Anda di halaman 1dari 44

PEMBAHASAN

A. Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus,
sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I
Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila). Hal ini untuk menghindari adanya persaingan
bebas. Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan rakyat luas.
Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan , tetapi demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera.
Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas dan monopoli yang
berakibat pada penderitaan manusia dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya. Negara
kita melangsungkan ekonomi berasas kekeluargaan.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila. Sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem
Ekonomi Indonesia. Dengan demikian menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem
Ekonomi Pancasila.
Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistis
yang mendasarkan kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan demi kesejahteraan atas kekeluargaan
seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi mendasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu
adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena
itu harus didasarkan pada kemanusiaan yaitu demi mensejahterakan manusia, ekonomi untuk
kesejahteraan menusia sehingga kita harus kenghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang
hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainya yang menimbulkan perderitaan
pada manusia.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesar-besar
kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional yang
lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru yang
telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program konkret
pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan
keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan
mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis,
transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang

demokratis berperan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi


warga atau meningkatkan kepastian hukum.
Selain itu, sistem hubungan kelembagaan demokratis harus kita perbaiki supaya tidak ada
peluang bagi tumbuh kembangnya kolusi antara penguasa politik dengan pengusaha, bahkan
antara birokrat dengan pengusaha. Bangsa sebagai unsur pokok serta subjek dalam negara yang
merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia individu makhluk sosial adalah sebagai satu
keluarga bangsa. Oleh karena itu perubahan dan pengembangan ekonomi harus diletakkan pada
peningkatan harkat martabat serta kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu keluarga.
Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Oleh
karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi
yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar
pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi
Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan
ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan
bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan
kesengsaraan warga negara. Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada
pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan
Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar
kemakmuran/kesejahteraan rakyatyang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru
yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi Kerakyatan
akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi
daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan
pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan
daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan
memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan
kepastian hukum.

B. Sistem Ekonomi Pancasila


Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan dibangun dari
nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam SEP
tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme ekonomi, demokrasi
ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.
Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas dasar faham liberal dengan
mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar (Mubyarto, 2002: 68), SEP juga

dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, yang bisa berasal dari
nlai-nilai agama, kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma, yang membentuk perilaku
ekonomi masyarakat Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan bahwa : Dalam Demokrasi
Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:

Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa
lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan
structural ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.

Sistem etatisme dalam arti bahwa negara berserta aparatus ekonomi negara bersifat
dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor
negara.

Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan cita-cita keadilan
sosial. (GBHN 1993).
Seorang pakar senior lain mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari sistem ekonomi
Pancasila yaitu : (Mubyarto, 1981).
1. Pengembangan koperasi penggunaan insentif sosial dan moral.
2. Komitmen pada upaya pemerataan.
3. Kebijakan ekonomi nasionalis
4. Keseimbangan antara perencanaan terpusat
5. Pelaksanaan secara terdesentralisasi

C. Ciri-ciri ekonomi pancasila


1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Contoh hajad hidup
orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain
sebagainya.
2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan peranan pihak swasta
yang posisinya penting namun tidak mendominasi. Sehingga tidak terjadi kondisi sistem
ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta
hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling mendukung.
3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi dilakukan oleh semua untuk
semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.
4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas kekeluargaan
antar sesama manusia.

D. Perbandingan ekonomi pancasila dengan ekonomi lainnya


Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya
menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi demikian
juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan
individu.

Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka
pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi
pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi.
Ekonomi Sosial adalah sumber daya ekonomi atau faktor produksi diklaim sebagai milik
Negara. Sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya direncanakan, dilaksanakan, dan
diawasi oleh pemerintah secara terpusat. Sistem ini lebih menekankan pada kebersamaan
masyarakat dalam menjalankan dan memajukan perkonomian. Imbalan yang diterimakan pada
orang perorangan didasarkan pada kebutuhannya, bukan berdasarkan jasa yang dicurahkan
Ekonomi Liberal ialah sebuah sistem dimana adanya kebebasam baik untuk produsen maupun
konsumen untuk berusaha yang didalamnya tidak ada campur tangan pemerintah untuk
mempengaruhi mekanisme pasar, jadi semua mekanisme pengatusran harga diserahkan ke pasar
(tergantung mekanisme supply dan demand).
http://romancesad.blogspot.co.id/2013/09/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan.html

Bahan 2
Makalah Ekonomi Pangan dan Gizi
Ekonomi Pangan dan Gizi
Makalah Konsep Ekonomi Pangan dan Gizi

1
BAB IPENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas
sumberdayamanusia. Penentu gizi yang baik terdapat pada jenis pangan
yang baik pula yangdisesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Jenis pangan yang
baik harus mempunyaiketahanan pangan dan keamanan pangan yang baik.
Ketahanan pangan (foodsecurity) ini harus mencakup aksesibilitas,
ketersediaan, keamanan dankesinambungan. Aksesibilitas di sini artinya
setiap rumah tangga mampumemenuhi kecukupan pangan keluarga dengan
gizi yang sehat. Ketersediaanpangan adalah rata-rata pangan dalam jumlah
yang memenuhi kebutuhankonsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga.
Sedangkan keamanan pangan(food safety) dititikberatkan pada kualitas
pangan yang memenuhi kebutuhangizi.Ketahanan pangan merupakan basis
ketahanan ekonomi dan ketahanannasional secara berkesinambungan.
Namun. di Indonesia ketahanan pangan inibelum bisa terpenuhi secara
optimal karena banyak masyarakat yang terkendaladengan kemiskinan.
Kemiskinan ini yang mengakibatkan timbulnya penyakit giziseperti busung
lapar, kwashiorkor, dll.Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan

ekonomi sebagaidampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua
sisi, pertama

Ekonomi Pangan dan Gizi


Makalah Konsep Ekonomi Pangan dan Gizi

2berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan di sisi


lainakan meningkatkan produktivitas.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Ekonomi, Pangan dan Gizi2.
Untuk mengetahui Konsep Pangan dan Gizi3.
Untuk mengetahui Ruang Lingkup Ilmu Gizi4.
Untuk mengetahui Klasifikasi pangan dan Gizi5.
Untuk mengetahui Ekonomi Pangan dan Gizi dari Sisi Kesehatan
BAB II URAIAN MATERI
A.
Pengertian Ekonomi, Pangan dan GiziPengertian Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu social yang mempelajari
aktivitasmanusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran,
dankonsumsi barang dan jasa. Istilah Ekonomi sendiri berasal dari bahasa
yunaniyaitu oikos=keluarga atau rumah tangga, nomos=peraturan atau
hukum.Ilmu Ekonomi adalah ilmu mempelajari perilaku individu dan
masyarakatdalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya
yang langkadengan atau tanpa uang dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Pengertian pangan
Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan makanan yang
dapatdijadikan makanan.Makanan adalah bahan selain obat yang
mengandung zat-zat gizi danunsur-unsur ikatan kimia yang dapat diubah
menjadi zat gizi oleh tubuh, yangberguna bila dimasukkan kedalam tubuh.
Pengertian Gizi
Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan.
Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian
orangmenterjemahkan kata gizi dari bahasa Inggris
nutrition

menjadi nutrisi. Namunyang resmi, baik dalam dokumen maupun aturan


pemerintah digunakan kata

Ekonomi Pangan dan Gizi


Makalah Konsep Ekonomi Pangan dan Gizi

4gizi. Berdasarkan kamus umum bahasa Indonesia Badudu-Zain, nutrisi


lebihmengacu pada makanan ternak.WHO mengartikan ilmu gizi sebagai
ilmu yang mempelajari proses yangterjadi pada organisme hidup. Proses
tersebut mencakup pengambilan danpengolahan zat padat dan cair dari
makanan (prose pencernaan, transport danekskresi) yang dipergunakan
untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan,berfungsinya organ tubuh dan
menghasilkan energi.
Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untukmelakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
Pengertian Ekonomi Pangan dan Gizi
Ekonomi Pangan dan Gizi adalah Ilmu yang mempelajari bagaimanamenyeimbangkan
kebutuhan manusia yang tidak terbatas akan zat gizi karenapertambahan penduduk
dengan jumlah bahan yang dijadikan makanan /yangmenghasilkan zat gizi itu

Ekonomi Pangan dan Gizi dari Sisi Kesehatan


Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 menyatakan bahwakesehatan
adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yangmemungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Padabatasan ini kesehatan mencakup
empat aspek yaitu fisik (badan), mental (jiwa),sosial dan ekonomi. Keempat aspek
kesehatan itu saling mempengaruhi dalammewujudkan tingkat kesehatan pada
seseorang, kelompok atau masyarakat.

Ekonomi Pangan dan Gizi


Makalah Konsep Ekonomi Pangan dan Gizi

9
BAB IIIPENUTUP A.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Pangan dan Gizi merupakan ilmu
yangmempelajari upaya manusia dalam masyarakat utk memenuhi pangan & gizi

dgnsumberdaya yg terbatas serta mempelajari peranan pangan & gizi


dlmpembangunan ekonomi.
http://www.academia.edu/9241253/Makalah_Ekonomi_Pangan_dan_Gizi

bahan 3
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

1 Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 serta meletakkan prinsip-prinsip dasar yang harus dipedomani dalam
menjalankan roda perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 UUD 1945,
sebagai dasar untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui
peranan dan keberpihakan negara dalam meningkatkan taraf hidup rakyat. Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah merupakan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan
pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan
dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan
mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah salah satu
pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,
perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada
kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha
Milik Negara yang tertuang dalam undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang No.20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UU UMKM).

Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth);
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan
ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang
dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan
produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input
pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen
penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.
Pembangunan sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwapembangunan merupakan suatu tahap
yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir,
tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan
pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk
menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu
negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan
peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk

berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan
perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita
dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita
harus mengalami kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam
ataupun kekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian negara tersebutmengalami
kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara
tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.

Pembahasan
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi

dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di
Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif
bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau
persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok
ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi nasional
harus juga berarti pembangunan sistem ekonomi yang kita anggap paling cocok bagi bangsa
Indonesia. Dalam penyusunan sistem ekonomi nasional yang tangguh untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, sudah semestinya Pancasila sebagai landasan filosofisnya.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis
tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.


Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat
dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.
Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem
ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan kemanusiaan (
sila II Pancasila). Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dam humanistis akan
menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai
hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang
hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan individu.
Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Oleh
karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi
yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar
pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi
Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan
bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan,
penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem
Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi
Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar
kemakmuran/kesejahteraan rakyatyang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru
yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi Kerakyatan
akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi
daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan
pembangunan daerah.
Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat
dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi
Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan pematuhan
peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum.
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di indonesia dapat diwujudkan melalui peningkatan
investasi dan perluasan pasar. Penguatan peran pendidikan dalam upaya peningkatan akhlak
mulia dan pembangunan karakter bangsa mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam
rangka hubungan pancasila dengan pembangunan ekonomi nasional

https://www.scribd.com/doc/2139908
72/Hubungan-Pancasila-DenganPembangunan-EkonomiNasional#scribd

bahan 4
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan pembangunan
ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus
mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II
Pancasila). Sistem ekonomi yang mendasarkan
pada moralitas dam humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan.
Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk
pribadi maupun makhluk tuhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem
ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain.
Sistem ekonomi demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak
mengakui kepemilikan individu. Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia
sebagai subjek. Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan
pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan
kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral
kemanusiaan. Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk
persaingan bebas, monopoli dan bentuk
lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan
warga negara.

http://www.gudangmateri.com/2010/09/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan.html

bahan 5
PENGERTIAN EKONOMI PANGAN GIZI DAN SEJARAHNYA Tantangan utama dalam
pembangunan suatu bangsa adalah membangun sumber daya manusia yang
bekualitas yang sehat, cerdas, dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia
yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) belum menunjukkan hasil
yang menggembirakan dalam tiga dasawarsa terakhir. Pada tahun 2003, IPM
Indonesia masih rendah yaitu berada pada peringkat 112 dari 174 negara, lebih
rendah dari negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini sangat dipengaruhi oleh
rendahnya status gizi dan status kesehatan penduduk, hal ini antara lain terlihat
dari masih tingginya angka kematian bayi sebesar 35 per seribu kelahiran hidup
dan angka kematian balita sebesar 58 per seribu kelahiran hidup serta angka
kematian ibu 307 per seratus ribu kelahiran hidup. Lebih dari separuh kematian bayi
dan anak balita disebabkan oleh buruknya status gizi anak balita. Kemiskinan dan
kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait, oleh karena itu

meningkatkan status gizi suatu masyarakat erat kaitannya dengan upaya


peningkatan ekonomi. Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan
ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua sisi,
pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan di sisi
lain akan meningkatkan produktivitas. Pengetian Ekonomi Pangan Gizi Ekonomi
merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan
jasa. Istilah Ekonomi sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu oikos=keluarga atau
rumah tangga, nomos=peraturan atau hukum. Ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari segala prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
tujuan memperoleh falah (kedamaian & kesejahteraan dunia-akhirat). (menurut
Islam) Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih
dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian
menyebabkan timbulnya kelangkaan. Dapat disimpulkan, Ilmu Ekonomi adalah
ilmu mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan
untuk menggunakan sumber daya yang langka dengan atau tanpa uang dalam
meningkatkan kualitas hidupnya. Pengertian pangan,makanan & zat gizi Pangan
adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan. Makanan
adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur /
ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh , yang berguna bila
dimasukkan ke dalam tubuh. Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,
membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
simpulan Ekonomi Pangan Gizi Ilmu yang mempelajari bagaimana
menyeimbangkan kebutuhan manusia yang tidak terbatas akan zat gizi karena
pertambahan penduduk dengan jumlah bahan yang dijadikan makanan /yang
menghasilkan zat gizi itu. Sejarah perkembangan gizi Beberapa penelitian yang
menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada sejak dulu, antara lain: Penelitian tentang
Pernafasan dan Kalorimetri Pertama dipelajari oleh Antoine Lavoisier (1743-1794).
Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang
meliputi proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri. Kemudian berkembang hingga
awal abad 20, adanya penelitian tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan
makanan pokok. Penemuan Mineral Sejak lama mineral telah diketahui dalam
tulang dan gigi. Pada tahun 1808 ditemukan kalsium. Tahun 1808, Boussingault
menemukan zat besi sebagai zat esensial. Ringer (1885) dan Locke (1990),
menemukan cairan tubuh perlu konsentrasi elektrolit tertentu. Awal abad 20,
penelitian Loeb tentang pengaruh konsentrasi garam natrium, kalium dan kalsium
klorida terhadap jaringan hidup. Penemuan Vitamin Awal abad 20, vitamin sudah
dikenal. Sejak tahun 1887-1905 muncul penelitian-penelitian dengan makanan yang
dimurnikan dan makanan utuh. Dengan hasil: ditemukan suatu zat aktif dalam
makanan yang tidak tergolong zat gizi utama dan berperan dalam pencegahan
penyakit (Scurvy dan Rickets). Pada tahun 1912, Funk mengusulkan memberi nama

vitamine untuk zat tersebut. Tahun 1920, vitamin diganti menjadi vitamine dan
diakui sebagai zat esensial. Penelitian Tingkat Molekular dan Selular Penelitian
ini dimulai tahun 1955, dan diperoleh pengertian tentang struktur sel yang rumit
serta peranan kompleks dan vital zat gizi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan
sel-sel. Setelah tahun 1960, penelitian bergeser dari zat-zat gizi esensial ke inter
relationship antara zat-zat gizi, peranan biologik spesifik, penetapan kebutuhan zat
gizi manusia dan pengolahan makanan thdp kandungan zat gizi. Keadaan
Sekarang Muncul konsep-konsep baru antara lain: pengaruh keturunan terhadap
kebutuhan gizi; pengaruh gizi terhadap perkembangan otak dan perilaku,
kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi.
Pada bidang teknologi pangan ditemukan : cara mengolah makanan bergizi,
fortifikasi bahan pangan dengan zat-zat gizi esensial, pemanfaatan sifat struktural
bahan pangan, dsb. FAO dan WHO mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturan food
labeling dan batas keracunan). Ruang Lingkup Ilmu Gizi Ruang lingkup cukup luas,
dimulai dari cara produksi pangan, perubahan pascapanen (penyediaan pangan,
distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan serta cara pemanfaatan
makanan oleh tubuh yang sehat dan sakit). Ilmu gizi berkaitan dengan ilmu
agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular
dan kedokteran. Pangan Ketahanan pangan menjadi prioritas dalam
pembangunan nasional. 3 alasan yang melandasi pentingnya ketahanan pangan
di suatu negara (Suryana, 2004) 1. akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi
setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak asasi manusia. 2. konsumsi
pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas. 3. ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan
ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara yang berdaulat. Fokus
program aksi pemantapan ketahanan pangan diarahkan pada kegiatan-kegiatan,
seperti percepatan diversifikasi pangan, penanganan kerawanan pangan,
pengembangan lumbung pangan/tunda jual, peningkatan keamanan pangan, dan
peningkatan kemampuan daerah, (BBKP, 2004). Lima prinsip konsep kebijakan
harga beras menurut Saleh Afif dan Leon Mears, yaitu: a. perlu ada harga dasar
yang cukup merangsang produksi; b. perlu ada harga tertinggi yang melindungi
konsumen; c. perlu ada selisih yang memadai antara harga dasar dan harga
tertinggi untuk merangsang perdagangan oleh swasta; d. perlu adanya relasi harga
antara daerah, perlu isolasi harga terhadap pasaran dunia dengan fluktuasi yang
lebar; e. disarankan pula adanya stok penyangga (buffer stock) yang dikuasai
pemerintah. Secara teoritis ada berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi masalah gizi, strategi tersebut adalah: a. peningkatan ketersediaan
pangan; b. perbaikan ekonomi; c. perbaikan pendidikan; d. perbaikan konsumsi
pangan; e. perbaikan keadaan kesehatan. Masalah pangan Indonesia Dengan
pertumbuhan penduduk 1,49 % per tahun, Indonesia harns rnampu menyediakan
pangan untuk 210 juta penduduknya saat ini dan pertambahan setidaknya 3 juta
konsumen baru setiap tahun. Pada saat yang sama sekitar 100.000 hektar lahan
pertanian umurnnya pangan terkonversi setiap tahunnya untuk berbagai
kepentingan non-pertanian. Juga telah sernakin seriusnya penurunan kesediaan air

Fenomena globalisasi yang mempengaruhi kondisi keaneka-ragaman pangan


Indonesia: Indonesia dengan jumlah konsumen yang besar merupakan pasar yang
sangat menarik bagi produsen pangan dunia. Dengan dorongan bagi terbukanya
pasar domestik Indonesia menyebabkan berbagai produk dipasarkan ke Indonesia,
yang walaupun juga mendorong penganeka-ragaman pola pangan, tetapi
dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah baru dalam ketahanan pangan Kondisi
tersebut juga dikhawatirkan akan menciptakan playing field yang tidak seimbang
antara pelaku bisnis pangan domestik dan MNC. Dalam 5 tahun pasar beras dunia
menunjukkan trend penurunan harga. Hal ini menyebabkan masuknya beras impor
ke pasar Indonesia legal maupun ilegal dengan harga relatif murah. Walaupun hal
ini memungkinkan lebih tersedianya "pangan murah" bagi penduduk miskin, namun
hal ini dapat sangat serius mempengaruhi ketahanan pangan jangka panjang. Beras
impor murah akan (1) menimbulkan ketergantungan terhadap beras semakin tinggi
dan mengurangi insentif untuk menganeka- ragamkan sumber karbohidrat, dan (2)
menjadi disinsentif bagi petani untuk menanam beras sehingga dapat menimbulkan
ketergantungan terhadap beras impor. Perusahaan-perusahaan industri pangan di
Indonesia sebagian besar telah dimiliki oleh perusahaan multinasional. Hal tersebut
akan menyebabkan pengambilan keputusan industri menjadi tergantung pada
kepentingan perusahaan induknya. Hal ini dapat menjadi kendala bagi
pengembangan 'industrialisasi pangan alternatif . Globalisasi dapat mengurangi
keleluasaan pemerintah Indonesia dalam memformulasi dan menerapkan kebijakan
dibidang pangan akibat keterkaitannya dengan kepentingan beberapa lembaga
internasional seperti Bank Dunia dan IMF. Globalisasi juga membawa pengaruh
budaya pangan baru: mie, fast food, dll. Namun sebagian besar pola pangan baru
tersebut berbasis bahan baku yang harus impor dan kurang menyerap potensi alam
Indonesia. Daftar Pustaka Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2001. Supariasa, dkk. 2002.Penilaian Status Gizi. EGC.: Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/31765954/Gizi-KesMas Krisnamurthi, Bayu . 2003.
Ketahanan Pangan Dalam http : ekonomi rakyat.org Gizi dalam http:
emmapikz.blog

https://kuliahpangan77.files.wordpress.c
om/2014/03/pangan-dan-ekonomi.pdf
bahan 6
Ekonomi Pancasila, Karakter Ekonomi Indonesia!
Oleh Ridwan Nanda Mulyana, Mahasiswa Jurusan Sejarah FIB UndipSenin, 22 Februari 2016 14:23
WIB | Dibaca 23 kali

