Anda di halaman 1dari 4

Pertama: Abu Jafar al-Manshur

Laki-laki tangguh ini adalah seseorang yang memegang peranan penting dalam sejarah
berdirinya Daulah Abbasiyah. Dialah pencetus ide Daulah Abasiyah. Dia juru taktik dan tokoh
intelektual di belakang saudaranya Abu al-Abbas as-Safah, khalifah pertama Daulah Abbasiyah.
Saat kekuasaan Daulah Umayyah telah masuk ke wilayah Andalusia hingga Asia Tengah,
mulailah terjadi kegoncangan. Damaskus (ibu kota Daulah Umayyah) sulit me-manage wilayah
kekuasaannya yang begitu besar sekaligus memiliki ragam budaya yang berbeda. Para sejarawan
menyebutkan bahwa faktor utama runtuhnya Dualah Umayyah adalah kegagalan mereka
berinteraksi dengan ragam etnik dan budaya yang heterogen. Dan di saat itu pula orang-orang
Abbasiyah menyerukan perlawanan.
Abu Jafar al-Manshur begitu jeli melihat kelemahan Daulah Umayyah. Ia pandai memposisikan
diri di kalangan orang-orang Persia dan Asia Tengah. Ia tahu bagaimana mengarahkan potensi
perbedaan etnik dan budaya menjadi sebuah energi positif yang membangun, tidak melulu
menghembuskan energi negatif yang hanya memicu sengketa dan perpecahan. Melihat geopolitik
Timur Tengah saat ini, kecerdasan Abu Jafar al-Manshur menyatukan Persia dan Arab belum
bisa ditiru oleh pemimpin-pemimpin di era modern ini.
Di negeri yang sedang dibangun Abu Jafar, tidak ada identitas kesukuan. Identitas seseorang
hanya disandarkan pada Islam saja. hebatnya, ia juga mampu mengkompromikan antara budaya
Arab dan Persia yang dikenal sangat sulit bersatu. Para khalifah Abbasiyah berikutnya
mendapatkan warisan berharga berupa pondasi masyarakat yang kokoh. Hingga karakter
Abbasiyah ini luntur ditandai dengan munculnya Dinasti Buwaihi dan Saljuk. Dan akhirnya
runtuh di tangan bangsa Mongol pada tahun 656 H/1258 M.
Kedua: Abdurrahman ad-Dakhil
Abdurrahman ad-Dakhil, anak muda bani Umayyah ini memiliki perjalanan hidup yang luar
biasa. Membaca kisahnya mendirikan Daulah Bani Umayyah II seperti membaca kisah dongeng.
Kalau Anda takjub dengan anak muda membuat kerajaan bisnis; mendirikan perusahaan, sejuta
pencapaian, atau dengan Mark Zuckerberg yang mendirikan facebook, maka Anda akan lebih
takjub lagi dengan kisah Abdurrahman ad-Dakhil. Karena di usia belia, ia mendirikan kerajaan
dalam arti senyatanya. atas izin Allah- Ia mampu melakukan lobi-lobi politik tingkat tinggi,
memimpin puluhan ribu pasukan untuk tunduk pada komandonya, memadamkan puluhan
pemberontakan, menyelamatkan nyawa dari ribuan pedang, semua itu ia lakukan sejak berusia
19 tahun.

Patung
Abdurrahman ad-Dakhil di Almucar, Spanyol.
Abdurrahman ad-Dakhil menjadi buronan Abbasiyah saat berusia 19 tahun. Menjadi penguasa
tunggal di Andalusia pada usia 29 tahun. Dan terus memegang kekuasaan selama sekitar 34
tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil adalah cucu dari Khalifah Hisyam bin Abdul Malik al-Umawi. Pada
saat Daulah Abbasiyah berdiri, maka terjadi pembantaian besar-besaran terhadap bani Umayyah.
Termasuk Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam ad-Dakhil menjadi sasaran. Ia pun kabur
menyelamatkan diri. Saat dalam pelarian itu, ia menyaksikan dua orang saudaranya dibunuh di
hadapannya. Ia terus berlari menuju Syam kemudian Mesir lalu Maroko. Dari Maroko, ia
menyeberang ke Andalusia. Di sanalah ia mendapatkan gelar ad-Dakhil.
Sejak umat Islam masuk ke Andalusia pada tahun 92 H hingga masuknya ad-Dakhil pada tahun
138 H, orang-orang Arab belum memiliki posisi yang kokoh di Jazirah Iberia itu. Tidak sampai
setahun, ad-Dakhil telah berhasil mengokohkan posisinya di Cordoba. Dari Cordoba, ia berhasil
menguasai Zaragoza dan Barcelona. Kedua kota tersebut ia taklukkan atas kecerdikannya melobi
kekuatan militer bangsa Frank untuk membantunya. Kemudian ia menguasai kota-kota lainnya.
Mengingat ruwetnya lobi politik partai-partai pasca pemilu, kita bisa mengetahui bagaimana
kehandalan politik anak muda yang bernama Abdurrahman bin Muawiyah ini. Kalau level partai,
level nasional saja sulit menyatukan pendapat, kita jadi tahu bagaimana jitunya lobi
Abdurrahman ad-Dakhil yang bisa merangkul bangsa Eropa agar mau bekerja untuknya.
Ketiga: Alib Arselan as-Saljuki

