Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi pada

pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan

setelah pendidikan menengah yang mencakup program Diploma, Program

Sarjana, Program Magister, Program Doktor, Dan Program Profesi serta Program

Spesialis, yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi berdasarkan Kebudayaan

Indonesia. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung proses

pelaksanaan Pendidikan Tinggi yaitu peralatan pendidikan, Media Pendidikan,

buku, Sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi, lahan, Ruang Kelas, Ruang

Pimpinan, Ruang Pendidik, Ruang Tata Usaha, Ruang Perpustakaan, Ruang

Laboratorium, Ruang Bengkel Kerja, Ruang Kantin, Instalasi Daya Listrik, Ruang

Olahraga, Tempat Ibadah, Dan Utilitas gedung seperti penyediaan air bersih,

pengolahan limbah baik limbah padat maupun cair, dan listrik. Standar sarana

dan prasarana diperlukan untuk menjamin kecukupan terhadap kebutuhan

sehingga proses pendidikan berjalan secara efisien, efektif, dan berkelanjutan.

Program Studi Di Luar Domisili Politeknik Negeri Pontianak Di

Kabupaten Kapuas Hulu (PDD POLNEP KH) adalah sebuah Perguruan Tinggi

yang ada di Kapuas Hulu yang dibangun berdasarkan Permendiknas RI No. 20

Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Program Studi Di Luar Domisili (PDD)

Perguruan Tinggi dan melalui Surat Keputusan Bupati Kapuas Hulu No. 93 tahun
2014 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi dan Tim Sekretariat Rencana

Pengembangan Pendidikan Tinggi di Kabupaten Kapuas Hulu, dimana Politeknik

Negeri Pontianak ditunjuk sebagai pembina. Pada pendirian awal tahun 2015

PDD POLNEP di Kabupaten Kapuas Hulu membuka 3 program studi yaitu

Program Studi Teknik Sipil, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil

Perkebunan, dan Program Studi Budidaya Perikanan. PDD Politeknik Negeri

Pontianak Di Kabupaten Kapuas Hulu memiliki kondisi gedung yang belum

memadai, sarana dan prasarannya juga belum mendukung sepenuhnya seperti

kurangnya Ruang Kelas, Ruang Olahraga, Tempat Ibadah, dan Utilitas Gedung

seperti kurangnya persediaan kebutuhan air bersih untuk aktivitas sehari-hari.

Pada awalnya sebelum dialih fungsikan menjadi kampus PDD Politeknik

Negeri Pontianak Di Kabupaten Kapuas Hulu gedung ini merupakan gedung

SKB, gedung ini digunakan tidak setiap hari bahkan hampir satu tahun sekali

yang hanya digunakan untuk kegiatan-kegitan tertentu saja seperti rapat

perkemahan, tempat tinggal sementara untuk para peserta kegiatan PORSENI dan

lain-lain. Karena fungsional gedung tidak terlalu sering, jadi masalah utilitas

mencukupi kebutuhan pengguna. Ketika gedung SKB dialih fungsikan menjadi

kampus, maka banyak sekali keterbatasan utilitas yang terjadi, hal itu disebabkan

karena bertambahnya jumlah pengguna dan semakin padat jadwal penggunanya

yaitu dari pukul 07.00 sampai pukul 22.00 Wib. Pada gedung PDD Politeknik

Negeri Pontianak Di Kabupaten Kapuas Hulu sering sekali mengalami kemacetan

air yang dapat mengakibatkan kurangnya penyediaan air bersih terutama pada

kamar kecil atau WC dan pada ruangan Laboratorium Pengujian Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, dan Laboratorium Budidaya Perikanan.

Kekurangan air tersebut bukan disebabkan oleh kemacetan air yang dialirkan dari

PDAM melainkan karena kekurangan alat atau sistem pengelola air seperti mesin

pemompa dan tidak tersedianya tempat penampungan air yang memadai, baik

penampungan air yang bersumber dari PDAM maupun air hujan.

Mengingat perlunya hal-hal diatas bagi kesehatan dan kenyaman untuk

beraktivitas tanpa adanya gangguan penciuman dan kekurangan persediaan air

bersih maka penulis mangambil judul “PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR

BERSIH DI GEDUNG PROGRAM STUDI DILUAR DOMISILI

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK DI KABUPATEN KAPUAS HULU

(PDD POLNEP KH)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang tedapat dilatar belakang maka akan

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Berapakah kebutuhan air bersih pada gedung PDD POLNEP di Kabupaten

Kapuas Hulu ?

2. Bagaimanakah perencanaan penyediaan air bersih pada gedung PDD

POLNEP di Kabupaten Kapuas Hulu ?

3. Bagaimanakah perencanaan distribusi air bersih pada gedung PDD POLNEP

di Kabupaten Kapuas Hulu ?

4. Berapakah total Rencana Anggaran Biaya (RAB) jaringan pipa distribusi

pada gedung PDD POLNEP di Kabupaten Kapuas Hulu ?


1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada pada rumusan masalah maka penulis

akan memberi batasan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Berapakah kebutuhan air bersih pada gedung PDD POLNEP di Kabupaten

Kapuas Hulu.

2. Bagaimanakah perencanaan penyediaan air bersih pada gedung PDD

POLNEP di Kabupaten Kapuas Hulu.

3. Bagaimanakah perencanaan pipa distribusi dengan cara pemompaan dan

gravitasi.

4. Berapakah Rencana Anggaran Biaya (RAB) jaringan pipa.

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir sebagai berikut :

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan tugas akhir ini yaitu :

1. Mahasiswa dapat menyelesaikan program studi D3 Teknik Sipil Jurusan

Teknik Sipil dan Perencanaan di PDD Politeknik Negeri Pontianak Di

Kabupaten Kapuas Hulu.

2. Mahasiswa dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik dan benar.

3. Mahasiswa siap untuk beradaptasi pada Dunia kerja.

4. Mahasiswa mengikuti sidang Tugas Akhir dengan baik dan benar.

5. Mahasiswa dapat membuat laporan TA sesuai keadaan di lapangan dengan

baik dan sesuai dengan tata cara penulisan ilmiah.


1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan tugas akhir ini yaitu :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dari air bersih.

2. Mahasiswa dapat menghitung kebutuhan air bersih di Gedung PDD POLNEP

di Kabupaten Kapuas Hulu.

3. Mahasiswa mengetahui perencanaan peyediaan sumber air yang dibutuhkan

di Gedung PDD POLNEP di Kabupaten Kapuas Hulu.

4. Mahasiswa megetahui tentang jaringan distribusi dengan cara pemompaan,

gravitasi dan kombinasi keduanya.

5. Mahasiswa mengetahui berapa kebutuhan anggaran biaya yang akan

digunakan untuk membangun sebuah jaringan pipa.

1.5 Metodelogi

Adapun metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada

pada proses penyusunan tugas akhir yaitu :

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data lapangan yang diperoleh secara langsung

dengan mengamati kondisi gedung PDD Politeknik Negeri Pontianak Di

Kabupaten Kapuas Hulu.

Data-data yang dikumpulkan berupa :

a.1 Data jumlah konsumen, yaitu jumlah mahasiswa, staf PDD POLNEP

KH, jumlah ruangan yang menggunakan air dan data jumlah alat

plumbing.
a.2 Tabel kebutuhan air bersih

a.3 Site plan atau kondisi eksisting

a.4 Sumber air

a.5 Data curah hujan 10 Tahun terakhir

a.6 basic price

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung dari data primer yang diperoleh

dari lapangan. Adapun data-data yang diperlukan adalah :

b.1 Peta lokasi

b.2 Pemasangan pipa distribusi yang ada di PDD POLNEP KH

2. Teknik Pengambilan Data

a. Survey

Metode yang dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan data atau

informasi dengan cara terjun langsung ke lapangan seperti melakukan

pengukuran dan lain-lain.

b. Interview (wawancara langsung)

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi dari

wawancara yang dilakukan mahasiswa kepada orang-orang yang

bersangkutan untuk mengetahui dan mendapatkan data-data yang diperlukan.

c. Literature/referensi
Metode ini dilakukan untuk menggali lebih banyak informasi dan

data-data penunjang yang dibutuhkan melalui media buku, jurnal maupun

internet.

d. Dokumentasi

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data penunjang dan sebagai

bukti terlaksananya tugas akhir seperti foto-foto yang diperlukan.

e. Diagram Alir/Siklus Penyusunan TA


Adapun diagram alir dari penyusunan tugas akhir sebagai berikut :

Judul

Persiapan

Pengumpulan Data
1. Survey
2. Interview
3. Literature/referensi
4. Dokumentasi

Data Primer Data Sekunder


1. Data jumlah mahasiswa dan staf PDD 1. Peta lokasi,
POLNEP Di Kabupaten Kapuas Hulu, 2. Lokasi Pemasangan
2. Table kebutuhan air bersih, Jaringan Pipa
3. Site plan atau kondusi eksisting,
4. Sumber air,
5. Data Curah Hujan
6. Basic Price.

