PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kemantapan
(stabilitas)
tekanan air dari pori. Ketiga hal di atas mempunyai peranan penting dalam
membentuk kestabilan lereng
Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifat-sifat fisik asli
tertentu, seperti sudut geser dalam (angle of internal friction), gaya kohesi dan
bobot isi yang juga sangat berperan dalam menentukan kekuatan tanah dan yang
juga mempengaruhi kemantapan lereng. Oleh karena itu dalam usaha untuk
melakukan analisis kemantapan lereng harus diketahui dengan pasti sistem
tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat fisik
aslinya. Dengan pengetahuan dan data tersebut kemudian dapat dilakukan analisis
kelakuan tanah atau batuan tersebut jika digali atau diganggu. Setelah itu, bisa
ditentukan geometri lereng yang diperbolehkan atau mengaplikasi cara-cara lain
yang dapat membantu lereng tersebut menjadi stabil dan mantap.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya
2.
3.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN STABILITAS LERENG/LONGSOR
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan
tertentu dengan bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena
proses geologi ataukarena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara
alamiah misalnya lereng bukitdan tebing sungai, sedangkan lereng buatan
manusia antara lain yaitu galian dan timbunanuntuk membuat jalan raya dan jalan
kereta api, bendungan, tanggul sungai dan kanal sertatambang terbuka.Suatu
longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuahlereng
sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran
dapatterjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta
denganataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.Setelah gempa bumi, longsoran
merupakan bencana alam yang paling banyak mengakibatkan kerugian materi
maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh suatulongsoran antara lain
yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan, jalurtransportsi serta sarana
komunikasi.Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan model yang akurat
mengenai kondisimaterial bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan
yang mungkin bekerja padalereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai,
analisis hanya dapat dilakukandengan menggunakan pendekatan yang kasar
sehingga kegunaan dari hasil analisis dapatdipertanyakan.Beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-metode seperti :
metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dll
Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor
keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang
menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut
dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak
Dimana untuk keadaan :
a.
c.
Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandungan air dan tekanan
air pori.
d. Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang
terdapat di tebing / lereng.
2.2
JENIS-JENIS LERENG/LONGSOR
Ada dua jenis lereng, yaitu :
1.
kestabilan terjadi bilamana tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gayagaya yang menyebabkan gelincir pada bidang longsor. Lereng alam yang telah
stabil selama bertahun-tahun dapat saja mengalami longsor akibat hal-hal berikut :
a.
b.
Gempa.
c.
Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan
yang berkepanjangan, pembangunan dan pengisian waduk, gangguan pada
sistem drainase dan lain-lain.
d.
e.
Proses pelapukan.
Pada lereng alam, aspek kritis yang perlu dipelajari adalah kondisi
geologi dan topografi, kemiringan lereng, jenis lapisan tanah, kuat geser, aliran air
bawah tanah dan kecepatan pelapukan.
2.
Lereng ini dibuat dari tanah asli dengan memotong dengan kemiringan
tertentu. Untuk pembuatan jalan atau saliran air untuk irigasi. Kestabilan
pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air akibat
b.
jalan kereta api. Sifat teknis tanah timbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan
dan derajat kepadatan tanah.
Klasifikasi Longsor
Suatu keruntuhan teknis yang paling umum adalah longsornya suatu galian atau
timbunan. Apabila terjadi suatu longsoran dalam tanah lempung, seringkali
didapat merupakan sepanjang suatu busur lingkaran. Busur lingkaran ini dapat
memotong permukaan lereng, melalui titik kaki lereng (toe) atau memotong dasar
lereng (deep seated) dan menyebabkan peningkatan pada dasar.
Sharpe (1938) telah mengklasifikasikan longsor berdasar material dan kecepatan
pergerakan tanah dengan siklus geomorfologi serta faktor cuaca.
Savarenski dari Soviet (1939) membagi kelongsoran kedalam 3 kelompok
sebagai berikut:
a. Longsor Aseqvent
Longsor Aseqvent terjadi pada tanah kohesif yang homogen dan bidang
longsornya hampir mendekati lingkaran
b. Longsor Conseqvent
Longsor conseqvent terjadi bilamana bergerak diatas bidang-bidang lapis atau
sesar (joint).
c. Longsor Insiqvent
Perubahan lereng suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau
secara disengaja akan mengganggu stabilitas yang ada, karena secara logis
dapat dikatakan semakin terjal suatu lereng akan semakin besar
kemungkinan untuk longsor.
2.
Perubahan tinggi suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau
disengaja juga akan merubah stabilitas suatu lereng. Semakin tinggi lereng
akan semakin besar longsornya.
3.
4.
Perubahan kadar air, baik karena air hujan maupun resapan air tempat lain
dalam tanah. Ini akan segera meningkatkan kadar air dan menurunkan
kekuatan geser dalam lapisan tanah.
5.
Aliran air tanah akan mempercepat terjadinya longsor, karena air bekerja
sebagai pelumas. Bidang kontak antar butiran melemah karena air dapat
menurunkan tingkat kelekatan butir.
6.
7.
8.
Pengaruh pelapukan, secara mekanis dan kimia akan merubah sifat kekuatan
tanah dan batuan hingga mengganggu stabilitas lereng. Kekuatan Geser Tanah dan
(b)
2.
(b)
(c)
10
BAB III
11
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat
DAFTAR PUSTAKA
12
13