Garis batas wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk orang-orang Turki- meluas dengan pesat. Mulai
dari Asia Tengah hingga ibu kota Daulah Abbasiyah di Baghdad. Kekuatan dinasti ini terus
tumbuh hingga ia menjadi penguasa seluruh wilayah Islam. Dinasti ini menguasai orang-orang
Buwaihi dan melindungi Abbasi, khususnya dari gangguan Syiah Fatimi (Daulah Ubaidiyah)
yang menyebarkan ideologi Syiah Ismaili.
Di balik kejayaan Dinasti Saljuk ada nama Alib Arselan sebagai tokoh utamanya. Orang-orang
Turki patut berbangga karena lahir seorang Alib Arselan di tengah-tengah mereka. Alib Arselan
pernah memukul mundur 200.000 pasukan Romawi hanya dengan 20.000 pasukan saja. 1
banding 10. Pasukan adidaya Romawi yang sudah berkuasa berabad-abad lamanya. Pasukan
yang kuat yang disangka tak terkalahkan itu takluk dengan pasukan yang jauh lebih sedikit
jumlahnya. Sejak saat itu, pengaruh Romawi di Asia kecil melemah hingga akhirnya ditaklukkan
oleh Muhammad al-Fatih.
Saat ini, melihat kebijakan Tayib Recep Erdogan saja kita kagum. Bagaimana pula kiranya Alib
Arselan yang berhasil meruntuhkan mental negara adidaya kemudian menguasainya.
Keempat: Nuruddin Zanki
Nuruddin Zanki, ia adalah pahlawan Islam yang berhasil mengusir tentara Salib diari tanah
Suriah dan sebagian wilayah Palestina. Mungkin namanya tidak sepopuler Shalahuddin alAyyubi, tapi dialah yang membuka jalan bagi Shalahuddin untuk membebaskan Jerusalem.
Setelah menggantikan ayahnya sebagai penguasa Aleppo, Nuruddin berusaha sekuat tenaga
menyatukan wilayah-wilayah Syam. Ia membebaskan Damaskus, Baalbek, Edessa, Harran, dan
Mosul. Setelah itu ia mengarahkan pasukannya menuju Palestina menghadapai Pasukan Salib. Ia
juga menghadapi orang-orang Salib di Mesir. Dan kemudian memasukkan wilayah-wilayah
tersebut di bawah kekuasaannya.
Sama seperti Alib Arselan, Nuruddin Zanki juga dikenal sebagai seorang yang shaleh dan zuhud.
Ia memberi perhatian yang besar terhadap perkembangan agama Islam. Saa wafat pada tahun
569 H/1174, Nuruddin telah membangun banyak masjid, madrasah, rumah sakit, dan rumah para
musafir.
Kelima: Shalahuddin al-Ayyubi
Shalahuddin al-Ayyubi adalah penerus perjuangan Nuruddin Zanki. Dilahirkan dari suku Kurdi,
Shalahuddin tumbuh besar di wilayah Syam karena ayahnya pindah ke Aleppo membantu
perjuangan Imaduddin Zanki, ayah dari Nuruddin Zanki. Di Aleppo Shalahuddin kecil
mempelajari agama dan kemiliteran. Kemudian ia bergabung ke dalam pasukan pamannya,
Asaduddin Syirkuh, yang merupakan salah seorang panglima pasukan Nuruddin Zanki.
Di bawah bimbingan Nuruffin Zanki, karir Shalahuddin terus menanjak, hingga ia diamanahi
untuk memimpin Mesir setelah mengusir orang-orang Fatimiyah dari wilayah Sunni itu. setelah
Nuruddin wafat, Shalahuddin menempati kekuasaannya. Ia pun jadi pemimpin Mesir dan Syam.
Misi pembebasan Jerusalem pun dilanjutkan.

Pada Perang Hattin tahun 583 H/1187 M, Shalahuddin berhasil mengalahkan Pasukan Salib.
Dalam waktu hanya tiga bulan, wilayah-wilayah yang dikuasai Tentara Salib; Acre, Beirut,
Sidon, Nablus, Jaffa, dan Ashkelon kembali ke tangan kaum muslimin. Kemudian Jerusalem
setelah 88 tahun dikuasai oleh Pasukan Salib.

Read more https://kisahmuslim.com/5313-10-pemimpin-besar-dalam-sejarah-islam-12.html

Anda mungkin juga menyukai