Anda di halaman 1dari 12

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA


NOMOR : 0430/KEP/DIR-RSJHM/V/2016

TENTANG
PANDUAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA

Menimbang

a. Bahwa dalam upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan


pasien untuk mendapatkan keterangan tentang kondisi dan
kebutuhan pasien pada saat kontak pertama dengan pasien,
maka perlu adanya Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit
Jantung Hasna Medika;
b

Bahwa agar pelayanan penyelenggaraan Panduan Skrining


Pasien di Rumah Sakit Jantung Hasna Medika dapat terlaksana
dengan baik, maka perlu adanya keputusan Direktur Rumah
Sakit Jantung Hasna Medika tentang Panduan Skrining Pasien;

Bahwa berdasarkan pertimbangan dalam point a dan b, perlu


ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Jantung
Hasna Medika;

Mengingat

: 1.

Undang-Undang Kedokteran No. 29 Tahun 2004 tentang


Praktik kedokteran;
2

Undang-Undang

Nomor

36

Tahun

2009

tentang

Kesehatan;
3

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit;

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang


Tenaga Kesehatan;

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008


Tentang Rekam Medis

PKM 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan


Tindakan Kedokteran
M E M U T U S K A N:

MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA


MEDIKA TENTANG PANDUAN SKRINING PASIEN DI RUMAH
SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA

KESATU

Memberlakukan Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit Jantung


Hasna Medika sebagaimana terlampir dalam keputusan ini;

KEDUA

Panduan Skrining Pasien ini dimaksudkan sebagai acuan dalam


pelaksanaan kegiatan pelayanan pasien di Rumah Sakit Jantung
Hasna Medika;

KETIGA

Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya,


dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di

: Cirebon

Pada tanggal : 16 Mei 2016


Direktur Rumah Sakit Jantung Hasna Medika

dr.Nurdin

Lampiran
Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Jantung Hasna Medika
Nomor : 0430/KEP/DIR-RSJHM/V/2016
Tentang Panduan Skrining Pasien

PANDUAN SKRINING PASIEN DI RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA

BAB I
DEFINISI

A. Pengertian
Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang
yang sehat dari orang yang memiliki keadaan fatologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed . 25 : 974 ). Menurut Rochjati P
(2008), skrining merupakan pengenalan diri secara pro aktif pada ibu hamil untuk
menemukan adanya masalah atau factor resiko.
Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi
penyakit atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan
kebutuhan pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk
mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan
dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan
pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit .
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, anamnesis (wawancara riwayat
penyakit),, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
pemeriksaan fisik dan psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging
sebelumnya. Skrining dilakukan apabila pasien tiba di rumah sakit, pada saat
pasien di transportasi emergensi atau di sumber rujukan. Hal ini sangat penting
bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah
ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan

rujukan ke pelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai


sesuai kebutuhan pasien
Skrining pasien IGD adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian
awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat. Dalam
hal ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage primer yang juga meliputi cara
mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia.
Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena
Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas
dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini yang sesuai terhadap kasuskasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah skrining pasien
yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat
dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal
di triage primer, antara lain :
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan
pertamapada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu
dengan melibatkan berbagai multidisiplin
2. Triage
Adalah pengelompokan pasien yang

berdasarkan

atas

berat

ringannya

trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.


3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah survey primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang akan
berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang
ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat tidak Darurat

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien tidak Gawat tidak Darurat
Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera.Misalnya pasien dengan ulcus
peptikum.TBC kulit, dsb.
10. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datang secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik, mental,
ataupun sosial.
Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut :
a. Mekanisme Kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena efek
kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi).
b. Tempat Kejadian
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat-tempat umum lainnya, misalnya di tempat
rekreasi, perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya.
c. Waktu Kejadian
Waktu perjalanan (travelling/transport time)
Waktu bekerja, sekolah, baermain, dan sebagainya.

11. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebakan oleh alam dan/atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan

BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
Skrining dilakukan pada area :
1.
2.
3.
4.