Tidak
Ya

Analisa Data

Analisa Kebutuhan Air Bersih

Analisa Penyediaan Air Bersih

Analisa Distribusi Air bersih

Analisa Perhitungan dan Kurva S

Selesai

Gambar 1.1 Diagram Alir/Siklus Penyusunan TA


1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan tugas akhir sebagai

barikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,

metodelogi, sistematika penulisan, dan lokasi Tugas Akhir.

BAB II DASAR TEORI

Menguraikan teori-teori yang menimbulkan gagasan dan mendasari topik/judul

TA yang dipilih.

BAB III DATA DAN ANALISIS

Berisi metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, meliputi prosedur,

pengambilan data, dan teknik analisis data atau teknik perencanaan.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi analisa data, perhitungan-perhitungan analisis atau perancangan serta

pembahasan hasil perhitungan.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil yang telah dicapai untuk menjawab tujuan dari TA.

Saran dibuat berdasarkan pengalaman penulis ditunjukan kepada para mahasiswa

dalam bidang sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian

yang sudah dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1.7 Lokasi Tugas Akhir

Adapun lokasi melakukan pengujian Tugas Akhir yaitu di gedung PDD

POLNEP KH yang bertempat di Jalan Danau Sentarum No. 03, kode POS 78711.

Gambar 1.2 Peta Lokasi


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan

akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasanya air

bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Adapun persyaratan yang dimaksud adalah dari segi kualitas fisik, kimia, biologi,

dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. Air

merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan kesehatan. Fungsi terpenting

dari sistem penyediaan air bersih adalah penyegahan penyebaran penyakit melalui

air. Tujuan penyediaan air bersih adalah agar dapat menyalurkan air bersih kepada

konsumen dalam jumlah yang cukup.

2.1.1 Sumber Air

Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang mutlak ada pada

suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem

penyediaan air bersih tidak berfungsi.

Adapun sumber-sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air

baku adalah :

1. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang jatuh ke permukaan tanah/bumi yang

tidak meresap ke dalam tanah, selanjutnya akan mengalir ke permukaan tanah

secara gravitasi. Air permukaan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :


a. Air Sungai

Air sungai adalah air hujan yang jatuh kepermukaan bumi dan tidak

meresap ke dalam tanah akan mengalir secara grafitasi searah dengan kemiringan

permukaan tanah dan mengali melewati aliran sungai. Sebagai salah satu sumber

air minum, air sungai harus mengalami pengolahan sempurna karena pada

umumnya memiliki derajat pengotoran yang paling tinggi.

b. Air Danau

Air danau adalah air permukaan yang berasal dari air hujan atau tanah

yang kelar kepermukaan, terkumpul pada suatu tempat yang relative rendah atau

cekung. Kualitas air danau relative tetap, sedangkan kualitas pada umumnya lebih

baik dibandingkan dengan air sungai karena penampungan air cukup lama di

dalam danau sehingga memungkinkan terjadinya pengendapan seperti lumpur dan

bahan larut lainnya.

c. Air Laut

Air laut adalah salah satu sumber air walaupun tidak termasuk kategori

yang bisa dipilih sebagai sumber air baku untuk air bersih atau air minum, karena

memiliki kandungan garam (NaCI) yang cukup besar sehingga untuk

mengolahnya memerlukan biaya yang sangat mahal.

2. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan

bumi dan sebagian meresap ke dalam tanah selanjutnya mengisi rongga-rongga

atau pori-pori dan bergabung membentuk lapisan air tanah (Equifer). Kandungan
air tanah tergantung dari struktur tanahnya, yang sifatnya rembes air (Porous) atau

kedap air.

Air yang terletak dibawah lapisan kedap air disebut Artesis, apabila

keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah disebut Artesis Positif. Apabila air

tidak mampu menembus ke permukaan tanah disebut Artesis Negatif, sehingga

untuk pemanfaatannya harus dibantu dengan pompa atau dengan cara menggali

tanah.

Air tanah berdasarkan letak sumbernya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

a. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal adalah air yang meresap hanya sampai pada

permukaan air tanah yang berada pada lapisan kedap air. Air tanah dangkal pada

umumnya mempunyai kedalaman ± 50 meter di bawah permukaan tanah.

b. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam adalah air yang terletak diantara dua lapisan kedap air

dan letaknya cukup jauh dengan permukaan tanah, ± 100-200 meter di bawah

permukaan tanah. Untuk pemanfaatan air tanah dalam harus menggunakan

pompa. Kualitasnya lebih besar dibandingkan dengan air tanah dangkal.

c. Mata Air

Mata air adalah air yang ada di dalam tanah yang mengalir ke permukaan

tanah melalui lapisan tanah atau melalui celah pada batu bila terhalang oleh

lapisan kedap air (batu, tanah liat, dan tanah cadas) maka akan mengalir ke

permukaan tempat keluarnya air permukaan tanah. Mata air menurut segi

kualitasnya adalah air yang sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena
berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan

sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya mata air ini

banyak terdapat di gunung-gunung dan dijadikan sebagai sumber air yang dapat

diminum secara langsung.

3. Air Hujan

Air hujan adalah air yang berasal dari uap air yang terkondensasi dan jatuh

ke bumi. Air hujan dapat menjadi air minum akan tetapi untuk menjadikan air

hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai

turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai

sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir,

sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.

Air hujan juga memunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap

pemakaian sabun. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-

zat mineral. Air hujan umumnya bersifat bersih. Dapat bersifat korosif karena

mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH3, CO2 Agresif, ataupun

SO2 dan adanya konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air

hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam (Acid Rain).

Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan.

Sehingga hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya tidak

tetap atau turun naik. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan

tidak dapat diambil secara terus menerus, karena tergantung dengan musim di

indonesia.
2.1.2 Persyaratan Air Bersih

Usaha penyediaan air bersih biasanya dilakukan oleh BUMN di

Indonesia yang berkaitan dengan hal ini, yaitu PDAM (Perusahaan Daerah Air

Minum). Kriteria air bersih meliputi tiga aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan

kontinuitas, agar dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari maka air bersih

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

2.1.2.1 Kualitas Air

Air bersih dipengaruhi oleh bahan baku itu sendiri atau mutu air tersebut

baik yang langsung berasal dari alam atau yang sudah melalui proses pengolahan.

Syarat-syarat air bersih berdasarkan kualitasnya yaitu :

1. Syarat-Syarat Fisik

Syarat fisik dari air bersih adalah persyaratan yang dapat dipenuhi oleh

indra manusia, baik secara penglihatan, penciuman, maupun perasa. Syarat

tersebut diantaranya sebagai berikut :

a. Bau

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh

penggunanya. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Bau disebabkan

oleh adanya senyawa lain yang terkandung dalam air seperti gas H2S, NH3,

senyawa fenol, klorofenol, dan lain-lain.

b. Rasa

Syarat air bersih atau air minum adalah tidak memiliki rasa. Air yang

berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan

kesehatan. Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa tersebut. Sebagai contoh


yaitu rasa asam dapat disebabkan oleh asam organic maupun anorganik,

sedangkan rasa asin dapat disebabkan oleh garam terlarut dalam air.

c. Warna

Air sebaiknya tidak memiliki warna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun organisme yang berwarna.