HARUS secara dewasa diakui bahwa ekonomi Indonesia belum sepenuhnya mandiri.
Ekonomi Indonesia hingga hampir 71 tahun merdeka ini masih saja bergantung pada investasi dan
modal asing. Lebih parah lagi, ekonomi Indonesia tak jarang dilanda krisis karena kita dipaksa
tunduk oleh kebijakan ekonomi global, atau negara-negara superpower, seperti Amerika dan
Tiongkok.
Dalam sistem ekonomi global yang berpedoman pada sistem ekonomi pasar (ekonomi
liberalis-kapitalis), kondisi perekonomian suatu kawasan atau negara memang tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh suatu kawasan atau negara lainnya.Inilah globalisasi ekonomi, dimana
berbagai institusi dan agen dalam ekonomi saling terkait dan saling mempengaruhi. Meski
sayangnya, kondisi ini lebih terlihat sebagai dominasi (pendiktean) negara-negara dan koorporasi
bermodal kuat, serta lembaga moneter dunia atasnegara-negara yang dikatakan sedang
berkembang, termasuk Indonesia.
Kondisi ini menjadikan ketidakseimbangan dalam lingkup global, yang pada akhirnya,
negara-negara berkembang hanya memiliki daya tawar dan daya tahan perekonomian yang lemah,
lalu hanya bisa bergantung (mudah dikendalikan) oleh kondisi dan kebijakan ekonomiglobal.
Hal tersebut kemudian diperparah oleh faktor internal seperti korupsi, masalah etos kerja,
ketidak-efisienan, kegaduhan politik, birokrasi yang berbelit serta tingkat kemajuan dan penguasaan
teknologi. Dan dalam kasus Indonesia, menurut hemat penulis, akar masalah dari
ketidakstabilanekonomi yang rentan menimpa negeri ini ialah belum mampunya kita untuk
menerapkan demokrasi ekonomi Indonesia (ekonomi Pancasila) seperti apa yang telah dirancang
dan dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Parahnya, kita malah semakin terlihat meninggalkan
karakter pembangunan (ekonomi) nasional, lalu kemudian beralih ke karakter ekonomiala Barat.
Tiga Jurus
Salah satu pemimpin dan negarawan pendiri bangsa yang banyak mengeluarkan konsep
tentang perekonomian nasional adalah Moh. Hatta. Salah satu konsep pemikiran Bung Hatta
tentang perekonomian bangsa tertuang dalam Tiga Jurus Hattanomics, seperti yang diungkap

oleh Dwi Setyo Irawanto, bahwa pengisapan dan ketimpangan kemakmuran yang terjadi di
Indonesia antara lain karena semangat kapitalisme yang terlampau besar dalam pembangunan
nasional.
Menurut Bung Hatta, persoalan tersebut bisa dibendung dengan tiga jurus, yakni:
penguasaan aset oleh negara, kontrol terhadap usaha swasta, dan tumbuhnya perekonomian rakyat
yang mandiri. Dalam poin terakhir, Hatta menganjurkan koperasi sebagai motor perekonomian yang
dapat membebaskan rakyat dan negara dari belenggu kapitalisme.
Bagi Hatta, koperasi merupakan kumpulan orang, bukan kumpulan setoran modal seperti
perusahaan. Keputusan bisnis, bahkan pembagian keuntungan, dihitung berdasarkan hasil
musyawarah anggota, bukan dari besar-kecilnya saham. Hal ini mencerminkan semangat demokrasi
dalam ekonomi. Inilah yang dapat menjadi poin dari demokrasi ekonomi Indonesia, yang tentu saja
berdasar pada nilai-nilai dasar bangsa, yang juga tertuang dalam Pancasila. Bung Hatta memang
merupakan salah seorang negarawan yang paling gigih memperjuangkan konsep Ekonomi
Pancasila, yang memang sesuai untuk sistem nilai masyarakat Indonesia.
Lebih lanjut, mengenai ekonomi Pancasila ini, penting kiranya untuk melihat pemikiran Prof.
Sri-Edi Swasono yang telah membandingkan antara karakter ekonomi ala Barat dengan karakter
ekonomi ala Indonesia, yang seharusnya kita hidupkan dalam kehidupan perkonomian kita. Prof.
Sri-Edi menyebutkan bahwa di dalam liberalisme ekonomi Barat, tidak berlaku partisipasi dan
emansipasi ekonomi. Hal ini sesuai dengan ideologi liberalisme dan individualisme yang
memposisikan manusia sebagai homo economicus, yang pada kenyataannya dapat diartikan
sebagai manusia yang rakus, soliter dan mengejar kepentingan ekonomi pribadinya, terus mencari
keuntungan dan kepuasan maksimal, sekaligus menempatkan modal (capital) sebagai aset
utamanya dalam mencapai kepentingan pribadinya itu.
Sebaliknya, di dalam demokrasi ekonomi Indonesia, sebagaimana yang tertera dalam
konstitusi (Pasal 33 UUD 1945) jelas berseberangan dengan sistem ekonomi liberalisme ala Barat
yang berporos pada kepentingan individualistik dan kapitalistik. Demokrasi ekonomi Indonesia yang
berlandaskan atas Pancasila ini pada pokoknya berdasarkan atas asas kebersamaan-kekeluargaan
(mutualisme-brotherhood), kerjasama (koperasi), mengutamakan manusia dan daulat rakyat, serta
berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan sosial.
Jika ekonomi ala liberalisme/kapitalisme menekankan manusia sebagai homo economicus,
maka ekonomi Pancasila menempatkan manusia sebagai homo humanus, homo socius, bahkan
homo religious. Ekonomi Pancasila ini bukan menekankan modal (capital centered), melainkan
mengutamakan manusia (people centered, people based). Ekonomi Pancasila menekankan pada
demokrasi ekonomi (partisipasi-emansipasi ekonomi, grass-roots economy), bukan eksploitasi
ekonomi.

Kita tentu sama-sama merasakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih
jauh dari berdikari (baca: mandiri). Ekonomi kita masih sangat bergantung (didikte) oleh kekuatan,
bahkan kepentingan asing. Pelambatan atau ketidakstabilan ekonomi yang menimpa kita sekitar
pertengahan hingga akhir tahun lalu dapat kita lihat sebagai bukti yang nyata. Kita bisa melihat
bagaimana rupiah (Rp) sebagai mata uang negara(simbol kedaulatan negara di bidang ekonomi dan
moneter) dengan mudah diombang-ambingkan oleh keadaan ekonomi negara lain.Kita tentu masih
ingat, hanya dengan rencana menaikkanatau menurunkan suku bunga dari Bank Sentral Amerika
Serikat (The Fed) saja sudah mampu membuat ekonomi negara ini pontang-panting.
Pada titik ini, negara (terutama eksekutif dan legislatif) hendaknya perlu mengevaluasi diri,
belajar dari sejarah dan berbagai permasalahan ekonomi yang (rutin) menimpa negara ini, hingga
pada akhirnya mauuntuk berproses meninggalkan corak ekonomi liberalis-kapitalis, yang nyatanya
tidak mampu membawa bangsa ini keluar dari jurang kemiskinan, ketertinggalan dan kesenjangan.
Memperbaiki kesadaran dan komitmen kita untuk kembali pada jati diri pembangunan
ekonomi bangsa, yakni ekonomi Pancasila adalah muara yang ideal untuk dicapai. Karena sistem
ekonomi inilah yang diharapkan oleh para pendiri bangsa, yang dapat membangun Indonesia
seutuhnya, dengan mengoptimalkan tidak hanya modal materi (uang), melainkan juga modal sosial,
berupa budaya kerja sama (gotong royong) dan kerja keras. Suatu budaya yang memanusiakan
manusia demi kepentingan bersama, bukan deminafsu ketamakan diri dan kolega sendiri saja. (**)

http://www.radarbangka.co.id/rubrik/detail/per
sepktif/13256/ekonomi-pancasila-karakterekonomi-indonesia.html
bahan 7
13 Permasalahan Ekonomi di Indonesia
(Merupakan bagian dari materi lengkap tentang Ekonomi Mikro, Ekonomi
Makro, dan Kebijakan Ekonomi)
Permasalahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dapat memperlambat laju
pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia permasalahan ekonomi dapat menghambat
terwujudnya dan kesejahteraan masyarakat. Beberapa permasalahan ekonomi
Indonesia sebagai berikut.
1. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi yang dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui tingkat produksi barang dan jasa yang
dapat dihasilkan selama satu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi negara

berkembang seperti Indonesia sering terkendala masalah modal dan investasi.


Indonesia masih bergantung pada modal dari investasi pihak asing untuk
menunjang kegiatan ekonominya.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak dunia.
Kenaikan harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah.
Kelangkaan disebabkan menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi
minyak. Kenaikan harga minyak menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik.
Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi berkurang dan terjadi penurunan kegiatan
ekonomi masyarakat.
2. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan sebagai akibat berkurangnya pendapatan
masyarakat secara riil. Masyarakat mengalami penurunan daya beli barang-barang
kebutuhan pokok secara umum. Akibatnya, masyarakat tidak dapat hidup secara
layak sehingga taraf hidupnya menurun.
Berdasarkan data BPS bulan Maret 2012 jumlah penduduk yang berada dalam garis
kemiskinan berjumlah sekitar 29,13 juta orang (11,96%). Jumlah ini berkurang
sebanyak 0,89 juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya
angka kemiskinan ditunjang adanya penurunan harga komoditas makanan sedikit
lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.
3. Pengangguran
Secara umum pengangguran diartikan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
Pengangguran merupakan rantai masalah yang dapat menimbulkan beberapa
permasalahan pada suatu negara. Pengangguran disebabkan jumlah angkatan kerja
yang tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja/kesempatan kerja. Akibatnya,
banyak angkatan kerja yang tidak dapat terserap dalam lapangan pekerjaan
sehingga menimbulkan pengangguran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja di Indonesia tahun
2012 mencapai 120,4 juta jiwa. Sementara itu, jumlah pengangguran pada bulan
Februari 2012 sebanyak 7,61 juta jiwa turun dari tahun sebelumnya sebanyak 7,7
juta jiwa. Hal ini diharapkan sebagai indikasi yang baik mengenai perbaikan
keadaan ketenagakerjaan di Indonesia. Untuk mencapai harapan tersebut,
pemerintah perlu mengusahakan kebijakan di bidang ketenagakerjaan, misalnya
perbaikan kualitas tenaga kerja / sumber daya manusia, menciptakan lapangan
pekerjaan, mendorong tumbuhnya investasi dan modal, menyediakan informasi
lapangan pekerjaan, serta memberikan pelatihan dan keterampilan bagi tenaga
kerja.

4. Kesenjangan Penghasilan
Penghasilan digunakan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.
Dalam masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam masyarakat
terdapat kelompok masyarkat dengan penghasilan tinggi dan kelompok masyarakat
dengan penghasilan rendah. Masyarakat yang memiliki penghasilan tinggi mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan primer, sekunder, hingga
tersier. Sementara itu, kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan rendah
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun kebutuhan yang paling
dasar.
Perbedaan kelompok masyarakat dengan penghasilan tertentu menimbulkan
permasalahan kesenjangan penghasilan. Oleh karena itu, diperlukan peran
pemerintah dalam memeratakan penyaluran distribusi pendapatan. Hal ini
dilakukan untuk meratakan kemampuan masyarakat dalam menikmati hasil
pembangunan. Selain itu, upaya pemerintah dalam meratakan penghasilan
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan dan kecemburan sosial masyarakat.
5. Inflasi
Berdasarkan data BPS, inflasi Indonesia pada tahun 2011 sebesar 3,79%. Inflasi
yang terjadi di Indonesia disebabkan tingginya permintaan agregat, sementara
permintaan barang dan jasa tidak diimbangi dengan kemampuan produksi dan
kenaikan biaya produksi. Inflasi ditandai oleh kenaikan harga barang dan jasa
secara keseluruhan. Hal ini akan menimbulkan penurunan daya beli masyarakat
terhadap barang dan jasa. Inflasi berdampak pada lesunya kegiatan perekonomian,
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, melemahnya nilai
rupiah, dan ketidakstabilan perekonomian negara. Berdasarkan sumbernya inflasi
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi tarikan permintaan dan inflasi
dorongan biaya.