FO
Costumer Service/pendaftaran
Poliklinik
IGD

Skrining dilakukan melalui :


1.
2.
3.
4.

Kriteria triage
Evaluasi visual atau pengamatan
Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik dan psikologik
Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostic imajing sebelumnya

B. SKRINING KASUS
Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan
kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien
sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang

berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah
pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat
berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi
sebagai berikut:
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
bisa menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan yang tepat
secepatnya
Pasien berada

dalam

keadaan

gawat

tetapi

tidak

memerlukan

tindakandarurat
Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya
2. Pasien dengan kasus False Emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan
pertolongan segera
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat
Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi (keadaan gawat),
tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
Pasien dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa
kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.

Susunan saraf pusat


Pernafasan
Kardiovaskuler
Hati
Ginjal
Pankreas
Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :
Trauma/cedera
Infeksi
Keracunan
Degenerasi (failure)
Asfiksia

f.

Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessiveloss of water

and electrolit)
g. Lain-lain
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk didalam daftar
tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang
menangani

pasien.

Kegagalan

sistem

susunan

saraf

pusat,

kardiovaskuler,

pernafasan, dan hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam
waktu yang relatif lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
b. Kecepatan meminta pertolongan
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1) Di tempat kejadian
2) Dalam perjalanan ke rumah sakit
3) Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di Rumah sakit Jantung Hasna
Medika adalah sebagai berikut :
a. Pasien dengan diagnosis
1) TBC dengan XDR / MDR
2) Gaduh Gelisah ec Psikiatri
3) Gagal ginjal on HD
4) CVA Hemorraghic peserta BPJS
5) Kasus Orthopedi peserta BPJS
6) HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIVAIDS
7) Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis
8) Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS
9) Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
10) Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
11) SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
12) Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS
b. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui
dirawat dokter lain atau asisten DPJP
c. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh pasien
tidak ditunda pengadaannya
d. Pasien BPJS dengan indikasi IRI

C. SKRINING WILAYAH.
Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal
rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS (IGD
atau IRJ).

BAB III

TATA LAKSANA
A. Initial Assesment (Penilaian Awal)
Pasien yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) maupun poliklinik
memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat. Waktu berperan sangat
penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini
dikenal dengan initial assessment ( Penilaian awal).
Untuk di triage IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan
criteria AVPU :
A : Alert
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
Penilaian awal ini intinya adalah
1. Primary Survey
penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari keadaan yang mengancam
nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi. Penanganan ABCDE
yang dimaksud adalah :
A
: Airway dengan control cervical
B
: Reathing dan ventilasi
C
: Circulation dengan control perdarahan
D
: Disability, status neurologis dan nilai GCS
E
: Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter

urin ( folly

catheter ), Kateter lambung ( NGT ), pemasangan heart monitor dan pemeriksaan


laboratorium atau rontgen.
2. Secondary survey
Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, dari
depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukan jari ( tub finger in every
orifice ).
a. Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang
meliputi :
A
: Alergi
M
: Medikasi / obat-obatan
P
: Past illness / penyakit sebelumnya yang menyertai
L
: Last meal / terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E
: Event / hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
b. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Periksa
dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit ( BTLS ).
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll ( memiringkan penderita
dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh ). Cek tanda-tanda vital.

10

B. Evaluasi Visual atau Pengamatan


Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan

pertolongan segera langsung diarahkan ke IGD


Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan segera

akan di arahkan ke poliklinik


Jika RS belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu

maka pasien

disarankan untuk di rujuk


C. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe

meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi,

termasuk juga pemeriksaan psikologik


D. Laboratorium atau pemeriksaan imaging ( penunjang )
Sebelumnya pasien yang sudah membawa hasil Laboratorium atau pemeriksaan
imaging akan tetap di periksa, kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut
akan di konsulkan ke dokter spesialis sesuai penyakit . konsultasi bisa di lakukan
melalui IGD atau di arahkan ke poliklinik.

BAB IV
DOKUMENTASI

Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik

RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA


Direktur,

11

dr. Nurdin

12

Anda mungkin juga menyukai