Warna dalam air dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu warna semu (Apparent

Colour) yang disebabkan oleh unsur tersuspensi dan warna sejati (True Colour)

yang disebabkan oleh zat organic dan zat koloidal. Air yang telah mengandung

senyawa organic seperti daun, potongan kayu, rumput akan memperlihatkan

warna kuning kecoklatan, oksida besi akan menyebabkan air berwarna kecoklatan

atau kehitaman.

d. Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan adanya kandungan Total Suspended Solid baik

yang bersifat organic maupun anorganik. Zat organic berasal dari lapukan

tanaman dan hewan, sedangkan zat anorganik biasanya berasal dari lapukan

batuan dan logam. Kekeruhan dalam air minum/air bersih tidak boleh lebih dari 5

NTU. Penurunan kekeruhan sangat diperlukan karena selain ditinjau dari segi

estetika yang kurang baik juga proses desinfeksi untuk air keruh sangat sulit, hal

ini disebabkan karena penyerapan beberapa koloid dapat melindungi organisme

dari desinfektan.

e. Suhu

Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara (25°C), dengan batas

toleransi yang diperoleh adalah 25°C ± 3°C. suhu yang normal mencegah
terjadinya pelarutan zat kimia pada pipa, menghambat reaksi biokimia pada pipa

dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Juka suhu air tinggi maka jumlah

oksigen terlarut dalam air akan berkurang juga akan meningkatkan reaksi dalam

air.

f. Jumlah Zat Padat Terlarut

Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organic, garam

anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka keadaan akan naik pula.

Selanjutnya efek TDS ataupun kesadaran terhadap kesehatan tergantung pada

spesies kimia penyebab masalah tersebut.

2. Syarat-Syarat Kimia

Syarat kimia air minum adalah persyaratan yang menyangkut kadar atau

zat kimia dalam air. Kandungan zat kimia dalam air yang digunakan sehari-hari

sebaiknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum

pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990.

Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia

lainnya yang melebihi batas maksimumnya akan berpengaruh pada kesehatan dan

material yang digunakan manusia. Contohnya, sebagai berikut :

a. pH

Air sebainya tidak memiliki keasaman dan tidak basa untuk mencegah

terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH merupakan

faktor penting bagi air minum, pada pH < 6,5 dan > 8,5 akan mempercepat

terjadinya korosi pada pipa distribusi air bersih/minum.


b. Besi (Fe)

Besi merupakan logam yang menghambat proses desinfeksi. Hal ini

disebabkan karena daya pengikat klor (CPC) selain digunakan untuk mengikat zat

organic, juga digunakan untuk mengikat besi, akibatnya sisa klor menjadi lebih

sedikit dan hal ini memerlukan desinfektan yang lebih banyak pada proses

pengolahan air. Dalam air minum kadar maksimum besi yaitu 0,3 mg/l, sedangkan

untuk nilai ambang rasa pada kadar 2 mg.l. Kadar besi (Fe) yang melebihi batas

(1,0 mg/I) menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru dan menimbulkan rasa,

warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan

kekeruhan.

c. Klorida

Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl), kadar klor (Cl) yang melebihi

250 mg/l akan menimbulkan rasa asin, korosif pada logam. Kadar maksimum

klorida yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 600 mg/I.

d. Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) sebenarnya diperlukan pada perkembangan tubuh manusia

tetapi untuk dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati,

muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, dan bahkan dapat menyebabkan

meninggal dunia. Dalam dosis rendah dapat menimbulkan rasa kesat, warna dan

korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur.

e. Mangan (Mn)

Air yang mengandung Mangan berlebihan akan menimbulkan gejala

susunan syarap seperti insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka
sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tanpak seperti topeng. Bila

pemaparan berlanjut maka bicaranya melambat dan monoton, terjadi

hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, serta berjalan seperti penderita

parkinsonism.

f. Seng (Zn)

Seng (Zn) pada air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat

menyebabkan gejala muntaber. Seng dapat menimbulkan warna air menjadi

Opalescent dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir. Kadar maksimum

seng (Zn) yang diperbolehkan didalam air bersih adalah 15 mg/I.

3. Syarat-Syarat Mikrobiologis

Pada umumnya sumver-sumber air yang terdapat di dalam bumi ini

mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri bermacam-macam dan berbeda-

beda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu,

air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari haruslah bebas dari bakteri

patogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan patogen, namun

bakteri ini merupakan indicator dari pencemaran air oleh bakteri patogen.

4. Syarat-Syarat Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama dilihat dari segi

parameternya, yakni dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel yang terpapar.

Kerusakan dapat berupa kematian, dan juga perubahan komposisi genetik.

Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila

tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit

seperti kanker dan mutasi.


5. Syarat-Syarat Bakteriologis

Syarat ini menyangkut kandungan mikroorganisme atau jasat renik yang

terdapat dalam air minum. Air minum tidak boleh mengandung bakteri yang dapat

merugikan kesehatan manusia. Persyaratannya sebagai berikut :

a. Jumlah kuman yang terdapat dalam 1 cc air minum kurang dari 100 kuman.

b. Dalam 100 cc air minum tidak boleh mengandung bakteri E. coli karena

bakteri ini akan menyebabkan gangguan pencernaan.

c. Bakteri lain yang tidak boleh ada dalam air minum adalah bakteri-bakteri

bakteri patogen, karena dapat menyebabkan penyakit kolera, tipus, disentri,

dan gastroenteritis (gangguan pada lambung).

2.1.2.2 Kuantitas Air

Secara umum penyediaan air bersih berasal dari sumber air permukaan

atau air dalam tanah. Sumber air bersih yang dikelola oleh PDAM berasal dari air

sungai, karena tujuan utama dari perencanaan jaringan adalah agar kebutuhan

akan tersedianya air bersih dapat terlayani dengan baik. Untuk hal-hal yang dapat

mengurangi jumlah air yang didistribusikan antar lain disebabkan oleh banyaknya

sambungan pipa dan panjangnya jalur pipa sedapat mungkin dihindarkan.

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih dapat ditinjau dari

banyaknya air baku yang tersedia artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan air bersih yang diperlukan sesuai dengan jumlah

penggunanya. Persyaratan kuantitas juga bias ditinjau dari standar debit air bersih

yang dialirkan kekonsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih dan
kuantitas adalah syarat terpenting dalam melayani konsumen agar kebutuhan

sehari-hari berjalan sesuai dengan kemampuan konsumen masing-masing.

Untuk membuktikan kondisi tersebut menggunakan rumus sebagai

berikut :

Q1 = Q2

A1 x V1 = A2 x V2

Dimana :

Q1 = Debit di daerah 1 (m3/det)

Q2 = Debit di daerah 2 (m3/det)

A1 = Luas penampang di daerah 1 (m2)

A2 = Luas penampang di daerah 2 (m2)

V1 = Kecepatan rata-rata di daerah 1 (m/det)

V2 = Kecepatan rata-rata di daerah 2 (m/det)

Pemakaian air oleh konsumen semakin besar dengan kemajuan

konsumen tersebut, sehingga pemakaian air sering kali dipakai sebagai salah satu

tolak ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu konsumen.

2.1.2.3 Kontinuitas

Dalam penyediaan air bersih tidak hanya berhubungan dengan kualitas

dan kuantitasnya saja, tetapi dari segi kontinuitas juga harus mendukung.

Kontinuitas adalah dimana air harus bias tersedia secara terus-menerus meskipun

dimusim kemarau selama umur rencana karena tujuan utama dari perencanaan

jaringan distribusi air adalah agar kebutuhan konsumen akan terpenuhi secara

terus-menerus. Salah satu cara untuk menjaga agar kontinuitas air selalu tersedia
adalah dengan membuat tempat penampungan air (reservoir) untuk menyimpan

air sebagai penyediaan air musim kemarau.

Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam

perhari atau setiap saat diperlukan. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hamper

tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk

menentukan kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan

aktifitas konsumen terhadap pemakaian air.