6. Hutang Luar Negeri


Indonesia memiliki hutang luar negeri yang sangat banyak yakni lebih dari USD 100
miliar. Setiap kementerian mempunyai hutang. Indonesia adalah negara dengan
hutang luar negeri terbesar ke-3 di dunia setelah Brazil dan Meksiko. Hutang yang
terus menumpuk tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah
perekonomian seperti nilai mata uang Rupiah yang terus menurun.
7. Defisit Anggaran
APBN Indonesia selalu mengalami defisit. Defisit adalah saat ketika anggaran
belanja lebih tinggi dari anggaran pendapatan. Itulah salah satu alasan kenapa
hutang negara kita terus menumpuk. Penyebab utamanya adalah korupsi, perilaku
pemerintah yang sangat boros anggaran, dan subsidi yang tidak tepat sasaran.

8. Ketidakmampuan Industrial
Industri di Indonesia kebanyakan hanya merakit barang saja. Kalaupun ada industri
besar, industri tersebut pasti milik asing. Perindustrian masih sangat bergantung
pada ekonomi, bahan baku, dan teknologi asing. Padahal kita memiliki sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang sangat besar. Namun karena kita tidak dapat
mengelolanya dengan baik, maka kita harus meminta bantuan asing. Akibatnya,
sebagian keuntungan dibawa ke luar negeri sedangkan Indonesia hanya
mendapatkan pendapatan dari pajak dan upah buruh saja.
9. Ketidakmampuan Mengelola Sumber Daya Manusia
Walaupun penduduk Indonesia terbanyak ke-4 di dunia, namun kualitasnya masih
sangat buruk. Sehingga Indonesia selalu kekurangan para ahli dan harus
mendatangkannya dari luar negeri. Sedangkan kebanyakan orang Indonesia yang
bekerja di luar negeri hanya bisa menjadi pembantu saja.
10. Penguasaan Iptek yang Kurang
Penguasaan iptek di Indonesia juga masih sangat kurang. Ini disebabkan karena
jumlah tenaga ahli di Indonesia masih sangat sedikit. Kalaupun ada, mereka lebih
memilih untuk bekerja di luar negeri karena penghasilannya jauh lebih tinggi.
Penguasaan iptek yang kurang menyebabkan Indonesia tidak bisa mengelola
kekayaan alamnya sendiri.
11. Korupsi
Korupsi menjadi masalah serius di negeri ini. Hampir di semua bidang terjadi
korupsi dan suap-menyuap baik itu kelas teri maupun kelas kakap. Akibatnya
bermacam-macam, mulai dari program pemerintah yang menjadi kacau, penegakan
hukum menjadi lemah, dan pemborosan anggaran.
12. Masalah Pangan
Ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan harga pangan membuat harga
pangan terus meroket terutama sembako. Ditambah lagi dengan semakin
sempitnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan. Sangat ironis memang
mengingat Indonesia adalah negara agraris yang sangat subur. Kesejahteraan
petani yang kurang diperhatikan menjadi salah satu penyebabnya. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan saat ini, pemerintah harus mengimpornya dari luar
negeri.
13. Pembangunan yang Cenderung Tersentralisasi
Indonesia memang sedang pesat-pesatnya membangun. Tetapi yang disayangkan
adalah kenapa hanya kawasan tertentu saja yang dibangun sedangkan daerah lain
ditinggalkan begitu saja. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dan
daerah perkotaan menjadi semakin padat. Jika pemerintah melakukan

pembangunan secara merata, maka setiap daerah akan berkembang lebih cepat
dan itu juga bisa mempercepat kemajuan Indonesia

http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/02/pe
rmasalahan-ekonomi-di-indonesia.html
bahan 8

RumahMateri
ASSALAMUALAIKUM. KAMI MENCOBA MEMBERIKAN SEDIKIT PENGETAHUAN DARI
APA YANG PERNAH KAMI DAPATKAN DALAM PERKULIAHAN.

MINGGU,11APRIL2010

Sistem Ekonomi Berlandaskan Pancasila


BAB I
Sistem Perekonomian

1.Tata Ekonomi Kapitalisme


Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi
barang, menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini
pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan
kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam
ekonomi.
Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba
sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan
persaingan bebas dengan berbagai cara.

2.Sistem Perekonomian / Tata Ekonomi Sosialisme


Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup

besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur
tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata
kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas, dan lain
sebagainya.
Dalam sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan dan
penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur berbagai hal
dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.
3.Sistem Perekonomian / Tata Ekonomi Komunisme
Ekonomi Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah sebagai
pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan
memiliki kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah.
Semua unit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki oleh pemerintah dengan
tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan sistem komunis tersebut
belum pernah sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak negara yang meninggalkan
sistem komunisme tersebut.

4. Ekonomi Pancasila
Ekonomi pancasila adalah pandangan filsafati di bidang kehidupan ekonomi sebagai
implikasi langsung dari diterimanya pancasila di Indonesia. Jadi pancasila adalah khas
Indonesia, maka ekonomi pancasila pun merupakan ciri khas Indonesia. Menurut Prof. Dr.
Mubyarto sistem ekonomi pancasila adalah ekonomi kerakyatan yang berarti bahwa seluruh
rakyat, atau setiap warga Negara diperbolehkan ikut serta dalam proses produksi dan
distribusi. Artinya mereka diperbolehkan memiliki modal yang menjadi hak milik pribadinya.
Modal ini boleh dipadukan dengan faktor-faktor produksi lainnya untuk membuat barang dan
jasa, yang dijual kepada para konsumen dengan memperoleh laba. Bentuk hokum dari
organisasinya boleh apa saja. Yang lazim adalah perusaan perseorangan ( eenmanszaak ),
persekutuan perorangan ( maatschap ), firma, firma komanditer, perseroan terbatas,
koperasi, usaha bersama ( onderlinge ).
Setiap produsen bebas menentukan, berapa jumlahnya, dan berapa harga yang dimintanya.
Semua ini tidak ditentukan oleh pemerintah sentral. Yang menjadi petunjuk bagi mereka
tentang brang apa, berapa jumlahnya dan harga berapa yang akan dipasang adalah harga

yang terbentuk dipasar. Karena sistem ini akan menimbulkan banyak produsen, maka akan
banyak pula barang yang serupa tapi tidak sama yang akan beredar di pasaran. Maka itu
akan membuat persaingan diantara para produsen, diantaranya banyak sekali yang
melakukan kecurangan, melanggar etika, dan tidak jujur. Hal tersebut dicoba ditiadakan
dengan adanya peraturan dan pengaturan, yang lazimnya adalah undang-undang anti
monopoli, undang-undang anti trust, dan undang-undang tentang persaingan.

BAB II
Hubungan Ekonomi dan Pancasila
Pada tataran filosofis ekonomi Pancasila tentulah harus dijiwai oleh nilai-nilai-Pancasila.
Atas dasar itu maka Ekonomi Pancasila tidak semata-mata bersifat materialistis, karena:
1. Berlandas pada keimanan dan ketakwaan yang timbul dari pengakuan kita pada
Ketuhanan Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan menjadi landasan spiritual, moral dan
etik bagi penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan. Dengan demikian Ekonomi
Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional
kita adalah pembangunan yang berakhlak.

2. Ekonomi Pancasila, dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, menghormati
martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam kehidupan ekonomi.
Dalam ekonomi Pancasila dengan demikian tidak dikenal economic animal, yang satu
memangsa yang lain.

3. Ekonomi Pancasila berakar di bumi Indonesia. Meskipun ekonomi dunia sudah menyatu,
pasar sudah menjadi global, namun selama masih ada bangsa dan negara Indonesia, maka
ekonomi Indonesia tetap diabdikan bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia. Sila
Persatuan Indonesia mengamanatkan kesatuan ekonomi sebagai penjabaran wawasan
nusantara dibidang ekonomi. Globalisasi kegiatan ekonomi tidak menyebabkan
internasionalisasi kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi kita tetap diabdikan untuk
kepentingan bangsa Indonesia. Ekonomi Pancasila dengan demikian berwawasan
kebangsaan dan tetap membutuhkan sikap patriotik dari para pelakunya meskipun
kegiatannya sudah mengglobal.

4. Sila keempat dalam Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia mengenai


kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia. Di bidang ekonomi,
Ekonomi Pancasila dikelola dalam sebuah sistem demokratis yang dalam Undang-undang
Dasar secara eksplisit disebut demokrasi ekonomi.

5. Nilai-nilai dasar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan
betapa seluruh upaya pembangunan kita, seluruh upaya untuk mengembangkan
pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
menuju kepada terciptanya kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.

BAB III
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abab ke-18 menumbuhkan ekonomi kapitalis.
Dan atas dasar kenyataan obektif inilah maka di eropa pada awal abad ke-19 munculah
pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yaitu sosialisme komunisme
yang menyebabkan nasibkaum proletar yang ditindas oleh kaum kapitalis. Oleh karenanya
menjadi sangat penting dan mendesak untuk dikembangkan suatu system ekonomi yang
berdasarkan pada moralitas kemanusiaan, ekonomi yang berkemanusiaan. Atas dasar
tersebut maka lahirlah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berdasarkan pada moralitas
kemanusiaan yang berdasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Sesuai
dengan paradigma pancasila sebagai pembangunan eknomi maka system dan
pembangunan ekonominya berdasarkan kepada nilai moral daripada pancasila. Sila yang
secara khusus digunakan dalam penerapan paradigma pancasila sebagai pembangunan
ekonomi adalah sila I dan sila II, karena sistem ekonominya harus berdasarkan pada dasar
moralitas ketuhanan dan kemanusiaan. Berdasarkan sistem ekonomi yang berlandaskan
atas ketuhanan dan kemanusiaan akan menghasilkan sistem ekonomi yang
berperikemanusiaan. Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan saja tetapi demi
kemanusiaan, kesejahteraan seluruh bangsa. Maka sistem ekonomi yang berdasarkan
pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berdasarkan kekeluargaan. Dan sistem
ekonomi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Oleh karena
itu ekonomi harus berdasarkan pada kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan kemanusiaan,

ekonomi untuk kesejahteraan manusia sehingga kita harus menghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya berdasarkan pada persaingan bebas, monopoli, dan
lainnya yang menimbulkan penderitaan pada manusia, menimbulkan penindasan,
ketidakadilan, dan kesengsaraan warga negara.

