
4) CVA Hemorraghic peserta BPJS
5) Kasus Orthopedi peserta BPJS
6) HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIVAIDS
7) Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis
8) Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS
9) Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
10) Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
11) SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
12) Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS
b. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui
dirawat dokter lain atau asisten DPJP
c. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh pasien
tidak ditunda pengadaannya
d. Pasien BPJS dengan indikasi IRI
C. SKRINING WILAYAH.
Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal
rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS (IGD
atau IRJ).
BAB III
TATA LAKSANA
A. Initial Assesment (Penilaian Awal)
Pasien yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) maupun poliklinik
memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat. Waktu berperan sangat
penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini
dikenal dengan initial assessment ( Penilaian awal).
Untuk di triage IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan
criteria AVPU :
A : Alert
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
Penilaian awal ini intinya adalah
1. Primary Survey
penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari keadaan yang mengancam
nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi. Penanganan ABCDE
yang dimaksud adalah :
A
: Airway dengan control cervical
B
: Reathing dan ventilasi
C
: Circulation dengan control perdarahan
D
: Disability, status neurologis dan nilai GCS
E
: Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter
urin ( folly
10
maka pasien
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik
11
dr. Nurdin
12