Pemakaian air dapat diperioritaskan, yaitu minimal selama 12 jam

perhari pada jam-jam aktifitas kehidupan. Jam aktifitas di Indonesia adalah pukul

06.00 sampai dengan 18.00.

2.2 Kebutuhan Air Bersih

Adapun cara untuk melakukan proyeksi kebutuhan air bersih yaitu

dengan memperhatikan angka pertumbuhan jumlah penduduk atau jiwa.

2.2.1 Angka Pertumbuhan Jumlah Penduduk atau Jiwa

Angka pertumbuhan jumlah jiwa dihitung dalam bentuk persen (%)

dengan rumus :

Ʃ Pertumbuhan
Angka pertumbuhan (%) = 𝑥 100 %
Ʃ Data

2.2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk atau Jiwa

Angka pertumbuhan jumlah jiwa dalam bentuk persen tersebut

digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk untuk beberapa tahun

mendatang. Pada kenyataannya hasil pehitungan proyeksi ini tidak selalu tepat
tetapi perkiraan ini dapat dijadikan sebagai perhitungan volume kebutuhan air

pada masa mendatang.

Untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk dapat menggunakan

beberapa metode, sebagai berikut :

1. Metode Geometrik

Adapun rumus metode geometrik sebagai berikut :

Pn = Po (1 + r)n

Di mana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n

Po = Jumlah penduduk pada awal tahun

r = Persentase pertumbuhan geometrik penduduk tiap tahun

n = Periode waktu yang ditinjau

2. Metode Aritmatika

Adapun rumus metode aritmatika sebagai berikut :

Pn = Pn + nr

Po −Pt
r = t

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n

Po = Jumlah penduduk pada awal tahun

Pt = Jumlah penduduk akhir tahun proyeksi

r = Angka pertumbuhan penduduk pertahun


n = Periode waktu yang ditinjau

t = Banyaknya tahun selama analisis

2.2.3 Proyeksi Kebutuhan Air

Kebutuhan air adalah jumlah air yang dipergunakan secara wajar untuk

keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang

memerlukan air. Macam-macam kebutuhan air bersih pada umumnya dibagi atas

dua kelompok yaitu :

1. Kebutuhan Domestik

Kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada

tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti

memasak, minum, mencuci.

2. Kebutuhan Non Domestik

Air yang digunakan untuk keperluan non domestik yaitu air yang

digunakan untuk sarana-sarana umum, seperti rumah sakit, sekolah, tempat

ibadah, dan lain sebagainya. Kebutuhan air non domestik dipengaruhi oleh

banyaknya sarana-sarana umum yang ada.

2.2.3.1 Langkah Perhitungan Kebutuhan Air

Adapun rumus untuk menentukan kebutuhan air bersih sebagai berikut :

1. Menghitung kebutuhan air air bersih berdasarkan jumlah konsumen.

Menghitung Kebutuhan Air Per Orang = Jumlah Orang x Pemakaian Air

Rata-rata Dalam 1 Hari ...(m3/hari)


2. Menghitung kebutuhan air bersih berdasarkan jumlah alat plumbing

Kebutuhan air = jumlah alat plumbing x pemakaian air 1 kali penggunaan


3. Menghitung diameter pipa

Q =VxA

A = 1/4 x 𝜋 x d2

4Q
d = √Vπ

keterangan :

Q = Debit pengaliran (m3/detik)

V = Kecepatan aliran (m/detik)

A = Luas penampang (m)

d = Diameter pipa (mm)

4. Menghitung kehilangan tinggi tekanan (HGS)

HGS = S x L

S = (Q/0,2785 x C x d2,63)1/0,54

HGS = (Q/0,2785 x C x d2,63)1/0,54 x L

keterangan :

Q = Debit yang mengalir (m/detik)

HGS = Kehilangan tinggi tekanan (m)\\

L = Panjang pipa (m)

C = Koefisien kekasaran pipa

S = Kehilangan tekanan permeter (m)

d = Diameter pipa (m)


5. Rumus menghitung kapasitas reservoir bawah (untuk menampung 2/3

kebutuhan air bersih) :

VR = Qd – Qs x T

Keterangan :

VR = Volume tangki bawah (m3)

Qd = Jumlah kebutuhan air bersih per hari (m3/hari)

Qs = Kapasitas pipa (m3/jam)

T = Rata-rata pemakaian per hari (jam/hari)

6. Menghitung kapasitas kebutuhan reservoir atas (untuk menampung 1/3

kebutuhan air bersih) :

QPU = Qmax (liter/menit)


VE = QPU x TPU (m3)

Keterangan :

VE = Kapasitas tangki air (m3)

QPU = Kapasitas pompa pengisian (liter/menit)

TPU = Kebutuhan jam puncak (liter/menit)

Qmax = Jangka waktu pengisian (liter/menit)

7. Menghitung tinggi hidrolis

Tinggi Hidrolis = HGS Total + Elevasi Tujuan + Sisa Tekanan Minimum

(∆Hmm)

Catatan : Sisa tekanan minimum (∆Hmm) diambil 5 meter, dengan tujuan agar

tidak terjadi :
a. Kantong udara

b. Aliran yang tersendat-sendat

c. Agar kecepatan aliran relative konstan

8. Menghitung tinggi reservoar

Tr = Th - Tmt

Keterangan :

Tr = Tinggi tower/reservoar (m)

Th = Tinggi hidrolis terbesar (m)

Tmt = Tinggi elevasi pada muka tanah di reservoir

2.2.3.2 Perhitungan Kebutuhan Air Cadangan (Air Hujan)

Kebutuhan air cadangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ar bersih

penghuni pada gedung PDD POLNEP KH. Tujuan menghitung kebutuhan air

cadangan ini karena minimal selama musim hujan kebutuhan dasar air bersih

dapat ditopang dengan air hujan sehingga dapat mengurangi anggaran air bersih

dari PDAM. Adapun langkah-langkah menghitung kebutuhan air cadangan (air

hujan) sebagai berikut :

1. Data curah hujan

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar

selama peiode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan

horizontal. Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul

dalam tempat yang datar, tidak menguap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm,

artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air

setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.


b. Frekuensi Curah Hujan Rencana

Curah hujan rencana dapat dihitung menggunakan beberapa metode,

salah satunya yaitu menggunakan metode Gumbel :

XT = X + K . Sx

∑ Xi
X = n

∑ (Xi−X )2
Sx =√ n−1

Keterangan :

XT = Besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun

X = Rata-rata x maksimal dari segi data Xi

K = Faktor frekuensi

Yt−Yn
k = Sn

Yn, Sn = Besaran yang mempunyai fungsi dari jumlah pengamatan

Yt = Reduksi sebagai fungsi dari probabilitas

n = Jumlah data

3. Intensitas curah hujan

intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam

tinggi hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan

terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari

lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Untuk mendapatkan nilai

intensitas curah hujan dapat dihitung menggunakan beberapa Metode Van Breen

yaitu metode pendekatan besarnya atau lama durasi hujan harian adalah terpusat
selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% dari hujan selama 24 jam. Adapun

rumus perhitungan menggunakan metode van breen sebagai berikut :

90% .Xt
I=
4

Dimana :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

Xt = Curah hujan harian maksimum (mm/24jam)

Untuk menghitung intensitas curah hujan, dimana nilai I bervariasi

sebagai fungsi waktu, dapat dihitung menggunakan 3 rumus perhitungan yaitu :

a. Rumus Talbot
a
I =
t+b

b. Rumus Sherman
a
I =
rn

c. Rumus Ishiguro

a
I =( )
√t+b

Dimana :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

T = Waktu konsentrasi (menit)

A,b,n = Tapan atau konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan

yang terjadi di daerah aliran.


d. Perhitungan debit rencana curah hujan (Q)

Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam menghitung atau

memperkirakan besarnya debit rencana, seperti Metode Rasional, Melchior,

Weduwen, Haspers, dll. Namun dari berbagai metode tersebut yang akan dibahas

adalah metode rasional. Adapun rumus perhitungan menggunakan metode

rasional sebagai berikut :

Q = 0,278 x C x I x A

Keterangan :

Q = Debit puncak limpasan permukaan (m3/det)

C = Angka pengaliran (tanpa dimensi)

A = Luas daerah pengaliran (Km2)

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

2.3 Penyediaan Air Bersih

Penyediaan air bersih adalah usaha untuk menghasilkan atau

menyediakan dan membagikan air bersih/air minum kepada konsumen yang

bertujuan untuk menjaga kesehatan lingkungan dengan jalan mencegah

penyebaran penyakit menular maupun tidak menular melalui air. Untuk

menanggulanginya adalah dengan cara menyediakan air dalam jumlah yang cukup

dan memenuhi kualitas kesehatan.