BAB IV
Ekonomi Pancasila
Dengan berlandaskan pada nilai-nilai dasar tadi yang masih dapat diperluas dan diperdalam,
kita harus menyusun konsep-konsep bagi pelaksanaannya. Sesungguhnya dalam Undangundang Dasar beberapa petunjuk ke arah itu telah ada dalam berbagai pasalnya. Pasal 23,
27 ayat (1), pasal 33 dan juga pasal 34 memberikan kepada kita petunjuk-petunjuk
mengenai bagaimana konsep ekonomi harus dikembangkan berdasarkan Undang-undang
Dasar. Bahkan dalam pasal 33 ada penjelasan yang cukup rinci mengenai apa yang
dikehendaki oleh Undang-undang Dasar, mengenai bagaimana ekonomi kita harus dikelola
dan dikembangkan. Meskipun sudah sering kita baca dan lihat, baiklah bersama-sama kita
simak kembali amanat pasal 33 yang dijabarkan dalam penjelasannya. Kita perlu sekali
mencamkannya, karena di atas landasan itu kita harus membangun perekonomian kita.
Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi.
Produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggotaanggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab
itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang! Sebab itu
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak
harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-seorang
yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasinya.
Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan
orang-seorang.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat.
Tantangan bagi kita sekarang adalah bagaimana secara tepat kita menjabarkannya dalam

konsep-konsep pembangunan untuk nantinya dioperasionalkan dan dituangkan dalam


rencanarencana pembangunan nasional.
Dalam upaya itu jelas tidak ada jalan yang lurus dan jelas tidak ada yang mulus.
Kadangkadang kita harus berbelok ke kiri, berbelok ke kanan, bahkan kadang-kadang harus
mundur dulu sedikit kemudian maju lagi. Yang penting kita harus menjaga bahwa arahnya
tetap konsisten, betapa pun dari saat ke saat kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan
harus disesuaikan dengan situasi. Betapa pun juga kita telah menyatakan bahwa Pancasila
adalah ideologi terbuka, yang terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat. Namun,
nilai-nilai dasarnya tidak pernah berubah.. Dalam tataran operasional, yang sangat
diperlukan adalah konsep mengenai bagaimana peran para pelaku ekonomi dalam sistem
Ekonomi Pancasila, dalam menghadapi tantangan tantangan besar dimasa depan, yang dua
di antaranya sangat menonjol seperti yang dikemukakan diatas, yaitu menghadapi ekonomi
global dengan meningkatkan daya saing dan membangun semua potensi ekonomi di dalam
negeri agar tumbuh kuat dan dapat turut menyumbang kepada kekuatan ekonomi nasional.
Sasarannya adalah membangun masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, dan
berkeadilan, di atas landasan keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan yang
berkeseimbangan.
Bisa mengambil sebuah contoh usaha yang telah dilakukan ke arah itu. Pada tahun
1990, ISEI dalam kongres ke XI telah mengupayakan untuk menjabarkan bagaimana peran
para pelaku ekonomi dalam sistem ekonomi yang ingin kita tegakkan.
mengutip rumusan ISEI pada tahun 1990 mengenai peran pelaku ekonomi kita itu.
Di dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Demokrasi Ekonomi, usaha negara,
koperasi, dan usaha swasta dapat bergerak di dalam semua bidang usaha sesuai dengan
peranan dan hakikatnya masing-masing. Usaha negara berperan sebagai:
a. perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi yang belum
cukup atau kurang merangsang prakarsa dan minat pengusaha swasta;
b. pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang penting bagi negara;
c. pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang menguasai hajat hidup orang
banyak;
d. imbangan bagi kekuatan pasar pengusaha swasta;
e. pelengkap penyediaan barang dan jasa yang belum cukup disediakan oleh swasta dan
koperasi, dan
f. penunjang pelaksanaan kebijaksanaan

Menurut kami, Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan
ketentuan Undang-undang Dasar 1945, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan
sesuai dengan hakikatnya sebagai kesatuan ekonomi yang berwatak sosial. Sedangkan
usaha swasta diberi peranan yang sebesar-besarnya di dalam bidang-bidang di mana
persaingan dan kerja sama berdasarkan motivasi memperoleh laba memberikan hasil
terbaik bagi masyarakat diukur dengan jenis, jumlah, mutu dan harga barang dan jasa yang
dapat disediakan.
Kami ingin menunjukkan betapa para pakar kita telah berupaya untuk menjabarkan lebih
lanjut pemikiran-pemikiran dasar kita itu. Upaya itupun masih dilanjutkan oleh ISEI dalam
kongresnya yang ke XIII tahun lalu. Di situ ISEI menjabarkan sistem ekonomi kita memasuki
abad ke-21 yaitu yang disebut sebagai ekonomi pasar terkelola. Menurut hemat saya kendali
dalam pengelolaannya haruslah nilai-nilai Pancasila. Berbagai usaha tersebut harus kita
lanjutkan. Kita perlu lebih memperdalam lagi rumusan tentang peran negara, koperasi dan
usaha swasta dalam Ekonomi Pancasila tersebut. Dalam GBHN 1993 antara lain disebutkan
bahwa masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk
mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang. Ini juga upaya
untuk menjabarkan. Jelaslah peran pemerintah sebagai pelaku aktif akan makin berkurang.
Kalau kita berbicara mengenai masyarakat dalam pengertian ini, maka kita akan berbicara
mengenai koperasi dan usaha swasta di luar koperasi. Bagaimana kita membangun koperasi
agar betul-betul menjadi sokoguru ekonomi kita, akan merupakan tantangan yang tak hentihentinya. Tantangan itu justru akan makin besar dengan masuknya kita ke dalam ekonomi
pasar dan ke dalam pasar global. Juga perlu dijabarkan bagaimana kita membangun usaha
swasta agar dapat memotori mesin ekonomi kita dalam memasuki era perdagangan bebas.
Bagaimana kita membantu usaha swasta kita untuk terus menerus meningkatkan dan
memelihara daya saing. Daya saing swasta kita merupakan komponen penting dalam daya
saing nasional. Untuk meningkatkan daya saing perlu ditingkatkan efisiensi dan
produktivitas. Ini harus menjadi agenda nasional bangsa kita. Selanjutnya, perlu pula
dipikirkan bagaimana kita memperbaiki struktur dunia usaha kita yang masih timpang, agar
lebih kukuh dan seimbang; yakni struktur dunia usaha di mana usaha besar, menengah dan
kecil saling bersinergi dan saling memperkuat dengan lapisan usaha menengah sebagai
tulang punggungnya. Persoalan kita bukan ukurannya besar atau kecil, tetapi daya tahan
dan daya saingnya. Yang besar tetapi lemah tidak ada manfaatnya, yang kecil tetapi kuat
justru merupakan unsur yang penting terhadap keseluruhan sistem ekonomi kita. Oleh

karena itu, agenda pembangunan kita bukan mempertentangkan yang besar dengan yang
kecil, tetapi membangun semua potensi yang kita miliki. Dalam proses itu yang besar dan
kecil harus bekerja sama, bermitra, untuk bersama-sama saling dukung dan saling
memperkuat.
Kita harus ingat pesan Undang-undang Dasar mengenai asas kekeluargaan dalam
menyelenggarakan ekonomi.
Sebagai kesimpulan, kami ingin menggarisbawahi bahwa kita harus secara sungguhsungguh melanjutkan upaya untuk menyusun konsep ekonomi nasional yang berlandaskan
nilai-nilai dasar yang menjadi semangat bangsa ini pada waktu memerdekakan diri. Konsep
tersebut selain harus menjamin arah terwujudnya berbagai cita-cita itu, juga harus dapat
menjawab dua tantangan besar yang dewasa ini berada di hadapan kita, yaitu
memenangkan persaingan dalam era globalisasi dan membangun segenap potensi yang
ada, dengan perhatian pada upaya memberdayakan masyarakat yang ekonominya
tertinggal, sehingga dapat berperan secara aktif dalam kegiatan ekonomi nasional.

BAB V
Dasar-Dasar Ideologi, Filsafat Dan Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Pancasila.
1. Ekonomi Berketuhanan
Kalau dalam teori ekonomi barat (Smithian) dan teori ekonomi timur (Marxian) hakekat
manusia adalah egoistis atau kolektif, maka dalam Pancasila manusia mencari
keseimbangan antara hidup materi dan rohani. Manusia Pancasila yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah selain homo-economicus, juga homo metafisikus dan homo mysticus.
Berlandas pada keimanan dan ketakwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan
Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan menjadi landasan spiritual, moral dan etik bagi
penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan. Dengan demikian Ekonomi Pancasila
dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional kita
adalah pembangunan yang berakhlak
Memang, setiap masyarakat mempunyai atau menganut sistem nilai tertentu, yaitu sistem
preferensi yang dianggap disepakati oleh seluruh anggota masyarakat. Tanpa sistem nilai
tertentu tidak akan ada kebudayaan dan sistem peradaban tertentu. Bansa Indonesia dapat
mencapai kemerdekaan dan dapat bertahan sebagai satu bangsa karena memiliki sistem
nilai. Sistem nilai atau falsafah dasar bangsa Indonesia yang kini sudah menjadi menjadi
ideologi bangsa kita adalah Pancasila. Karena Pancasila sudah kita sepakati sebagai falsafah

dasar yang menjadi pandangan dan pegangan hidup Bangsa, maka ia menjadi moral
kehidupan Bangsa, ia menjadi ideologi yang ideologi yang menjiwai peri kehidupan Bangsa
kita di bidang sosial budaya, sosial ekonomi, sosial politik dan Hankam.
2. Ekonomi Berlandaskan Kemanusiaan
Ekonomi Pancasila, dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, menghormati
martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam kehidupan ekonomi.
Dalam ekonomi Pancasila dengan demikian tidak dikenal economic animal, yang satu
memangsa yang lain
3. Nasionalisme dalam ekonomi pancasila
Sebenarnya ilmu ekonomi ala Smith bersifat kosmopolitan dan nasionalistis merupakan
senjata ampuh bagi negara yang sudah maju untuk lebih maju lagi (dengan mengorbankan
negara yang belum maju). Tetapi sebaliknya, negara miskin yang belum maju harus
menolaknya, kalau ia tidak ingin terus menerus dijajah secara ekonomi oleh negara lain
yang lebih maju. Kalau pun teori barat ini diterapkan apa adanya, maka akibatnya bagi
negara Indonesia adalah :
a. ketergantungan kita atas negara-negara yang sudah maju semakin lama semakin besar.
b. di dalam negeri kelompok ekonomi kuat dan sektor modern akan berkembang jauh lebih
cepat dari kelompok ekonomi lemah.
Ini berarti kesenjangan ekonomi kaya-miskin bertambah besar. Berhubungan dengan itu,
sistem ekonomi pancasila dan teori yang mendasarinya memang sangat di perlukan. Teori
ini bersifat nasionalitis dari segi Indonesia sendiri dan apabila diterapkan secara sungguhsungguh akan mampu menciutkan kesenjangan sosial atau dengan perkataan lain mampu
menuju tujuan-tujuan pemerataan.
Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan kesatuan ekonomi sebagai penjabaran wawasan
nusantara dibidang ekonomi. Globalisasi kegiatan ekonomi tidak menyebabkan
internasionalisasi kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi kita tetap diabdikan untuk
kepentingan bangsa Indonesia. Ekonomi Pancasila dengan demikian berwawasan
kebangsaan dan tetap membutuhkan sikap patriotik dari para pelakunya meskipun
kegiatannya sudah mengglobal.
4. Demokrasi Ekonomi
Sila keempat dalam Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia mengenai
kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia. Di bidang ekonomi,
Ekonomi Pancasila dikelola dalam sebuah sistem demokratis yang dalam Undang-undang

Dasar secara eksplisit disebut demokrasi ekonomi. Sistem perekonomian dijalankan atas
dasar keikutsertaan masyarakat banyak untuk mengelola perekonomiannya.
5. Keadilan sosial
Ciri-ciri lain Ekonomi Pancasila adalah semangat solidaritas sosial; untuk mencapai
masyarakat yang berkeadilan sosial yaitu sila kelima dari Pancasila. Masyarakat Pancasila
yang berkeadilan sosial adalah masyarakat yang bersifat sosialistik, dimana nasib mereka
yang tertinggal mendapat perhatian besar. Inilah yang disebutkan pada pasal 34 UUD
1945, yang berbunyi bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Bahkan apa yang tercantum pada pasal 33, yang selalu dianggap sebagai pedoman dasar
pengelolaan perekonomian Indonesia, termasuk dalam bab kesejahteraan umum.
Masyarakat Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur adalah tujuan
perjuangan kemerdekaan Indonesia, tujuan untuk mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.