Dilihat dari bentuk dan tekniknya, sistem air bersih dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu :

1. Penyediaan Air Bersih Individual

Penyediaan air bersih individual adalah sistem untuk penggunaan

individu dan untuk pelayanan terbatas. Bentuk dari sistem ini pada umumnya

sangat sederhana, dimana hanya terdiri satu sumber saja, seperti sumur yang

digunakan dalam suatu rumah tangga.

2. Penyediaan Air Bersih Pada Perkotaan

Penyediaan air bersih pada perkotaan adalah suatu penyediaan air bersih

untuk perkotaan dan pelayanan yang menyeluruh untuk keperluan domestik,

seperti : minum, masak, mencuci, mandi, atau air untuk keperluan rumah tangga.

Penyediaan air bersih pada perkotaan sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk.

2.4 Distribusi Air Bersih

Perencanaan distribusi air bersih bertujuan untuk mengalirkan air

keberbagai tempat pemakaian dengan aman dan tanpa mengurangi kualitas dan

kuantitas air. Dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan jaringan

distribusi adalah mempertimbangkan keuntungan dan kerugian memilih salah satu

jenis pendistribusian dan membagi jaringan distribusi dalam zona tekanan bila

diperlukan.

2.4.1 Metode Distribusi

Metode distribusi adalah proses pendistribusian air ke konsumen dengan

berbagai tujuan tergantung dari kondisi lokal dan lainnya. Adapun metode

distribusi sebagai berikut :


1. Metode Gravitasi

Metode ini merupakan suatu proses pendistribusian air, dimana sumber

pendistribusian air berada pada tempat yang lebih tinggi dari pada daerah yang

akan dilayani sehingga pengaruh tekanannya dapat memenuhi keperluan domestic

dan kran-kran umum. Metode ini paling baik pengalirannya jika dari sumber

penyediaan air ke tempat pelayanan memungkinkan menggunakan pipa berukuran

seekonomis mungkin dan pengalirannya dengan lancer dan baik.

2. Distribusi Pompa Dengan Menggunakan Reservoar

Reservoar adalah bangunan penampung air minum dari Instalasi

Pengolahan Air (IPA) atau mata air untuk kemudian didistribusikan ke daerah

pelayanan melalui jaringan pipa distribusi.

Reservoar memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Menyeimbangkan debit produksi air dan pemakain air bersih.

b. Sebagai wadah untuk menampung air bersih.

c. Untuk menambah tekanan air pada jaringan distribusi air bersih.

d. Agar tekanan air pada jaringan pipa distribusi relatife stabil.

e. Tempat pengendapan kotoran yang mungkin masih terbawa.

Jenis-jenis reservoar berdasarkan letak sebagai berikut :

a. Ground Reservoir merupakan bak penampungan air yang terletak di bawah

permukaan tanah atau tertanam di dalam tanah.


Gambar 2.1 Ground Reservoir

b. Elevated Reservoir merupakan bak penampungan air yang terletak di atas

permukaan tanah, yaitu berada di atas menara. Dimana di dalam pengaliran

air ini menggunakan sistem gravitasi.

Gambar 2.2 Elevated Reservoir

2.4.2 Sistem Distribusi Dan Sistem Pengaliran Air Bersih

2.4.2.1 Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan

konsumen yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah


memenuhi syarat keseluruh daerah pelayanan, sistem ini meliputi unsur sistem

perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem

pemompaan dan reservoir distribusi.

Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan

pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju

tempat konsumen, seperti perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air juga

termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah

(reservoir distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai

instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran

kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah

tersedianya jumlah air yang cukup dengan tekanan yang memenuhi (kontinuitas

pelayanan), serta menjaga kemanan kualitas air yang berasal dari instalasi

pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air

bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan

faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor

yang didambakan oleh para konsumen adalah ketersediaan air setiap waktu.

Penyediaan air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem

menurut Kamala (1999) adalah sebagai berikut :

a. Continuous system (sistem pengaliran secara terus menerus)

Air minum disuplai kepada konsumen sistem pengaliran terus menerus

selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap waktu dapat

memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun.
Sedangkan kerugiannya adalah pemakaian air akan cenderung lebih boros dan bila

terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang akan hilang sangat besar.

b. Intermitten system (sistem berselang/jangka waktu)

Pada sistem ini air bersih disuplai 2 – 4 jam pada pagi hari dan 2 – 4 jam

pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan atau konsumen tidak bisa setiap

saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila

terjadi kebocoran maka air untuk Fire Fighter (pemadam kebakaran) akan sulit

didapat.

Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air

untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedangkan keutungannya

adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah

dengan sumber air yang terbatas.

2.4.2.2 Sistem Pengaliran Air Bersih

Pengaliran atau pendistribusian air minum kepada konsumen dengan

kualitas, kuantitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang

baik, reservoir, pompa dan peralatan yang lain. Metode pendistribusian air

tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen

berada. Menurut Howard, S.P., et.al (1985) sistem pengaliran yang dipakai adalah

sebagai berikut :

a. Sistem Gravitasi

Sistem pengadaan air bersih dimana dalam pengangkutan, pengolahan

pendistribusian mengalir dengan sendirinya, akibat adanya kemiringan pada

permukaan tanah. Untuk daerah perkotaan air biasanya ditampung dalam menara
air atau tong air yang berada di lantai atas bangunan sehingga dengan adanya

aliran gravitasi akan membantu melayani daerah pelayanan.

c. Sistem Pemompaan

Cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan

untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini

digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah

pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup. Proses penyediaan air

menggunakan tenaga listrik atau menggunakan alat pemompaan.

d. Sistem Gabungan

Proses penyediaan air menggunakan selain sistem aliran gravitasi juga

menggunakan sistem tenaga listrik dan pemompaan.

Gambar 2.3 Daigram Air Bersih


2.4.3 Jenis-Jenis Pipa Dan Alat Sambung

2.4.3.1 Jenis-Jenis Pipa

Dalam pemilihan jenis pipa untuk penyaluran air bersih tergantung pada

beberapa faktor antara lain :

a. Daya tahan pipa terhadap gaya luar dan gaya dalam.

b. Karakteristik tanah seperti kesamaan dan korositas.

c. Standar panjang pipa.

d. Diameter pipa, hal ini menyangkut kapasitas air yang dialirkan.

e. Kemudian dalam pelaksanaan.

Adapun jenis-jenis pipa sebagai berikut :

1. Pipa PVC

Poly Vinyl Chloride (PVC) merupakan pipa yang terbuat dari plastik dan

dengan kombinasi vinyl lainnya mempunai karakteristik pipa yang tahan lama dan

mudah perawatannya.

Pipa PVC juga tidak berkarat atau membusuk. Di samping itu, pipa PVC

ini sering digunakan dalam sistem irigasi atau perairan dan pelindung kabel. Di

Indonesia standar ukuran yang dipakai untuk sistem perairan rumah tangga atau

lainnya adalah standar JIS (Japanese Industrial Standard), sedangkan untuk

PDAM biasanya memakai Standar Nasional Indonesia (SNI).

Gambar 2.4 Pipa PVC


Keuntungan pipa PVC yaitu sebagai berikut :

a. Tidak berkarat

b. Permukaan licin

c. Elastisitas tinggi

d. Beratnya hanya 1/5 kali berat pipa galvanis

e. Tahan terhadap zat kimia

f. Mudah dibongkar

g. Dapat sebagai isolasi yang baik

Kerugian pipa PVC yaitu sebagai berikut :

a. Mudah pecah

b. Tidak tahan panas

c. Pipa yang mudah dibentuk sulit untuk diubah

2. Pipa HDPE

Pipa HDPE (High Density Polyethylene) adalah polietilena berdensitas

tinggi yaitu pipa dengan daya lentur yang tinggi pada luar dan dalam permukaan

pipa, serta dapat digunakan di daerah berbukit, rawan gempa, dan daerah rawa.

Gambar 2.5 Pipa HDPE

Kelebihan Pipa HDPE adalah sebagai berikut :

a. Tahan terhadap retak, karena Pipa HDPE terbuat minyak bumi (Polyethlene)

yang memiliki sifat ketahan retak (Crack Resistance) yang tinggi.


b. Tahan terhadap karat, karena pipa ini dari material Polyethylene yang bersifat

tidak korosif (Non Corrosive).

c. Tahan terhadap bahan kimia, karena pipa HDPE mempunyai daya tahan yang

istimewa terhadap berbagai bahan kimia, baik dalam kondisi asam maupun

basa kuat.

d. Ketahanan masa pakai, pipa HDPE memiliki daya tahan sampai dengan

kurang lebih 50 tahun lamanya.

e. Tahan terhadap segala cuaca, pipa ini memiliki ketahanan terhadap cuaca

yang ekstrim.

f. Tahan abrasi dan sedimentasi karena sifat permukaan dalam pipa HDPE yang

licin, sehingga tidak memungkinkan terjadinya abrasi dan sedimentasi.

g. Tidak beracun dan aman digunakan untuk instalasi air bersih.

h. Tahan terhadap suhu rendah karena pipa ini memiliki Brittleness Point (titik

rapuh) yang jauh di bawah 0˚ C, sehingga tidak ada masalah dalam

pemasangan atau penggunaan pada suhu rendah.

i. Pipa HDPE mempunyai bobot yang ringan, jauh melebihi pipa besi sehingga

dalam proses transportasi lebih murah.

2.4.4.2 Alat Sambung

Alat sambung (aksesoris) atau penyambungan pipa adalah keterbatasan

panjang dan pipa yang dijual di pasaran, sehingga dalam pekerjaan suatu instalasi

tidak bisa terlepas dari kegiatan penyambungan–penyambungan.


Adapun macama – macam alat sambung atau aksesoris yang digunakan

pada instalasi penyediaan air bersih yaitu sebagai berikut :

1. Tee All RR

Berfungsi untuk menyambungkan jalur pipa distribusi pada persimpangan

jalan.

2. Valve Flange

Digunakan untuk mengatur debit air pada pipa.

3. Single Air Valve

Berfungsi untuk membuang udara di dalam pipa melalui jembatan pipa.

4. Street Box

Berfungsi untuk penutup valve agar mempermudah pada saat membuka katup

dan juga digunakan sebagai titik pipa.

5. Flange Socket

Digunakan untuk menyambungkan pipa distribusi pada koneksi Tee All

Flange ke pipa distribusi.

6. Drop

Digunakan untuk menutup aliran pada ujung pipa.

7. Giboult Joint

Berfungsi untuk menyambungkan pipa exsisting ke pipa yang baru terpasang.

8. Manometer

Digunakan pada saat mengukur tekanan pipa pada pipa dengan satuan atm

barr.
9. Kran

Digunakan untuk penutupan dan pengeluaran air pada pipa.

10. Stop Kran

Berfungsi untuk mengatur aliran dan bisa juga digunakan untuk menutup

aliran pada saat perbaikan ( dipasang sebelum meteran ).

11. Reduser RR

Digunakan untuk menyambungkan pipa dari transmisi ke pipa distribusi atau

untuk menyambungkan pipa yang lebih bessr ke pipa yang lebih kecil.

12. Meteran air

Berfungsi untuk mencatat air dari permukaan yang dilakukan oleh PDAM.

13. Bend Flange 90˚

Digunakan untuk membelokkan arah aliran yang beradius besar atau 90˚.

Gambar 2.6 Jenis-Jenis Sambungan Pipa

2.5 RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan Kurva S

2.5.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

RAB adalah suatu acuan atau metode penyajian rencana biaya yang harus

dikeluarkan dari awal pekerjaan dimulai hingga pekerjaan tersebut selesai

dikerjakan. Rencana anggaran biaya harus mencakup dari keseluruhan kebutuhan

pekerjaan, baik itu biaya material atau bahan yang diperlukan, biaya alat (sewa
atau beli), upah pekerja, dan biaya lainnya yang diperlukan. Secara garis besar

RAB terdiri dari 2 komponen utama yaitu volume pekerjaan dan harga satuan

pekerjaan. Volume pekerjaan dapat diperoleh dengan cara melakukan perhitungan

dari gambar rencana yang tersedia atau berdasarkan kebutuhan real dilapangan.

Sedangkan harga satuan didapat dari analisa harga satuan dengan

mempertimbangan banyak hal, diantaranya :

1. Bahan atau material

Dalam perhitungan bahan atau material harga bahan harus sesuai dengan

kondisi di lapangan dan harus turut menghitungkan fluktuasi harga serta

kesediaan bahan atau material tersebut di pasaran. Selain itu, faktor

kehilangan material juga harus diperhitungkan mengingat hal tersebut akan

berpengaruh cukup besar pada biaya.

2. Upah tenaga kerja

Penetapan biaya tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, kondisi

tempat kerja, lama waktu kerja, dan keterampilan tenaga kerja itu sendiri.

3. Biaya peralatan

Biaya peralatan diperhitungkan tidak hanya mempertimbangkan biaya

pembelian alat atau sewa, melainkan mempertimbangkan juga dengan

mobilisasi/demobilisasi dan biaya pengeporasian selama pekerjaan

berlangsung tapi juga memperhitungkan kapasitas produksi dari peralatan

tersebut.
4. Biaya lain-lain

Biaya lain lain seperti biaya sewa kantor, biaya perjalanan, dokumentasi,

pajak, asuransi, biaya pengujian atau pengetesan, dan biaya lain yang

diperlukan selama pekerjaan berlangsung.

Rencana Anggaran Biaya memiliki fungsi utama, sebagai berikut :

1. Menetapkan jumlah total biaya pekerjaan yang menguraikan masing masing

item pekerjaan yang akan dibangun. RAB harus menguraikan jumlah semua

biaya upah kerja, material dan peralatan termasuk biaya lainnya yang

diperlukan misalnya perizinan, kantor atau gudang sementara, fasilitas

pendukung misalnya air dan listrik sementara.

2. Menetapkan daftar dan jumlah material yang dibutuhkan. Dalam RAB harus

dipastikan jumlah masing masing material disetiap komponen pekerjaan.

Jumlah material didasarkan dari volume pekerjaan, sehingga kesalahan

perhitungan volume setiap komponen pekerjaan akan mempengaruhi jumlah

material yang dibutuhkan. Daftar dan jenis material yang tertuang dalam

RAB menjadi dasar pembelian material ke Supplier.

3. Menjadi dasar untuk penunjukan/pemilihan kontraktor pelaksana.

Berdasarkan RAB yang ada, maka akan diketahui jenis dan besarnya

pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dari RAB tersebut akan kelihatan pekerja

dan kecakapan apa saja yang dibutuhkan. Berdasarkan RAB tersebut akan

diketahui apakah cukup diperlukan satu kontraktor pelaksana saja atau

apakah diperlukan untuk memberikan suatu pekerjaan kepada subkontraktor

untuk menangani pekerjaan yang dianggap perlu dengan spesialis khusus.


4. Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan akan diuraikan

dalam estiamsi biaya yang ada. Seorang estimator harus memikirkan

bagaimana pekerjaan dapat berjalan secara mulus dengan menentukan

peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut. Dari RAB juga

dapat diputuskan peralatan yang dibutuhkan apakah perlu dibeli langsung

atau hanya perlu dengan sistim sewa. Kebutuhan peralatan dispesifikasikan

berdasarkan jenis, jumlah dan lama pemakaian sehingga dapat diketahui

berapa biaya yang diperlukan.