BAB VI
Asal Mula Ekonomi Pancasila
Sebelum periode penjajahan dimulai Indonesia masih banyak terdapat kerajaan-kerajaan
yang tersebar diseluruh nusantara. Pada saat itu dalam kegiatan perekonomian belum
mengenal sistem perekonomian maka mulai dari raja sampai para pejabat kerajaan terjun
langsung ke dalam kegiatan perekonomian tersebut. Seluruh sektor perekonomian dikuasai
oleh penguasa. Kemudian setelah kedatangan para penjajah maka seluruh kegiatan
perekonomian diambil alih oleh penjajah. Mereka menguasai seluruh sektor perekonomian
dan hanya untuk dikuasai sendiri.
Akan tetapi setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan selanjutnya
melahirkan Pancasila sebagai ideologi Negara maka dibuatlah peraturan untuk mengatur
jalannya roda perekonomian untuk memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat.
Kemudian diterapkan lah sistem-sistem ekonomi yang berkembang di dunia kepada
Indonesia. Seiring waktu ternyata sistem-sistem ekonomi itu kurang cocok dengan
kehidupan masyarakat Indonesia.
Dari indikasi ketidakcocokkan itulah maka lahirlah pemikiran tentang suatu sistem
perekonomian yang baru. Suatu sistem perekonomian yang mampu membuat hajat hidup
seluruh warga Negara menjadi lebih layak. Maka dengan berpedoman pada pancasila yang
juga merupakan ideologi Negara serta Undang-Undang Dasar 1945 tercetuslah konsep

pemikiran sistem ekonomi pancasila.

BAB VII
Sistem Ekomomi Pancasila sebagai Pilihan Sistem Ekonomi Indonesia
Republik Indonesia yang lahir pada tahun 1945, langsung tepat berada di tengah-tengah
arena dua kutub supremasi, yaitu sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonom
sosialisme. Namun demikian, sungguh beruntung Republik Indonesia, karena para pendiri
republik tidak membiarkan Indonesia ikut arus memilih salah satu dari dua sistem ekonomi
tersebut. Pancasila yang dipilih oleh para pendiri republik sebagai dasar falsafah negara,
mengilhami sistem ekonomi alternatif, yang kemudian disebut Sistem Ekonomi Pancasila.
SEP dipilih karena pemilihan satu sistem ekonomi oleh suatu bangsa tidak pernah
menggunakan kriteria baik atau buruk, benar atau salah, melainkan menggunakan kriteria
tepat atau tidak tepat (selanjutnya disebut kriteria ketepatan suatu sistem ekonomi) yang
dikaitkan dengan aspek-aspek politik-ekonomi-sosilal-budaya bangsa Indonesia dalam
kehidupan bernegaranya.
Untuk memahami kriteria ketepatan SEP sebagai sistem ekonomi bagi bangsa Indonesia ada
baiknya jika kita memahami dinamika perubahan dari sistem-sistem ekonomi pendahulu
dari SEP. perjalanan sejarah ini menunjukkan bahwa kriteria ketepatan suatu sistem ekonomi
bagi suatu masyarakat senantiasa bergeser, berkembang, berubah, atau bahkan berganti,
mengikuti aliran dinamika aspek-aspek politik-ekonomi-sosilal-budaya masyarakat tersebut
dalam kehidupan bernegaranya.

1. Sistem Ekonomi Merkantilisme


Sistem ekonomi merkantilisme yang lahir di Eropa Barat pada abad ke-15 dianggap sebagai
awal dari sejarah pemilihan sistem ekonomi bagi suatu bangsa. Sistem ini menyerahkan
keputusan ekonomi sepenuhnya di tangan pemerintah, cocok dengan karakter pemerintah
pada masa itu yang monarkhi absolut. Surplus perdagangan yang dipaksakan, yang menjadi
ciri sistem merkantilisme, memunculkan perekonomian zero sum game, ada pihak yang
surplus ada pihak yang defisit, ada yang diuntungkan ada yang dirugikan, ada yang menang
ada yang kalah. Sifat tangan besi dari sistem merkantilisme menyebabkan kendali ekonomi
berada di tangan para jenderal perang seperti Robespierre, Cromwell, dan Admiral Nelson.
Sistem ekonomi ini serasi untuk sistem masyarakat feodal, yang memerlukan ketimpangan
absolut antara kelas atas, bangsawan yang borjuis, dengan kelas bawah, buru dan petani,

yang proletar, untuk mempertahankan kekuasaan. Pada abad ke-18 sistem ekonomi
merkantilisme tumbang, dan digantikan oleh sistem ekonomi yang dibawa oleh Adam Smith.
Mengapa? Karena ada hak yang paling asasi dihilangkan dalam sistem merkantilisme, yaitu
kebebasan individu.

2.Sistem Ekonomi Kapitalisme Adam Smith


Sistem ekonomi yang dibawa oleh Adam Smith di tahun 1776 merupakan sistem yang
berseberangan dengan sistem Merkantilisme. Jika merkantilisme menyerahkan keputusan
ekonomi di tangan pemerintah, Adam Smith menghapus campur tangan pemerintah dalam
perekonomian dan menawarkan kebebasan individu secara penuh dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Jika merkantilisme menawarkan zero sum game, Adam Smith
menawarkan win-win solution game, semua pihak yang terlibat dalam transaksi ekonomi
diuntungkan, minimal tidak ada yang dirugikan (dikenal dengan janji Adam Smith).
Mengapa Adam Smith berhasil? Angin sejuk demokrasi yang dibawa oleh Adam Smith
membawa segudang harapan pada pihak-pihak yang tertindas dalam sistem feodalisme dari
merkantilisme. Revolusi Adam Smith mampu mengilhami Revolusi Perancis (1789) yang
menjadikan Perancis berubah dari kerajaan menjadi republik, dan mampu membawa
perubahan drastis di Inggris, dari monarkhi abasout menjadi monarkhi parlementer. Sistem
ekonomi merkantilisme ditinggalkan, diganti dengan sistem kapitalisme, yang
mengandalkan pencapaian kemakmuran pada sistem ekonom pasar (bebas), pengerjaan
penuh, dan persaingan sempurna. Sistem kapitalisme Adam Smith ini mampu bertahan
selama satu setenah abad, dari tahun 1776-1930. namun demikian, akhirnya sistem
kapitalisme Adam Smith harus kandas juga, karena tidak mampu memberikan solusi keluar
dari Dpresi Besar yang melanda dunia di awal dekade 1930-an.

4.Sistem Ekonomi Kapitalisme Negara Kesejahteraan


Contoh lain dari koreksi terhadap sistem kapitalisme Adam Smith sistem kapitalisme negara
kesejahteraan, yang berkembang di Eropa Barat. Inggris, salah satu negara Eropa Barat
yang memilih merevisi sistem kapitalismenya menjadi sistem kapitalisme berpilarkan
kesejahteraan rakyat atau lebih dikenal dengan nama wlfare state (negara
kesejahteraan), menikmati stabilitas yang nyaris abadi, bukan hanya di Inggris tetapi juga
di negara-negara persemakmurannya. Sistem ekonomi ini juga mampu bertahan sampai
sekarang.

5.Sistem Ekonomi Sosialisme Karl Marx


Di lain pihak, satu abad setelah revolusi Adam Smith, kritik terhadap kapitalisme yang
dilakukan secara ekstrim oleh Karl Marx ini mengilhami lahirnya Stalinisme, Leninisme,
Castroisme, dan Maoisme, yang lebih dikenal dengan nama sistem ekonomi sosialiskomunis. Sistem ekonomi sosialis-komunis berada pada puncaknya pada saat kejatuhan
sistem ekonomi kapitalisme Adam Smith, dimana sebagian masyarakat Amerika Serikat
yang kehilangan kepercayaan pada sistem ekonomi kapitalisme Adam Smith mulai berpaling
pada sistem ekonomi sosialis-komunis (red Americans). Namun demikian, pada gilirannya,
dunia menyaksikan runtuhnya Uni Soviet, runtuhnya Tembok Berlin, yang menandai
runtuhnya sistem sosialis-komunis. Negara-negara pemilih sistem ekonomi sosialis-komunis
meninjau kembali sistem ekonominya. Sistem tertutup (sistem bertirai) dianggap menjadi
biang keladi kegagalan sistem sosialis-komunis. Negara-negara pecahan Uni Soviet
mengalami pergeseran ke arah kapitalisme, Kuba mulai membuka diri, bahkan merintis
berbaikan dengan AS, dan Cina, menggunakan sistem ekonomi yang khas, yaitu sosialisme
ala Cina.
Membaca paparan perjalanan sejarah dari sistem-sistem ekonomi di atas, banyak sekali
sistem-sistem perekonomian yang ada di dunia ini, tetapi para pendiri dan pejuang bangsa
kita mengetahui mana yang pantas dan baik digunakan oleh masyarakat indonesia yang
notabene adalah manusia yang taat beragama dan menjunjung tinggi kemanusiaan, yang
sudah dikenal dari jaman dahulu. Maka dirumuskan dan dipilihlah sistem ekonomi pancasila
sebagai sistem ekonomi indonesia.

BAB VIII
Koperasi
Koperasi adalah suatu bentuk dari ekonomi pancasila sesuai dengan pasal 33 UndangUndang Dasar RI, yaitu Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan.
Produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggotaanggota masyarakat (demokrasi ekonomi pasal 4). Karena rakyat secara bersama-sama
yang membangun perekonomiannya, maka akan sangat minim sekali sikut-menyikut dalam
persaingan, sehingga kejadian-kejadian yang bertentangan dengan nilai-nilai agama tidak
terjadi (pasal 1) Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-

seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan (pasal 5)
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang! Sebab itu
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak
harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-seorang
yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasinya. (kemanusiaan, persatuan dan keadilan
pasal 2, 3 dan 5).

Sejarah Koperasi
Sejarah pertumbuhan koperasi di seluruh dunia disebabkan oleh tidak dapat dipecahkannya
masalah kemiskinan atas dasar semangat individualisme. Koperasi lahir sebagai alat untuk
memperbaiki kepincangan-kepincangan dan kelemahan-kelemahan dari perekonomian yang
kapitalistis ( Team UGM, 1984 h. 11).
Koperasi yang lahir pertama di Inggris (1844) berusaha mengatasi masalah keperluan
konsumsi para anggotanya dengan cara kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsipprinsip keadilan yang selanjutnya menelorkan prinsip-prinsip keadilan yang dikenal dengan
Rochdale Principles. Dalam waktu yang hampir bersamaan di Prancis lahir koperasi yang
bergerak di bidang produksi dan di Jerman lahir koperasi yang bergerak di bidang simpanpinjam.
Sejalan dengan pengertian asal kata koperasi dari Co dan Operation mempunyai arti
bersama-sama bekerja, Koperasi berusaha untuk mencapai tujuan serta kemanfaatan
bersama. Guna memperoleh pengertian yang lebih lengkap tentang koperasi, ILO di dalam
penerbitannya tentang Cooperative Management and Aministration (1965, h. 5)
..Cooperative is an association of person, usually of limited means, who have voluntarily
joined together to achieve a common economic and through the formation of a
democratically controlled business organization, making efuitable contrtobution to the
capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking .
Dari definisi tersebut, koperasi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. merupakan perkumpulan orang-orang (association of person);
b. bergabung secara sukarela (have voluntarily joined together);
c. untuk mencapai tujuan ekonomi bersama (to achieve a common economic end);
d. organisasi perusahaan yang dikendalikan secara demokratis (democratically controlled
business organization).

e. kontribusi yang adil terhadap modal yang diperlukan (equitable contribution to the capital
required).
f. menanggung resiko dan menerima bagian keuntungan secara adil (a fair share of the risk
and benefits of the undertaking).

Dalam perjalanan sejarah sampai dengan sekarang, pengertian koperasi telah berkembang
yang dapat disoroti dari berbagai aspek :
a. koperasi sebagai organisasi ekonomi sebagaimana juga pelaku-pelaku ekonomi yang lain
harus memperhitungkan produktivitas, efisiensi serta efektifitas.
b. koperasi sebagai suatu gerakan yang mempersatukan kepentingan yang sama guna
diperjuangkannya secara bersama-sama secara serempak dan lebih baik, sehingga
dimungkinkannya ditempatkan semacam perwakilan.
c. segi sosial dan moral yang dianggap mewarnai kehidupan koperasi yang di dalam
kegiatannya harus mempertimbangkan norma-norma sosial ataupun moral yang berlaku di
mana koperasi melakukan kegiatannya.
d. sementara pihak ingin mengembangkan koperasi sebagai suatu sistim ekonomi, dimana
pandangan ini dilandasi oleh semangat cooperativism.
e. di dalam suatu kajian ilmiah, koperasi telah dikembangkan pula sebagai suatu ilmu yang
dilandasi atas filsafat dan tujuan ilmu pengetahuan.
Dengan perkembangan pengertian koperasi sebagaimana dikemukakan tersebut, dapatlah
ditarik suatu pengertian bahwa koperasi memiliki pengertian yang dinamik. Sedangkan di
sisi lain koperasi sebagai organisasi ekonomi mempedomani sendi-sendi dasarnya
(principles) yang membedakan terhadap organisasi ekonomi yang lain.

Awal Pertumbuhan Koperasi Indonesia


Pertumbuhan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 (Ahmed 1964, h. 57) yang
selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan koperasi di
Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat lingkup kegiatan usaha
secara menyeluruh yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan iklim
lingkungannya. Jikalau pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada
kegiatan simpan-pinjam (Soedjono 1983, h.7) maka selanjutnya tumbuh pula koperasi yang
menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi dan dan kemudian

koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang untuk keperluan


produksi. Perkembangan koperasi dari berbagai jenis kegiatan usaha tersebut selanjutnya
ada kecenderungan menuju kepada suatu bentuk koperasi yang memiliki beberapa jenis
kegiatan usaha. Koperasi serba usaha ini mengambil langkah-langkah kegiatan usaha yang
paling mudah mereka kerjakan terlebih dulu, seperti kegiatan penyediaan barang-barang
keperluan produksi bersama-sama dengan kegiatan simpan pinjam ataupun kegiatan
penyediaan barang-barang keperluan konsumsi bersama-sama dengan kegiatan simpanpinjam dan sebagainya (Masngudi 1989, h. 1-2).
Pertumbuhan koperasi di Indonesia dipelopori oleh R. Aria Wiriatmadja patih di Purwokerto
(1896), mendirikan koperasi yang bergerak dibidang simpan pinjam. Untuk memodali
koperasi simpan-pinjam tersebut di samping banyak menggunakan uangnya sendiri, beliau
juga menggunakan kas mesjid yang dipegangnya (Djojohadikoesoemo, 1940. Setelah beliau
mengetahui bahwa hal tersebut tidak boleh, maka uang kas mesjid telah dikembalikan
secara utuh pada posisi yang sebenarnya.
Kegiatan R Aria Wiriatmadja dikembangkan lebih lanjut oleh De Wolf Van Westerrode asisten
Residen Wilayah Purwokerto di Banyumas. Ketika ia cuti ke Eropa dipelajarinya cara kerja
wolksbank secara Raiffeisen (koperasi simpan-pinjam untuk kaum tani) dan SchulzeDelitzsch (koperasi simpan-pinjam untuk kaum buruh di kota) di Jerman. Setelah ia kembali
dari cuti melailah ia mengembangkan koperasi simpan-pinjam sebagaimana telah dirintis
oleh R. Aria Wiriatmadja . Dalam hubungan ini kegiatan simpanpinjam yang dapat
berkembang ialah model koperasi simpan-pinjam lumbung dan modal untuk itu diambil dari
zakat.
Selanjutnya Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 menganjurkan berdirinya
koperasi untuk keperluan rumah tangga. Demikian pula Sarikat Islam yang didirikan tahun
1911 juga mengembangkan koperasi yang bergerak di bidang keperluan sehari hari dengan
cara membuka tokotoko koperasi. Perkembangan yang pesat dibidang perkoperasian di
Indonesia yang menyatu dengan kekuatan social dan politik menimbulkan kecurigaan
Pemerintah Hindia Belanda. Oleh karenanya Pemerintah Hindia Belanda ingin mengaturnya
tetapi dalam kenyataan lebih cenderung menjadi suatu penghalang atau penghambat
perkembangan koperasi. Dalam hubungan ini pada tahun 1915 diterbitkan Ketetapan Raja
no. 431 yang berisi antara lain:
a. Akte pendirian koperasi dibuat secara notariil.
b. Akte pendirian harus dibuat dalam Bahasa Belanda.

c. Harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal.


Dan di samping itu diperlukan biaya meterai f 50. Pada akhir Rajab 1336H atau 1918 K.H.
Hasyim Asyari Tebuireng Jombang mendirikan koperasi yang dinamakan Syirkatul Inan
atau disingkat (SKN) yang beranggotakan 45 orang. Ketua dan sekaligus sebagai manager
adalah K.H. Hasyim Asy ari. Sekretaris I dan II adalah K.H. Bishri dan Haji Manshur.
Sedangkan bendahara Syeikh Abdul WAhab Tambakberas di mana branndkas dilengkapi
dengan 5 macam kunci yang dipegang oleh 5 anggota. Mereka bertekad, dengan kelahiran
koperasi ini untuk dijadikan periode nahdlatuttijar.
Proses permohonan badan hukum direncanakan akan diajukan setelah antara 2 sampai
dengan 3 tahun berdiri. Berbagai ketentuan dan persyaratan sebagaimana dalam ketetapan
Raja no 431/1915 tersebut dirasakan sangat memberatkan persyaratan berdiriya koperasi.
Dengan demikian praktis peraturan tersebut dapat dipandang sebagai suatu penghalang
bagi pertumbuhan koperasi di Indonesia, yang mengundang berbagai reaksi.
Oleh karenanya maka pada tahun 1920 dibentuk suatu Komisi Koperasi yang dipimpin oleh
DR. J.H. Boeke yang diberi tugas neneliti sampai sejauh mana keperluan penduduk Bumi
Putera untuk berkoperasi. Hasil dari penelitian menyatakan tentang perlunya penduduk
Bumi putera berkoperasi dan untuk mendorong keperluan rakyat yang bersangkutan.
Selanjutnya didirikanlah Bank Rakyat ( Volkscredit Wezen ). Berkaitan dengan masalah
Peraturan Perkoperasian, maka pada tahun 1927 di Surabaya didirikan Indonsische
Studieclub Oleh dokter Soetomo yang juga pendiri Boedi Oetomo, dan melalui organisasi
tersebut beliau menganjurkan berdirinya koperasi. Kegiatan serupa juga dilakukan oleh
Partai Nasional Indonesia di bawah pimpimnan Ir. Soekarno, di mana pada tahun 1929
menyelenggarakan kongres koperasi di Betawi. Keputusan kongres koperasi tersebt
menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemakmuran penduduk Bumi Putera harus
didirikan berbagai macam koperasi di seluruh Pulau Jawa khususnya dan di Indonesia pada
umumnya. Untuk menggiatkan pertumbuhan koperasi, pada akhir tahun 1930 didirikan
Jawatan Koperasi dengan tugas:
a. memberikan penerangan kepada pengusaha-pengusaha Indonesia mengenai seluk beluk
perdagangan.
b. dalam rangka peraturan koerasi No 91, melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap koperasi-koperasi, serta memberikan penerangannya.
c. memberikan keterangan-keterangan tentang perdagangan pengangkutan, cara cara
perkreditan dan hal ihwal lainnya yang menyangkut perusahaan-perusahaan.

d. penerangan tentang organisasi perusahaan.


e. menyiapkan tindakan-tindakan hukum bagi pengusaha Indonesia
DR. J.H. Boeke yang dulunya memimpin Komisi Koperasi 1920 ditunjuk sebagai Kepala
Jawatan Koperasi yang pertama. Atas dasar catatan sejarah, terjadilah perkembangan
koperasi.

Selanjutnya pada tahun 1933 diterbitkan Peraturan Perkoperasian dalam bentuk


Gouvernmentsbesluit no.21 yang termuat di dalam Staatsblad no. 108/1933 yang
menggantikan Koninklijke Besluit no. 431 tahun 1915. Peraturan Perkoperasian 1933 ini
diperuntukkan bagi orang-orang Eropa dan golongan Timur Asing. Dengan demikian di
Indonesia pada waktu itu berlaku 2 Peraturan Perkopersian, yakni Peraturan Perkoperasian
tahun 1927 yang diperuntukan bagi golongan Bumi Putera dan Peraturan Perkoperasian
tahun 1933 yang berlaku bagi golongan Eropa dan Timur Asing.
Kongres Muhamadiyah pada tahun 1935 dan 1938 memutuskan tekadnya untuk
mengembangkan koperasi di seluruh wilayah Indonesia, terutama di lingkungan warganya.
Diharapkan para warga Muhammadiyah dapat memelopori dan bersama sama anggota
masyarakat yang lain untuk mendirikan dan mengembangkan koperasi. Berbagai koperasi
dibidang produksi mulai tumbuh dan berkembang antara lain koperasi batik yang diperlopori
oleh H. Zarkasi, H. Samanhudi dan K.H. Idris. Perkembangan koperasi semenjak berdirinya
Jawatan Koperasi tahun 1930 menunjukkan suatu tingkat perkembangan yang terus
meningkat. Jikalau pada tahun 1930 jumlah koperasi 39 buah, maka pada tahun 1939
jumlahnya menjadi 574 buah dengan jumlah anggota pada tahun 1930 sebanyak 7.848
orang kemudian berkembang menjadi 52.555 orang.
Sedang kegiatannya dari 574 koperasi tersebut diantaranya 423 kopersi (= 77%) adalah
koperasi yang bergerak dibidang simpan-pinjam (Djojohadikoesoemo,1940 h.82) sedangkan
selebihnya adalah kopersi jenis konsumsi ataupun produksi. Dari 423 koperasi simpanpinjam tersebut diantaranya 19 buah adalah koperasi lumbung.