Langkah-langkah menghitung RAB, sebagai berikut :

1. Persiapan dan pengecekan gambar kerja.

Gambar kerja adalah dasar untuk menentukan pekerjaan apa saja yang ada

dalam komponen bangunan yang akan dikerjakan. Dari gambar akan

didapatkan ukuran, bentuk dan spesifikasi pekerjaan. Pastikan gambar

mengandung semua ukuran dan spesifikasi material yang akan digunakan

untuk mempermudah perhitungan volume pekerjaan. Dalam tahap persiapan

ini perlu juga dilakukan pengecekan harga harga material dan upah yang ada

disekitar atau lokasi paling dekat dengan tempat bangunan rumah akan

dikerjakan.

2. Perhitugan volume.

Langkah awal untuk menghitung volume pekerjaan, yang perlu dilakukan

adalah mengurutkan seluruh item dan komponen pekerjaan yang akan

dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja yang ada.


3. Membuat harga satuan pekerjaan

Untuk menghitung harga satuan pekerjaan, yang perlu dipersiapkan adalah :

a. Indeks (koefisien) analisa pekerjaan

b. Harga material/bahan sesuai satuan

c. Harga upah kerja per hari termasuk mandor, kepala tukang, dan pekerja

4. Perhitungan jumlah biaya pekerjaan

Setelah didapat volume dan harga satuan pekerjaan, selanjutnya mengalikan

data keduanya sehingga didapat harga biaya pekerjaan dari masing-masing

item pekerjaan.

5. Rekapitulasi

Rekapitulasi adalah jumlah masing-masing sub item pekerjaan dan kemudian

ditotalkan sehingga didapatkan jumlah total biaya pekerjaan. Dalam

rekapitulasi ini bilamana diperlukan juga ditambahkan biaya overhead dan

biaya pajak.

2.5.2 Kurva S

Kurva S adalah suatu kurva yang disusun untuk menunjukkan hubungan

antara nilai komulatif biaya atau jam-orang (Man Hours) yang telah digunakan

atau persentase penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan demikian kurva s

dapat mengambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang

berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek.

Kurva S dapat dibuat berdasarkan bobot setiap pekerjaan dan lama waktu

yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dari tahap pertama sampai berakhirnya

proyek. Bobot pekerjaan merupakan persentase yang didapat dari perbandingan


antara harga penawaran tanpa pajak kontigensi dan keuntungan dari kontraktor

yang dikalikan dengan 100%.

Fungsi kurva “S” ini adalah :

1. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu, dengan

membandingkan bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi

dilapangan, sehingga perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak

mengganggu atau mempengaruhi waktu pekerjaan secara keseluruhan.

2. Untuk mengetahui waktu pembayaran angsuran, berdasarkan perjanjian yang

ada, untuk membayar angsuran ini harus juga diperiksa perincian volume

pekerjaan yang telah diselesaikan.

Ada dua macam bobot persen:

a. Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis

pekerjaan dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam

dokumen kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen menyatakan hubungan

antara harga kumulatif bobot persen dengan waktu.

b. Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis

pekerjaan dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat dibuat

grafik yang menyatakan hubungan antara persentase kumulatif pekerjaan

dengan waktu, dari grafik ini pula dapat diketahui persentase pekerjaan yang

harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Bobot persen yang dipakai pada proyek ini adalah sebagai berikut:

Biaya Tiap Pekerjaan


Bobot Pekerjaan = 𝑥 100 %
Biaya Total
Teknik Penyusunan Kurva S adalah sebagai berikut :

1. Proyek harus diselesaikan sesuai waktu/jadwal dan spesifikasi yang telah

direncanakan bersama.

2. Diperlukan adanya prosedur untuk menentukan dan memakai sistem

pencatatan serta mengikuti kemajuan proyek, biaya dan anggaran.

3. Perbedaan dari perkiraan semula, jalannya kemajuan dan biaya

4. Perkiraan pada waktu penyelesaian.


BAB III

DATA DAN ANALISIS

3.1 Persiapan

Sebelum melakukan suatu kegiatan, hendaknya perencana sudah

mengetahui apa yang akan dilakukan dan apa saja yang diperlukan baik berupa

data-data pendukung dan bahan referensi untuk dasar teori yang berkaitan. Dalam

pelaksanaan kegiatan perencanaan yang berlangsung secara bertahap, penulis

melakukan tahapan atau langkah sebagai berikut :

1. Studi literatur yakni mempelajari berbagai macam literatur buku atau buku

referensi yang berkaitan dengan judul yang diambil pada Tugas Akhir.

2. Mencari informasi terkait lokasi dan permasalahan yang akan diselesaikan

pada Tugas Akhir.

3. Membuat dan mengajukan berkas–berkas yang diperlukan untuk memperoleh

data yang dibutuhkan.

4. Membuat daftar data primer dan sekunder yang diperlukan.

Data primer :

a. Data jumlah konsumen, yaitu jumlah mahasiswa, staf PDD POLNEP

KH, jumlah ruangan yang menggunakan air dan data jumlah alat

plumbing.

b. Sumber air.

c. Tabel kebutuhan air bersih.

d. Data curah hujan 10 tahun terakhir.

e. Kondisi eksisting atau site plan lokasi Tugas Akhir.


f. Basic price.

Adapun kondisi eksisting gedung PDD POlNEP KH sebagai berikut :

e.1 Kondisi Ground Reservoir

Gambar 3.1 Ground Reservoir

e.2 Kondisi Reservoir Elevated

Gambar 3.2 reservoir elevated


e.3 Toilet (WC)

Gambar 3.3 WC Dosen

Gambar 3.5 WC Mahasiswa

Data sekunder :

a. Peta lokasi

b. Lokasi pemasangan jaringan pipa


3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang sangat penting dalam

penyusunan tugas akhir ini. Suatu proses perencanaan tidak akan bias

dilaksanakan apabila data yang diperlukan, baik yang pokok maupun

penunjang, tidak lengkap. Data yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan dan

penyusunan laporan Tugas Akhir ini dikelompokkan dalam dua jenis data,

yaitu:

1. Data primer adalah data lapangan yang diperoleh secara langsung pada lokasi

yang diamati. Pengamatan langsung yang dilakukan di lapangan meliputi :

a. Data jumlah konsumen, yaitu jumlah mahasiswa, staf PDD POLNEP

KH, jumlah ruangan yang menggunakan air dan data jumlah alat

plumbing.

a.1 Data jumlah mahasiswa dan staf PDD POLNEP KH.

Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa PDD POLNEP KH Pertahun

JUMLAH MAHASISWA/I
NO TAHUN
(Orang)
1 2015/2016 272
2 2016/2017 280
3 2017/2018 235
Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Pendidik Kontrak/Non PNS Pertahun
Tahun
NO Bidang Jurusan 2015 2016 2017
Tenaga Pendidik Non PNS
1 Teknik Sipil 4 7 11
2 Teknologi Budidaya Perikanan 3 9 12
Teknologi Pengolahan Hasil
3 5 9 11
Perkebunan
4 Mata Kuliah Dasar Umum 9 10 10
Jumlah Pertahun 21 35 44

Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Kependidikan Kontrak Pertahun

Tahun
NO Bidang Jurusan 2015 2016 2017
Tenaga Pendidik Non PNS
1 Tenaga Kependidikan 9 17 19
2 Teknisi 3 8 6
3 Keamanan 3 5 7
4 Kebersihan 4 5 5
Jumlah Pertahun 19 35 45

a.2 Data jumlah ruangan yang menggunakan air.

Tabel 3.4 Jumlah Ruangan Yang Menggunakan Air


No Nama Ruangan Jumlah
1 Laboratorium 3
2 Workshop 3
Jumlah Ruangan 6
a.3 Data jumlah alat plumbing

Tabel 3.5 Jumlah Alat Plumbing


No Nama Ruangan Nama Alat Jumlah
Keran 3
1 Toilet dosen Bak cuci 3
Kloset 3
Keran 10
2 Toilet mahasiswa Bak cuci 10
Kloset 10
Keran 5
Bak cuci 1
3 Laboratorium
Kloset 1
Washtafel 4
Keran 4
Washtafel 2
4 Workshop
Bak cuci 2
Kloset 2
washtafel 1
5 Dapur
Keran 1
6 Tempat wudhu keran 2

b. Sumber air.

Sumber air bersih yang digunakan pada gedung PDD POLNEP KH

pada saat ini hanya menggunakan sumber dari PDAM.


c. Tabel kebutuhan air bersih.

Adapun tabel kebutuhan air bersih sebagai berikut :

Tabel 3.6 Kebutuhan Air Bersih

Pemakaian Air
No Kategori Rata-rata Perhari Keterangan
( Liter )

Kantor 70 - 100 Tiap karyawan


1

Rumah Sakit 250 - 1000 Tiap Pasien


2

Gedung Bioskop 10 Tiap Pengunjung


3

Sekolah Dasar, SLTP 40 - 50 Tiap Siswa


4

SLTA dan Lebih Tinggi 80 Tiap Siswa


5

Laboratorium 100 - 200 Tiap Karyawan


6

Toserba 3 Tiap Pengunjung


7
80 ( Pria ) dan 100
Industri/Pabrik Tiap Orang/Shift
8 (Wanita )

Stasiun dan Terminal 3 Tiap Penumpang


9

Restoran 30 Tiap Tamu


10

Hotel 250 - 300 Tiap Tamu


11

Perkumpulan Sosial 30 Tiap Orang


12

Tempat Ibadah 10 Tiap Orang


13
Sumber : Juknis Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan
(Vol.II). 1998
d. Data curah hujan 10 tahun terakhir.

Adapun data curah hujan 10 tahun terakhir sebagai berikut :

e. Kondisi eksisting atau site plan lokasi Tugas Akhir.

f. Basic price.

Basic price terdapat pada lampiran ……

2. Data Sekunder adalah data pendukung dari data primer yang diperoleh dari

lapangan, seperti peta lokasi, dan lokasi pemasangan jaringan distribusi.

3.3 Analisa Data

3.3.1 Analisa Kebutuhan Air Bersih

Analisa kebutuhan air bersih dilakukan untuk menentukan berapa

kebutuhan air bersih yang diperlukan pada gedung PDD Politeknik Negeri

Pontianak Di Kabupaten Kapuas Hulu.

3.3.2 Analisa Penyediaan Air Berih

Berdasarkan kondisi lingkungan dan jumlah pengguna air bersih yang

cukup banyak, maka analisa penyediaan air bersih pada gedung PDD POLNEP

KH menggunakan sumber air dari PDAM dan AH.

3.3.3 Analisa Perencanaan Jaringan Distribusi

Analisa perencanaan jaringan distribusi dilakukan menggunakan metode

kombinasi yaitu metode gravitasi dan metode pompa dengan menggunakan

reservoar.
3.3.4 Analisa Perhitungan RAB Jaringan Pipa

Analisa perhitungan RAB jaringan pipa dilakukan untuk mengetahui

berapa jumlah anggaran yang telah direncanakan. Maka perlu dilakukan

perhitungan yang meliputi :

1. Perhitungan volume pekerjaan.

2. Menghitung daftar analisa harga satuan pekerjaan.

3. Menghitung jumlah harga rencana anggaran biaya.

4. Rekapitulasi daftar analisa harga satuan pekerjaan.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jumlah Konsumen.

Perhitungan pertumbuhan jiwa pada Mahasiswa dan staf PDD POLNEP

KH setiap tahunnya, yaitu :

Tahun 2015

Jumlah Mahasiswa = 272 jiwa

Jumlah Staf PDD POLNEP KH = 40 jiwa

Total = 312 jiwa

Tahun 2016

Jumlah Mahasiswa = 280 jiwa

Jumlah Staf PDD POLNEP KH = 70 jiwa

Total = 350 jiwa

Tahun 2017

Jumlah Mahasiswa = 235 jiwa

Jumlah Staf PDD POLNEP KH = 91 jiwa

Total = 326 jiwa


Hasil perhitungan petumbuhan jiwa pada Mahasiswa dan Staf PDD POLNEP KH

Tabel 4.1 Pertumbuhan Jiwa Pada Mahasiswa dan Staf PDD


POLNEP KH

Tahun Mahasiswa dan Staf Pertumbuhan


PDD POLNEP KH
2015 312 -
2016 350 + 38
2017 326 -24

Perhitungan presentanse pertambahan jiwa setiap tahunnya yaitu :

38
Tahun 2016 = x 100 % = 12,179 %
312

−24
Tahun 2017 = x 100 % = - 6,857 %
350

Rata – rata presetntase pertumbuhan jiwa

Tahun 2016 = 12,179 %

Tahun 2017 = 6,857 %

Total = 19,036 %

Rata – rata = 9,518 %

Perhitungan proyeksi 10 tahun kedepannya, yaitu :

Tabel 4.2 Total Jumlah Jiwa Pertahun

No Tahun Jumlah Jiwa Pertahun


1 2015 312 jiwa
2 2016 350 jiwa
3 2017 326 jiwa
Total 988 jiwa
Rumus Metode Aritmatika :

Pn = P0 + n.r

P0 − P t
r =
t

312−326
=
10

= -1,4

Pn = P0 + n.r

= 312 + (10 . (-1,4))

= 298 jiwa

Rumus Metode Geometrik :

Pn = P0 ( 1+ r)n

P2027 = 312 x (1 + 0,09518)10

= 774,478 ≈ 775 jiwa

Berdasarkan hasil perhitungan pertumbuhan jiwa dengan

membandingkan dua metode yaitu metode aritmatika dan geometrik yang

bertujuan untuk mendapatkan nilai pertumbuhan jiwa terbesar. Nilai pertumbuhan

jiwa terbesar akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air bersih 10 tahun

yang akan datang, yaitu nilai pertumbuhan jiwa menggunakan metode geometrik.

Adapun perhitungan kebutuhan air bersih sebagai berikut :


Diketahui :

Jumlah konsumen pada 10 tahun yang akan datang = 775 jiwa

Dari tabel kebutuhan air per orang setiap hari diambil pemakaian air sebesar 80

liter/hari per orang. Maka jumlah pemakaian air per hari per orang adalah :

Kebutuhan air bersih = Jumlah Orang x pemakaian Air Rata-rata Dalam 1 Hari

(m3/hari)

Kebutuhan air bersih = 775 x 80 = 62000 liter atau 62 m3/hari

Asumsi waktu penggunaan air (efektif) yaitu dari pukul 06.00 – 22.00 = 16 jam

Asumsi waktu tidak menggunakan air (tidak efektif) yaitu dari pukul 22.00 –

06.00 = 8 jam

Asumsi total air yang dikeluarkan perjam = 10 ℓ /menit x 60 menit = 600 ℓ/jam

Jadi total air yang dikeluarkan dalam 16 jam = 16 jam x 600 ℓ /jam = 9600 ℓ/jam.

4.2 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jumlah Alat

Plumbing.

1. Toilet Dosen

Diketahui :

Jumlah pemakaian air satu kali penggunaan =

Jumlah alat plumbing :

Keran = 3 buah

Bak cuci = 3 buah


Kloset = 3 buah

2. Toilet Mahasiswa

Diketahui :

Jumlah pemakaian air satu kali penggunaan =

Jumlah alat plumbing :

Keran = 10 buah

Bak cuci = 10 buah

Kloset = 10 buah

3. Laboratorium

Diketahui :

Jumlah pemakaian air satu kali penggunaan =

Jumlah alat plumbing :

Keran = 5 buah

Bak cuci = 1 buah

Kloset = 1 buah

Washtafel = 4 buah

4. Workshop

Diketahui :

Jumlah pemakaian air satu kali penggunaan =

Jumlah alat plumbing :

Keran = 4 buah

Bak cuci = 2 buah

Kloset = 2 buah
Washtafel = 2 buah

5. Dapur

Diketahui :

Jumlah pemakaian air satu kali penggunaan =

Jumlah alat plumbing :

Keran = 1 buah

Washtafel = 1 buah

6. Tempat Wudhu

Diketahui :

Jumlah pemakaian air satu kali penggunaan =

Jumlah alat plumbing :

Keran = 2 buah

Anda mungkin juga menyukai