Pada masa pendudukan bala tentara Jepang istilah koperasi lebih dikenal menjadi istilah
Kumiai. Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia menetapkan bahwa semua Badanbadan Pemerintahan dan kekuasaan hukum serta Undang-undang dari Pemerintah yang
terdahulu tetap diakui sementara waktu, asal saja tidak bertentangandengan Peraturan

Pemerintah Militer. Berdasarkan atas ketentuan tersebut, maka Peraturan Perkoperasian


tahun 1927 masih tetap berlaku. Akan tetapi berdasarkan Undang-undang No. 23 dari
Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia mengatur tentang pendirian perkumpulan
dan penmyelenggaraan persidangan. Sebagai akibat daripada peraturan tersebut, maka
jikalau masyarat ingin mendirikan suatu perkumpulan koperasi harus mendapat izin Residen
(Shuchokan) dengan menjelaskan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Maksud perkumpulan atau persidangan, baik sifat maupun aturanaturannya;
b. Tempat dan tanggal perkumpulan didirikan atau persidangan diadakan;
c. Nama orang yang bertangguing jawab, kepengurusan dan anggotaanggotanya;
d. Sumpah bahwa perkumpulan atau persidangan yang bersangkutan itu sekali-kali bukan
pergerakan politik.
Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka di beberapa daerah banyak koperasi lama
yang harus menghentikan usahanya dan tidak boleh bekerja lagi sebelum mendapat izin
baru dariScuchokan. Undang-undang ini pada hakekatnya bermaksud mengawasi
perkumpulan-perkumpulan dari segi kepolisian (Team UGM 1984, h. 139 140).
Perkembangan Pemerintahan pendudukan bala tentara Jepang dikarenakan masalah
ekonomi yang semakin sulit memerlukan peran Kumiai (koperasi). Pemerintah pada waktu
itu melalui kebijaksanaan dari atas menganjurkan berdirinya Kumiai di desa-desa yang
tujuannya untuk melakukan kegiatan distribusi barang yang jumlahnya semakin hari
semakin kurang karena situasi perang dan tekanan ekonomi Internasional (misalnya gula
pasir, minyak tanah, beras, rokok dan sebagainya). Di lain pihak Pemerintah pendudukan
bala tentara Jepang memerlukan barang-barang yang dinilai penting untuk dikirim ke Jepang
(misalnya biji jarak, hasil-hasil bumi yang lain, besi tua dan sebagainya) yang untuk itu
masyarakat agar menyetorkannya melalui Kumiai. Kumiai (koperasi) dijadikan alat
kebijaksanaan dari Pemerintah bala tentara Jepang sejalan dengan kepentingannya. Peranan
koperasi sebagaimana dilaksanakan pada zaman Pemerintahan pendudukan bala tentara
Jepang tersebut sangat merugikan bagi para anggota dan masyarakat pada umumnya.

Pertumbuhan Koperasi Setelah Kemerdekaan


Gerakan koperasi di Indonesia yang lahir pada akhir abad 19 dalam suasana sebagai Negara
jajahan tidak memiliki suatu iklim yang menguntungkan bagi pertumbuhannya. Baru
kemudian setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, dengan tegas
perkoperasian ditulis didalam UUD 1945. DR. H. Moh Hatta sebagai salah seorang Founding

Father Republik Indonesia, berusaha memasukkan rumusan perkoperasian di dalam


konstitusi. Sejak kemerdekaan itu pula koperasi di Indonesia mengalami suatu
perkembangan yang lebih baik. Pasal 33 UUD 1945 ayat 1 beserta penjelasannya
menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa bangun perekonomian yang sesuai
dengan azas kekeluargaan tersebut adalah koperasi. Di dalam pasal 33 UUd 1945 tersebut
diatur pula di samping koperasi, juga peranan daripada Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Swasta. Pada akhir 1946, Jawatan Koperasi mengadakan pendaftaran
koperasi dan tercatat sebanyak 2500 buah koperasi di seluruh Indonesia. Pemerintah
Republik Indonesia bertindak aktif dalam pengembangan perkoperasian. Disamping
menganjurkan berdirinya berbagai jenis koperasi Pemerintah RI berusaha memperluas dan
menyebarkan pengetahuan tentang koperasi dengan jalan mengadakan kursus-kursus
koperasi di berbagai tempat. Pada tanggal 12 Juli 1947 diselenggarakan kongres koperasi se
Jawa yang pertama di Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut diputuskan antara lain
terbentuknya Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia yang disingkat SOKRI;
menjadikan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi serta menganjurkan diselenggarakan
pendidikan koperasi di kalangan pengurus, pegawai dan masyarakat. Selanjutnya, koperasi
pertumbuhannya semakin pesat. Tetapi dengan terjadinya agresi I dan agresi II dari pihak
Belanda terhadap Republik Indonesia serta pemberontakan PKI di Madiunpada tahun 1948
banyak merugikan terhadap gerakan koperasi. Pada tahun 1949 diterbitkan Peraturan
Perkoperasian yang dimuat di dalam Staatsblad No. 179. Peraturan ini dikeluarkan pada
waktu Pemerintah Federal Belanda menguasai sebagian wilayah Indonesia yang isinya
hampir sama dengan Peraturan Koperasi yang dimuat di dalam Staatsblad No. 91 tahun
1927, dimana ketentuan-ketentuannya sudah kurang sesuai dengan keadaan Inidonesia
sehingga tidak memberikan dampak yang berarti bagi perkembangan koperasi.
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950 program Pemerintah
semakin nyata keinginannya untuk mengembangkan perkoperasian.Kabinet Mohammad
Natsir menjelaskan di muka Dewan Perwakilan Rakyat yang berkaitan dengan program
perekonomian antara lain sebagai berikut: Menggiatkan pembangunan organisasiorganisasi rakyat, istimewa koperasi dengan cara pendidikan, penerangan, pemberian kredit
yang lebih banyak dan lebih mudah, satu dan lain seimbang dengan kemampuan keuangan
Negara.
Untuk memperbaiki perekonomian-perekonomian rakyat Kabinet Wilopo antara lain

mengajukan suatu program koperasi yang terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Usaha untuk menciptakan suasana dan keadaan sebaik-baiknya bagi
perkembangan gerakan koperasi;
b.Usaha lanjutan dari perkembangan gerakan koperasi;
c. Usaha yang mengurus perusahaan rakyat yang dapat diselenggarakan atas dasar
koperasi.
Selanjutnya Kabinet Ali Sastroamidjodjo menjelaskan program Pemerintahannya sebagai
berikut: Untuk kepentingan pembangunan dalam lapangan perekonomian rakyat perlu pula
diperluas dan dipergiat gerakan koperasi yang harus disesuaikan dengan semangat gotong
royong yang spesifik di Indonesia dan besar artinya dalam usaha menggerakkan rasa
percaya pada diri sendiri di kalangan rakyat.
Di samping itu Pemerintah hendak menyokong usaha itu dengan memperbaiki dan
memperluas perkreditan, yang terpenting antara lain dengan pemberian modal kepada
badan-badan perkreditan desa seperti Lumbung dan Bank Desa, yang sedapat-dapatnya
disusun dalam bentuk koperasi (Sumodiwirjo 1954, h. 45-46).
Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah sebagaimana tersebut di atas, koperasi makin
berkembang dari tahun ketahun baik organisasi maupun usahanya. Selanjutnya pada
tanggal 15 sampai dengan 17 Juli 1953 dilangsungkan kongres koperasi Indonesia yang ke II
di Bandung. Keputusannya antara lain merubah Sentral Organisasi Koperasi Rakyat
Indonesia (SOKRI) menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DKI). Di samping itu mewajibkan DKI
membentuk Lembaga Pendidikan Koperasi dan mendirikan Sekolah Menengah Koperasi di
Provinsi-provinsi. Keputusan yang lain ialah penyampaian saran-saran kepada Pemerintah
untuk segera diterbitkannya Undang-Undang Koperasi yang baru serta mengangkat Bung
Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Pada tahun 1956 tanggal 1 sampai 5 September
diselenggarakan Kongres Koperasi yang ke III di Jakarta. Keputusan KOngres di samping halhal yang berkaitan dengan kehidupan perkoperasian di Indonesia, juga mengenai hubungan
Dewan Koperasi Indonesia dengan International Cooperative Alliance (ICA).
Pada tahun 1958 diterbitkan Undang-Undang tentang Perkumpulan Koperasi No. 79 Tahun
1958 yang dimuat di dalam Tambahan Lembar Negara RI No. 1669. Undang Undang ini
disusun dalam suasana Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dan mulai berlaku pada
tanggal 27 Oktober 1958. Isinya lebih baik dan lebih lengkap jika dibandingkan dengan
peraturan-peraturan koperasi sebelumnya dan merupakan Undang-Undang yang pertama
tentang perkoperasian yang disusun oleh Bangsa Indonesia sendiri dalam suasana

kemerdekaan.
Perlu dipahami bersama perbedaan sikap Pemerintah terhadap pengembangan
perkoperasian atas dasar perkembangan sejarah pertumbuhannya di Indonesia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pemerintahan Kolonial Belanda bersikap pasif.
b. Pemerintahan Pendudukan Balatentara Jepang bersikap aktif negatif, karena akibat
kebijaksanaannya nama koperasi menjadi hancur (jelek).
c. Bersikap aktif positif di mana Pemerintah Republik Indonesia memberikan dorongan
kesempatan dan kemudahan bagi koperasi.

Daftar Pustaka

Raka, I.G.Gde. 1983. Pengantar Pengetahuan Koperasi. Departemen Koperasi, Jakarta


D I P O S K A N O L E H R U M A H M AT E R I D I 0 7 . 1 7
T I DA K A DA KO M E N TA R:
P O S KA N KO M E N TA R

Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

YANGMAUGABUNG

ARSIPBLOG

2010 (2)
April (2)

Sistem Ekonomi Berlandaskan Pancasila

Salam Hangat
MENGENAISAYA

RUMAHMATERI

JAKARTA,DKIJAKARTA,INDONESIA

blog ini mencoba memberikan sedikit ilmu yang didapat dalam bangku perkuliahan.
semoga blog ini dapat memberikan suatu pencerahan bagi peradaban yang kelam
dan hitam.
LIHAT PROFIL LENGKAPKU

http://rumahmateri.blogspot.co.id/2010/04/sis
tem-ekonomi-berlandaskan-pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai